Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ASBABUN NUZUL”
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu: Achmad Yafik Mursyid, M.A.

Disusun oleh :
1. Faisah Istiqomah (21105040083)
2. Uswatun Khasanah (21105040084)
3. Samsul Bahri (21105040085)
4. M. Diqna Asa Reynandra (21105040086)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ” Asbabun Nuzul “ dengan baik tanpa ada suatu halangan apapun guna
memenuhi tugas kelompok mata kuliah ulumul Qur’an.

Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak
yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini. Selain itu, kami
hanyalah seorang manusia biasa menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan
segala kerendahan hati , Kami selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.

Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat untuk pembaca.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN

JUDUL……………………………………………………................................………………….i

KATA
PENGANTAR……………………………………………………….…........................…..ii

DAFTARISI…………………………………………………………...................................…….iii

BAB-I
PENDAHULUAN……………………......………….......………………....................…………...
1

A. Latar Belakang…………....……........................……………………………...….....1
B. Rumusan Masalah…....……………...................….…..……....…………………….1
C. Tujuan Penulisan……….......................…………………………………....………..1

BAB-II
PEMBAHASAN…………………............................………………………………………….….2

A. Kondisi Masyarakat Arab Sebelum Dan Sesudah Turunnya


Al-Qur’an………......................................................................................................…
..2
B. Definisi Asbabun Nuzul……………………....................……………………….…4
C. Macam-Macam Asbabun Nuzul……...…………………….............………………6
D. Asbabun Nuzul Q.S. An-Nisa’ ayat 3 tentang poligami……………….…….…..…7

BAB-III
PENUTUP……………………………………………………………..............................…...…..9

A. Simpulan……………………………………………......................….……………..9

3
DAFTA PUSTAKA…………………………………………..............................…......………...10

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan
yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan
pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Pada saat Al-Qur’an diturunkan,
Rasulullah saw. berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan kepada
sahabat-sahabatnya mengenai arti dan kandungan ayat Alquran, khususnya menyangkut
ayat-ayat yang tidak dipahami atau samar artinya. Keadaan ini berlangsung sampai
dengan wafatnya Rasulullah Saw., walaupun memang harus diakui bahwa penjelasan
tersebut tidak semua kita ketahui dikarenakan tidak sampainya riwayat-riwayat
tentangnya. Oleh karena itu penting untuk mengetahui ilmu Al-Qur’an agar mengetahui
seluk beluk diturunkannya Al-Qur’an.
Salah satu hal yang penting dalam ilmu Al-Qur’an yakni pembahasan
Asbabun Nuzul. Asbabun nuzul merupakan bahan-bahan sejarah yang dapat dijadikan
rujukan untuk memberikan keterangan-keterangan terhadap lembaran-lembaran ayat
Alquran, secara jelas memberikan informasi tentang konteks agar mudah memahami
perintah-perintahnya pada masa Al-Qur’an masih turun .

B. Rumusan Masalah

1. Kondisi masyarakat Arab sebelum dan sesudah turunnya Al – Qur’an


2. Definisi asbabul nuzul
3. Macam – macam asbabul nuzul
4. Asbabun nuzul Q.S. An-Nisa ayat 3 tentang poligami

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi arab sebelum dan sesudah turunnya Al – Qur’an
2. Untuk mengetahui definisi asbabul nuzul

1
3. Untuk mengetahui macam – macam asbabul nuzul
4. Untuk mengetahui asbabun nuzul Q.S. An-Nisa ayat 3 tentang poligami
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Masyarakat Arab Sebelum dan Sesudah turunnya Al-Qur’an.


