Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ULUMUL QUR’AN MENGENAI “PROSES PEMBUKUAN

AL-QUR’AN”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ulumul qur’an dengan dosen pengampu:
Dr.H. Ahmad sugiri. M.Ag

Disusun oleh:

Musyafa ali syawalludin (321350003)

Dina tianawati (231350026)

Roy oktavisnsyah (231350015)


Nadira fauziah (231350002)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS USHUKUDIN DAN ADAB
UIN SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A.Latar Belakang...................................................................................................................4
B.Rumusan Masalah..............................................................................................................4
C.Tujuan.................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. proses penghimpunan Al-qur’an di zaman Rasulullah saw..............................................5
B. Sejarah pembukuan al-qur’an............................................................................................5
C. Manfaat Penghimpunan dan Pembukuan Al-Qur’an........................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
A. Kesimpulan......................................................................................................................10

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-nya,
sehingga pnulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan
kepada baginda kita nabi besar Muhammad SAW,para sahabatnya,keluarganya, dan kita
selaku umatnya hingga akhir zaman.

Makalah ini menguraikan masalah yang berkenan dengan “PROSES PEMBUKUAN


AL-QUR’AN” Sebagai petunjuk investasi untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang ada.
Dan juga penulis merealisasikan kembali pada hal-hal yang kurang di pahami. Maksud dan
tujuan pembuatan makalah ini sebagai syarat untuk presentasi kelas 1A mata ulumul qur’an.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan karya tulis ini terutama kepada yang terhormat dosen sekaligus ketua jurusan
Sejarah Peradaban Islam yakni bapak Dr. H. Ahmad Sugiri. M.Ag

Penulis mengharapkan dengan segala kerendahan hati mohon kritik yang membangun
untuk kesempurnaan makalah ini. semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembina generasi
yang akan datang untuk memenuhi harapan umat dan menyiapkan daya manusia guna
kebutuhan Pembangunan Nasional, Aamiin.

iii
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Al-Qur‟an, sebagaimana yang disampaikan oleh asShabuni adalah Kalam Allah yang bernilai
Mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan perantara Malaikat Jibril yang
tertulis dalam Mashahif. Dan membacanya bernilai Ibadah. Yang diawali dengan Surat alFatihah
dan diakhiri dengan Surat an-Nas.1 Mengacu pada definisi tersbut agaknya kita akan memahami
bahwa al-Qur‟an memang berupa satuan buku yang tertulis. kendati al-Qur‟an diwahyukan
secara lisan, AlQur‟an sendiri secara konsisten menyebut dirinya sebagai kitab tertulis.
Penulisan Wahyu memang telah dilakukan sejak Zaman Rasulullah, bahkan Nabi sendiri yang
memerintahkan hal tersebut. Namun untuk pembukuannya bukanlah nabi yang memerintahkan,
al-Qur‟an dibukukan setalah Nabi Wafat. Terlebih jika kita membaca al-Qur‟an yang saat ini
biasa kita baca, maka kita akan dikejutkan dengan fakta bahwa ayat yang pertama kali turun
justru diletakan dibagian akhir dari al-Qur‟an, bukan di awal. Seharusnya itu menjadi pertanyaan
tersendiri bagi kita, lantas siapa yang yang menyusun alQur‟an hingga akhirnya bisa menjadi
seperti yang kita baca saat ini?. Untuk itu maka perlu kajian yang khusus membahas hal tersebut
guna setidaknya memberikan informasi yang memadai mengenai hal tersebut, mengingat kajian
semacam itu akan berpengaruh bagi pembuktian atas keorisinilan alQur‟an yang kita baca saat
ini.1

B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses penghimpunan Al-qur’an di zaman Rasulullah saw ?
2. Bagaimana proses pembukuan al-qur’an ?
3. Apa saja manfaat penghimpunan dan pembukuan al-qur’an ?

C.Tujuan
1. Untuk mengetahui proses penghimpunan Al-qur’an
2. Untuk mengetahui prpses pembukuan al-qur’an
3. Untuk mengetahui manfaat penghimpunan dan pembukuan al-qur’an

1
Jurnal Ulunnuha 6 (2), 130-142, 2017

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. proses penghimpunan Al-qur’an di zaman Rasulullah saw


