ISRALILLIYAT
Dosen Pengampu:
H.Syukraini Ahmad M.A
Disusun Oleh:
Kelempok 7
1. Ahmad Repanza (2223420055)
2. Anshor El-Sunnah Nursalim (2223420053)
1
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur tidak lupa kita panjatkan kehadirat Allah Subhahu Wa Ta’ala
yang berkat anugerah dari-Nya Sayamampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“isralliyat”.
Kami sangat bersyukur karena mampu menyelesaikan makalah ini tepat waktu
sebagai tugas Mata Kulia. Selain itu, Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak yang membantu saya untuk merampungkan makalah ini sampai selesai.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
kepada semua pihak. Dan jangan lupa kritik serta sarannya terhadap makalah ini dalam
rangka perbaikan makalah-makalah yang akan datang.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kitab-kitab samawi ini ada sejak zaman Nabi Adam sampai diutusnya Nabi Muhammad
SAW yang mempunyai landasan utama yaitu mengajak manusia untuk beriman kepada Allah
dan memberikan bimbingan serta pengajaran untuk mencapai jalan yang lurus.
Pokok- pokok akidah dan syariat dalam kitab-kitab samawi pada dasarnya satu. Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam surah asy-Syura [42]:13, yang artinya: “Dia telah
mensyariatkan bagi kaum tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan
apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa, dan ‘Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya...”
Adapun perincian syariat dan pengamalannya, antara kitab yang satu dengan yang lain
terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut merupakan akibat dari penyesuaiannya dengan
kondisi zaman dan kemaslahatan umat. Apa yang bermaslahat untuk kondisi tertentu belum
tentu bermaslahat pula untuk kondisi lainnya, dan apa yang sesuai dengan tabiat kaum
tertentu belum tentu sesuai pula dengan kaumnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
surah al-Ma’idah [5]:48
...........)48 :(المائدة.........لِ ُك ِّل َج َع ْلنَا ِم ْن ُك ْم ِشرْ َعةً َو ِم ْنهَا جًا
“… untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang”
Al-Qur’an merupakan kitab yang terakhir dan diturunkan kepada rasul yang terakhir
pula. Al-Qur’an hadir untuk melengkapi isi kitab-kitab samawi yang turun sebelumnya, yaitu
tentang ajaran aqidah dan syariat guna memperkuat iman seseorang kepada Allah dan kepada
kehidupan akhirat. Al-Qur’an berbeda dengan kitab-kitab lainnya dalam aturan syariat,
bentuk-bentuk ibadah dan tata cara muamalat, karena penyesuaiannya dengan keadaan
zaman. Dan hanya al-Qur’an yang sesuai dengan tujuan akhir kehidupan manusia, yaitu
mencari kesempurnaan hidup. Karena kepentingan untuk mempelajari al-Qur’an dan
tafsirnya secara teliti dan selektif dari israilliyat
3
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian isra’iliyyat
2. Timbulnya isra’iliyyat dalam penafsiran Al-Qur’an
3. Tokoh-tokoh periwayatan isra’iliyyat
4. Pembagian isra’iliyyat ditinjau dari berbagai aspek
5. Berbagai pandangan tentang isra’iliyyat
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ISRAILLIYAT
Pengertian israiliyat yang diungkapkan oleh para ulama Ulumul Quran, sangat
bervariasi Dan berikut akan penulis paparkan beberapa diantara sekian pengertian tersebut.
Menurut etimologinya, israiliyat berasal dari kata israil yang merupakan kata nisbah kepada
Bani Israil.1 Israil berasal dari Bahasa Ibrani yang berarti hamba Allah, dipakai sebagai nama
lain Nabi Yaqub. Bani Israil adalah keturunan Nabi Ya'kub bin Ishaq bin Ibrahim as, yang
menurunkan banyak Nabi, diantaranya Nabi Musa as. dan Nabi Isa as. Israiliyat menurut
terminologinya adalah budaya Yahudi yang bersumber kepada Taurat, Zabur, Asfar
Musawiyah dan Talmud
Pertama: kisah dan dongeng yang disusupkan dalam, tafsir dan hadits yang asal
periwayatannya kembali kepada sumbernya yaitu Yahudi, Nashrani dan yang lainnya.
1
Usman,Ilmu Tafsir(Yogyakarta:Teras,2009)hlm 33
2
Muhammad Husain adz-Dzahabi, al-Israilyyat fit-Tafsiri wa al-Hadits, terjemahan Didin Hafiduddin (Jakarta, PT. Litera Antara Nusantara,
1993), h.8.
3
Muhammad Husin adz-Dzahabi, Penyimpangan dalam Penafsiran al-Qur'an,tabu.(Jakarta: Rajawali, 1986), h. 9-10.
4
Rosihan Anwar, Melacak Unsur-unsur Israiliyyat dalam Tafsir ath-Thabari danTafsir Ibnu Katsir, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 24-25.
5
orang-orang Yahudi karena para perawinya berasal dari kalangan mereka yang sudah masuk
Islam.5
Untuk lebih menjelaskan pengertian ini, Adz-Dzahabi menjelaskan apa yang dimaksud
dengan kebudayaan Yahudi dan kebudayaan Nasrani itu. Kebudayaan Yahudi dalam
pandangannya berpangkal pada kitab Taurat yang diberitakan Al-Quran sebagai kitab suci
yang di antaranya berisi bermacam-macam hukum syari’at yang diturunkan Tuhan kepada
Nabi Musa a.s. Kemudian kitab Taurat digunakan sebagai predikat terhadap semua kitab suci
agama Yahudi, termasuk di dalamnya kitab Jabur dan lain-lainnya yang kemudian dikenal
dengan sebutan Kitab Perjanjian Lama. Di samping kitab Taurat yang diterima bangsa
Yahudi secara tertulis, mereka juga mempunyai berbagai ajaran dan keterangan yang diterima
mereka dan Nabi secara lisan, dan mulut ke mulut. Kemudian setelah beberapa abad lamanya,
ajaran tersebut dibukukan dengan nama Talmud. Selain itu, bangsa Yahudi juga mempunyai
kekayaan seni sastra berupa cerita-cerita, legenda-legenda, sejarah, dan sebagainya. Semua
itu memperkaya apa yang disebut “Kebudayaan Yahudi”. Adapun kebudayaan Nashrani
menurut Adz-Dzahabi berpangkal kepada kitab Injil yang di dalam Al-Quran diberitakan
sebagai kitab suci yang diturunkan Tuhan kepada Nabi Isa a.s. Sedangkan kitab-kitab Injil
yang diyakini di kalangan Nashrani, termasuk surat-surat Rasul, kemudian dikenal dengan
Kitab Perjanjian Baru. Di samping itu, mereka mengenal adanya pelbagai keterangan atau
penjelasan Injil-Injil tersebut berupa cerita-cerita, berita-berita, ajaran-ajaran yang semuanya
mereka anggap diterima dari Nabi Isa. Inilah yang menjadi sumber kebudayaan Nashrani.
