MAKALAH
Sejarah Pertumbuhan Ulumul Quran
Dosen Pengampu :
Anuarsyah,M.Pd
Disusun Oleh :
1. Indah Agustin (235912080)
2. Puji Amelia (23591125)
3. Romi Pradana Rhomadan (23591153)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr., Wb.
Segala puji atas kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul : Sejarah
Pertumbuhan ulumul quran” yang dibimbing oleh Bapak Anuarsyah,M.Pd.
Pemakalah
iii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alqur’an adalah sumber hukum islam yang pertama. Sehingga hendaknya
kita arus dapat memahami tentang kandungan di dalamnya. Al quraan adalah
laksana sinar yang memberikan penerangan kepada kehidupan manusia
bagaikan pelita yang memberikan cahaya ke arah hidayah ma’rifah oleh karena
itu, kita sebagai umat islam harus benar – benar mengetahui kandungan-
kandungan yang ada di dalamnya dilihat dari beberapa aspek. Ulumul Quran
adalah salah satu jalan yang bisa membawa kita dala memahami kandungan Al
Quran.
Selain memahami Al Quran kita perlu mengetahui perkembangan Ulumul
Quran secara tidak langsung pemikiran merekalah yang mengilhami kita dalam
memahami Al Quran.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ulumul Quran ?
2. Bagaiman Sejarah Pertunbuhan dan Perkembangan Al-Quran?
3. Apa Saja Pembagian dan Cabang-cabangUlum AL-Quran ?
C. Tujuan
1.Untuk mengetahui Pengertian Ulumul Quran
2. Untuk mengetahui Sejarah Pertunbuhan dan Perkembangan Al-
Quran
3. Untuk mengetahui Pembagian dan Cabang-cabangUlum AL-Quran
v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulumul Qur’an
Kata ‘Uluum jamak dari kata ‘ilmu. ‘Ilmu berarti al-fahmu walidraak
(“paham dan menguasai”). Kemudian arti kata ini berubah menjadi masalah-
masalah yang beraneka ragam yang disusun secara ilmiah.
Jadi; yang dimaksud dengan ‘ULUUMUL QUR’AN ialah yang membahas
masalah-masalah yang berhubungan dengan Qur’an dari segi asbaabun nuzuul,
an-Nasikh wal mansukh, al-muhkam wal mutasyaabih, al-Makki wal Madani, dan
lain sebagainya yang berhubungan dengan Qur’an. Terkadang ilmu ini
dinamakan juga USUULUT TAFSIIR (“dasar-dasar tafsir”), karena yang dibahas
berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui oleh seorang mufasir
sebagai sandaran dalam menafsirkan Qur’an.
Terdapat berbagai defenisi tentang yang dimaksud dengan Ulumul Qur’an
( ilmu ilmu al-qur’an ). contohnya yaitu :
1.Imam Al-Zarqani dalam kitabnya manahil al-irfan fi ulum al-qur’an
merumuskan Ulumul Qur’an sebagai berikut : “ Pembahasan-pembahasan
masalah yang berhubungan dengan al-qur’an, dari segi turunnya, urut-
urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, mukjizatnya, nasikh
mansukhnya, dan bantahan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan
keragu-raguan terhadap al-qur’an dan sebagainya”.
2. Imam Al-Suyuthi dalam kitab itmamu al-dirayah mengatakan, Ulumul
Qur’an adalah : “ ilmu yang membahas tentang keadaan al-qur’an dari segi
turunnya, sanadnya, adabnya, makna – maknanya, baik yang berhubungan
dengan lafal-lafalnya maupun yang berhubungan dengan hukum-hukumnya,
dan sebagainya”.1
B. Sejarah Pertumbuhan Ulumu Qur'an
1. Ulumul Qur'an pada masa Nabi dan Sahabat
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya sangat mengetahui
makna-makna Al-Qur'an dan ilmu-ilmunya, sebagaimana pengetahuan para
ulama sesudahnya. Hal itu disebabkan karena Rasulullah yang menerima
wahyu dari sisi Allah SWT, juga mendapatkan rahmat-Nya yang berupa
jaminan dari Allah bahwa kalian pasti bisa mengumpulkan wahyu itu ke dalam
dada beliau.
Setiap Rasulullah selesai menerima wahyu ayat Al-Qur'an, beliau
menyampaikan wahyu itu kepada para sahabatnya. Rasulullah SAW
menjelaskan tafsiran-tafsiran ayat Al-Qur'an kepada mereka dengan sabda,
perbuatan, dan persetujuan beliau serta dengan akhlak-akhlak dan sifat
beliau. Para sahabat dahulu tidak / belum membutuhkan pembukuan Ulumul
Qur'an itu adalah karena hal-hal sebagai berikut:
1
Abdul Wahid Ramli.Drs, Ulumul Qur’an, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.hlm 29-30
vi
Dan yang diriwayatkan dari mereka itu semua meliputi ilmu Tafsir, ilmu
Gariibil Qur’an, ilmu Asbaabun Nuzuul, ilmu Makki Wal Madani, dan ilmu
Nasikh dan Mansukh. Tetapi semua itu tetap didasarkan pada riwayat dengan
cara didiktekan.