Mereka hanyalah yang dimulai dari kira- kira lima puluh tahun sebelum Islam.
Adapun yang sebelum itu tidaklah dapat diketahui. Yang demikian disebabkan karena
sejarah bangsa Arab penduduk gurun pasir hampir tidak dikenal orang.Yang dapat kita
ketahui dari sejarah pasir terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang selalu
berperang-perangan. Peperangan-peperangan pada asal mulanya ditimbulkan oleh
keinginan memelihara hidup, karena hanya siapa yang kuat sajalah yang berhak memiliki
tempat-tempat yang berair dan padang-padang rumput tempat menggembalakan binatang
ternak. Adapun si lemah, dia hanya berhak mati atau jadi budak.
Haruslah kita ketahui walaupun agak sedikit keadaan bangsa Arab sebelum
turun Al-Qur'an. Menerima islam sebagai jalan lurus untuk mereka tempuh di Al-Qur’an
dan setelah datang kepada mereka Al-Qur’an dari Allah Swt. yang membenarkan apa
yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi)
untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir. Maka setelah datang kepada mereka
apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka Allah melaknat
orang-orang yang ingkar kepada-Nya. Sebelum turunnya Al-Qur’an, mereka telah
mempunyai berbagai macam agama, adat istiadat, akhlak dan peraturan-peraturan hidup.
Agama baru ini pun datang membawa akhlak, hukum-hukum dan
peraturan-peraturan hidup. Jadinya agama baru ini datang kepada bangsa yang bukan
bangsa baru. Maka bertemulah agama Islam dengan agama-agama jahiliah, peraturan-
peraturan al qur'an dengan peraturan-peraturan bangsa Arab sebelum al qur'an
diturunkan. Kemudian terjadilah pertarungan yang banyak memakan waktu.
Pertarungan-pertarungan ini baru dapat kita dalami, kalau pada kita telah ada
pengetahuan dan pengalaman sekedarnya tentang kehidupan bangsa Arab yaitu sebelum
turunnya al quran. Kalau diperhatikan kelihatan bahwa Jazirah Arab itu berbentuk empat

2
persegi panjang, yang sisi-sisinya tiada sejajar. Bila salah seorang dari warganya atau
pengikut-pengikutnya dianiaya orang atau dilanggar haknya, maka menjadi kewajiban
atas kabilah atau suku itu menuntut bela.
Oleh karena itu, maka seringkali terjadi peperangan-peperangan antara suku
satu dengan suku lainnya. Peperangan-peperangan ini kadang-kadang berterusan sampai
beberapa turunan. Untuk memuliakan dan menghormati Ka'bah yang didatangi oleh
bangsa Arab dari segenap penjuru guna mengerjakan haji dan umrah, maka dilarang
untuk berperang atau melancarkan penyerangan-penyerangan pada beberapa bulan dalam
setahun, yaitu pada bulan Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram (pada bulan-bulan tersebut
mereka mengerjakan haji) dan Rajab (dibulan ini mereka mengerjakan umrah).
Kadang-kadang amat berat oleh penduduk padang pasir menghentikan peperangan dalam
masa tiga bulan berturut-turut. Oleh karena itu, kadang- kadang bulan Muharram mereka
tukar dengan Safar, maka dibolehkan berperang dibulan Muharram dan dilarang
berperang di bulan Safar. Tindakan ini mereka namai "an nasi" atau pengunduran. Orang
Arab penduduk padang pasir pemberani-pemberani. Berani berarti suatu sifat yang amat
menonjol pada mereka. Keberanian ini ditimbulkan oleh keadaan mereka yang sebagai
dituturkan oleh Ibnu Khaldun (A1-Muqaddimah): "Mereka selamanya harus membawa
senjata. Dan sering sendirian di pesawangan atau di padang pasir. Tak ada yang akan
melindungi di waktu itu, hanyalah keberanian mereka sendiri".
Dikarenakan penghidupan di padang pasir serba sulit tidak seperti di
negeri-negeri, maka bangsa Arab penduduk padang pasir selalu menggangu dan
menyerang penduduk negeri. Oleh karena itu, penduduk padang pasir dipandang sebagai
orang-orang biadab yang tidak dapat ditaklukkan atau dikuasai oleh penduduk negeri.
Sifat-sifat padang pasir dan penduduknya seperti disebutkan diatas menyebabkan
keadaan bagian tengah yakni bagian dalam dari Jazirah Arab, tidak dikenal oleh kaum
pelancong dan penulis-penulis. Diwaktu agama Islam datang dan telah tersiar di segenap
penjuru Jazirah Arab, mulailah penduduk padang pasir berdatangan ke kota-kota. Maka
diceritakan kepada mereka perikehidupan di padang pasir itu. Bangsa Badui pernah