Pada awal kelahiran agama Islam, bangsa Arab tergolong bangsa yang buta huruf, sangat
sedikit di antara mereka yang pandai menulis dan membaca. Bahkan, nabi Muhammad Saw
sendiri dinyatakan sebagai nabi yang ummi, yang berarti tidak pandai membaca dan menulis.
Kondisi ini disebutkan dalam al-Quran surat al-Jumuah ayat (2), yaitu: “Dialah (Allah) yang
mengutus kepada kaum yang buta huruf, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada
mereka al- Kitab (alQuran) dan hikmah; dan sesungguhnya mereka itu sebelumnya benar-benar
(berada) dalam kesesatan yang nyata” Walaupun pada awal penurunan al-Quran bangsa Arab
masih dalam kondisi buta huruf, akan tetapi mereka dikenal memiliki daya ingat yang kuat.
Mereka memiliki kebiasaan untuk menghafal banyak sekali sya’ir Arab. Itulah mengapa
Rasulullah menganjurkan supaya al-Quran itu dihafal, dan diwajibkan untuk membacanya dalam
shalat. Beberapa sahabat seperti Abu bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali
bin Abi Thalib, Zain bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab dan beberapa sahabat lainnya diangkat dan
ditugaskan oleh Rasulullah untuk merekam semua wahyu yang diturunkan dalam bentuk tulisan.
Rasulullah memanggil juru tulis wahyu dan memerintahkan sahabatnya untuk mencatat,
menempatkan dan mengurutkannya sesuai petunjuk beliau. Mengingat pada masa itu masih
belum dikenal pembukuan dan kertas, maka tulisan tersebut dicatat dan dihimpun pada benda-
benda yang mungkin digunakan sebagai sarana tulis-menulis seperti pelepah 7 kurma, kulit
hewan, tulang belulang, bebatuan dan juga dihafal oleh para hafizh muslimin. Sebelum wafat,
Rasulullah telah mencocokan al-Quran yang diturunkan Allah kepada beliau dengan al-Quran
yang dihafal para hafizh, surat demi surat, ayat demi ayat. Maka al-Quran yang dihafal para
hafizh itu merupakan duplikat al-Quran yang dihafal oleh Rasulullah Saw. Setelah para
penghafal menguasai dengan sempurna, para hafizh (penghafal ayat-ayat Quran)
menyebarluaskan apa yang telah mereka hafal, mengajarkannya kepada anak-anak kecil dan
kepada mereka yang tidak menyaksikan saat wahyu turun, baik dari penduduk Makkah maupun
Madinah serta daerah sekitarnya.2

B. Sejarah pembukuan al-qur’an


1. Masa Kholifah Abu Bakar
2
Journal pdf, (sejarah-pembukuan-Al-qur-an), hlm 6-7. 2019

5
Al-qur’an telah selesai diturunkan semuanya pada tanggal 19 dzulhijjah tahun ke 10 hijriah,
yaiutu dengan diturunkan ayat yang terakhir di arofah ketika Rosululloh saw mengerjakan hajjah
al-wada’, kira-kira 81 malam sebelum wafatnya. Setelah Rosululloh saw wafat, timbla
kekacauan di Jazirah Arab, karena beberapa orang dari pemimpin Qobilah mengadakan
pemberontkan. Mereka berusaha mempengaruhi rakyat supaya turut pula dalam pemberontakan
itu. Tujuan pemberontakan ini bermacam- macam, antara lain:

 Karena ingin membebaskan diri dari tuntutan-tuntutan agama Islam, misalnya mengerjakan
sholat, dan membeyar zakat. Golongsn inilsh ysng disebut mani’ al-zakat (orang-orang yang
enggan membayar zakat)

 Diantara mereka ada yang ingin mendapatkan kekuasaaan dan pengaruh, karena mereka telah
melihat nabi Muhammad saw mendapat kekuasaan yang besar serta pengikut yang banyak justru
setelah menjadi nabi dan asul, maka mereka ingin pula meniru, lalu memproklamirkan diri
mereka menjadi nabi, dan berusaha menapatkan pengikut terutama dikalangan suku mereka
masing-masing. Mereka ini adalah: 1) Musailamah Al- kahzab, dari suku bani hanifah di
Yamamah; 2) Sajah, dari suku bani Taghlab dan Tamim; 3) Thulaihah ibn khuwailid, dari suku
bani As’ad; 4) Al-aswad Al-‘anasi di Yaman. Sebenarnya mereka ini telah muncul juga di wktu
Rosululloh masih hidup, namun baru sesudah nabi wafat, mereka mendapat kesempatan yang
baik.

