Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AL-QUR`AN:

MABAHIS FI ULUMIL QURAN


(kisah raja firaun dan istrinya,kisah nabi sulaiman dan
negri saba’)

D
I
S
U
S
U
N

OLEH : KELOMPOK 3
DINAR MALIKI 0406223028
FAKHRURROZI NST 0406223054
HAZRIAH 0406223042

DOSEN PENGAMPU: Fauziah Nur Ariza M.TH

PRODI ILMU HADITS


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah atas segala berkat, rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,dan tak lupa sholawat serta salam kita sampaikan
kepada Rasulullah Muhammad SAW semoga kita mendapatkan syafa`at beliau di yaumil akhir
kelak.,
Penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “MABAHIS FI ULUMIL
QUR’AN”. semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara, Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam. Penulis sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada para pembaca penulis
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan pembuatan makalah ini.

Medan, 7 OKTOBER 2022

pemakalah

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. rumusan masalah.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Pengertian Qashashul Quran ................................................................................... 3
1. kisah fir’aun dan istrinya ......................................................................................... 4
2. kisah nabi sulaiman ................................................................................................. 4
3. Kisah negri saba’............................................................................................................
B. Faedah-Faedah Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an ....................................................... 5
C. Hikmah Pengulangan Kisah Dalam Al-Qur`an ........................................................ 8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 10
B. Saran..................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur‟an merupakan bacaan sempurna dan mulia karena tidak ada satu bacaanpun sejak manusia
mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu dapat menandingi Al-Qur‟an. Tidak ada bacaan yang dibaca
oleh ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis aksaranya. Bahkan dihapal
huruf demi huruf oleh anak-anak, remaja, dan dewasa. Tiada bacaan melebihi Al-Qur‟an dalam perhatian
yang diperolehnya, bukan saja sejarahnya secara umum, tetapi ayat demi ayat baik segiwaktu san saat
turunnya, maupun sampai kepada sebab-sebab serta turunnya.1 Al-Qur‟an datang dengan membuka mata
manusia agar menyadari jati diri dan hakikat keberadaan mereka di bumi ini. Dan juga agar mereka tidak
terlena dengan kehidupan dunia sehingga mereka tidak menduga bahwa hidup mereka hanya dimulai dengan
kelahiran dan berakhir dengan kematian. Kandungan Al-Qur‟an tentang sejarah atau kisah-kisah disebut
dengan istilah kisah Al-Qur‟an. Bahkan ayat-ayat yang berbicara tentang kisah jauh lebih banyak
dibandingkan dengan ayat-ayat yang berbicara tentang hukum. Hal ini memberikan isyarat bahwa Al-Qur‟an
sangat perhatian terhadap masalah kisah, yang memang di dalamnya banyak mengandung pelajaran (ibrah).

Oleh karena itu kisah dalam Al-Qur‟an memiliki makna tersendiri bila dibandingkan isi kandungan
yang lain. Maka perlu kiranya kita sebagai umat Islam untuk mengetahui isi kisah-kisah yang ada dalam Al-
Qur‟an sehingga kita dapat mengambil pelajaran. Al-Qur‟an selain memuat ajaran akidah (keyakinan),
syari‟ah (hukum Islam), akhlak, janji dan ancaman, filsafat, isyarat-isyarat, juga berisi kisah-kisah, terutama
kisah seputar para Nabi dan umat mereka sebelum Nabi Muhammad SAW serta umat lainnya yang hancur
karena keangkuhan mereka.

1
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an, (Bandung: Mizan, 1998), Hlm.3

1
B.Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Qashashul Qur`an?


2. Bagaimana Kisah firaun dan istrinya?
3. Bagaimana kisah nabi sulaiman?
4. Bagaimana kisah negri saba’?
5. Apa hikmah pengulangan kisah dalam Al-qur`an?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Qashashul Quran

Di dalam al-Qur‟an kata qishash diungkapkan sebanyak dua puluh enam kali dalam berbagai bentuk, baik
fi‟il madli, mudhari‟, amar, maupun mashdar yang tersebar dalam berbagai ayat dan surat.4 Penggunaan kata
yang berulang kali ini memberikan isyarat akan urgensinya bagi umat manusia. Bahkan salah satu surat Al-
Qur‟an dinamakan surat al-Qashash yang artinya kisah-kisah.