3
memegang peranan penting dalam melancarkan perniagaan dunia, yaitu sebelum Terusan
Suez digali.
Laut Merah di waktu itu belum dipakai untuk pelayaran, karena banyak pulau-
pulau. Maka kaum Badui penduduk gurun itulah yang bekerja memperhubungkan
perniagaan antara benua Asia dan benua Eropa dengan melalui Jazirah Arab. Lin-lin
perniagaan telah mereka atur dengan rapi dan seksama. Sistem pemerintahan pada bangsa
Badui itu ialah sistem bersuku- suku. Masing-masing suku memilih seorang kepala yang
akan mereka ikuti. Yang dipilih menjadi kepala suatu suku ialah orang yang mempunyai
sifat - sifat yang amat dimuliakan oleh bangsa Arab, yaitu pemberani, pemurah, dan
penyantun. Akan tetapi kepala itu tidaklah selamanya ditaati mereka, karena telah
menjadi sifat juga bagi kaum Badui yaitu suka bebas dan merdeka dalam arti kata yang
luas. Seorang Badui seringkali memberontak terhadap suatu keputusan yang dikeluarkan
oleh seorang kepala terhadapnya. Maka ditinggalkan kabilahnya, lalu melarikan diri agar
dia tetap dalam kemerdekaannya. Dalam keadaan yang semacam itu, kabilahnya tidaklah
kuasa berbuat sesuatu untuk menundukannya. Negeri Yaman adalah tempat tumbuh
kebudayaan paling penting yang pernah tumbuh di Jazirah Arab sebelum Agama Islam
datang. Perkataan Yaman berasal dari kata "Yumn" yang berarti "berkata" (Yaqut :
Mujamul Buldan pada kata "Yaman". Lihat Pula Encij of Islam artikel "Yaman").
Dinamai demikian, karena di negeri ini banyak berkat dan kebaikan.
Negeri Yaman terkenal makmur karena tanahnya yang subur. Hujan pun
banyak turun di sana. Anak negerinya banyak yang membuat waduk-waduk dan
bendungan- bendungan agar air hujan dapat dipergunakan dengan baik. Mereka juga
berharap kota-kota dan kampung-kampung serta tanaman mereka tidak dilanda air bah di
musim hujan. Penduduk Yaman pernah memegang peranan besar dalam melancarkan
perniagaan antara Timur dan Barat. Sebaliknya, faktor-faktor yang disebutkan itu
menyebabkan nasab mereka tidak murni lagi, dan bahasanya menjadi rusak karena
banyaknya kaum-kaum saudagar dari India, Sumatra, Tiongkok, Mesir dan Siria yang
berdatangan ke negeri. Mereka tiada luput dari penjajahan yang dilancarkan oleh
negara-negara tetangga yang lebih kuat dan mempunyai ambisi untuk menjajah. Karena

4
adanya kestabilan dan kehidupan yang makmur, maka pernah lahir di Yaman raja-raja
yang mempunyai mahkota dan istana yang besar-besar. Bila lahir seorang raja yang kuat,
tunduklah seluruh negeri Yaman kepadanya. Ia dipatuhi oleh raja-raja kecil dan oleh
kepala-kepala daerah diseluruh daerah Yaman dan Hadramaut.

