Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an
Dosen Pengampuh:
Mhd. Syahdan Lubis, MA
Disusun Oleh
Alwi Rachman Chaniago
Leli Hatari Nasution
Riaty Risanna Saragi Munte
Puji syukur kehadirat Allah SWT, sumber segala nikmat dan karunia yang tiada
SAW, manusia pilihan yang telah memerikan cahaya kepada manusia dan alam
Berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
meskipun masih banyak kekurangan. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
kekurangan untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
Tujuan Pembahasan...............................................................................................1
Kesimpulan............................................................................................................12
Daftar Pustaka.......................................................................................................13
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sering kita mendengar tentang kata ‘Ulimul Qur’an. Apa yang disebut
‘UlumulQur’an itu?. sebelum kita membahas pengertian ‘Ulumul Qur’an kita
harus mengetahui asal-usul kata Al-Qur’an. Imam As Syafi’i berpendapat, bahwa
kata Al-Qur’an bukan merupakan kata yang mempunyai asal-usul seperti lafadh-
lafadh lainnya dalam bahasa Arab, tetapi kata yang satu ini merupakan nama
(alam asma) yang secara spesifik dianugerahkan oleh Yang Maha Pengatur
sebagai nama bagi kitab suci yang terakhir yang diturunkan kepada nabi terakhir
yang menyeru umatnya dalam kehidupan di zaman akhir demi mencapai
kebahagiaan di alam akhir sebagai tujuan terakhir.
Oleh karena itu, kami tertarik menulis makalah tentang ‘Ulumul Qur’an
ini, untuk memahami lebih dalam tentang ‘Ulumul Qur’an dan
memberitahukannya kepada masyarakat tentang ‘Ulumul Qur’an.
(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas
mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas
seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-
orang yang berserah diri. (QS. An-Nahl: 89)
B. Tujuan Pembahasan
1
3. Untuk Mengetahui Cabang-Cabang Ulumul Qur’an
PEMBAHASAN
Kata ‘Uluum jamak dari kata ‘ilmu. ‘Ilmu berarti al-fahmu walidraak
(“paham dan menguasai”). Kemudian arti kata ini berubah menjadi masalah-
masalah yang beraneka ragam yang disusun secara ilmiah.1
2
lafal-lafalnya maupun yang berhubungan dengan hukum-hukumnya, dan
sebagainya”.
3
bahasa Arab. Percampuran bangsa dan akulturasi kebudayaan ini menimbulkan
kekhawatiran-kekhawatiran Karena itu, Kholifah Utsman bin Affan
memerintahkan
Ulumul Qur’an itu sendiri bermula dari Rasulullah SAW, tetapi saat itu
Rasulullah S.A.W tidak mengizinkan mereka menuliskan sesuatu dari dia selain
Qur’an, karena ia khawatir Qur’an akan tercampur dengan yang lain. “Muslim
meriwayatkan dari Abu Sa’id al-khudri, bahwa rasulullah S.A.W berkata :
“Janganlah kamu tulis dari aku; barang siapa yang menuliskan dari aku selain
Qur’an, hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa yang dariku; dan itu tiada halangan
baginya. Dan barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku, ia akan menempati
tempatnya di api neraka.”
4
Kemudian datang masa kekhalifahan Usman r.a dan keadaan menghendaki
untuk menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf. Dan hal itu pun terlaksana.
Mushaf itu disebut mushaf imam. Salinan salinan mushaf itu juga dikirimkan ke
beberapa propinsi. Penulisan mushaf tersebut dinamakan Rasmul ‘Usmani yaitu
dinisbahkan kepada Usman.r.a. Dan ini dianggap sebagai permulaan dari ‘Ilmu
Rasmil Qur’an.
Kemudian datang masa kekhalifahan Ali r.a. Dan atas perintahnya, Abul
Aswad ad-Du’ali meletakkan kaidah kaidah Nahwu, cara pengucapan yang tepat,
baku, dan memberikan ketentuan harakat pada Qur’an. Ini juga dianggap sebagai
permulaan ‘Ilmu I’rabil Qur’an.
