Anda di halaman 1dari 15

i

MAKALAH
Sejarah Pertumbuhan Ulumul Quran

Dosen Pengampu :
Anuarsyah,M.Pd

Disusun Oleh :
1. Indah Agustin (235912080)
2. Puji Amelia (23591125)
3. Romi Pradana Rhomadan (23591153)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP
TAHUN 2023
ii

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr., Wb.
Segala puji atas kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul : Sejarah
Pertumbuhan ulumul quran” yang dibimbing oleh Bapak Anuarsyah,M.Pd.

Dalam proses penyajiannya, makalah ini berusaha disusun dengan baik


dengan sejumlah sumber yang kami gunakan untuk membantu dalam memahami
materi yang menjadi fokus kajian ini. Kemudian, kami ingin mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini. Selain itu, kami juga mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan makalah ini kedepannya dan membangun pola pikir yang baik dan
benar.Demikianlah makalah ini kami susun, kami mohon maaf atas segala
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr., Wb.

Curup, 9 September 2023

Pemakalah
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................ii


DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................2
1.Pengertian Ulumul Quran
2.Bagaiman Sejarah Pertunbuhan dan Perkembangan Al-Quran
3.Apa Saja Pembagian dan Cabang-cabangUlum AL-Quran
BAB III PENUTUP ...........................................................................................11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
DAFTARPUSTAKA……………………………………………………..…….......12
iv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alqur’an adalah sumber hukum islam yang pertama. Sehingga hendaknya
kita arus dapat memahami tentang kandungan di dalamnya. Al quraan adalah
laksana sinar yang memberikan penerangan kepada kehidupan manusia
bagaikan pelita yang memberikan cahaya ke arah hidayah ma’rifah oleh karena
itu, kita sebagai umat islam harus benar – benar mengetahui kandungan-
kandungan yang ada di dalamnya dilihat dari beberapa aspek. Ulumul Quran
adalah salah satu jalan yang bisa membawa kita dala memahami kandungan Al
Quran.
Selain memahami Al Quran kita perlu mengetahui perkembangan Ulumul
Quran secara tidak langsung pemikiran merekalah yang mengilhami kita dalam
memahami Al Quran.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ulumul Quran ?
2. Bagaiman Sejarah Pertunbuhan dan Perkembangan Al-Quran?
3. Apa Saja Pembagian dan Cabang-cabangUlum AL-Quran ?
C. Tujuan
1.Untuk mengetahui Pengertian Ulumul Quran
2. Untuk mengetahui Sejarah Pertunbuhan dan Perkembangan Al-
Quran
3. Untuk mengetahui Pembagian dan Cabang-cabangUlum AL-Quran
v