Dari uraian tersebut di atas tampaknya ulama-ulama sepakat bahwa yang menjadi israiliyyat
adalah Yahudi dan Nashrani. Israiliyat merupakan sesuatu yang menyerap kedalam tafsir dan
hadis, di mana periwayatannya berkaitan dengan sumber Yahudi dan Nasrani, baik
menyangkut agama mereka atau tidak
Bentuk dongeng atau kisah israiliyyat itu sendiri dapat dicirikan dengan salah satu dari
beberapa ciri berikut:
a. Persoalan yang biasa dibahas adalah tentang asal-usul dan rahasia kejadian alam semesta.
Seperti penjelasan tentang Qaf (nama sebuah surat dalam al-Qur’an), menurut sebuah
riwayat israiliyyat, Qaf adalah nama sebuah gunung yang mengelilingi bumi.
5
Sayyid Kamal Khalil, Dirasah fil al-Qur'an, (Mesir: Dar al-Ma'rofah, 1961), h.113.
6
b. Kisah-kisah nabi-nabi terdahulu yang sangat berlebihan, seperti kisah yang
menceritakan kesabaran nabi Daud ketika tertimpa musibah penyakit, di mana
digambarkan nabi Daud mengutip kembali ulat-ulat yang berjatuhan dari luka
penyakitnya dan meletakkan kembali ke tempatnya semula.
c. Perincian terhadap sesuatu yang tidak dijelaskan secara detil oleh al-Qur’an. Seperti
tentang jenis pohon di surga yang Allah larang nabi Adam mendekatinya.
d. Pelanggaran terhadap kesucian nabi-nabi. Seperti kisah nabi Daud yang membunuh
seorang tentaranya yang bernama Oraya untuk mendapatkan istri Oraya yang cantik
padahal nabi Daud sendiri telah memiliki 99 orang istri.
e. Kisah-kisah yang bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah. Seperti kisah bahwa
istri nabi Nuh termasuk orang yang selamat dari azab banjir.
f. Ada keterangan yang menyebutkan bahwa riwayat tersebut diambil dari ahli kitab.
g. Ada keterangan yang menyebutkan bahwa riwayat tersebut ada kelemahan.
h. Adanya kisah-kisah yang sama tapi bertentangan isinya. Seperti tentang penentuan
anggota badan lembu betina, ada yang menyebut bagian paha, lidah, ekor, dsb.
i. Isi ceritanya aneh dan pelik. Seperti bahwa jumlah alam ada sekitar 18.000 atau
14.000.
j. Kisah-kisah yang mengandung khurafat. Seperti kisah gergaji ‘Aaj ibn Unuq.
k. Kisah-kisah tentang masa lampau atau kaum-kaum terdahulu. Seperti kisah tentang
kerusakan Bani Israil.6
a. Sebab Timbulnya
Infiltrasi kisah israiliyyat dalam tafsir al-Qur'an tidak lepas dari kondisi sosio
cultural masyarakat Arab ada zaman jahiliyah. Pengetahuan mereka tentang israiliyyat
telah lama masuk ke dalam benak keseharian mereka sehingga tidak dapat dihindari
adanya interaksi kebudayaan Yahudi dan Nashrani dengan kebudayaan Arab yang
kemudian menjadi jazirah Islam itu.Sejak tahun 70 M terjadi imigrasi besar-besaran orang
Yahudi ke Jazirah Arab karena adanya ancaman dan siksaan dari penguasa Romawi yang
bernama Titus.
6
Abu Fida’ Ismail ibn Katsir al-Qurasyi al-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir, jilid 1 (Beirut: Dar al-Fikr, 1407 H/ 1986 M), hal. 5.
7
Mereka pindah bersama dengan kebudayaan yang mereka dari ambil dari Nabi dan
Ulama mereka, Berta mereka wariskan dari generasi ke generasi. Mereka mempunyai
tempat yang bernama Midras sebagai pusat pengajian kebudayaan warisan yang telah
mereka terima dan menemukan tempat tertentu sebagai tempat beribadah dan menyiarkan
agama mereka. Selain itu juga bangsa Arab sering berpindah-pindah, baik kearah timur
maupun barat. Mereka memiliki dua tujuan dalam berpergian. Bila musim panas pergi ke
Syam dan dingin pergi ke Yaman. Pada waktu itu di Yaman dan Syam banyak sekali ahli
kitab yang sebagian besar adalah bangsa Yahudi. Karena itu tidaklah mengherankan bila
antara orang Arab dengan Yahudi terjalin hubungan. Kontak ini memungkinkan
merembesnya kebudayaan Yahudi kepada bangsa Arab. Di saat yang demikian Islam hadir
dengan kitabnya yang bernilai tinggi dan mempunyai ajaran yang bernilai tinggi pula.
Dakwah Islam disebarkan dan Madinah sebagai tempat tujuan Nabi hijrah tinggal
beberapa bangsa Yahudi yaitu Qurayqa, Bani Quraidah, Bani Nadzir, Yahudi Haibar,
Tayma dan Fadak. Karena orang Yahudi bertetangga dengan kaum muslimin, lama
kelamaan terjadi pertemuan yang intensif antara keduanya, yang akhinya terjadi
pertukaran ilmu pengetahuan. Rasulullah menemui orang Yahudi dan ahli kitab lainnya
untuk mendakwahkan Islam. Orang Yahudi sendiri sering datang kepada Rasulullah saw
untuk menyelesaikan suatu problem yang ada pada mereka,atau sekedar untuk
mengajukan suatu pertanyaan.
Pertama, perbedaan metodologi antara al-Qur'an. Taurat dan Injil dalam global dan
ringksan titik tekannya adalah memberikan petunjuk jalan yang benar bagi manusia,
sedangkan Taurat dan Injil mengemukakan secara terinci, perihal, waktu dan tempatnya.