Diantara para mufasir yang termasyhur dari para sahabat adalah empat
orang khalifah, kemudian Ibn Mas’ud, Ibn ‘Abbas, Ubai bin Ka’b, Zaid bin Sabit,
Abu Musa al- Asy’ari dan Abdullah bin Zubair.
Banyak riwayat mengenai tafsir yang diambil dari Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Mas’ud, dan Ubai bin Ka’b. Dan apa yang diriwayatkan dari mereka
tidak berarti sudah merupakan tafsir Qur’an yang sempurna. Tetapi terbatas hanya
pada makna beberapa ayat dengan penafsiran tentang apa yang masih samara dan
penjelasan apa yang masih global. Mengenai para tabi’in, diantara mereka ada
satu kelompok terkenal yang mengambil ilmu ini dari para sahabat disamping
mereka sendiri bersungguh-sungguh atau melakukan ijtihad dalam menafsirkan
ayat.
Diantara murid-murid Ibn Abbas di Mekkah yang terkenal ialah Sa’id bin
jubair, Mujahid, ‘Ikrimah bekas sahaya (maula) Ibn Abbas, Tawus bin Kisan al-
Yamani dan ‘Ataa’ bin Abi Rabaah.
5
Dan terkenal pula diantara murid-murid Ubai bin Ka’b di medinah, Zaid bin
Aslam, Abul ‘Aliyah dan Muhammad bin Ka’b al-Qurazi.
Ibnu Taimiyah berkata : “Adapun mengenai Ilmu tafsir, orang yang paling
tahu adalah penduduk Mekkah, karena mereka sahabat Ibn Abbas, seperti
Mujahid, ‘Ataa’ bin Abi Rabaah, ‘Ikrimah maula Ibn Abbas dan sahabat sahabat
Ibn Abbas lainnya. Begitu juga penduduk Kufah dari sahabat Ibn Mas’ud; dan
mereka itu mempunyai kelebihan dari ahli tafsir yang lain. Ulama penduduk
Medinah dalam ilmu tafsir diantaranya adalah Zubair bin Aslam, Malik dan
anaknya Abdurrahman serta Abdullah bin Wahb.
Dan yang diriwayatkan dari mereka itu semua meliputi ilmu Tafsir, ilmu
Gariibil Qur’an, ilmu Asbaabun Nuzuul, ilmu Makki Wal Madani, dan ilmu
Nasikh dan Mansukh. Tetapi semua itu tetap didasarkan pada riwayat dengan cara
didiktekan.
Pada abad kedua hijri tiba masa pembukuan (tadwiin)yang dimulai dengan
pembukuan hadist dengan segala babnya yang bermacam-macam; dan itu juga
menyangkut hal berhubungan dengan tafsir. Maka sebagian ulama membukukan
tafsir Qur’an yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW, dari para sahabat atau dari
para tabi’in.
Diantara mereka itu, yang terkenal adalah Yazid bin Harun as-Sulami
(wafat 117H), Syu’bah bin Hajjaj (wafat 160H), Waki’ bin Jarraah (wafat 197H),
Sufyan bin ‘Uyainah (wafat 198), dan ‘Abdurrazzaq bin hammam (wafat 112H).
Mereka semua adalah para ahli hadist. Sedang tafsir yang mereka susun
merupakan salah satu bagiannya. Namun tafsir mereka yang tertulis tidak ada
yang sampai ke tangan kita.
6
Kemudian langkah mereka diikuti oleh segolongan ulama. Mereka
menyusun tafsir Qur’an yang lebih sempurna berdasarkan susunan ayat. Dan yang
paling terkenal diantara mereka ada Ibn Jarir at-Tabari (wafat 310H).
Demikianlah tafsir pada mulanya dinukilkan (dipindahkan) melalui penerimaan
(dari mulut ke mulut) dari riwayat, kemudian dibukukan sebagai salah satu bagian
hadist; selanjutnya ditulis secara bebas dan mandiri. Maka berlangsunglah proses
kelahiran at-tafsir bil ma’sur (berdasarkan riwayat), lalu diikuti oleh at-tafsir bir
ra’yi (berdasarkan penalaran).