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulumul Qur’an
Kata ‘Uluum jamak dari kata ‘ilmu. ‘Ilmu berarti al-fahmu walidraak
(“paham dan menguasai”). Kemudian arti kata ini berubah menjadi masalah-
masalah yang beraneka ragam yang disusun secara ilmiah.
Jadi; yang dimaksud dengan ‘ULUUMUL QUR’AN ialah yang membahas
masalah-masalah yang berhubungan dengan Qur’an dari segi asbaabun nuzuul,
an-Nasikh wal mansukh, al-muhkam wal mutasyaabih, al-Makki wal Madani, dan
lain sebagainya yang berhubungan dengan Qur’an. Terkadang ilmu ini
dinamakan juga USUULUT TAFSIIR (“dasar-dasar tafsir”), karena yang dibahas
berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui oleh seorang mufasir
sebagai sandaran dalam menafsirkan Qur’an.
Terdapat berbagai defenisi tentang yang dimaksud dengan Ulumul Qur’an
( ilmu ilmu al-qur’an ). contohnya yaitu :
1.Imam Al-Zarqani dalam kitabnya manahil al-irfan fi ulum al-qur’an
merumuskan Ulumul Qur’an sebagai berikut : “ Pembahasan-pembahasan
masalah yang berhubungan dengan al-qur’an, dari segi turunnya, urut-
urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, mukjizatnya, nasikh
mansukhnya, dan bantahan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan
keragu-raguan terhadap al-qur’an dan sebagainya”.
2. Imam Al-Suyuthi dalam kitab itmamu al-dirayah mengatakan, Ulumul
Qur’an adalah : “ ilmu yang membahas tentang keadaan al-qur’an dari segi
turunnya, sanadnya, adabnya, makna – maknanya, baik yang berhubungan
dengan lafal-lafalnya maupun yang berhubungan dengan hukum-hukumnya,
dan sebagainya”.1
B. Sejarah Pertumbuhan Ulumu Qur'an
1. Ulumul Qur'an pada masa Nabi dan Sahabat
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya sangat mengetahui
makna-makna Al-Qur'an dan ilmu-ilmunya, sebagaimana pengetahuan para
ulama sesudahnya. Hal itu disebabkan karena Rasulullah yang menerima
wahyu dari sisi Allah SWT, juga mendapatkan rahmat-Nya yang berupa
jaminan dari Allah bahwa kalian pasti bisa mengumpulkan wahyu itu ke dalam
dada beliau.
Setiap Rasulullah selesai menerima wahyu ayat Al-Qur'an, beliau
menyampaikan wahyu itu kepada para sahabatnya. Rasulullah SAW
menjelaskan tafsiran-tafsiran ayat Al-Qur'an kepada mereka dengan sabda,
perbuatan, dan persetujuan beliau serta dengan akhlak-akhlak dan sifat
beliau. Para sahabat dahulu tidak / belum membutuhkan pembukuan Ulumul
Qur'an itu adalah karena hal-hal sebagai berikut:

1
Abdul Wahid Ramli.Drs, Ulumul Qur’an, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.hlm 29-30
vi

a.Mereka terdiri dari orang-orang Arab murni yang mempunyai


beberapa keistimewaan, antara lain:
b. Mempunyai daya hafalan yang kuat
c. Mempunyai otak cerdas
d.Mempunyai daya tangkap yang sangat tajam
e. Mempunyai kemampuan bahasa yang luas terhadap segala macam
bentuk ungkapan, baik prosa, puisi, maupun sajak.
a. Kebanyakan mereka terdiri dari orang-orang yang Ummi, tetapi
cerdas.
b. Ketika mereka mengalami kesulitan, langsung bertanya kepada
Rasulullah SAW.
c. Waktu dulu belum ada alat-alat tulis yang memadai.
d. Perintis Dasar Ulumul Qur'an dan pembukuannya
f.Perintis Dasar Ulumul Qur'an
Setelah periode pertama berlalu, datanglah masa pemerintahan
kahlifah Utsman bin Affan. Negara-negara Islam pun telah berkembang luas.
Orang-orang Arab murni telah bercampur baur dengan orang-orang asing
yang tidak kenal bahasa Arab. Percampuran bangsa dan akulturasi
kebudayaan ini menimbulkan kekhawatiran-kekhawatiran. Karena itu,
Kholifah Utsman bin Affan memerintahkan
Kaum muslimin agar seluruh ayat-ayat Al-Qur'an yang telah
dikumpulkan pada masa Kholifah Abu Bakar itu dikumpulkan lagi dalam satu
mushhaf, kemudian di kenal dengan nama Mushhaf Utsman. Dengan
usahanya itu, berarti Kholifah Utsman bin Affan telah meletakkan dasar
pertama, yang kita namakan Ilmu Rasmil Qur'an atau Rasmil Utsmani.
b. Pembukuan Tafsir Al-Qur'an
Setelah dirintis dasar-dasar Ulumul Qur'an, kemudian datanglah masa
pembukuan / penulisan cabang-cabang Ulumul Qur'an. Cita-cita yang
pertama kali mereka laksanakan ialah pembukuan Tafsir Al-Qur'an. Sebab,
tafsir Al-Qur'an dianggap sebagai induk dari ilmu-ilmu Al-Qur'an yang lain.
C. PERKEMBANGAN ULUMUL QUR’AN
Ulumul Qur’an itu sendiri bermula dari Rasulullah SAW, tetapi saat itu
Rasulullah S.A.W tidak mengizinkan mereka menuliskan sesuatu dari dia
selain Qur’an, karena ia khawatir Qur’an akan tercampur dengan yang lain. “
Muslim meriwayatkan dari Abu Sa’id al-khudri, bahwa rasulullah S.A.W
berkata :
“Janganlah kamu tulis dari aku; barang siapa yang menuliskan
dari aku selain Qur’an, hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa
yang dariku; dan itu tiada halangan baginya. Dan barang siapa
yang sengaja berdusta atas namaku, ia akan menempati tempatnya
di api neraka.”
Sekalipun sesudah itu, Rasulullah S.A.W baru mengizinkan kepada
sebagian sahabat untuk menulis hadist, tetapi hal yang berhubungan dengan
Qur’an, para sahabat menulis tetap didasarkan pada riwayat yang melalui
vii