Ketika menginginkan pengetahuan secara lebih teperinci tentang kisah-kisah umat Islam
bertanya kepada kelompok Yahudi dan Nasrani yang dianggap lebih memahami.
Kedua, ada pula pendapat yang mengatakan rendahnya kebudayaan masyarakat Arab
karena kehidupan mereka yang kurang banyak yang pandai dalam hal tulis menulis
(ummi). Meskipun pada umumnya ahli Kitab juga selalu berpindah-pindah., tetapi
pengetahuan mereka tentang sqarah masa lampau lebih luas.
Ketiga, ada justifikasi dari dalil-dalil naqliah yang difahami masyarakat Arab sebagai
pembenaran bagi mereka untuk bertanya pada ahli Kitab.
8
Keempat, adalah heterogenitas penduduk. Menjelang masa kenabian Muhammad saw
jazirah Arab dihuni juga oleh kelompok Yahudi dan Nasrani.
Kelima, adanya rute perjalanan niaga. masyarakat Arab, rute selatan adalah Yaman yang
dihuni oleh kalangan Nasrani, sedangkan ruteke utara adalah Syam yang dihuni oleh
kalangan Yahudi.7
7
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi'i, Ulumul Qur'an, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 242-243.
8
Zainal Hasan Rifai, Kisah-kisah Israiliyyat dalam Penafsiran al-Qur'an dalam Belajar Ulumul Qur'an, (Jakarta: Lentera Basitama, 1992), h.
278.
9
Taurat yang berbahasa Ibrani dan menafsirkannya dengan bahasa Arab untuk konsumsi
umat Islam. Menanggapi berita ini, Rasulullah SAW. lalu bersabda:9
التصدقوا أهل الكتاب وال تكذبوهم وقولوا امنا باهلل وماأنزل الينا
Dan uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa israiliyyat sebenarnya
sudah lama muncul dan berkembang di kalangan bangsa Arab jauh sebelum Rasulullah
saw, yang kemudian
terus bertahan pada era Rasulullah saw. Hanya saja ia belum menjadi khasanah yang
merembes dalam penafsiran al-Qur'an.
Setelah Rasul wafat, tidak seorangpun yang berhak menjadi penjelas wahyu Allah.
Dalam kondisi ini para sahabat mencari sumber dari hadits Rasul. Apabila mereka tidak
menjumpai, mereka berijtihad. Riwayat dan ahli Kitab menjadi salah satu rujukan. Hal ini
terjadi karena ada persamaan antara al-Qur'an, Taurat dan Injil. Hanya saja al-Qur'an
berbicara secara padat, sementara Taurat dan Injil berbicara panjang lebar.
Pada era shahabat inilah israiliyvat mulai berkembang dan tumbuh subur. Hanya saja
dalam menerima riwayat dan kaum Yahudi dan Nashrani pada umumnya mereka amat
ketat. Mereka hanya membatasi kisah-kisah dalam al-Qur'an secara global dan Nabi
sendiri tidak menerangkan kepada mereka kisah-kisah tersebut. Disampng itu mereka
terkenal sebagai orang-orang yang konsekuen dan konsesten pada ajaran yang diteima dari
Rasulullah saw, sehingga jika mereka menjumpai kisahkisah israiliyyat yang bertentangan
dengan syari'at Islam, mereka menentangnya. Dan apabila kisah-kisah itu diperselisihkan
mereka menangguhkannya.
Pada era tabi'in, penukilan dari ahli Kitab semakin meluas dan cerita-cerita
israiliyyat dalam tafsir semakin berkembang. Sumber cerita ini adalah orang-orang yang
9
Ibnu Hajar Al Asqalany, Fath al-Bary (Kairo: Mathba’ah Ai-Khairiyah, 1325 H.), Juz VIII, hIm. 120.
10
masuk Islam dari kalangan ahli Kitab yang jumlahnya cukup banyak dan ditunjang oleh
keinginan yang kuat dari orang-orang untuk mendengar kisah-kisah yang ajaib dalam kitab
mereka. Oleh karenanya pada masa tersebut muncul sekelompok mufassir yang ingin
mengisi kekosongan pada tafsir, yang menurut mereka dengan memasukan kisah-kisah
yang bersumber pada orang-orang yang Yahudi dan Nasrani, sehingga karenanya tafsir-
tafsir tersebut menjadi simpang siur dan bahkan kadang-kadang mendekati takhayul dan
khurafat. Diantaranya adalah Muqatil bin Sulaiman. Pada era ini pula banyak hadits-hadits
palsu, kedustaan dan kebohongan yang disandarkan kepada Rasulullah saw tersebar. Sikap
selektef dalam periwayatan menjadi hilang. Banyak periwayatan yang tidak melalui jalur
"kode etik metodologi penelitian" ilmu hadits dengan tidak menuliskan sanadnya secara
lengkap. Setelah era tabi'in tumbuh kecintaan yang luar biasa terhadap cerita israiliyyat
dan diambil secara ceroboh, sehinga setiap cerita tersebut tidak lagi ada vang ditolak.
10
Muhammad Husin adz-Dzahabi, Penyimpangan dalam Penafsiran al-Qur'an,tabu.(Jakarta: Rajawali, 1986), h. 93
11
Israiliyyat yang didiamkan oleh syariat mereka bersikap tawaquf dan lebih baik
menghindarinya.
Selanjutnya akan kami paparkan beberapa tokoh Muslim Ahl al-Kitab yang banyak
meriwayatkan cerita-cerita Israiliyyat, diantanya adalah:
1. Ka'bi al-Ahbar
Ka'bi al-Ahbar memeluk Islam pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn al-Khattab. Ia
berdomisili di Madinah. Ka'bi al-Ahbar merupakan salah satu sahabat Umar dari golongan
muslim Ahl al-Kitab Yahudi. Ia pernah mengikuti peperangan melawan tentara Romawi
pada masa kepemimpinan Umar. Ia adalah seorang yang cerdas, memiliki pengetahuan
yang luas terkait kebudayaan Islam maupun kebudayaan Yahudi. Atas keluasan ilmu
inilah sebagian sahabat memujinya. Contohnya separti Abu Darda' yang mengatakan
bahwa "Ka'bi al-Ahbar adalah orang yang luas ilmuny"a. Muawiyah juga meberikan
pujian dengan mengatakan "Abu Darda' adalah seorang hukama', Amr ibn al-'Ash juga
salah seorang hukama', adapun Ka'bi al-Ahbar merupakan salah seorang ulama"11
Jumhur ulama melabeli tsiqah pada diri Ka'bi al-Ahbar. Sehingga banyak ulama hadits
seperti Muslim, Abu Dawud, al-Turmudzi, al-Nasai, yang meriwaytkan darinya. Ini
menunjukkan ketsiqahannya. Akan tetapi juga terdapat ulama yang meragukan
ketsiqahannya, diantaranya seperti Ahmad Amin dan Rasyid Ridha.