B. Definisi Asbabun Nuzul


1. Definisi Secara Bahasa
Kata asbabun nuzul berasal dari dua kata, yaitu asbab dan al-nuzul. Asbab
adalah kata yang berasal sababa-yazbabu-asbab yang artinya telah menyebabkan. Jadi
ketika berubah wazan jadi asbab (plural) maka artinya sebab-sebab. Sedangkan al-nuzul
berasal dari kata nazala-yunzilu yang artinya telah menurunkan, sehingga ketika kata itu
berubah menjadi masdar (nuzul) maka berarti kata tersebut bermakna turun. Jadi, secara
bahasa makna asbabun nuzul adalah sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an.
2. Definisi Secara Terminologi
Secara istilah, berbagai definisi muncul terhadap asbabun nuzul. Adapun
defenisi tersebut sebagai berikut:
a. Dawud Al-Aththar
Asbabun nuzul adalah sesuatu yang melatarbelakangi turunnya satu ayat atau
beberapa ayat atau suatu pertanyaan yang menjadi sebab turunnya ayat sebagai sebagai
jawaban, atau sebagai penjelasan yang diturunkan pada waktu terjadinya suatu peristiwa.
b. Subhi al-Salih

Asbabun nuzul adalah sesuatu yang menyebabkan turunnya satu ayat atau
beberapa ayat yang memberi jawaban terhadap sebab itu atau menerangkan hukumnya
pada masa terjadinya sebab itu.

c. Baqir al-Hakim
Asbab al-nuzul adalah segala sebab yang terjadi pada masa wahyu diturunkan
yang menyebabkan turunnya wahyu.
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa asbabun nuzul adalah kejadian
atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat Alquran dalam rangka menjawab,

5
menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut.
Asbabun nuzul merupakan bahan sejarah yang dapat di pakai untuk memberikan
keterangan terhadap turunnya ayat Al-Qur’an dan memberinya konteks dalam memahami
perintah-perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan ini hanya melingkupi peristiwa pada
masa Al-Qur’an masih turun (ashr at-tanzil).
Asbabun nuzul mempunyai arti penting dalan menafsirkan Al-Qur’an.
Seseorang tidak akan mencapai pengertian yang baik jika tidak memahami riwayat
asbabun nuzul suatu ayat. Pemahaman asbabun nuzul akan sangat membantu dalam
memahami konteks turunnya ayat. Ini sangat penting untuk menerapkan ayat-ayat pada
kasus dan kesempatan yang berbeda.

C. Macam Macam Asbabul Nuzul

Asbabun nuzul dibgi menjadi dua macam yaitu;


1. Peristiwa berupa pertengkaran
Peristiwa atau kejadian yang terjadi pada turunnya ayat atau wahyu al quran.

Peristiwa bentuk pertengkaran dibagi menjadi 3

■ Peristiwa berupa perselisihan


Contohnya seperti perselisihan antara segolongan suku Aush dan segolongan suku
Kharja. Peristiwa ini menyebabkan turunnya ayat al quran surat al Imran ayat 100
َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ ْن تُ ِط ْيعُوْ ا فَ ِر ْيقًا ِّمنَ الَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِك ٰت‬
َ‫ب يَ ُر ُّدوْ ُك ْم بَ ْع َد اِ ْي َمانِ ُك ْم ٰكفِ ِر ْين‬
Artinya: “wahai orang orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang
orang yang diberi alkitab, niscahya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang
kafir sesudah kamu beriman. “(QS.Ali’imron:100).

■ Peritiwa berupa kesalahan yang serius

6
Peristiwa ini contohnya seperti seeseorang yang mengimami sholat sedang dalam
keadaan mabuk sehingga salah membaca surat al kafirun. Peristiwa ini menyebabkan
turunnya ayat al quran surat an nisa’ : 43.
‫ارى َح ٰتّى تَ ْعلَ ُموْ ا َما تَقُوْ لُوْ نَ َواَل ُجنُبًا اِاَّل‬ ٰ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَ ْق َربُوا الص َّٰلوةَ َواَ ْنتُ ْم ُس َك‬
ْ‫ضى اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر اَوْ َج ۤا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغ َۤا ِٕى ِط اَو‬ ٓ ٰ ْ‫عَابِ ِريْ َسبِي ٍْل َح ٰتّى تَ ْغت َِسلُوْ ا ۗ َواِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر‬

‫ص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوْ ا‬ َ ‫ٰل َم ْستُ ُم النِّ َس ۤا َء فَلَ ْم ت َِج ُدوْ ا َم ۤا ًء فَتَيَ َّم ُموْ ا‬
Artinya: “wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati sholat ketika kamu
dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan, dan jangan pula
(kamu hampiri masjid ketika kamu) dalam keadaan junub kecuali sekedar melewati jalan
saja, sebelum kamu mandi (mandi junub). Adapun jika kamu sakit atau sedang dalam
perjalanan atau sehabis buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, sedangkan
kamu tidak mendapat air maka bertayamumlah kamu engan debu yang baik (suci)
usaplah wajahmu dan tanganmu dengan debu itu sungguh allah maha pengampun.”