Disamping ilmu tafsir, lahir pula karangan yang berdiri sendiri mengenai
pokok-pokok pembahasan tertentu yang berhubungan dengan Qur’an, dan hal ini
sangat diperlukan oleh seorang mufasir.
7
Manaahilul ‘Irfan fi ‘Uluumil Qur’an bahwa ia telah menemukan didalam
perpustakaan Mesir sebuah kitab yang ditulis oleh Ali bin Ibrahim bin Sa’id yang
terkenal dengan al-Hufi, judulnya al-Burhaan fi ‘uluumil Qur’an yang terdiri atas
tiga puluh jilid.
Dengan metode seperti ini, al-Hufi (wafat 330H) dianggap sebagai orang
pertama yang membukukan ‘Ulumul Qur’an/ ilmu-ilmu Qur’an. Meskipun
pembukuannya memakai cara tertentu seperti yang disebut diatas.
8
d. Jalaluddin as-Suyuti (wafat 911H), menyusun kitab yang terkenal al-
Itqaan fi Uluumil Qur’an.
Dari uraian diatas tersebut tergambar bahwa Ulumul Qur’an adalah ilmu
ilmu yang berhubungan dengan berbagai aspek yang terkait dengan keperluan
9
membahas al-qur’an. Subhi al-shalih lebih lanjut menjelaskan bahwa para perintis
ilmu al-qur’an adalah sebagai berikut :
1. Al-Qur’anul Karim
2. Nabi S.A.W
َو ِإْذ َق ا َل ِع ي َس ى ا ْبُن َم ْر َيَم َي ا َبِن ي ِإْس َر ا ِئي َل ِإِّني َر ُس و ُل ال َّل ِه ِإَلْي ُك ْم ُمَص ِّد ًقا ِلَم ا
َبْي َن َي َد َّي ِم َن ال َّتْو َر ا ِة َو ُمَب ِّش ًر ا ِبَر ُس و ٍل َي ْأ ِتي ِم ْن َبْع ِد ي ا ْس ُم ُه َأْح َم ُد ۖ َفَل َّم ا
ِس ِت ِب
َج ا َء ُه ْم ا ْل َبِّيَن ا َقا ُلوا َٰه َذ ا ْح ٌر ُم ِب ي ٌن
10
Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan
memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku,
yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka
dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata".
(QS. As-Saff: 6)
3. Para Sahabat
Mengingat para sahabatlah yang paling dekat dan tahu dengan apa yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW. Riwayat dari para sahabat yang berasal dari
Rasulullah SAW cukup menjadi acuan dalam mengembangkan ilmu-ilmu Qur’an.
Dan yang cukup banyak menafsirkan Qur’an seperti empat orang khalifah dan
para sahabat lainnya.
Pada masa kalangan sahabat, tidak ada sedikit pun tafsir / ilmu ilmu
tentang Qur’an yang dibukukan, sebab pembukuan baru dilakukan pada abad
kedua hijri. Masa pembukuan dimulai pada akhir dinasti Bani Umayah dan awal
dinasti Abbasiyah
11
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa kata
Ulumul Qur’an secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua
kata, yaitu “ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ulum adalah bentuk jama’ dari kata
“ilmu” yang berarti ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan kepada kata Al-
Qur’an telah memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan
sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya
sebagai Al-Qur’an maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang
terkandung di dalamnya. Sedangkan secara terminologi dapat disimpulkan bahwa
ulumul qur’an adalah ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan Al-
Qur’an, baik dari aspek keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun aspek
pemahaman kandunganya sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahid Ramli.Drs, Ulumul Qur’an, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002
https://catatananakdakwah.blogspot.com/2018/07/.html
https://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/
Nata Abuddin, Al-Qur’an dan Hadits, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1992
13