2. Wahab ibn Munabbih
Disamping Ka'bi al-Ahbar, Wahab juga merupakan tokoh Ahl al-Kitab dari golongan
Yahudi yang banyak meriwayatkan cerita-cerita Israiliyyat. Banyak komentar para tokoh
ahli hadits yang utarakan kepadanya. Seperti al-Dzahabi, beliau mengatakan bahwa
"Wahab adalah orang yang tsqah dan jujur, ia banyak meriwayatkan dari kitab-kitab
Israiliyyat". Al-'Ijly berkomentar Wahab adalah "orang yang tsiqah dan ia termasuk
golongan tabi'in". Ibn Hajar juga berpendapat bahwa "Wahab adalah termasuk dari
golongan tabi'in, para jumhur ulama memberikan label tsiqah pada dirinya". Abu Zar'ah
juga al-Nasai bersepakat atas ketsiqahannya. Bukhari juga memberikan predikat tsiqah
kepada Wahab ibn Munabbih dan dalam shohinya jugamencantumkan satu hadits yang
diriwayatkan darinya.12
11
Ibid. H. 127
12
Ibid. h.142
12
3. Abdullah Bin Salam
Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Abdulah Ibn Salam Ibn Harits Al-Israil Al-
Anshari. Semula ia bernama “Al Hashin” yang diubah oleh Rasulullah menjadi
Abdullah ketika ia menyatakan keislamannya sesaat sesudah Rasulullah tiba di
Madinah dalam peristiwa hijrah.
Statusnya cukup tinggi di mata Rasulullah. Ada dua ayat AlQuran yang diturunkan
berkenaan dengan dirinya.13 Dia termasuk di antara para sahabat yang diberi kabar
gembira masuk surga oleh Rasulullah. Dalam perjuangan menegakkan Islam, dia
termasuk mujahid di Perang Badar dan ikut menyaksikan penyerahan Bait Al-Maqdis
ke tangan kaum Muslimin bersama Umar ibn Khathab. Pada waktu Khalifah Utsman
Ibn Affan dikepung oleh kaum pemberontak, dia ke luar menemui mereka atas izin
Khalifah untuk membubarkannya, tetapi nasihat-nasihatnya tidak didengar mereka,
malah dia diancam mau dibunuh. Dia meninggal di Madinah pada tahun 43 H.
Sebagai seorang sahabat Rasulullah, Abdullah Ibn Salam juga banyak meriwayatkan
hadis dari beliau. Hadis-hadis tersebut diriwayatkan darinya oleh kedua putranya yaitu
Yusuf dan Muhammad, ‘Auf Ibn Malik, Abu Hurairah, Abu Bardah Ibn Musa, ‘Atha
Ibnu Yasar, dan lain-lain. Imam Al-Bukhari juga memasukkan beberapa buah hadis
yang diriwayatkannya dan Rasulullah dalam Jami’ Shahih-nya.
Dan segi ‘adalah-nya, kalangan ahli hadis dan tafsir tidak ada yang meragukan.
Ketinggian ilmu pengetahuannya diakui sebagai seorang yang paling ‘alim di kalangan
bangsa Yahudi pada masa sebelum masuk Islam dan sesudah masuk Islam. Dalam
pandangan Mu’adz Ibn Jabal, ia termasuk salah seorang dan empat orang sahabat yang
mempunyai otoritas di bidang ilmu dan iman. Kitab-kitab tafsir banyak memuat
riwayat-riwayat yang disandarkan kepadanya; di antaranya Tafsir Ath Thabari.
Meskipun demikian, dimungkinkan pula bahwa di antara riwayat tersebut ada yang
tidak mempunyai sanad yang benar kepadanya.Oleh sebab itu, menurut Adz-Dzahabi,
dapat saja ada di antara riwayat-riwayat itu yang tidak bisa diterima.
13
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Walid (Abu Al-Khalid) Abd Al-Malik Ibn Abd Aziz
Ibn Juraiz Al-Amawi. Dia berasal dan bangsa Romawi yang beragama Kristen. Lahir
pada tahun 80 H di Mekah dan meninggal pada tahun 150 H. Dia terbilang salah satu
tokoh di Mekah dan sebagai pelopor penulisan kitab di daerah Hijaz. Sebagai seorang
Muhaddits, dia banyak meriwayatkan hadis dan ayahnya, Atha Ibn Abi Rabah Zaid Abi
Aslam, Az-Zuhri, dan lain-lain. Sedangkan hadis-hadisnya diriwayatkan kembali oleh
kedua orang anaknya yakni, Abd Al-Aziz dan Muhammad, Al-Auzai’ Al-Laits, Yahya
Ibn Hanbal yang menilai hadis-hadisnya banyak yang maudhu’. Kelemahannya,
menurut penilaian Imam Malik, dia tidak kritis dalam mengambil riwayatnya dari
seseorang, sehingga Adz-Dzahabi memperingatkan para mufasirin supaya menghindari
masuknya riwayat Ibn Juraij ke dalam karyanya, karena dianggap sebagai suatu karya
yang lemah.
14
Sulaim,dari Mujahid,dari Ibnu Abbas,ia berkata:Allah telah menciptakan di bawah ini laut
yang melingkupnya,didasar laut.Ia menciptakan sebuah gunung yang disebut qaf .Langit
dunia ditegakkan diatasnya .Dibawah gunung tersebut Allah menciptakan bumi sepeti
ini,yang jumlahnya tujuh lapis .