petunjuk di zaman Rasulullah S.A.W., dimasa kekhalifahan Abu Bakar dan


Umar r.a.
Kemudian datang masa kekhalifahan Usman r.a dan keadaan
menghendaki untuk menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf. Dan hal
itu pun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf imam. Salinan salinan mushaf
itu juga dikirimkan ke beberapa propinsi. Penulisan mushaf tersebut
dinamakan Rasmul ‘Usmani yaitu dinisbahkan kepada Usman.r.a. Dan ini
dianggap sebagai permulaan dari ‘Ilmu Rasmil Qur’an.
Kemudian datang masa kekhalifahan Ali r.a. Dan atas perintahnya,
Abul Aswad ad-Du’ali meletakkan kaidah kaidah Nahwu, cara pengucapan
yang tepat, baku, dan memberikan ketentuan harakat pada Qur’an. Ini juga
dianggap sebagai permulaan ‘Ilmu I’rabil Qur’an.
Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam
menyampaikan makna-makna Qur’an dan penafsiran ayat-ayatnya yang
berbeda-beda dalam memahami dan karena adanya perbedaan lama dan
tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah SAW. Hal yang demikian
diteruskan oleh murid-murid mereka, yaitu para tabi’in.
Diantara para mufasir yang termasyhur dari para sahabat adalah
empat orang khalifah, kemudian Ibn Mas’ud, Ibn ‘Abbas, Ubai bin Ka’b, Zaid
bin Sabit, Abu Musa al- Asy’ari dan Abdullah bin Zubair.
Banyak riwayat mengenai tafsir yang diambil dari Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Mas’ud, dan Ubai bin Ka’b. Dan apa yang diriwayatkan dari
mereka tidak berarti sudah merupakan tafsir Qur’an yang sempurna. Tetapi
terbatas hanya pada makna beberapa ayat dengan penafsiran tentang apa
yang masih samara dan penjelasan apa yang masih global. Mengenai para
tabi’in, diantara mereka ada satu kelompok terkenal yang mengambil ilmu ini
dari para sahabat disamping mereka sendiri bersungguh-sungguh atau
melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat.
Diantara murid-murid Ibn Abbas di Mekkah yang terkenal ialah Sa’id
bin jubair, Mujahid, ‘Ikrimah bekas sahaya (maula) Ibn Abbas, Tawus bin
Kisan al-Yamani dan ‘Ataa’ bin Abi Rabaah.
Dan terkenal pula diantara murid-murid Ubai bin Ka’b di medinah, Zaid
bin Aslam, Abul ‘Aliyah dan Muhammad bin Ka’b al-Qurazi.
Dari murid-murid Abdullah bin Mas’ud di Irak yang terkenal ‘Alqamah
bin Qais, Masruq, al-Aswad bin Yazid, ‘Amir asy-Sya’bi, Hasan al-Basri dan
Qatadah bin Di’amah as-Sadusi.
Ibnu Taimiyah berkata : “Adapun mengenai Ilmu tafsir, orang yang
paling tahu adalah penduduk Mekkah, karena mereka sahabat Ibn Abbas,
seperti Mujahid, ‘Ataa’ bin Abi Rabaah, ‘Ikrimah maula Ibn Abbas dan sahabat
sahabat Ibn Abbas lainnya. Begitu juga penduduk Kufah dari sahabat Ibn
Mas’ud; dan mereka itu mempunyai kelebihan dari ahli tafsir yang lain. Ulama
penduduk Medinah dalam ilmu tafsir diantaranya adalah Zubair bin Aslam,
Malik dan anaknya Abdurrahman serta Abdullah bin Wahb.
viii