Secara bahasa, kata qashash berasal dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar yang dipetik dari kata
qashasha yaqushshu qishashan yang secara etimologi berarti mencari jejak. 5 Seperti yang didalam al-Qur‟an
surat al-Kahfi ayat 64 maksudnya kedua orang itu kembali mengikuti jejak dari mana keduanya datang. Kata
qashash bisa bermakna urusan, berita, kabar maupun keadaan. Ditemukan dalam surat Ali Imron ayat 62 yang
artinya sesungguhnya ini adalah berita-berita yang benar.

Namun secara terminologi, menurut Manna al-Khalil al-Qaththan mendefinisikan qishashul quran
sebagai pemberitaan al-Qur‟an tentang hal ihwal umat-umat dahulu dan para nabi, serta peristiwa-peristiwa
yang terjadi secara empiris. Ayat yang menjelaskan tentang kisah-kisah inilah yang paling banyak
mendominasi ayat-ayat al-Qur‟an dengan menunjukkan keadaan negeri-negeri yang ditempatinya dan
peninggalan jejak mereka6. Hal ini diungkapkan oleh al-Qur‟an dengan menggunakan cara dan gaya bahasa
yang menarik dan atau dengan cara shuratan nathiqah (artinya seolah-olah pembaca kisah tersebut menjadi
pelaku sendiri yang menyaksikan peristiwa itu).7Menurut Hasbi alShididiy qishahul quran adalah kabar-kabar
al-qur‟an mengenai keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu serta peristiwa-peristiwa yang
telah terjadi.

Dari pengertian yang dikemukakan diatas dipahami bahwa kisah-kisah yang ditampilkan alQur‟an
adalah agar dapat dijadikan pelajaran dan sekaligus sebagai petunjuk yang berguna bagi setiap orang beriman
dan bertaqwa dalam rangka memenuhi tujuan diciptakannya yaitu sebagai abdi dan khalifah pemakmur bumi
dan isinya. Serta memberikan pengertian tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya agar dijadikan ibrah
(pelajaran) untuk memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan benar.7

4
Hatta, Jauhar. 2009. “Urgensi Kisah-Kisah dalam Al-Qur‟an al-Karim bagi proses Pembelajaran PAI pada MI/SD,” dalam Jurnal
Al-Bidayah PGMI, Volume II, hlm. 14
5
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia
6
Manna‟ Khalil al-Qaththan dalam Usman, Ilmu Tafsir, ( Yogyakarta: Teras,2009), Hlm. 139 7 Ibid, Hlm. 140
3
B. KISAH FIR’AUN DAN ISTRINYA

Kisah Raja Firaun menyimpan banyak pelajaran bagi setiap orang. Firaun dikenal sebagai pemimpin
zalim dengan kuasa yang sangat besar dan kuat. Dia menganggap dirinya adalah Tuhan yang wajib disembah
seluruh rakyat.Firaun tak segan memerangi Nabi Musa AS yang merupakan utusan Allah SWT. Tak heran jika
Firaun lantas menjadi musuh Allah, yang diganjar neraka akibat perbuatannya selama hidup.

Berbeda dengan Firaun, sang istri Asiyah menghadapi fakta sebaliknya. Seperti ditulis dalam hadits,
Asiyah adalah satu wanita yang dirindukan surga. Berikut haditsnya;
Artinya: "Pemuka wanita ahli surga ada empat: Maryam binti Imran,
Fatimah binti Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah."
(HR Muslim dan Hakim)

Asiyah dengan nama lengkap Asiyah binti Muzahim, adalah pasangan Firaun yang bergelar Pharaoh alias
Ramses II. Dialah yang menemukan tubuh Nabi Musa AS yang dihanyutkan orang tuanya dalam keranjang.
Saat itu, Firaun mengharuskan tiap anak laki-laki dibunuh karena khawatir menjadi pesaing tahtanya kelak.
Namun Asiyah menolak aturan tersebut dan memilih tetap merawat bayi yang ditemukannya.