2 .Dilihat dari sudut pandang sesuai atau tidak sesuai dengan syariat islam.Dibagi menjadi 3:
a.Cerita yang sesuai dengan syariat islam
Contoh:Telah menceritakan kepada kami dari Yahya bin Bukhair,dari Lais,dari Khalid
dari Said bin Abu Hilal,dari Zaid bin Aslam,dari Ata’ bin Yasir,dari Abu Said Al
Khudri,Ia berkata bahwa Rasulullah bersabda:”adalah bumi itu pada hari kiamat nanti
seperti segenggam roti.Allah menggenggamnya dengan kekuasaanNya,sebagaimana
seseorang menggenggam roti di perjalanan .Ia merupakan bagi ahli surga.Kemudian
datanglah seorang laki – laki dari Yahudi ,dan berkata :semoga Allah mengagungkan
engkau wahai Abal Qasim,tidaklah aku ingin menceritakan kepadamu tempat ahli surga
pada hari kiamat nanti?Rasul menjawab:Ya,Tentu.Kemudian laki – laki tadi menyatakan
bahwasanya bumi ini segenggam roti sebagaimana dinyatakan oleh nabi.Kemudian Rasul
melihat kepada kami semua,lalu tertawa sampai kelihatan geraham giginya.
b. Cerita yang bertentangan dengan syariat islam
Contoh:Harun a.s adalah nabi yang membuat anak sapi untuk Bani Israil,lalu ia mengajak
mereka untuk menyembahnya.
Demikian juga yang diriwayatkan dalam sebuah kitab Safarut Takwim,Allah
menyelesaikan seluruh pekerjaanNya pada hari ketujuh,lalu beristirahatlah pada hari yang
ketujuh tersebut.
c. Cerita yang didiamkan oleh syariat islam,yaitu cerita yang tidak dibenarkan dan juga
tidak ada yang menolaknya.
Contoh:Seoarang laki – laki dari Bani Israil memiliki harta yang banyak dan seorang anak
perempuan.Dan ia juga mempunyai keponakan dari saudara laki – lakinya yang
miskin.Kemudian keponakanya ingin menikahi anak perempuanya tersebut tetapi orang
tersebut menolak mengawinkannya.Kemudian keponaknnya marah dan ingin membunuh
pamannya tersebut,merampas hartanya,menikahi anak perempuannya dan mengambil
diyatnya.Keesoksn harinya pemuda itu datang bersamaan dengan pedang bani israil
lainnya.Kemudian mengajak pamannya ikut dengannya dengan harapan mudah – mudah
15
dapat berhasil.tetapi sampai di ujung gang pemuda trsebut membunuh pamannya tetapi
pemuda tersebut menuduh pedagang bani israil yang membunuhnya.Dan pemuda tersebut
berkata:”kalian telah membunuh pamanku ,bayarlah diyatnya”.Lalu ia melaporkannya
kepada nabi Musa dan menetapkan diyat bagi pedagang tersebut.Mereka berkata;Ya
Rasulullah,berdoalah kepada Tuhan,Muadah – mudah Tuhan memberi petunjuk kepada
kita,siapa yang melakukan hal ini ,nanti keputusan dibrikan kepada pelaku.Demi Allah
sesungguhnya membayar diyat itu mudah bagi kami akan tetapi kami sangat malu dengan
perbuatan trsebut.Peristiwa teersebut dikaitkan dengan surat Al Baqarah ayat 72:
Artinya: Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh
menuduh tentang itu. dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama Ini kamu
sembunyikan.
16
kepada nabi membawa dua orang, laki – laki dan perempuan yang telah berbuat zina.Nabi
bersabda:Bagaimana tindakan kamu sekalian terhadap orang yang berbuat zina?.Mereka
menjawab:Mengucur air panas kepada keduanya dan memukulnya.Nabi
bersabda:Tidaklah kalian menemukan hukumnya dalam kitad Taurat?mereka
menjawab:Kami tidak menemukan apapun di dalamnya.Abdullah bin Salam
berkata:kalian berdusta,ambilah kitab taurat dan bacalah!Kemudian ia membaca kitab
taurat dan menunjukkannya kepada mereka,ayat apakah ini?mereka menjawab:ayat
tentang rajam.Kemudian rasul memerintahkan keduanya untuk dirajam pada tempat
dimana mereka akan dikuburkan.
c. Cerita yang berhubungan dengan nasihat atau kejadian yang tidak berkaitan nasihat
dengan kejadian yang berkaitan erat dengan akidah dan hukum.
Contoh:Surat Hud ayat 37
Artinya:Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu kami, dan
janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu;
Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.
Muhammad bin Ishak telah menerangkan bahwa di dalam kitab Taurat,Allah
menyuruh nabi Nuh untuk membuat kapal dari kayu jati.Kapal itu panjangnya delapan
puluh sikut,lebarnya lima puluh sikut,luar dan dalamnya dipenuhi dengan kaca,dan
dilengkapi dengan alat – alat yang tajam yang dapat membelah air.14
14
Syadali Ahmad ,Ulumul Qur’an I(Bandung:cetakan I.1997)hlm106 dan Lihat Husein Az Zahabi,Israiliyat Fi Tafsir wa al Hadis(Kairo:Majma’
al Buhus al Islamiyah,1997) h.268
17
antara orang-orang Yahudi. (orang-orang Yahudi itu) Amat suka mendengar (berita-
berita) bohong dan Amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum
pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-
tempatnya. mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah di robah-robah oleh
mereka) kepada kamu, Maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini Maka hati-
hatilah". Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, Maka sekali-kali kamu
tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. mereka itu adalah
orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. mereka beroleh kehinaan
di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (QS. al-Maidah: 41)
2). Allah secara tegas mengungkapkan perilaku orang-orang Nasrani dalam Al-Qur’an:
“Dan diantara orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya Kami ini orang-orang
Nasrani", ada yang telah Kami ambil Perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja)
melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; Maka
Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. dan
kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-
Maidah: 14)
b. Hadis Nabi
1).Abu Hurairah r.a telah berkata, “Sesungguhnya Ahli Kitab itu membaca kitab Taurat
dengan bahasa Ibrani dan menafsirkannya untuk umat Islam dengan bahasa Arab.”Lalu
Rasulullah SAW.bersabda:
)التصدقوا أهل الكتاب وال تكذبوهم وقولوا امنا باهلل وماانزل الينا (رواه البخارى
Artinya: Janganlah kamu membenarkan Ahli Kitab, dan jangan pula mendustakannya
dan katakanlah olehmu, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang telah
diturunkan kepada kami…(HR. Al-Bukhari)
Sejalan dengan Firman Allah: Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman
kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada
Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa
dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-
18
bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya" (QS.
al-Baqarah: 136).