 Orang-orang yang hanya keluar dari agama Islam. Tapi tiak mengadakan tindakan-tindakan
lain yang bersifat memusuhi Islam an kaum muslumin, dan mereka tidak pula menggabungkan
diri pada salah seoang dari nabi-nabi palsu itu

‘Umar lalu mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar supaya mengeluarkan perintah untuk
pengumpulan Al-qur’an itu. Pada mulanya terjadi perbedaan pendapat, ‘Umar di satu pihak dan
Abu Bakar bersama Zaid di pihak lain. Akhirnya setelah diadakan musyawarah, Abu Bakar dan
Zaid menerima usul tersebut, dan menugaskan kepada Zaid untuk melaksanakan pengumpulan
Al- qur’an itu. Tugas ini dilaksanakan oleh Zaid dengan sangat teliti, dikumpulkannnya Al-
qur’an itu bukan saja dari tulisan-tulisan yang telah ada pada lembaran-lembaran yang telah
disebutkan di atas, bahkan juga didengarkan pula dari mulut orang-orang yang hafal Al- qur’an,
kemudian dituliskannya kembali pada lembaran-lembaran yang baru, dengan susunan ayat-
ayatnya tetap seperti yang ditunjukkan Rasulullah SAW. Lembaran –lembaran ini kemudian
diikat menjadi satu, lalu diberi nama mushhaf, dan disimpan sendiri oleh khalifah Abu Bakar,
kemudian oleh khalifah ‘Umar.3

2. Masa Khalifah ‘Umar bin Khattab

Pada masa ini tidak ada perkembangan yang signifikan yang berhubungan dengan kodifikasi
alquran. Hal ini disebabkan karena khalifah kedua ini bertugas melanjutkan apa yang telah
3
Journal pdf, (sejarah-pembukuan-Al-qur-an), hlm 7-9. 2019

6
dicapai oleh khalifah pertama yaitu mengembangkan misi untuk menyebarkan islam dan
mensosialisasikan ajaran islam yaitu Alquran ke berbagai wiilayah daulah islamiyah baru yang
berhasil dikuasai. Salah satu yang dilakukan khalifah ini adalah dengan mengirim para sahabat
yang menguasai Alquran seperti Muaz bin Jabal, Ubaidah bin Shamith, dan Abu Darda. Dari
perluasan wilayah inlah pengajaran Alquran meluas dan menyebabkan perbedaan pelafalan kata
dalam Alquran antara satu daerah dengan daerah yang lain hingga terjadi perselisihan. Hal ini
juga menjadi salah satu penyebab terjadinya perbedaaan qiraat. 4 Setelah khalifah Abu Bakar
wafat, maka ‘Umar diangakat menjadi khalifah. Mushhaf yang semula disimpan oleh Abu Bakar,
kini disimpan oleh khalifah ‘Umar. Selama masa pemerintahan khalifah ‘Umar, tidak dilakukan
usaha- usaha penyempurnaan mushhaf. Hal ini terutama karena:

 Hurub al-fath (perang penaklukan) semakin diperhebat di masa khalifah ‘Umar.

 Kaum muslimin merasa telah tentram dengan adanya mushhaf yang telah ditulis di masa Abu
Bakar. 10 Meskipun tidak ada usaha-usaha penyempurnaan mushaf Al-qur’an pada masa
khalifah Umar, tetapi Umar bin Khattab lah yang paling berpengaruh dalam proses pembukuan
Al-qur’an. Karena gagasanya itulah Al-qir’an dapat tersusun seperti sekarang ini. Dari sini kita
belajar bahwa Umar bin Khattab tidak hanya mempelajari akan perkataan nabi—dalam hal ini
adalah hadis—secara mentah atau tekstual, namun ia juga belajar dari metodologi yang
senantiasa nabi terapkan dalam kehidupan bersama sahabat; dari kebijakannya, sikapnya ataupun
caranya dalam mengambil sebuah keputusan. Sehingga meskipun belum dikatakan oleh Nabi,
namun Umar yakin bahwa sekiranya Nabi ada tentu ia akan setuju dengan apa yang dilakukan
olehnya. Inilah mengapa meskipun saat itu gagasannya ditolak oleh Abu Bakar dengan alasan
belum dilakukan Nabi, Umar pun terus mendorongnya berharap bisa direalisasikan.

Pemikiran seperti inilah yang membuat umat Islam berkembang. Mungkin kita bisa
menyebutnya dengan ‘bid’ ah hasanah’ atau perkara baru yang dimunculkan dengan muatan
manfaat dan ragam faedah.

