Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

Makalah ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan tugas mata kuliah Ulumul Qur’an

Dosen pengampu : Hajjin Mabrur, M.S.I

Disusun Oleh:

Kelompok 8

SUGIONO 22S1KPI0039

DEDE AHMAD KURNIADI 22S1MPI0032

MUHAMAD ZAM ZAMI ROSYADI 22SMPI10019

MUHAMAD RIDWAN 22S1MPI0061

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON

2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu peristiwa yang berhubungan dengan sebab dan akibat dapat menarik

perhatian para pendengar. Apabila dalam peristiwa itu terselip pesan-pesan dan pelajaran

mengenai berita-berita bangsa terdahulu, rasa ingin tahu merupakan faktor paling kuat

yang dapat menanamkan kesan peristiwa tersebut ke dalam hati. Dan nasihat dengan tutur

kata yang disampaikan tanpa variasi tidak mampu menarik perhatian akal, bahkan semua

isinya pun tidak akan bisa dipahami. Akan tetapi bila nasihat itu dituangkan dalam bentuk

kisah yang menggambarkan peristiwa dalam realita kehidupan maka akan terwujudlah

dengan jelas tujuannya. Orang pun akan merasa senang mendengarkannya,

memperhatikannya dengan penuh kerinduan dan rasa ingin tahu, dan pada gilirannya ia

akan terpengaruh dengan nasihat dan pelajaran yang yang terkandung di dalamnya.

Kesusastraan kisah dewasa ini telah menjadi seni yang khas di antara seni-seni bahasa

dan kesusastraan. Dan “kisah yang benar” telah membuktikan kondisi ini dalam uslub

arabi secara jelas dan menggambarkan dalam bentuk yang paling tinggi, yaitu kisah-kisah

al-qur’an.

Masalah Israiliyat merupakan kisah-kisah yang diambil dari ahli kitab yang

masuk Islam (Yahudi dan Nasrani). Yang mana mereka ini mempunyai pengetahuan

2
cukup banyak dalam agama mereka yang bersumber dari Taurat dan Injil terutama

tentang kisah umat dan para nabi terdahulu.

Sementara Alquran sendiri banyak mencakup hal-hal yang terdapat dalam Taurat

dan Injil, khususnya yang berhubungan dengan kisah para nabi dan berita umat terdahulu.

Masuknya Israiliyat ini kedalam tafsir adalah disebabkan banyaknya bangsa Yahudi yang

telah memeluk Agama Islam seperti Abdullah bin Salam, Ka’Ab bin Ahbar, Wahb bin

Munabbih, dan Abdul Malik bin Aziz bin Juraij. Adapun mereka ini masih kental dengan

agama dan budaya yang dianut sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian dan karakteristik Qasas Al-Qur’an

2. Pengertian Isroiliyat

3. Hikmah mempelajari kisah-kisah Al Qur’an dan Isroiliyat dalam Al Qur’an

1.3  Tujuan Penulisan

Untuk mempermudah mahasiswa dalam memahami seluk-beluk qashashul Qur’an dan

Israiliyat diantaranya yaitu:

1. Mengetahui Pengertian Kisah dalam al-Qur’an.

2. Mengetahui Pengertian Isroiliyat dalam al-Qur’an

3. Mengetahui Hikmah mempelajari kisah-kisah Al Qur’an dan Isroiliyat dalam Al Qur’an

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 A. Pengertian dan karakteristik Qasas Al-Qur’an

 Menurut bahasa kata Al-qishash diambil dari kata “ qashsha-yaqushshu “ yang

berarti menceritakan. Sedangkan menurut istilah Qashashul Qur’an ialah kisah-kisah

dalam Al-Qur’an tentang para Nabi dan Rasul mereka, serta peristiwa-peristiwa yang

terjadi pada masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Yang dimaksud

dengan  Al-qishash dalam Al-Qur’an pada pembahasan ini adalah sejarah umat terdahulu

serta para Nabi dan orang-orang shaleh yang berjuang menegakkan kebenaran. Dengan

kata lain, kisah dalam al-Qur’an secara umum memiliki dua kategori yaitu:

1.      Cerita para Nabi atau orang-orang shaleh.

2.      Cerita para penentang kebenaran yang dibawa Nabi

Kisah (al-gashshahy) bermakna cerita (al-hadits), berita (al-khabar),sesuatu yang

baru (Al-amr al-hadits), bahan pembicaraan (al-uhdutsah), tingkah (sya'n), dan keadaan

(al-hal). Bentuk plural dan qishshah adalah qishush. Kisah juga biasa diartikan sebagai

salah satu cara al-Qur'an mengantar manusia menuju arah yang dikehendaki-Nya. Kata

kisah terambil dari bahasa Arab Qishshah, Kata seakar dengan kata Qashasha yang

berarti menelusuri jejak, sementar ulama mendefinisikan kisah sebagai menelusuri

peristiwa/kejadian dengan jalan menyampaikan/menceritakanya tahap demi tahap sesuai

dengan kronologoi kejadianya. Dapat ditambahkan bahwa penyampaiannya itu dapat

terjadi dengan menguraikannya dari awal hingga akhir, bias juga dengan episode-

4
episode tertentu, yang mana akan bisa dibaca dengan secara baik dan structural menurut

beberapa para ulama yang terkenal.

B. Teori Tentang Qasas Al Quran

Qasas Al-Qur'an, yaitu berita-berita tentang keadaan umat di masa lalu. Sejarah

umat, menyebutkan negeri-negeri dan kampung-kampung mereka itu. Membahas bekas-

bekas peninggalan tiap-tiap orang hidup berkelompok. Menceritakan prihal mereka

dalam bentuk bicara tentang tentang apa yang mereka kerjakan. Kisah dalam al-Qur'an

(Qasas al-Qur'an) maksudnya adalah berita berita al-Qur'an ihwal terdahulu, baik umat-

umat maupun para nabi yang telah lampau. Demikian juga, berita mengenai peristiwa-

peristiwa nyata di zaman dulu, yang membuat pelajaran dan dapat diambil pelajaran bagi

generasi yang datang setelahnya.

Ditemukan dari penggunaan kata Ois-sah dalam al-Qur'an, bahwa objek yang

dikisahkan dapat berkaitan dengan:

a. Sesuatu yang benar-benar telah terjadi di alam nyata, seperti peristiwa

yang diceritakan Nabi Musa kepada Nabi Syu'aib (QS. al-Qashash [28] 25. Ghafir

(401-78, an-Nisa [4] 164

b. Sesuatu yang terjadi tidak di alam nyata (empiris), tetapi dalam benak melalui mimpi,

seperti pesan Nabi Yaqub kepada putra beliau.

Imam Fakhruddin al-Razi mendefinisikan kisah al-Qur’an sebagai kumpulan

perkataan-perkataan yang memuat petunjuk yang membawa manusia kepada hidayah

agama Allah dan menunjukkan kepada kebenaran serta memerintahkann untuk mencari

sebuah keselamatan. Ada juga yang mendefinisikan dengan pemberitaan al-Qur’an

5
tentang hal ihwal umat yang telah lalu, Nubuwat/Kenabian yang terdahulu, dan peristiwa-

peristiwa yang telah terjadi.

C. Fungsi Qasas Dalam Al-Quran

1. Untuk menjelaskan prinsip-prinsip ajaran para Rasul. Penjelasan pokok-pokok syariat

yang diemban oleh setiap Nabi sebagaimana yang ditegaskan Allah Swt.:

Dan Kami tidak menutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan

kepadanya: 'Bahwasannya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah

olehmu sekalian akan Aku. (QS Al-Anbiya' [21]: 25).

2. Mengokohkan hati Rasulullah dan hati umatnya terhadap agama Allah dan menguatkan

kepercayaan orang-orang yang beriman terhadap kemenangan, kebenaran, dan

pertolongan-Nya, serta menghancurkan kebatilan dan para pendukungnya.

Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt.: Dan semua kisah dari rasul-rasul

Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu;

dan dan dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan

peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS Hud [11]: 120).

3. Membenarkan ajaran para Nabi terdahulu, menghidupkan ajaran mereka, dan

mengabdikan peninggalan mereka.

4. Menunjukkan kebenaran Muhammad Saw. dalam risalah dakwahnya dengan

memberitakan tentang keadaaan orang-orang terdahulu dalam berbagai macam level

generasi yang berbeda.

5. Membongkar kebohongan Ahli Kitab dengan menjelaskan hal-hal yang mereka

sembunyikan, dan menentang apa-apa yang terdapat pada kitab mereka setelah

mengalami perubahan dan penggantian

6
2.2 A. Pengertian Isroiliyat

Israiliyyat adalah seluruh riwayat yang bersumber dari orang-orang Yahudi dan

Nasrani serta selain dari keduanya yang masuk dalam tafsir maupun hadis. Ada pula

ulama tafsir dan hadis yang memberi makna Israiliyyat sebagai cerita yang

bersumber dari musuh-musuh Islam, baik Yahudi, Nasrani, ataupun yang lainnya.

Adapun pendapat para ulama tentang adanya israiliyat ini terbagi menjadi dua

yaitu :

1. Abu Zahrah dan Abdul Aziz Jawisy

Menurut Abu Zuhrah, seluruh Israiliyyat harus dibuang karena tidak berguna dalam

memahami Al-Quran. Hal serupa juga disampaikan oleh Abdul Aziz Jawasy, ia

berpendapat bahwa Israiliyyat pada dasarnya telah menyesatkan akal dan menjauhkan

umat Islam dari makna Al-Quran.

Pada intinya, para Ulama menerima Israiliyyat selama tidak bertentangan dengan Al-

Quran dan hadis, tidak menerima selagi kisah Israiliyyat tersebut bertentangan

dengan Al-Quran dan hadis, dan Tawaqquf atau mendiamkan yaitu tidak menolak

tidak pula menerimanya.

2. Ibnu Al-Arabi 

berpendapat bahwa perlu membedakan Israiliyyat yang terdapat dengan Ahli Kitab

dan yang tidak berkenaan dengannya. Jenis pertama dapat diterima karena dianggap

sebagai pengakuan seseorang terhadap dirinya sendiri, yang tentu saja lebih

7
mengetahui dirinya sendiri. Adapun jenis kedua dapat diterima dengan syarat

pembawa berita (rawi) dan materinya diteliti terlebih dahulu.

3. Muhammad Syaltut

Israiliyyat menurutnya hanya menghalangi umat Islam untuk menemukan petunjuk

Alquran. Kesibukan mereka dalam mempelajarinya pada akhirnya telah memalingkan

mereka dari intan dan mutiara yang terkandung dalam Alquran itu sendiri. Sedangkan

Muhammad Husein Adz Dzahabi pun memberikan penjelasan tentang pemenolakan

adanya Israiliyat.

Demikianlah pengertian dan pendapat mengenai israiliyat menurut para ulama, semoga

bermanfaat dan menambah semakin menaambah khazanah pengetahuan kita.

B. Pembagian Isroiliyat Dan Cara Menyikapinya

Sehubungan dengan hal ini, potret  israiliyat   di era kekinian telah

mengakar di kalangan masyarakat awam. Ironisnya lagi sebagian mereka

meyakini bahwa israiliyat  adalah bagian dari al-Qur’an. Hal ini dibuktikan

tentang beredarnya kisah-kisah israiliyat  palsu di masyarakat. Misalnya

seperti kisah Malaikat Harut dan Marut yang termaktub dalam Q.S.al-

Baqarah [2]:102

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa

kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu

mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan

sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka

8
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua

orang malaikat.”