Dan yang diriwayatkan dari mereka itu semua meliputi ilmu Tafsir, ilmu
Gariibil Qur’an, ilmu Asbaabun Nuzuul, ilmu Makki Wal Madani, dan ilmu
Nasikh dan Mansukh. Tetapi semua itu tetap didasarkan pada riwayat dengan
cara didiktekan.
Pada abad kedua hijri tiba masa pembukuan (tadwiin)yang dimulai
dengan pembukuan hadist dengan segala babnya yang bermacam-macam;
dan itu juga menyangkut hal berhubungan dengan tafsir. Maka sebagian
ulama membukukan tafsir Qur’an yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW,
dari para sahabat atau dari para tabi’in.
Diantara mereka itu, yang terkenal adalah Yazid bin Harun as-Sulami
(wafat 117H), Syu’bah bin Hajjaj (wafat 160H), Waki’ bin Jarraah (wafat
197H), Sufyan bin ‘Uyainah (wafat 198), dan ‘Abdurrazzaq bin hammam
(wafat 112H). Mereka semua adalah para ahli hadist. Sedang tafsir yang
mereka susun merupakan salah satu bagiannya. Namun tafsir mereka yang
tertulis tidak ada yang sampai ke tangan kita.
Kemudian langkah mereka diikuti oleh segolongan ulama. Mereka
menyusun tafsir Qur’an yang lebih sempurna berdasarkan susunan ayat. Dan
yang paling terkenal diantara mereka ada Ibn Jarir at-Tabari (wafat 310H).
Demikianlah tafsir pada mulanya dinukilkan (dipindahkan) melalui penerimaan
(dari mulut ke mulut) dari riwayat, kemudian dibukukan sebagai salah satu
bagian hadist; selanjutnya ditulis secara bebas dan mandiri. Maka
berlangsunglah proses kelahiran at-tafsir bil ma’sur (berdasarkan riwayat),
lalu diikuti oleh at-tafsir bir ra’yi (berdasarkan penalaran).
Disamping ilmu tafsir, lahir pula karangan yang berdiri sendiri
mengenai pokok-pokok pembahasan tertentu yang berhubungan dengan
Qur’an, dan hal ini sangat diperlukan oleh seorang mufasir. 2
Pada abad ketiga hijri, ada :
a. Ali bin al-Madani (wafat 234H), guru Bukhari, menyusun
karangannya mengenai asbaabun nuzuul.
b. Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Salam (wafat 224H), menulis tentang
Nasikh-Mansukh dan Qira’aat.
c. Ibn Qutaibah (wafat 276H), menyusun tentang problematika Qur’an /
Musykilatul Qur’an.
d. Pada abad keempat hijri, ada :
e. Muhammad bin khalaf bin Marzaban (wafat 309H), menyusun al-
Haawii faa ‘Uluumil Qur’an.
f. Abu Muhammad bin Qasim al-Anbari (wafat 351H), juga menulis
tentang ilmu-ilmu Qur’an.
g. Abu Bakar as-Sijistani (wafat 330H), menyusun Ghariibil Qur’an.
h.Muhammad bin Ali al-Adfawi (wafat 388H), menyusun al-Istignaa’fi
‘Uluumil Qur’an.