Pada abad kedua hijri tiba masa pembukuan (tadwiin)yang dimulai
dengan pembukuan hadist dengan segala babnya yang bermacam-macam;
dan itu juga menyangkut hal berhubungan dengan tafsir. Maka sebagian
ulama membukukan tafsir Qur’an yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW,
dari para sahabat atau dari para tabi’in.
Diantara mereka itu, yang terkenal adalah Yazid bin Harun as-Sulami
(wafat 117H), Syu’bah bin Hajjaj (wafat 160H), Waki’ bin Jarraah (wafat
197H), Sufyan bin ‘Uyainah (wafat 198), dan ‘Abdurrazzaq bin hammam
(wafat 112H). Mereka semua adalah para ahli hadist. Sedang tafsir yang
mereka susun merupakan salah satu bagiannya. Namun tafsir mereka yang
tertulis tidak ada yang sampai ke tangan kita.
Kemudian langkah mereka diikuti oleh segolongan ulama. Mereka
menyusun tafsir Qur’an yang lebih sempurna berdasarkan susunan ayat. Dan
yang paling terkenal diantara mereka ada Ibn Jarir at-Tabari (wafat 310H).
Demikianlah tafsir pada mulanya dinukilkan (dipindahkan) melalui penerimaan
(dari mulut ke mulut) dari riwayat, kemudian dibukukan sebagai salah satu
bagian hadist; selanjutnya ditulis secara bebas dan mandiri. Maka
berlangsunglah proses kelahiran at-tafsir bil ma’sur (berdasarkan riwayat),
lalu diikuti oleh at-tafsir bir ra’yi (berdasarkan penalaran).
Disamping ilmu tafsir, lahir pula karangan yang berdiri sendiri
mengenai pokok-pokok pembahasan tertentu yang berhubungan dengan
Qur’an, dan hal ini sangat diperlukan oleh seorang mufasir. 2
Pada abad ketiga hijri, ada :
a. Ali bin al-Madani (wafat 234H), guru Bukhari, menyusun
karangannya mengenai asbaabun nuzuul.
b. Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Salam (wafat 224H), menulis tentang
Nasikh-Mansukh dan Qira’aat.
c. Ibn Qutaibah (wafat 276H), menyusun tentang problematika Qur’an /
Musykilatul Qur’an.
d. Pada abad keempat hijri, ada :
e. Muhammad bin khalaf bin Marzaban (wafat 309H), menyusun al-
Haawii faa ‘Uluumil Qur’an.
f. Abu Muhammad bin Qasim al-Anbari (wafat 351H), juga menulis
tentang ilmu-ilmu Qur’an.
g. Abu Bakar as-Sijistani (wafat 330H), menyusun Ghariibil Qur’an.
h.Muhammad bin Ali al-Adfawi (wafat 388H), menyusun al-Istignaa’fi
‘Uluumil Qur’an.
2
Al-Alwi Sayyid Muhammad Ibn Sayyid Abbas, Faidl Al-Khobir, Al-Hidayah, Surabaya.hlm 37-38
ix
3
Imam Al-Zarqani, manahil al-irfan fi ulum al-qur’an .hlm 65-66
x
BAB III
PENUTUP
5
Abdul Wahid Ramli.Drs, Ulumul Qur’an, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.hlm 54-55
xiv
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa
kata Ulumul Qur’an secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari
dua kata, yaitu “ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ulum adalah bentuk jama’ dari kata
“ilmu” yang berarti ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan kepada kata Al-Qur’an
telah memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu
yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-
Qur’an maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di
dalamnya. Sedangkan secara terminologi dapat disimpulkan bahwa ulumul
qur’an adalah ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan Al-
Qur’an, baik dari aspek keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun aspek
pemahaman kandunganya sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia.
Ulumul Qur’an merupakan suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup
pembahasan yang luas. Ulumul Qur’an meliputi semua ilmu yang ada kaitanya
dengan Al-Qur’an, baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir maupun ilmu-
ilmu bahasa Arab. Disamping itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tercakup di
dalamnya.
Secara garis besar Ilmu alQur’an terbagi dua pokok bahasan yaitu :
1.Ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata-mata, seperti ilmu
yang membahas tentang macam-macam qira’at, tempat turun ayat-ayat Al-
Qur’an, waktu-waktu turunnya dan sebab-sebabnya.
2.Ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh
dengan jalan penelaahan secara mendalam seperti memahami lafadz yang
ghorib (asing) serta mengetahui makna ayat-ayat yang berhubungan dengan
hukum.
DAFTAR PUSTAKA
xv