Tekait ayat di atas para mufasir berlainan pendapat tentang yang dimaksud

dengan 2 orang malaikat tersebut. Ada yang berpendapat, mereka betul-

betul Malaikat dan ada pula yang berpendapat orang yang dipandang saleh

seperti malaikat. Ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang pura-pura

saleh seperti malaikat. Terdapat sebuah riwayat dari Ibnu Abbas yang

menceritakan bahwa; sesungguhnya ketika Allah memberi tahu tentang

penciptaan Nabi Adam kepada para malaikat-Nya. Para malaikat pun

berkata: mengapa engkau hendak menciptakan manusia yang hanya akan

berbuat kerusakan dan membuat pertumpahan darah di dunia. Maka di jawab

oleh Allah: sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui

C. Contoh-Contoh Isroiliyat Dalam Kitab Tafsir

Israiliyyat adalah berita-berita yang dinukil dari Bani Israil, kebanyakan dari Yahudi

atau dari Nasrani. Ini terbagi menjadi tiga macam :

1. Israiliyyat yang diakui dan dibenarkan oleh Islam, maka hal itu benar.

Contohnya : Riwayat Bukhari dan selainnya dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu

mengatakan : “Datang salah seorang Habr [1] kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam dan mengatakan : “Wahai Muhammad, sesungguhnya kami mendapati (dalam

Kitab kami) bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan langit-langit pada

satu jari, bumi-bumi di satu jari, pohon-pohon di satu jari, air dan hasil bumi di satu

jari, dan seluruh makhluk di satu jari, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Akulah Raja”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa hingga terlihat gigi

9
gerahamnya karena membenarkan perkataan sang Habr, kemudian beliau membaca

firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

2. Israiliyyat yang diingkari dan didustakan oleh Islam, maka hal itu bathil.

Contohnya : Riwayat Bukhari dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu mengatakan : “Kaum

Yahudi mengatakan : Jika seseorang menggauli isterinya dari belakang, maka anaknya

akan terlahir bermata juling”, maka turunlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah

tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki” [Al-Baqarah/2 :

223]

3. Israiliyyat yang tidak diakui oleh Islam dan tidak diingkari, maka di sini wajib

diam sesuai dengan apa yang diriwayatakan oleh Bukhari dari Abu Hurairah

Radhiyallahu ‘anhu mengatakan : “Ahli Kitab membaca Taurat dalam bahasa Ibrani,

mereka menafsirkannya dengan bahasa Arab untuk kaum muslimin, maka Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Janganlah kalian membenarkan Ahli Kitab

dan janganlah mendustakan mereka, akan tetapi katakanlah, ‘Kami telah beriman

kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu”.

D. Urgensi Dan Hikmah Mempelajari Kisah-Kisah Al Qur’an Dan Isroiliyat Dalam

Memahami Al-Quran

1. Urgensi Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an

Kisah atau cerita yang benar adalah salah satu metode yang sangat menyenangkan

dan menyentuh hati untuk menjadi sarana menumbuhkan iman. Kisah-kisah dalam al-

10
Qur’an merupakan kisah paling benar sebagaimana disebutkan dalam firman Allâh

Azza wa Jalla:

Dan siapakah orang yang lebih benar perkataannya dari pada Allâh? [an-Nisa’/4:87]

Allâh Subhanahu wa Ta’ala suci dari sifat dusta sehingga tidak mungkin Allâh

Azza wa Jalla mengisahkan kisah-kisah yang tidak terjadi atau fiktif. Allâh Azza wa

Jalla juga maha mengetahui, mendengar dan melihat serta menyaksikan semuanya. Oleh

karena itu ketika Allâh Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan satu kisah, berarti kisah itu

benar dan diceritakan berdasarkan ilmu. Kisah al-Qur’an juga merupakan sebaik-baik

kisah

Syaikh Abdurrahman bin Nâshir as-Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini

mengatakan, “Hal itu karena kisah-kisahnya benar, kalimat-kalimatnya terangkai dengan

baik dan makna yang terkandung begitu indah. [Taisîr Karîmirrahmân]. Oleh karena itu,

kisah-kisah al-Qur’an merupakan kisah yang paling bermanfaat.