■ Peristiwa berupa cita cita dan keinginan.

Peristiwa ini berupa persesuain persesuaian khalifah umar bin khathab dengan
ketentuan ayat al quran, surat al Baqarah ayat 125
‫صلًّىۗ َو َع ِه ْدنَٓا اِ ٰلٓى‬
َ ‫اس َواَ ْمنً ۗا َواتَّ ِخ ُذوْ ا ِم ْن َّمقَ ِام اِب ْٰر ٖه َم ُم‬ ِ َّ‫َواِ ْذ َج َع ْلنَا ْالبَيْتَ َمثَابَةً لِّلن‬
‫اِب ْٰر ٖه َم َواِسْمٰ ِع ْي َل اَ ْن طَهِّ َرا بَ ْيتِ َي لِلطَّ ۤا ِٕىفِ ْينَ َو ْال ٰع ِكفِ ْينَ َوالرُّ َّك ِع ال ُّسجُوْ ِد‬
Artinya: “Dan ingatlah ketika kami menjadikan rumah (ka’bah) tempat berkumpul dan
tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat sholat. Dan
telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan ismail, “ bersihkanlah rumah-ku untuk orang
orang yang thawaf, yang I’tikaf’ yang ruku’ dan yang sujud.”

2. Peristiwa berupa pertanyaan

7
Peristiwa yang terjadi bersamaan ddengan turunnya wahyu (baik sebelum maupun
sesudah) selama selang waktu turunnya al quran berkaitan dengan peristiwa atau kejadian
tertentu.

Peristiwa berupa pertanyaan dibagi menjadi 3 yaitu:

■ Pertanyaan yang berhubungan dengan masa lalu


Pertanyaannya yaitu tentang zulkarnain, maka turunlah ayat al quran surat al kahfi
ayat 83.
۟ ُ‫ك عَن ِذى ْٱلقَرْ نَيْن ۖ قُلْ َسَأ ْتل‬
‫وا َعلَ ْي ُكم ِّم ْنهُ ِذ ْكرًا‬ َ َ‫َويَ ْسـَٔلُون‬
ِ
Artinya: “Mereka akan bertanya kepaadamu (Muhammad) tentang dzulkarnain.
Katakanlah: “aku akan bacakan kepedamu cerita tentangnya”.

■ Pertanyaan yang berhubungan pada waktu itu.


Al isra’ ayat 85:
ً‫وح قُ ِل الرُّ و ُح ِم ْن َأ ْم ِر َربِّي َو َما ُأوتِيتُم ِّمن ْال ِع ْل ِم ِإالَّ قَلِيال‬ َ َ‫َويَ ْسَألُون‬
ِ ُّ‫ك ع َِن الر‬
Artinya: “dan mereka bertanya kepedamu tentang roh. Katakanlah: “roh itu termasuk
urusan tuhan-ku, dan tidakklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.

■ Pertanyaan yang berhubungan dengan masa yang akan datang.


Contohnya seperti akan turunnya hari kiamat yang menyebabkan turunnya ayat Al
Quran surat an-naziat ayat 42.
‫ك ع َِن السَّا َع ِة َأيَّانَ ُمرْ َساهَا‬
َ َ‫يَ ْسَألُون‬
Artinya: “(orang orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari
kebangkitan, kapankah terjadinya?”