Dan masalah israiliyat hanya semata-mata untuk didengar, bukan untuk dikutip atau
diceritakan, karena ada firman Allah: “Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab,
melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara
mereka, dan Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan
kepada Kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu;
dan Kami hanya kepada-Nya berserah diri" (QS. al-Ankabut: 146).
a. Dalil al-Qur’an
Ayat-ayat Al-Qur’an ada yang menunjukkan kebolehan megembalikan persoalan kepada
kitab Taurat dan memutuskan hukum dengannya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat
Yunus ayat 94: “Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa
yang Kami turunkan kepadamu, Maka Tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca
kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu,
sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu.” (QS. Yunus:
94)
b. Dalil Hadis
بلغوا عنى ولو اية وحدثوا عن بنى اسرائيل وال: عن عبد هللا بن عمر رضي هللا عنه أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال
(حرج ومن كذب على متعمدا• فليتبوأ مقعده من النار )رواه البخارى
19
Dari Abdullah Ibn’Amr r.a. ia mengatakan bahwa Nabi SAW.telah bersabda,’’
Sampaikanlah olehmu apa yang kalian dapat dariku walaupun satu ayat. Ceritakan
tentang Bani Israil dan tidak ada dosa padanya. Barang siapa yang sengaja berbohong
kepadaku maka bersiaplah dirinya untuk mendapatkan tempat didalam Neraka” (H.R. al-
Bukhari)
اقرأ هذا ليلة وهذا ليلة: انى قرأت القران و التورة فقال
Saya suka membaca Al-Qur’an dan Taurat. Lalu Nabi SAW.bersabda, Bacalah Al-Qur’an
pada malam ini dan baca pula Taurat pada malam berikutnya.”
التصدقوا أهل الكتاب وال تكذبوهم أي اذاكان ما يخبرونكم به محتال لئال يكون فى نفس األم••ر ص••دقا فتك••ذبوه او: قوله
كذبا فتصدقواه فتقعوا فى الحرج ولم يرد النهي عن تكذيبهم فيما ورد شرعنا بخالفه والعن تصديقهم فيما ورد ش•رعنا
نبه على ذلك الشافعى رحمه هللا يؤخذ من هذا الحديث التوقف عن الخوض فى المشكالت والجزم فيها بما يق••ع, بوفاقه
فى الظن وعلى هذا يحمل ماجاء عن السلف من ذلك.
20
maksud hadis pertama.Begitu pula tidak bertentangan dengan hadis ketiga, karena
menurut pendapatnya, hadis terakhir ini diucapkan Rasulullah pada masa hukum-hukum
dan ajaran pokok agama Islam masih belum ditetapkan, karena dikhawatirkan terjadi
fitnah. Namun, setelah kekhawatiran tersebut tidak relevan lagi dengan masanya,
kebolehan pun diberikan sebagaimana dinyatakan pada dua hadis sebelumnya, dengan
harapan dapat menjadi pelajaran bagi umat.
Pendapat Ibn Hajar ini menyatakan adanya Israiliyat yang dapat diterima, yaitu yang
sesuai dengan syariat. Namun, ada pula yang harus tawaqquf terhadapnya karena
kebenarannya masih muhtama, dan tidak boleh banyak terlibat dalam masalah yang
musykil dan meragukan ini.15
2.Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah dalam kitabnya “Muqaddimah fi Ushuli At Tafsir”halaman 26-28
yang dikutip Dr.Husein Az Zahabi,membagi cerita – cerita Israiliyat kepada tiga macam:
a. Cerita yang diketahui keshahihannya dan dibenarkan oleh islam,maka cerita israiliyat
tersebut sahih.
b.Cerita yang diketahui kedustaannya karena bertentangan dengan islam.
c.Cerita–cerita yang islam tidak membenarkannya tetapi juga tidak
menyalahkannya(maskut anhu).
Menurutnya yang boleh diterima hanyalah cerita–cerita israiliyat yang
pertama.penerimaan bukan untuk i’tiqad akan tetapi hanya untuk
isytisyhad(pembuktian).Sementara itu yang dua lainnya pada intinya tidak boleh diambil.
Dalam Muqoddimah tersebut ketika ia membahas perkara-perkara yang sebenarnya tidak
begitu perlu dan berguna untuk mengetahuinya dalam rangka penafsiran Al-Quran, seperti
tentang warna anjing (ashab al-kahfi) dan namanya, ukuran perahu Nabi Nuh dan jenis
kayunya, nama anak kecil yang dibunuh nabi Khidir dan lain-lain, dia menulis sebagai
berikut :
ب••أن النق••ل عن أه••ل الكت••اب, قبل وم••اال.م. فماكان منقوال نقال صحيحا عن النبي ص,فهذه األمور طريقة العلم بها النقل
اذا أحدثكم أهل الكتاب فالتصدقوا هم وال تكذبوهم.م. وقف عن تصديقه وتكذيبه• لقوله ص,ككسب ووهب
15
Ibnu Hajar Al Asqalany, Fath al-Bary (Kairo: Mathba’ah Ai-Khairiyah, 1325 H.), Juz VIII, hIm. 120.
21
Memahami kata-kata tersebut, Rasyid Ridha berkesimpulan bahwa Ibn Taimiyah sama
sekali bersikap tawaqquf terhadap kebenaran segala riwayat yang datang dan tokoh-tokoh
Israiliyat yang sifatnya tidak ada bukti yang tegas atas kebatilannya. Sikap tawaqquf juga
ditujukan kepada isi kitab suci Ahli Kitab (Taurat dan Injil), karena ada kemungkinan
isinya itu termasuk yang sudah mereka ubah, atau yang masih asli Jadi, menurut Rasyid
Ridha, Ibn Taimiyah memerinci ada dua sikap terhadap Israiliyat: Pertama, tawaqquf
(tidak membenarkan dan tidak mendustakan) yaitu ditujukan kepada isi kitab suci mereka
dan segala yang diriwayatkan oleh tokoh-tokoh Israiliyat yang tidak ada bukti
kebohongannya. Kedua, mendustakan riwayat yang jelas ada bukti kebohongannya.
Dengan demikian, sama sekali tidak ada Israiliyat yang dapat dipergunakan dalam rangka
penafsiran A1-Quran. Pemahaman Rasyid Ridha mi dianggap keliru oleh Adz-Dzahabi.
Menurutnya, pendapat Ibn Taimiyah itu harus dipahami bersamaan dengan pendapatnya di
halaman lain dalam kitab tersebut (27 dan 28). Di sana dijelaskan bahwa diriwayatkan
oleh tokoh-tokoh Israiliyat tersebut, jika sesuai dengan apa yang datang dari syariat Islam
sendiri, maka dapat diterima dan tidak perlu tawaqquf terhadapnya Jika benar demikian,
Ibn Taimiyah juga membenarkan adanya kemungkinan Israiliyat yang dapat dipergunakan
dalam rangka penafsiran Al-Quran.