2
Al-Alwi Sayyid Muhammad Ibn Sayyid Abbas, Faidl Al-Khobir, Al-Hidayah, Surabaya.hlm 37-38
ix

i. Kemudian kegiatan karang mengarang dalam hal ilmu ilmu Qur’an


tetap berlangsung sesudah itu, seperti :
j. Abu Bakar al-Baqalani (wafat 403H), menyusun I’jazul Qur’an.
k. Ali bin Ibrahim bin Sa’id al-Hufi (wafat 430H), menulis mengenai
I’raabul Qur’an.
l. Al-Mawardi (wafat 450H), menyusun tentang tamsil-tamsil dalam
Qur’an (Amsaalul Qur’an).
m. Al-‘Izz bin ‘Abdus Salam (wafat 660H), menyusun tentang majaz
dalam Qur’an.
n. Alamuddin as-Sakhawi (wafat 634H), menulis mengenai ilmu Qira’at
(cara membaca Qur’an) dan Aqsaaul Qur’an.
Setiap penulis dalam karangannya itu menulis bidang dan
pembahasan tertentu yang berhubungan dengan ilmu-ilmu Qur’an.
Sedang pengumpulan hasil pembahasan dan bidang-bidang tersebut
mengenai ilmu-ilmu Qur’an, semuanya atau sebagian besarnya dalam satu
karangan, maka Syaikh Muhammad ‘Abdul ‘Aziim az-Zarqaani menyebutkan
didalam kitabnya Manaahilul ‘Irfan fi ‘Uluumil Qur’an bahwa ia telah
menemukan didalam perpustakaan Mesir sebuah kitab yang ditulis oleh Ali
bin Ibrahim bin Sa’id yang terkenal dengan al-Hufi, judulnya al-Burhaan fi
‘uluumil Qur’an yang terdiri atas tiga puluh jilid.
Pengarang membicarakan ayat-ayat Qur’an menurut tertib mushaf. Dia
membicarakan ilmu-ilmu Qur’an yang dikandung ayat itu secara tersendiri,
masing-masing diberi judul sendiri pula, dan judul yang umum disebut dengan
al-Qaul fii Qaulihi ‘Azza wa jalla (pendapat mengenai firman Allah ‘Azza wa
jalla). Kemudian dibawah judul ini dicantumkan :
a. al-Qaul fil I’rab (pendapat mengenai morfologi)
b. al-Qaul fil ma’naa wat Tafsir (pendapat mengenai makna dan
tafsirnya)
c. al-Qaul fil waqfi wat tamaam ( pendapat mengenai tanda berhenti
dan tidak)
Sedangkan Qira’at diletakkan dalam judul tersendiri pula, yang disebut
al-Qaul fil Qira’at (pendapat mengenai qira’at). Dan kadang ia berbicara
tentang hukum-hukum dalam Qur’an.
Dengan metode seperti ini, al-Hufi (wafat 330H) dianggap sebagai
orang pertama yang membukukan ‘Ulumul Qur’an/ ilmu-ilmu Qur’an.
Meskipun pembukuannya memakai cara tertentu seperti yang disebut diatas.
Kemudian karang mengarang tentang ilmu-ilmu Qur’an terus berlanjut,
seperti ada :3
a. Ibnul jauzi (wafat 597H), dengan menulis sebuah kitab berjudul
Funuunul Afnaan fi ‘Aja’ibi ‘Uluumil Qur’an.