D. Asbabun Nuzul Q.S. An-Nisa’ Ayat 3 Tentang Poligami

8
Al-Qur’an membolehkan adanya poligami. Hal ini tertulis secara jelas dalam Al
Qur’an dalam surat An-Nisa’ ayat 3
‫اب لَ ُك ْم ِّمنَ النِّ َس ۤا ِء‬
َ َ‫َواِ ْن ِخ ْفتُ ْم اَاَّل تُ ْق ِسطُوْ ا فِى ْاليَ ٰتمٰ ى فَا ْن ِكحُوْ ا َما ط‬
‫ت‬ ْ ‫اح َدةً اَوْ َما َملَ َك‬ َ ‫َم ْث ٰنى َوثُ ٰل‬
ِ ‫ث َو ُر ٰب َع ۚ فَاِ ْن ِخ ْفتُ ْم اَاَّل تَ ْع ِدلُوْ ا فَ َو‬
‫ك اَ ْد ٰنٓى اَاَّل تَعُوْ لُوْ ۗا‬
َ ِ‫اَ ْي َمانُ ُك ْم ۗ ٰذل‬
artinya: “ Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita
(lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan
dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki.
Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya " (An-Nisa’, 3:3)

Ayat 3 An-Nisa’ ini masih ada kaitannya dengan ayat sebelumnya yaitu ayat 2
An-Nisa.”

Ayat 2 mengingatkan kepada para wali yang mengelola harta anak yatim, bahwa
mereka berdosa besar jika sampai memakan atau menukar harta anak yatim yang baik
dengan yang jelek dengan jalan yang tidak sah. Sedangkan ayat 3 mengingatkan kepada
para wali anak wanita yatim yang mau mengawini anak yatim tersebut, agar si wali itu
beritikad baik dan adil memberikan mahar dan hak-hak lainnya kepada anak yatim wanita
yang dikawininya. Ia tidak boleh mengawininya dengan maksud untuk mengambil harta
anak yatim tersebut.
Melihat latar belakang sebab turunnya ayat tentang poligami, yaitu kebiasaan
perilaku wali anak wanita yatim yang mengawini anak yatimnya dengan tidak adil dan
manusiawi sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka illat hukum kebolehan
poligami dalam perkawinan Islam, bukan didorong oleh motivasi seks dan kenikmatan
biologis, tetapi oleh motivasi sosial dan kemanusiaan.
Nabi mempertimbangkan kemashlahatan Islam dalam memilih setiap istrinya.
Maka tidak tepat jika kebolehan poligami hanya untuk jalan keluar atau alternatif dari
perselingkuhan dan prostitusi. Ummul Mukminin, Khadijah, meninggal sekitar tahun

9
ke-9 kenabian, ketika Nabi Muhammad Saw. berumur 50 tahun. Selama dengan Khadijah
Nabi tidak pernah berpoligami. Nabi saw menikah pada umur 25 tahun, maka selama 25
tahun pula Nabi saw tidak pernah berpoligami. Menurut sejarah yang populer, Khadijah
berumur 40 tahun ketika menikah dengan Nabi dan meninggal sekitar umur 65 tahun.
Meskipun masih muda, Nabi Muhammad Saw. tidak berpoligami selama masa
perkawinannya dengan Khadijah yang usianya jauh lebih tua dari beliau.
Hal senada juga diungkapkan al Maraghi, bahwa poligami hanya
diperbolehkan dalam kondisi darurat yang dilakukan oleh orang-orang yang benar
membutuhkan. Alasan yang membolehkan poligami menurut al Maraghi adalah (1) istri
mandul sementara keduanya atau salah satunya sangat mengharapkan keturunan, (2)
suami hiperseks sementara istri tidak mampu melayani, (3) suami memiliki harta yang
banyak untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga, dan (4) jumlah perempuan melebihi
laki-laki atau banyaknya janda dan anak yatim karena perang (Ahmad Musthafa al
Maraghi, 1969:181-182). Poligami adalah salah satu solusi yang diberikan kepada
mereka yang membutuhkan dan memenuhi syarat-syaratnya. Poligami mirip dengan
pintu darurat dalam pesawat terbang yang hanya boleh dibuka dalam keadaan emergency.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Sebagian besar Al-Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan-tujuan yang
bersifat umum sebagai petunjuk dan pedoman bagi manusia dalam menjalani kehidupan
di dunia ini. Namun, kehidupan para sahabat bersama Rasulullah Saw. telah menyaksikan
banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang
memerlukan penjelasan hukum Allah atau masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka
bertanya kepada Rasulullah Saw. untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka

10
Al-Qur’an turun untuk peristiwa khusus atau untuk pertanyaan yang muncul itu. Hal
seperti inilah yang dinamakan dengan asbabun nuzul.
Asbabun nuzul merupakan bahan sejarah yang dapat di pakai untuk
memberikan keterangan terhadap turunnya ayat Alquran dan memberinya konteks dalam
memahami perintah-perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan ini hanya melingkupi
peristiwa pada masa Al-Qur’an masih turun (ashr at-tanzil). Dari segi jumlah sebab dan
ayat yang turun, asbabun nuzul dapat kita bagi menjadi dua yaitu Ta’addud Al-Asbab Wa
Al-Nazil Wahid dan Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid. Ungkapan-ungkapan atau
redaksi yang di gunakan oleh para sahabat untuk menunjukkan turunnya Al-Qur’an tidak
selamanya sama. Redaksi itu secara garis besar dikelompokkan dalam dua kategori yaitu
Sarih (jelas) dan Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti). Asbabun nuzul
mempunyai arti penting dalan menafsirkan al-qur’an. Seseorang tidak akan mencapai
pengertian yang baik jika tidak memahami riwayat asbab an-nuzul suatu ayat.
Pemahaman asbabun nuzul akan sangat membantu dalam memahami konteks turunnya
ayat. Ini sangat penting untuk menerapkan ayat-ayat pada kasus dan kesempatan yang
berbeda. Peluang terjadinya kekeliruan akan semakin besar jika mengabaikan riwayat
asbabun nuzul.

DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008).


Quraish Shihab, Wawasan Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 2006).
Said Agil Husin Al Munawar, Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: Ciputat Press,
2002).

11
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu, terj. Tim Pustaka Firdaus (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1999).
Aunur Rafiq El Mazni, Pengantar Studi Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2007).
Ahmad Tajuddin, Asbab An-Nuzul Menurut Nasr Hamid Abu Zayd, h. 32
Amroeni Drajat , Ulumul Quran (Pengantar Ilmu-Ilmu Alquran), h. 49
Achmad Abubakar, dkk, Ulumul Quran (Pisau Analisis Menafsirkan Al-Quran), h. 18
Muhammad Baqir Hakim, Ulumul Quran, Diterjemahkan oleh Nashirul Haq, Abd.Ghafur,
Salman Fadhlullah (Cet.I; Jakarta:Al-Huda, 2006), h. 36.
Achmad Abubakar, dkk, Ulumul Quran (Pisau Analisis Menafsirkan Al-Quran), h. 18.
Farhat, Karim Hilmi. 2007. Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani dan Yahudi (terjemahan
dari Ta’add
Muhammad Ali Ash-shaabuuniy, At-Tibyaan Fii Uluumil Qur’an, Alih Bahasa oleh. Aminuddin,
Studi Ilmu al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 52.udat al Zawjaat Baina al Adyan).
Jakarta: Darul Haq.
https://m.kumparan.com/berita-update/arti-dan-contoh-asbabun-nuzul-yang-harus-diketahui-1uw
E0xZhSYW
https://kumparan.com/berita-update/arti-dan-contoh-asbabun-nuzul-yang-harus-diketahui-1uwE0
xZhSYW
https://www.ilmusaudara.com/2016/05/asbab-al-nuzul-pengertian-dan-macam.html?m=1
https://news.detik.com/berita/d-5659091/asbabun-nuzul-pengertian-macam-dan-contohnya
Al-Qaththan, Mannna’, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an. Diterjemahkan oleh H. Aunur Rafiq
el-Mazni dengan judul, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, Cet. I; Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2006.

12

Anda mungkin juga menyukai