Dengan begitu, Ia membahas perkara-perkara yang sebenarnya tidak begitu perlu dan
berguna untuk mengetahuinya dalam rangka penafsiran Al-Quran, seperti tentang warna
anjing (ashab al-kahfi) dan namanya, ukuran perahu Nabi Nuh dan jenis kayunya, nama
anak kecil yang dibunuh nabi Khidir dan lain-lain
3. Ibnu Kasir
Ibnu Kasir membagi israiliyat ke dalam tiga macam :
a. Cerita – cerita yang sesuai kebenarannya dengan al qur’an ,berarti cerita itu benar.Dalam
hal ini cukuplah al qur’an dijadikan pegangan dan hujjah.
b. Cerita yang terang – terangan dusta,karena menyalahi ajaran islam.cerita tersebut harus
ditinggalkan karena merusak aqidah.
c. Cerita yang didiamkan(maskut anhu)yaitu cerita yang tidak ada keterangan kebenaran di
dalam qur’an tapi juga tidak bertentangan dengan qur’an.Cerita tersebut tidak boleh
dipercaya dan tidak boleh kita dustakan.Misalkan nama – nama Ashabul kahfi dan
jumlahnya .namun cerita tersebut boleh diriwayatkan dengan hikayat.Pendapat Ibn Kasir
ini, tidak berbeda dengan pendapat Ibn Hajar, hanya saja dia menegaskan kebolehan
22
meriwayatkan Israiliyat yang sifatnya tidak jelas antara benar dan dustanya. Maksudnya
adalah meriwayatkan dengan menerangkan status riwayat tersebut sebagai sesuatu yang
harus bersifat tawaqquf terhadapnya. Pendapat inilah yang ia pegang dalam kitab tafsimya
tersebut, sehingga banyak juga Israiliyat di dalamnya, tetapi selalu diiringi dengan
penjelasan tentang statusnya
3.Al Biqa’i
Pandangan Al Biqai terhadap cerita – cerita israiliyat juga senada dengan dengan
pandangan Ibnu Taimiyah dan Ibnu Kasir.Dia membolehkan cerita – cerita tersebut
dimuat dalam tafsir Al qur’an selama tidak bertentangan dengan ajaran islam.Dan beliau
mengingatkan bahwa cerita itu dimuat hanya sebagai isti’nas saja bukan untuk dijadikan
dasar aqidah dan dasar hukum.
Dalam tafsirnya, Al-Munasabat, ia berpendapat bahwa dibolehkan mempergunakan ayat-
ayat dalam kitab suci Ahli Kitab (Taurat dan Injil) apabila ada konfirmasinya dan Al-
Quran. Sebaliknya, terhadap keterangan yang tidak ada konfirmasinya, baik yang
membenarkan maupun yang mendustakannya, dia menunjuk kepada hadis pertama dan
kedua tersebut di atas, yang dianggapnya membolehkan untuk mengambil berita-berita
tertentu, sebagaimana sahabat Rasulullah melaksanakannya.
A1-Biqa’i hampir dihukum mati, karena mengutip ayat-ayat dan Taurat dan Injil yang
sudah diubah. Kemudian dia tidak memisahkan antara Al-Quran dan tafsirnya. Sedangkan
alasan A1-Biqai meriwayatkan dan Taurat dengan alasan untuk pembuktian kebenaran isi
Al-Quran. Ia berpendapat:
4.Ibnu Al ‘Arabi
Menurut beliau bahwa riwayat Bani Israilyang boleh diriwayatkan dan dimuat
dalam tafsir Al qur’an adalah hanya sebatas pada cerita mereka yang menyangkut keadaan
23
diri mereka sendiri.Sedangkan riwayat mereka yang menyangkut orang lain masih sangat
perlu dipertanyakan dan membutuhkan penelitian yang lebih cermat.Dlam hal ini Ibnu Al
‘Arabi lebih berhati – hati lagi untuk memasukkan israiliyat ke dalam tafsir al quran.,
Beliau membedakan antara isi berita yang berkenaan dengan diri mereka sendiri (Ahli
Kitab), dan yang berkenaan dengan orang lain (non-Ahli Kitab). Yang pertama itu dapat
diriwayatkan karena dianggap sebagai pengakuan seseorang terhadap dirinya sendiri yang
dia memang lebih tahu tentang dirinya, sedangkan yang kedua harus diteliti lebih dahulu
dari segi adalah perawinya dan sisi positif berita itu sendiri. Sedangkan tentang hadis
ketiga dia khususkan terhadap masalah hukum syara yang dilarang menerimanya
7. Rasyid Ridha
16
Syadali Ahmad ,Ulumul Qur’an I(Bandung:cetakan I.1997)hlm 111
24
Dalam muqadimah tafsir Al-Manar, ia menegaskan sikapnya terhadap Israiliyat antara lain
sebagai berikut.
فالحق أن مااليعلم إالبالنقل عن المعصوم من أخبارهم الغيب الماضى أوالمس••تقبل وأمثال••ه اليقب••ل فى إثبات••ه إال الح••ديث
وهذه قاعدة اإلمام ابن جرير التى يصرح بها كثيرا.م.الصحيح المرفوع إلى النبي ص.
Pendapatnya ini sama dengan sikap ibn Taimiyah sebagaimana yang dipahaminya. Namun
tampaknya dia berbeda pendapat dengan gurunya, Syaikh Muhammad Abduh (w. 1905
M). Dalam hal ini, Abduh setelah berulang-ulang memperingatkan kewajiban berhati-hati
terhadap cerita-cerita nabi-nabi Bani Israil yang dibawakan oleh para Mufasir yang
tafsirnya penuh dengan Israiliyat, dia menulis sebagai berikut.
فنحن نعذر المفسرين الذين حشوا كتب التفسير بالقصص التى اليوثق بها الحسن قص••دهم ولكنن••ا النع••ول على ذل••ك ب••ل
ننتهى عنه ونقف عند نصوص القران النتعداها وإنما نوضها بما يوافقها إذا صحت روايتها
تتبع القصص وقد سلك هذا السلك أقوام زادوا فى قص••ص الق••ران ماش••اءوا من كتب الت••واريخ واإلس••رائيلى ولم: ثالثها
يعتمدوا• على التوراة واإلنجيل والكتب المعتمدة عند أهل الكتاب وغيرهم بل أخذوا جميع ماسمعوه عنهم من غير تفريق
بين غث وسمين والتنقيح لمايخلف الشرع وال يطابق العقل.