3
Imam Al-Zarqani, manahil al-irfan fi ulum al-qur’an .hlm 65-66
x

b. Badruddin az-Zarkasyi (wafat 794H), menulis sebuah kitab lengkap


dengan judul al-Burhaan fi ‘Uluumil Qur’an.
c.Jalaluddin al-Balqini (wafat 824H), memberikan tambahan atas kitab
al-Burhan didalam kitabnya Mawaqi’ul ‘Uluum min Mawaaqi’in Nujuum.
d.Jalaluddin as-Suyuti (wafat 911H), menyusun kitab yang terkenal al-
Itqaan fi Uluumil Qur’an.
Kepustakaan ilmu-ilmu Qur’an pada masa kebangkitan modern
tidaklah lebih kecil daripada nasib ilmu-ilmu yang lain. Orang-orang yang
menghubungkan diri dengan gerakan pemikiran islam telah mengambil
langkah yang positif dalam membahas kandungan Qur’an dengan metode
baru pula, seperti :
a. Kitab I’jaazul Qur’an, yang ditulis oleh Mustafa Sadiq ar-Rafi’i.
b. Kitab at-Taswiirul Fanni fil Qur’an dan Masyaahidul Qiyaamah fil
Qur’an, oleh Sayid Qutb.
c. Kitab Tarjamatul Qur’an, oleh Muhammad Mustafa al-Maragi.
d. Kitab Mas’alatu Tarjamatil Qur’an, oleh Mustafa Sabri.
e. Kitab an-Naba’ul ‘Aziim, oleh Dr. Muhammad ‘Abdullah Daraz.
f. Kitab Mukaddimah tafsir Mahaasinut Ta’wil, oleh Jamaluddin al-
Qasimi.
g. Kitab at-Tibyaan fi ‘uluumil Qur’an, oleh Syaikh Tahir al-Jaza’iri.
h. Kitab Manhajul Furqaan fi ‘Uluumil Qur’an, oleh Syaikh Muhammad
‘Ali Salamah.
i. Kitab Manaahilul ‘irfan fi ‘Uluumil Qur’an, oleh Muhammad ‘Abdul
‘Azim az-Zarqani.
j. Kitab Muzakkiraat ‘Uluumil Qur’an, oleh Syaikh Ahmad ‘Ali.
Dan akhirnya muncul Kitab Mabaahisu fi ‘Uluumil Qur’an oleh Dr.
Subhi as-Salih. Juga diikuti oleh Ustadz Ahmad Muhammad Jaml yang
menulis beberapa studi sekitar masalah “Maa’idah” dalam Qur’an.
Pembahasan-pembahasan tersebut diatas dikenal dengan sebutan
‘ULUUMUL QUR’AN, dan kata ini telah menjadi istilah atau nama khusus bagi
ilmu-ilmu tersebut.
D. Ruang Lingkup Ulumul Qur’an dan pembagian ulumul quran
Dari uraian diatas tersebut tergambar bahwa Ulumul Qur’an adalah
ilmu ilmu yang berhubungan dengan berbagai aspek yang terkait dengan
keperluan membahas al-qur’an. Subhi al-shalih lebih lanjut menjelaskan
bahwa para perintis ilmu al-qur’an adalah sebagai berikut :
2. Dari kalangan sahabat nabi
3. Dari kalangan tabi’in di madinah
4. Dari kalangan tabi’ut tabi’in (generasi ketiga kaum muslimin)
5. Dan dari generasi-generasi setelah itu.
Para ulama mufasir dari semua kalangan dan generasi-generasi yang
tercakup dalam lingkup Uluumul Qur’an menafsirkan Qur’an selalu berpegang
pada :
1. Al-Qur’anul Karim
xi