3. Masa Khalifah ‘Usman ibn Affan

Karena wilayah kekuasaan Islam semakin luas, muncul beberapa perbedaan pendapat
megenai Al-qur’an. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat membawa akibat yang lebih besar
andaikan tidak dilenyapkan segera. Perbedaan tersebut alah:

 Perbedaan mengenai susunan surat. Naskah-naskah yang mereka miliki itu tidak sama
susunan atau tertib urut surat- suratnya. Hal ini disebabkan, karena Rasulullah SAW sendiri
memang tidak memerintahkan supaya surat-surat Al-qur’an itu disusun menurut tertib urut
tertentu, karena masing-masing surat itu pada hakikatnya adalah berdiri sendiri, sehingga seolah-
olah Al-qur’an itu terdiri dari 114 kitab. Rasulullah SAW hanya menetapkan tertib urut ayat
dalam masing-masing surat itu. 13

4
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, sejarah penulisan dan pembukuan al-qur’an, hlm 250. 2023

7
 Perbedaan mengenai bacaan. Asal mula pertikaian bacaan ini adalah karena Rasulullah SAW
sendiri memang memberikan kelonggaran kepada qabilah-qabilah Islam di jazirah Arab untuk
membaca dan melafazhkan ayat-ayat Al-qur’an itu menurut dealek/lahjah mereka masing-
masing. Kelonggaran ini diberikan oleh Rasulullah SAW agar mudah bagi mereka untuk
membacca dan menghafalkan Al-qur’an itu. Tetapi kemudian kelihatanlah tanda- tanda, bahwa
pertikaian tentang qiraat itu,

Kalau dibiarkan berlangsung terus, tentu akan mendatangkan perpecahan yang lebih luas
dikalangan kaum muslimin, terutama karena masing-masing qabilah menganggap bahwa bacaan
merekalah yang paling baik, dan ejaan merekalah yag paling benar. Lebih berbahaya lagi apabila
mereka menuliskan ayat-ayat itu dengan ejaan/tulisan yang sesuai dengan lahjah mereka masing-
masing.

4. Pola Hukum dan Kedudukan Serta Pendapat UlamaTentang Rasm Al-Qur’an

Az-Zurqani sendiri mengemukakan bahwa dalam hal penerapan dan hal penulisan mushaf Al-
Quran terdapat tiga pendapat, Pendapat pertama, menyatakan bahwa mengikuti rasm ustmani
merupakan sesuatu kewajiban. Pendapat ini lah yang diikuti oleh mayoritas ulama.

Az-Zurqani kemudian mengutip beberapa keterangan ulama’ dari kalangan mazhab yang
empat. Adapun pendapat kedua mengatakan bahwa tulisan Al-Qur’uan tidak harus mengikuti
rasm utsmani karena menurut mereka ia hanyalah ijtihad para sahabat,

Sementara itu menurut pendapat ketiga, yaitu pendapat yang lebih modera, pnulisan Al-
Qur’an memang tidak harus mengikuti rasm utsmani, khususnya bagi orang awam, agar tulisan
tersebut tidak membuat mereka ragu. Namun di saat yang sama, tulisan dengan rasm utsmani ini
harus tetap ada, dijaga, dipelihara, dan dilestarikan (Abdulwaly,2019). Sedangkan pendapat yang
lain melanjutkan dari pendapat yang tiga di atas yang artinya pendapat ke empat menyatakan
bahwa, diperbolehkan atau diwajibkan untuk orang yang tidak memahami tata cara penulisan Al-
Qur’an menggunakan tata cara penulisan yang mereka pahami. Hal ini berfungsi agar tidak ada
kesalahpahaman. Namun, mereka ini juga diwajibkan mempelajari dan memahami rasm usmani.

Ada pula yang berpendapat bahwa dalam penulisan Al-Qur‟an secara utuh sebagai kitab suci
umat Islam, semestinya mengikuti dan berpedoman kepada rasm usmani, hal ini mengingat
pertimbanganpertimbangan sebagai berikut:

1. Agar umat Islam diseluruh dunia memiliki kitab suci yang seragam dalam pola
penulisannya, sesuai dengan pedoman aslinya.

2. Pola penulisan Al-Qur‟an dengan rasm Usmani, kalaupun tidak bersifat taifiqi minimal
telah merupakan ijma‟ atau kesepakatan para sahabat Nabi. Ijla‟ sahabat memiliki kekuatan
hokum tersebut yang wajib diikuti, termasuk dalam penulisan Al-Qur‟an dengan rasm Usmani

8
(bila dimaksutkan sebagai kitab suci secara utuh). Pola penulisan Al-Qur‟an berdasarkan rasm
Usmani boleh dikatakan sebagian besar sesuai dengan kaidah-kaidah rasm