Kisah Asiyah yang mengambil Nabi Musa sebagai anak ditulis dalam QS Al Qashash ayat 9
َ‫س ٰٓى أَن يَنفَعَنَا ٰٓ أ َ ْو نَتَّخِ ذَهۥ َولَد ًا َوه ْم ََل يَ ْشعرون‬ َ ‫عي ٍْن لِى َولَكَ ۖ ََل ت َ ْقتلوه‬
َ ‫ع‬ َ ‫ت ٱ ْم َرأَت ف ِْر‬
َ ‫ع ْونَ ق َّرت‬ ِ َ‫َوقَال‬
Arab-Latin: Wa qālatimra`atu fir'auna qurratu 'ainil lī wa lak, lā taqtulụhu 'asā ay yanfa'anā au nattakhiżahụ
waladaw wa hum lā yasy'urụn

Artinya: Dan berkatalah istri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu
membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedang mereka
tiada menyadari.Asiyah dengan nama lengkap Asiyah binti Muzahim, adalah pasangan Firaun yang bergelar
Pharaoh alias Ramses II. Dialah yang menemukan tubuh Nabi Musa AS yang dihanyutkan orang tuanya dalam
keranjang.

Saat itu, Firaun mengharuskan tiap anak laki-laki dibunuh karena khawatir menjadi pesaing tahtanya kelak.
Namun Asiyah menolak aturan tersebut dan memilih tetap merawat bayi yang ditemukannya.

Kisah Asiyah yang mengambil Nabi Musa sebagai anak ditulis dalam QS Al Qashash ayat 9

َ‫س ٰٓى أَن يَنفَعَنَا ٰٓ أ َ ْو نَتَّخِ ذَهۥ َولَد ًا َوه ْم ََل يَ ْشعرون‬ َ ‫عي ٍْن لِى َولَكَ ۖ ََل ت َ ْقتلوه‬
َ ‫ع‬ َ ‫ت ٱ ْم َرأَت ف ِْر‬
َ ‫ع ْونَ ق َّرت‬ ِ َ‫َوقَال‬
Arab-Latin: Wa qālatimra`atu fir'auna qurratu 'ainil lī wa lak, lā taqtulụhu 'asā ay yanfa'anā au nattakhiżahụ
waladaw wa hum lā yasy'urụn

Artinya: Dan berkatalah istri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu
membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedang mereka
tiada menyadari.

C. KISAH NABI SULAIMAN

Nabi sulaiman adalah anak dari nabi daud as. Sejak usia 13 tahun, Nabi Sulaeman (Sulaiman,
Sulayman) mewarisi kerajaan ayahnya, Daud. Meskipun terbilang muda, dia merupakan seorang anak yang
cerdas, tangkas, cerdik, dan penuh perhitungan. Allah telah menganugerahinya hikmah dan kecerdasan dalam
memberi putusan sejak dia masih muda. Allah juga menjadikan para jin dan setan tunduk untuk melayaninya.
Selain itu, Allah membuatnya memahami bahasa dan percakapan burung. Sulaiman diutus kepada bani Israil
agar mereka menyembah Allah semata serta mengikuti ajaran para nabi dan rasul terdahulu.
4
Nabi Sulaiman menetapkan hukum di antara manusia berdasarkan Taurat. Dalam memecahkan persoalan
politik dan ekonomi kerajaan dia menggunakan metode diplomasi yang memperkuat hubungan kerajaannya
dengan kerajaan Shur Fenisia, dan para fir'aun Mesir. Bahkan, kerajaannya mencapai puncak kejayaan pada
masanya. Ini dikarenakan dia sangat memerhatikan kegiatan pembangunan.

Dia membangun pusat peribadatan yang telah dirintis ayahnya sebelum wafat. Kemegahan dan kebesaran
bangunan tersebut sesuai dengan keagungannya sebagai seorang nabi sekaligus raja. Itu merupakan anugerah
yang tak akan pernah diberikan kepada siapa pun setelahnya di dunia.

Karena kemegahan bentuk bangunan yang dibuat Sulaiman terhadap Masjidil Aqsha, yang di dalam sejarah
bani Israil disebut Haikal, maka tempat ini pun disnisbahkan kepada namanya (Haikal Sulaiman). Dia bukan
orang pertama yang membangunnya. Akan tetapi dia yang merenovasinya dengan bentuk bangunan megah dan
besar.