Sebab apa yang yang dikemukakan secara global di satu tempat/ayat


dijelaskan secara terperinci ditempat/ayat yang lain. Terkadang pula sebuah
ayat datang dalam bentuk mutlaq atau umum namun kemudian disusul oleh
ayat lain yang membatasi atau mengkhususkannya. Inilah yang dinamakan
“Tafsir Qur’an dengan Qur’an”.
2. Nabi S.A.W
Mengingat beliaulah yang bertugas untuk menjelaskan Qur’an. Karena
itu wajarlah kalau para sahabat bertanya kepada beliau ketika mendapatkan
kesulitan dalam memahami sesuatu ayat. Diantara kandungan Qur’an
terdapat ayat ayat yang tidak dapat diketahui ta’wilnya kecuali melalui
penjelasan Rasulullah . misalnya rincian tentang perintah dan larangan-Nya
serta ketentuan mengenai hukum-hukum yang difardhukan-Nya.
3. Para Sahabat
Mengingat para sahabatlah yang paling dekat dan tahu dengan apa
yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Riwayat dari para sahabat yang berasal
dari Rasulullah SAW cukup menjadi acuan dalam mengembangkan ilmu-ilmu
Qur’an. Dan yang cukup banyak menafsirkan Qur’an seperti empat orang
khalifah dan para sahabat lainnya.
4. Pemahaman dan ijtihad
Apabila para sahabat tidak mendapatkan tafsiran dalam Qur’an dan
tidak pula mendapatkan sesuatu pun yang berhubungan dengan hal itu dari
Rasulullah, dan banyak perbedaan-perbedaan dari kalangan sahabat, maka
mereka melakukan ijtihad dengan mengerahkan segenap kemampuan nalar.
Ini mengingat mereka adalah orang-orang Arab asli yang sangat menguasai
bahasa Arab, memahaminya dengan baik dan mengetahui aspek-aspek yang
ada didalamnya.
Pada masa kalangan sahabat, tidak ada sedikit pun tafsir / ilmu ilmu
tentang Qur’an yang dibukukan, sebab pembukuan baru dilakukan pada abad
kedua hijri. Masa pembukuan dimulai pada akhir dinasti Bani Umayah dan
awal dinasti Abbasiyah.4
E. Cabang-Cabang ulumul Qur’an
Secara garis besar Ulumul Qur’an terbagi dua, yaitu:
a. Ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata mata, seperti ilmu
qira’at, tempat turunnya ayat-ayat al-qur’an, waktu turunnya, dan sebab-
sebabnya.
b. Ilmu yang berhubungan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh dengan
jalan penelaahan secara mendalam seperti memahami lafal yang gharib
(asing pengertiannya) serta mengetahui makna ayat yang berhubungan
dengan hukum.
Tujuan mempelajari ulumul qur’an ini adalah untuk memperoleh
keahlian dalam mengistimbath hukum syara’, baik mengenai keyakinan atau
I’tiqad, amalan, budi pekerti, maupun lainnya. Cabang-cabang dari Ulumul
Qur’an adalah sebagai berikut :
4
Imam Al-Suyuthi itmamu al-dirayah hlm 97
xii