3. Imla‟I dan hanya sebagian kecil saja yang menyalahi atau berbeda dengan rasm Imla‟i.

Dari ketiga pendapat ini menurut peneliti bahwa berbentuk apapun tulisaan dari Al-Qur’an
yang paling titik pointnya adalah Al-Qur’an di turun kan kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai
pedoman umat Isalm dan membacanya mendapat pahala, akan tetapi dalam pembukuan ini
bermaksud untuk menyatuakn umat Islam, jadi dalam penulisannya mau yang tafiqi atau ijmak
ulamak, yang terpenting umat Islam bersatu dan berpedoman kepada AlQuran.5

C. Manfaat Penghimpunan dan Pembukuan Al-Qur’an


Adapun manfaat dari usaha penulisan kembali Al-qur’an di masa khalifah ‘Usman ini, antara
lain adalah sebagai berikut:

1. Kaum muslimin telah dapat dipersatukan pada mushhaf-mushhaf yang seragam ejaan dan
tulisannya.

2. Mereka juga dapat disatukan pada qiraat yang sama yang tidak menyalahi ejaan tulisan pada
mushhaf itu, walaupun setelah wafatnya khalifah 15 ‘Usman sampai sekarang ini masih tetap ada
bermacam- macam qiraat, namun qiraat-qiraat itu adalah yang telah diakui kebenarannya dan
diriwayatkan dengan mutawattir dari Rasulullah SAW, dan tidak pula berlawanan dengan ejaan
tulisan pada mushhaf ‘Usman itu. Adapun qiraat-qiraat yang tidak sesuai dengan ejaan tulisan itu
telah dapat di lenyapkan.

3. Kaum muslimin dapat pula di satukan mengenai susunan surat pada mushhaf-myshhaf
mereka. Dengan demikian dapatlah dihindarkan bahaya yang lebih besar,sebab kalau susunan
mushhaf itu tidak seragam dimana-mana tentulah akan timbul keraguan pada generasi- generasi
yang akan datang kemudian tentang kebenaran Al-qur’an itu.

4. Dengan adanya 5 buah mushhaf yang resmi itu, maka kaum muslimin telah mempunyai
standar yang akan menjadi pedoman mereka dalam membaca,menghafal dan memperbanyak
mushhaf-mushhaf Al-qur’an itu,sehingga penyiaran dan pemeliharaan Al-qur’an itu lebih baik
dan lebih terjaminkeasliannya.6

5
Journal pdf, (sejarah-pembukuan-Al-qur-an), hlm 9-11. 2019
6
Journal pdf, (sejarah-pembukuan-Al-qur-an), hlm 16. 2019

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Usaha pengumpulan dan penulisan al-quraan sudah di lakukan pada masa Rasulullah saw,
namun pengumpulan dan penulisan Al-qura’an belum tersusun secara sempurna, karena pada
masa ini pengumpulan Al-qura’an baru sebatas hafalan saja melalui sahabat-sahabat, sedangkan
penulisanya di tuliskan di media-media seperti pelepah kurma dan tulang belulang. Baru lah pada
masa Khalifah Abu Bakar mulai di lakukan penulisan dan pengumpulan al-quraan di lakukan
secara serius dengan di buatnya mushaf Al-qura’an secara menyeluruh. Pada masa khalifah umar
penulisan dan pengumpulan al-quraan tidak di lakukan lagi. Karena pada masa khalifah Umar
lebih menekankan pada penyebaran pengajaran Al-qura’an melalui para sahabat. Pada masa
khalifah Usman penulisan dan pengumpulan Al-qura’an kembali di lakukan namun masih
mengacu pada mushaf yang di tulis Abu Bakar. Pada masa Khalifah Ali bin abi Thalib tidak lagi
di lakukan penulisan atau pengumpulan Al-qura’an di karena pada masa Khalifah Ali kondisi
politik tdk lagi stabil. Sampai saat ini kita mengenal Al-qur’an Ustmani yang selalu terjaga
keasliannya dan akan selalu dijaga oleh Allah swt. Sebagaimana firman Allah swt dalam surah
A-Dzikr:9 yang artinya: sesungguh nya Kamilah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-qur’an) dan
sesungguhnya Kami benar-benar akan menjaganya

10
DAFTAR PUSTAKA
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=proses+pembukuan+Al-Qur
%27an&btnG= - d=gs_qabs&t=1695561737963&u=%23p%3DGfg7jFv-oEkJ

3872-Article Text-9950-1-10-20230226.pdf

file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/3872-Article%20Text-9950-1-10-20230226.pdf

https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/57642585/Pengumpulan_a1-libre.pdf?
1540586537=&response-content-disposition=inline%3B+filename%3DPengumpulan_al_Quran.

11

Anda mungkin juga menyukai