Adapun kisah nabi sulaiman dalam alqur’an : al anbiya’ ayat 78-82,an naml ayat 21-44,saba’ ayat 12-14,shad
ayat 30-34, al baqarah ayat 102,an-nisa’ ayat 163 ,al an’am 84.

D. KISAH NEGRI SABA’

Sungguh terdapat bukti pada kaum Saba' di tempat kediaman mereka, tentang dua buah kebun di sisi
kanan maupun di sisi kirinya: "Nikmatilah karunia Tuhan kalian serta bersyukurlah kepada Dia atas negeri
yang baik ini, bahwasanya Tuhan adalah Yang Mahapengampun" tetapi mereka berpaling, sehingga Kami
datangkan kepada mereka luapan banjir dari bendungan serta Kami ubah kedua kebun mereka menjadi dua
kebun yang berbuah pahit, pepohonan Atsl serta pepohonan Sidr, demikianlah Kami membalas diri mereka
atas sikap tak bersyukur mereka bahwa Kami tidak menimpakan kepahitan melainkan terhadap golongan yang
kafir. Dan Kami jadikan antara mereka serta antara negeri-negeri yang Kami limpahi berkat, beberapa negeri
yang berdekatan serta Kami tetapkan antara negeri-negeri itu, jarak perjalanan, jelajahilah negeri-negeri itu
pada waktu malam maupun siang hari disertai rasa aman. kemudian mereka berkata: "Wahai Tuhan kami
jauhkan jarak perjalanan kami", dan mereka berlaku zalim terhadap diri mereka sendiri; maka Kami jadikan
mereka buah tutur dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. bahwa dalam hal demikian itu benar-
benar terdapat bukti-bukti Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur; dan sungguh Iblis dapat
membuktikan bujukannya terhadap mereka lalu mereka menuruti hal tersebut, kecuali sebagian golongan yang
beriman sebab makhluk itu tidak berpengaruh terhadap mereka melainkan supaya Kami menguji orang yang
beriman terhadap Akhirat maupun mereka yang meragu tentang hal itu, bahwa Tuhanmu Yang Maha
Memelihara segala sesuatu, Katakanlah: "Serulah segala yang kalian andalkan selain Allah, tidaklah mereka
menguasai sekecil butiran debu pun di langit maupun di bumi bahwa mereka tiada mempunyai suatu peran pun
terhadap langit beserta bumi, sesungguhnya tiada yang menjadi pembela untuk mereka terhadap Dia.Saba’
adalah nama suatu kabilah dari kabilah-kabilah Arab yang tinggal di Yaman. Mereka mendirikan kerajaan yang
terkenal dengan nama Kerajaan Saba yang ibu kotanya Ma'rib; telah dapat membangun suatu bendungan
raksasa yang bernama Bendungan Ma'rib, sehingga negeri mereka subur dan makmur.

Kaum Saba’ begitu maju peradabannya. Mereka menguasai teknologi yang tertinggi pada zamannya, yakni
telah berhasil membangun bendungan Ma’rib.Menurut penulis Yunani, Ma’rib merupakan salah satu kota
termaju saat itu (sekarang Yaman) dan memiliki lahan yang subur.

5
Bendungan Ma’rib mampu mengairi sekitar 9.600 ha lahan subur. Negeri itu pun kaya-raya. Namun, karena
mereka tak bersyukur atas nikmat yang begitu melimpah, maka Allah menurunkan banjir besar yang
menghancurkan semua kekayaan yang dimiliki penduduk negeri Saba’.

Dalam suatu tafsir dijelaskan, mereka diberi azab karena tak taat kepada seruan nabi utusan Allah

6
7
E. Hikmah pengulangan kisah-kisah dalam Al-Qur’an, diantaranya:

1.Menjelaskan ketinggian kualitas Al-Qur’an, diantara keistimewaan suatu bahasa adalah pengungkapan
suatu makna dalam berbagai bentuk yang berbeda-beda. Kisah yang berulang itu diceritakan kembali di
setiap tempat dengan gaya dan pola yang berbeda sehingga tidak menyebabkan kejenuhan. Bahkan,
pengulangan itu dapat menambah arti baru yang tidak didapatkan pada tempat lain.
1. Memberikan perhatian yang besar terhadap kisah untuk menguatkan kesan dalam jiwa.
Sesungguhnya pengulangan ini merupakan salah satu cara menunjukkan perhatian yang besar. Hal
itu umpamanya dapat dilihat dalam kisah Nabi Musa dengan Fir’aun, kisah ini menggambarkan
pertentangan antara kebenaran dan kebatilan dalam format penyajian yang sempurna walaupun
sering diulang-ulang.
2. Menunjukkan kehebatan mukjizat Al-Qur’an. Yaitu menyebutkan suatu makna dalam berbagai
bentuk susunan. Ini membuktikan bahwa Al-Qur’an datang dari Allah dan juga memperlihatkan

13
Penelusuran kisah-kisah ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Sukmadjaja Asyrie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an,
Pustaka, Bandung 1984.

8
suatu tantangan.
3. Memperlihatkan adanya perbedaan tujuan diungkapkannya kisah tersebut. Meskipun kisah-kisah
Al-Qur’an mengalami banyak pengulangan, penyebutan kisah-kisah tersebut pada tiap tempat
berbeda-beda.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Demikian makalah singkat tentang kisah-kisah dalam Al- Qur’an,Kisah-kisah jika di pandang dari sisi
pelaku, terbagi menjadi tiga bagian: Kisah para Nabi terdahulu, Kisah yang berhubungan dengan kejadian
pada masa lalu dan orang-orang yang tidak disebutkan kenabiannya, dan Kisah-kisah yang terjadi pada masa
Rasulullah, dan kalau dilihat dari segi panjang-pendeknya, dapat dikelompokkan menjadi tiga macam: Kisah
Panjang, Contohnya kisah Nabi Yusuf dalam surat Yusuf, yang hampir seluruh ayatnya mengungkapkan
kehidupan Nabi Yusuf, Kisah yang Lebih Pendek dari bagian pertama tadi, seperti kisah Maryam dalam
surat Maryam dan Kisah Pendek, yaitu kisah yang jumlahnya kurang dari sepuluh ayat.
Faedah kisah-Kisah dalam Al-Qur’an, diantaranya: Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan
pokok-pokok syari’at, meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat Muhammad atas agama Allah, dan
membenarkan para Nabi terdahulu.
Adapun Hikmah pengulangan kisah-kisah dalam Al-Qur’an, diantaranya: Menjelaskan ketinggian kualitas
Al-Qur’an, memberikan perhatian yang besar terhadap kisah untuk menguatkan kesan dalam jiwa,
menunjukkan kehebatan mukjizat Al-Qur’an dan memperlihatkan adanya perbedaan tujuan diungkapkannya
kisah tersebut.

B. Saran

Pada penyusunan makalah ini kami sangat menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang
terdapat di dalamnya baik berupa bahasa, cara penyusunannya maupun materi yang disampaikan. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran guna menciptakan penyusunan makalah yang lebih baik lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amin Bakri Syaikh, At-Ta’bir Fanni Fil-Qur’an. Beirut: Darus-

Syuruq, Cet. 1, 1973. Anwar Rosihan, Ilmu Tafsir. Bandung: Pustaka

Setia, Cet. 1, 2000.


Al-Qattan Manna’ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Terj. Mudzakir AS.
Bogor: PustakaLitera AntarNusa, Cet. 9, 2006.

Asyrie Sukmadjaja dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, Pustaka.

Bandung 1984. Djalal Abdul H.A, Ulumul Qur’an. Surabaya:

Dunia Ilmu, Cet. 2, 2000.

Federspiel Howard M, Popular Indonesian Literature of the Qur’an, Terj. Tajul


Arifin.
Bandung: Penerbit Mizan, Cet. 1, 1996.

Hanafi A, Segi-Segi Kesusastraan pada Kisah-Kisah Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka


Al-Husna, 1984.

Quthub Muhammad, Dirosatun Qur’aaniyah Kairo: Dar Al- Syuruq, Cet. 7, 1993.

Shouwy Ahmad AS, Mu’jizat Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang Iptek.


Jakarta: Gema InsaniPress, Cet. 1, 1995.

11

Anda mungkin juga menyukai