Dari kutipan ini dapat dipahami bahwa Abduh tidak mengkritik jika sumber cerita itu
berasal dan kitab Taurat, Injil dan kitab-kitab yang dipegang oleh Ahli Kitab, dan isinya
tidak bertentangan dengan syara dan akal sehat. Jika benar demikian, dapat dimengerti
mengapa di dalam tafsir Al-Manar juga ditemukan banyak kutipan dari Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru dalam memperjelas kitab Taurat dan Injil dan kitab-kitab yang
dipegang Ahli Kitab dari pengertian “Israiliyat” yang sangat bertentangan itu.
Dengan demikian, pada dasarnya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha memiliki
pandangan yang sama terhadap Taurat. Keduanya menukil dari Taurat dalam
25
penafsirannya terhadap AlQuran dan membolehkannya, jika memiliki pembenaran dari
AlQuran dan akal.
Selain itu, Muhammad Abduh menulis tafsirnya dalam majalah sehingga dipastikan akan
banyak dibaca orang, baik dan kalangan Muslim maupum non-Muslim. Ia juga seorang
dai, yang berarti berusaha membela Islam dengan menggunakan dalil dari orang luar
Islam.
26
melontarkan tuduhan yang tidak selayaknya pada pembawa kisah israiliyyah ini, walau
mereka terdiri dari sahabat-sahabat terpilih dan para tabi’in. Meskipun demikian
pengarang ini juga terperangkap dalam situasi serupa dalam artian bahwa tanpa disadari
dia menampilkan israiliyyah dalam tafsirnya. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah tafsir
susunan Rasyid Ridha (w.1354 H) yang bernama Tafsir al-Manar. (Belajar Mudah Ulum
AlQuran:281-282)
Abi Al Fida’ Al Hafidz Ibn Katsir dalam Tafsir Quran Al ‘Adhim nya, menjabarkan
beberapa pendapat mufassir tentang Surat Yusuf ayat 24:
" Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan
Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat
tanda (dari) Tuhannya[750]. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang
terpilih".
Mengenai” tanda dari Alloh” yang dilihat oleh Yusuf, terdapat bayak cerita dan pendapat;
Ibnu Abbas, Mujahid, Al Hasan, Qatadah dan banyak lainnya berkata, bahwa Yusuf
melihat bayangan ayahnya seakan-akan memandangnya sambil menggigit jarinya.
Al Aufi dan Muhammad bin Ishaq berkata bahwa Yusuf melihat bayangan majikannya,
suami Zulaikhah didepannya saat itu.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Muhammad alQuradli bahwa Yusuf tatkala melihat keatas
pad saat itu melihat tulisan “ Janganlah kamu mendekati zina karena itu adalah perbuatan
yang keji”
Pendapat-pendapat tersebut tidak ada yang didukung oleh suatu dalil atau hujjah yang
meyakinkan. Maka yang benar hendaklah dipahami sebgaimana difirmankan Alloh,
“Demikianlah Kami memperlihatkan kepadanya (Yusuf) sesuatu tanda yang
memalingkannya dari perbuatan keji dn kemungkaran, karena dia adalh termasuk hamba-
hambaKu yang mukhlish, suci dan terpilih “
27
Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang
dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik.
Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui
(hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan
termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan."
Ada juga cerita Nabi Nuh yang memukul pantat kambing yang sulit masuk ke perahu,
sehingga kelaminnya terlihat (karena bulunya rontok) lalu domba bisa masuk ke perahu
dengan tenang maka auratnya tertutup.
Cerita tersebut ditolak oleh akal, tetapi tetap diceritakan, maka tanggungjawab dipundak
orang yang menukilnya. (Abdul Aziz bin Muh. Assadahan;Cerita-Cerita Populer Tapi
palsu/terj.-; 107-108)
28
BAB III
KESIMPULAN
Keberadaan Israiliyat dalam kitab-kitab tafsir Al-Quran, sangat menurunkan derajat Al-
Quran, karena di dalamnya bercampur baur yang hak dengan yang batil, yang benar dengan
yang bohong, yang ilmiah dengan dongeng semata. Bahkan kenyataan itu dapat
membahayakan Islam sendiri, dan merugikan dakwah Islam di abad modem mi, di saat
kemajuan ilmu dan teknologi makin pesat. Dengan demikian, perlu diintensifkan penelitian
ilmiah terhadap segala macam Israiliyat yang ada dalam kitab-kitab tafsir, dengan
mempergunakan kriteria yang disepakati bersama, sehingga AlQuran dengan tafsirnya dapat
dibersihkan dan noda Israiliyat yang ditinggalkannya selama ini.
29
DAFTAR PUSTAKA
Usman,Ilmu Tafsir(Yogyakarta:Teras,2009)
Muhammad Husain adz-Dzahabi, al-Israilyyat fit-Tafsiri wa al-Hadits,terjemahan Didin
Hafiduddin (Jakarta, PT. Litera Antara Nusantara, 1993)
Muhammad Husin adz-Dzahabi, Penyimpangan dalam Penafsiran al-Qur'an,tabu.(Jakarta:
Rajawali, 1986)
Rosihan Anwar, Melacak Unsur-unsur Israiliyyat dalam Tafsir ath-Thabari danTafsir Ibnu
Katsir, (Bandung: Pustaka Setia, 1999)
Sayyid Kamal Khalil, Dirasah fil al-Qur'an, (Mesir: Dar al-Ma'rofah, 1961),
Abu Fida’ Ismail ibn Katsir al-Qurasyi al-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir, (Beirut: Dar al-Fikr, 1407
H/ 1986 M)
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi'i, Ulumul Qur'an, (Bandung: Pustaka Setia, 1997)
Zainal Hasan Rifai, Kisah-kisah Israiliyyat dalam Penafsiran al-Qur'an dalam Belajar Ulumul
Qur'an, (Jakarta: Lentera Basitama, 1992)
Ibnu Hajar Al Asqalany, Fath al-Bary (Kairo: Mathba’ah Ai-Khairiyah, 1325 H.)
Manna’ Al-Qattan, Mabahis Fi ‘Lilumi Al Qu’ran (Mesir: Mansyurat Ai’Ashari AlHadis,
1973)
Syadali Ahmad ,Ulumul Qur’an I(Bandung:cetakan I.1997)
30