Ilmu Mawathin al-nuzul yaitu : ilmu yang menerangkan tempat tempat


turunnya ayat, masanya, awal dan akhirnya.
Ilmu Tawarikh al-nuzul yaitu : ilmu yang menerangkan dan
menjelaskan masa turun ayat dan tertib turunnya, satu demi satu dari awal
turun hingga akhirnya, dan tertib turun surat dengan sempurna.
Ilmu Asbab al-nuzul yaitu : ilmu yang menerangkan sebab sebab
turunnya ayat.
Ilmu Qira’at yaitu : ilmu yang menerangkan rupa-rupa Qira’at ( bacaan
Al-Qur’an yang diterima dari Rasulullah SAW ).
Ilmu tajwid yaitu : ilmu yang menerangkan cara membaca al-qur’an,
tempat mulai dan pemberhentiannya.
Ilmu Gharib al-qur’an yaitu : ilmu yang menerangkan makna kata-kata
yang ganjil yang tidak terdapat dalam kitab-kitab biasa, atau tidak terdapat
dalam percakapan sehari-hari. Ilmu ini menerangkan makna-makna kata yang
halus, tinggi, dan pelik.
Ilmu I’rabil qur’an yaitu : ilmu yang menerangkan baris al-qur’an dan
kedudukan lafal dalam ta’bir ( susunan kalimat ).
Ilmu Wujuh wa al-nazhair yaitu : ilmu yang menerangkan kata-kata al-
qur’an yang banyak arti, menerangkan makna yang dimaksud pada satu-satu
tempat.
Ilmu Ma’rifat al-muhkam wa al-mutasyabih yaitu : ilmu yang
menyatakan ayat ayat yang dipandang muhkam dan ayat ayat yang dianggap
mutasyabih.
Ilmu Al-Nasikh wa al-Mansukh yaitu : ilmu yang menerangkan ayat
ayat yang dianggap mansukh oleh sebagian mufasir.
Ilmu Bada’I al-qur’an yaitu : ilmu yang membahas keindahan
keindahan al-qur’an. ilmu ini menerangkan kesusastraan al-qur’an, kepelikan,
dan ketinggian balaghahnya.
Ilmu I’daz al-qur’an yaitu : ilmu yang menerangkan kekuatan susunan
tutur al-qur’an, sehingga ia dipandang sebagai mukjizat.
Ilmu Tanasub ayat al-qur’an yaitu : ilmu yang menerangkan
persesuaian antara suatu ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
Ilmu Aqsam al-qur’an yaitu : ilmu yang menerangkan arti dan maksud-
maksud sumpah tuhan atau sumpah-sumpah lainnya yang terdapat di al-
qur’an.
Ilmu Amtsal al-qur’an yaitu : ilmu yang menerangkan segala
perumpamaan yang ada dalam al-qur’an.
Ilmu Jidal al-qur’an yaitu : ilmu untuk mengetahui rupa rupa debat yang
dihadapkan al-qur’an kepada kaum musyrikin dan lainnya.
Ilmu Adab al-tilawah al-qur’an yaitu : ilmu yang mempelajari segala
bentuk aturan yang harus dipakai dan dilaksanakan didalam membaca al-
qur’an. Segala kesusilaan, kesopanan, dan ketentuan yang harus dijaga
ketika membaca al-qur’an.
xiii

Dan ilmu-ilmu lain yang membahas tentang Al-Qur’an. 5

BAB III
PENUTUP
5
Abdul Wahid Ramli.Drs, Ulumul Qur’an, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.hlm 54-55
xiv

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa
kata Ulumul Qur’an secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari
dua kata, yaitu “ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ulum adalah bentuk jama’ dari kata
“ilmu” yang berarti ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan kepada kata Al-Qur’an
telah memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu
yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-
Qur’an maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di
dalamnya. Sedangkan secara terminologi dapat disimpulkan bahwa ulumul
qur’an adalah ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan Al-
Qur’an, baik dari aspek keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun aspek
pemahaman kandunganya sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia.
Ulumul Qur’an merupakan suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup
pembahasan yang luas. Ulumul Qur’an meliputi semua ilmu yang ada kaitanya
dengan Al-Qur’an, baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir maupun ilmu-
ilmu bahasa Arab. Disamping itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tercakup di
dalamnya.
Secara garis besar Ilmu alQur’an terbagi dua pokok bahasan yaitu :
1.Ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata-mata, seperti ilmu
yang membahas tentang macam-macam qira’at, tempat turun ayat-ayat Al-
Qur’an, waktu-waktu turunnya dan sebab-sebabnya.
2.Ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh
dengan jalan penelaahan secara mendalam seperti memahami lafadz yang
ghorib (asing) serta mengetahui makna ayat-ayat yang berhubungan dengan
hukum.

DAFTAR PUSTAKA
xv

Abdul Wahid Ramli.Drs, Ulumul Qur’an, Raja Grafindo Persada,


Jakarta, 2002
Nata Abuddin, Al-Qur’an dan Hadits, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1992
Al-Alwi Sayyid Muhammad Ibn Sayyid Abbas, Faidl Al-Khobir, Al-
Hidayah, Surabaya
Imam Al-Zarqani, manahil al-irfan fi ulum al-qur’an
Imam Al-Suyuthi itmamu al-dirayah

Anda mungkin juga menyukai