2. Hikmah Kisah Kisah Dalam Al-Quran

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan tentang hikmah

kisah-kisah dalam al-Qur’an:

A. Penjelasan mengenai hikmah Allâh Subhanahu wa Ta’ala dalam kandungan kisah-

kisah tersebut, sebagaimana firman-Nya:

Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di

dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran). Itulah suatu hikmat yang sempurna,

maka peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka)  [al-Qamar/54:4-5]

11
B. Menjelaskan keadilan Allâh Azza wa Jalla melalui hukuman-Nya terhadap orang-

orang yang mendustakan-Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirman tentang orang-orang

yang mendustakan-Nya:

Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri

mereka sendiri, kerana itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka

sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allâh, di waktu azab Rabbmu datang.

Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali

kebinasaan [Hûd/11:101]

C. Menjelaskan karunia-Nya berupa pemberian pahala dan keselamatan kepada yang

beriman, sebagaimana firman-Nya:

Kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum fajar

menyingsing [Al-Qamar/54:34]

D. Sebagai hiburan bagi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menghadapi sikap

orang-orang yang mendustakannya, sebagaimana firman-Nya,

“Dan jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya orang-orang yang

sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasulnya); kepada mereka telah datang

rasul-rasulnya dengan membawa mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab yang

memberi penjelasan yang sempurna. Kemudian Aku adzab orang-orang yang kafir;

maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat kemurkaan-Ku.”  [Fâthir/35:25-26]

Sebagai motivasi bagi kaum Mukminin agar tegar dalam keimanan bahkan

bertambah imannya saat mereka tahu kaum Mukminin terdahulu telah selamat dan

menang saat diperintahkan berjihad.

3. Hikmah Mempelajrai Israiliyat

12
Mempelajari israilihiyat hikmah yang di ambil Timbulnya keinginan para sahabat

untuk mengetahui kelengkapan jalannya cerita

yang tertuang dalam Al-Quran, maka diantara kaum muslimin pada masa sahabat

meminta kepada Ahli kitab yang telah masuk Islam seperti Abdullah bin Salam, untuk

memeberi keterangan mengenai hal tersebut sekedar untuk memperjelas kisah-kisah

ringkas yang

disebutkan dalam Al-Quran. Setidaknya hal ini sangat memberikan keuntungan yang

baik kepada kaum muslimin selagi kisah tersebut tidak menyimpang dari

kebenarannya, Rasulullah juga membolehkan para sahabat untuk mengambil riwayat

dari bani israil jika sudah diketahui kebenarannya.

Kisah-kisah dalam Al-Quran adalah sebenar-benarnya kisah dan kisah-kisah terbaik.

Di dalamnya mengandung nilai sastra yang sangat tinggi, makna yang sempurna,

serta sangat besar hikmah dan manfaatnya. Kisah-kisah itu hadir dengan membawa

pengaruhnya yang sangat kuat untuk memperbaiki hati, amal dan akhlak.

Sebagaimana ditunjukan dalam firman-Nya, "Kami menceritakan kepadamu kisah

yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu." (QS. Yusuf:3).

Banyak sekali hikmah dibalik kisah-kisah di dalam Al-Quran tersebut, di antaranya:

Penjelasan tentang kebijaksanaan dan kemahaadilan Allah, Penjelasan tentang

karunia Allah terhadap orang-orang yang beriman, Hiburan bagi Nabi Shallallahu

Alaihi wa Sallam atas penderitaan yang beliau alami karena gangguan orang-orang

yang mendustakan beliau, Motivasi bagi kaum mukminin agar istiqamah di atas

keimanan, Ancaman bagi orang-orang kafir atas kekafirannya, dan sebagai bukti atas

kebenaran risalah yang dibawa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Buku ini

13
menampilkan kisah-kisah para nabi dan rasul beserta kaumnya sejak Adam hingga Isa

Alaihi Sallam. 

BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kisah- kisah dalam Al-Qur‟an

menjadi bagian tak terpisahkan dari isi Al-qur‟an yang menjadi referensi utama bagi

umat manusia. Kisah- kisah Al-Qur‟an bermanfaat dalam rangka pembentukan

karakter 12 manusia yang berbudi luhur dan memiliki aqidah tauhid. Dalam dunia

pendidikan, seorang pendidik dapat menjadikan kisah sebagai metode alternatif bagi

pembentukan jiwa peserta didik terutama dalam ranah afektif dan psikomotor. Tujuan

kisah-kisah yang ditampilkan Al-Qur‟an adalah agar dapat dijadikan pelajaran dan

sekaligus sebagai petunjuk yang berguna bagi setiap orang beriman dan bertaqwa

dalam rangka memenuhi tujuan diciptakannya yaitu sebagai abdi dan khalifah

pemakmur bumi dan isinya. Karakteristik kisah Al-Qur‟an yaitu Kisah-kisah al-

Qur‟an berupa peristiwa nyata yang benar-benar terjadi, Kisah-kisah Al-Qur‟an

sejalan dalam kehidupan manusia, Kisah-kisah al-Qur‟an tidak sama dengan ilmu

sejarah, Kisah Al-Quran sering diulangulang. Dua sisi pokok dari setiap sejarah

sebagai cerita. Pertama, sisi seni pengungkapannya yang menyangkut langgam

14
bahasa dan teknik penyajian. Kedua, sisi isi yang menyangkut apa yang terjadi,

kapan, dimana, siapa pelakunya dan mengapa terjadi. Konsep kisah al-Qur‟an dalam

meningkatkan spiritual anak adalah : Konsep Irsyad (petunjuk), Konsep dialogis,

konsep hikmah dan I‟tibar (hikmah dan pelajaran), konsep dzikra (mengingatkan),

konsep takhwif dan tahdzir (ancaman). Penuturan kisahkisah al-Qur‟an sarat dengan

muatan edukatif bagi manusia khususnya pembaca dan pendengarnya. Kisah-kisah

tersebut menjadi bagian dari metode pendidikan yang efektif bagi pembentukan jiwa

yang mentaukhidkan Allah SWT

DAFTAR PUSTAKA

Ushuul Fit Tafsiir karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, hal.53-55)

Ushûl Fit Tafsîr karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, hlm.50-51

Muchotob Hamzah, Studi Alquran Komprehensif, (Yogyakarta: Gama Media 2003),

hlm 201

Abu Bakar, Sejarah Alquran, Cet. III, Sinar Pujangga, Jakarta, 1952.

Ahmad Warson Munawir, Kumus al-Mamawwir, Yogyakarta, 1984.

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Penafsir AI- Qur’an, Jakarta, 1970.

Dzahabi al, Muhammad Husein, al-Tafsir wal Mufarssiruun,  Dar al-Kutub alHaditsah,

Kairo, 1978.

Faudah, Muhammad Basuni, al-Tafsir wa Manajihuhu, M. Muchtar Zoerni dan Abd.

Qadir Hamir (penterjemah), Pustaka, Bandung, 1987.

15
Fazlur Rahman, Tema Pokok Alquran, Mahyuddin dan Anwar Haryono (penterjemah),

Pustaka, Bandung, 1983.

Ibnu Taimiyah, Muqaddimah fi Usul al-Tafsir, Dar Alquran al-Azim, Kuwait, 1971.

Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an II, Pustaka Setia, Bandung, 1997.

Rachmat Syafe’i, Pengantar Ilmu Tafsir, Pustaka Setia, Bandung, 2006.

Muchotob hamzah, studi alqur’an komprehensif.

Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an I, Pustaka Setia, 2000.

16

Anda mungkin juga menyukai