Dosen Pengampu :
Siti Mustianah, MA
Disusun oleh :
Kelompok 6
Muhammad Ma’dikariba (23.1.2739)
Lulu Alfa Muzayanah (23.1.2728)
#Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dap
at menyelesaikan makalah-makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusu
n tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW
yang telah membimbing manusia untuk mengenal Agama Islam, Agama yang
mengajak seseorang untuk mengenal kepada Allah SWT.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
para pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyus
un membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang membangun .
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan Masalah........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits...................................................................................2
1. Al-Qur’an ....................................................................................................3
2. Hadits................................................................................................5
1. Bayan At-Taqrir...........................................................................................7
2. Bayan At-Tafsir................................................................................8
3. Bayan Al-Naskh...........................................................................................9
A. Kesimpulan............................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT mengutus para Nabi dan Rosul-Nya kepada ummat manusia
untuk memberi petunjuk kepada jalan yang lurus dan benar agar mereka bahagia
dunia dan akhirat. Rosululloh lahir ke dunia ini dengan membawa risalah Islam,
petunjuk yang benar. Hukum Syara’ adalah khitab Syari’(seruan Alloh sebagai
pembuat hukum) baik yang sumbernya pasti (qath’i tsubut) seperti Al-Qur’an dan
Hadis, maupun ketetapan yang sumbernya masih dugaan kuat (zanni tsubut)
seperti hadits yang bukan tergolong mutawatir.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits
Haditst secara etimologi memiliki arti kata baru. 1 M.M Azami mengatakan
sebagaimana yang dikutip oleh M. Agus Sholahudin dan Agus Suyadi bahwa
Hadits juga memiliki arti komunikasi, kisah, percakapan, religius atau sekular,
historis atau kontemporer.2
.ُك ُّل َم اُأِثَر َع ِن الَّنِبِّي َص َّلى ُهّللا َع َليِه َو َس َّلم ِم ن َقوٍل َاو ِفعٍل َاو َتقِر يٍر َأو ِص َفٍة َخ لِقَّيٍة َأو ُخ ُلِقَّيٍة
Artinya: Segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi SAW, baik berupa ‘sabda,
perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi.5
Dengan demikian, menurut ulama hadits, esensi hadits adalah segala sesuatu
yang berkenaan dengan sabda, perbuatan, taqrir, dan hal ikhwal Nabi Muhammad
Endang Soetari. (2005). Ilmu Hadits; Kajian Riwayah dan Dirayah. Bandung : Mimbar
3
Pustaka . H 2.
4
Mahmud At-Thohan. (t.t). Taisir Musthola Al-Haditst. Indonesia: Al-Haramain. H.15
Wahbah. H. 19.
2
SAW. Yang dimaksud hal ikhwal adalah segala sifat dan keadaan pribadi Nabi
SAW.
Hadis Nabi Saw merupakan salah satu sumber ajaran agama Islam sekaligus
merupakan wahyu dari Allah seperti Al-Qur’an, hanya saja perbedaan antara
keduanya terletak pada sisi lafaz dan makna. dimana lafaz dan makna al-Qur’an
berasal dari Allah Swt semetara Hadis maknanya dari Allah Swt dan lafaznya dari
Rasulullah Saw, kedudukannya dalam ajaran agama sebagai sumber kedua setelah
Al-Qur’an, keduanya saling melengkapi antara satu dengan yang lain, dan
mentaatinya wajib bagi kaum muslimin sebagaimana wajibnya mentaati Al-
Qur’an.6
Adapun dalil-dalil yang menunjukkan kehujjahan sunnah antara lain:
1. Al-Qur’an
َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن َآَم ُنوا َأِط يُعوا َهَّللا َو َأِط يُعوا الَّرُسوَل َو ُأوِلي اَأْلْم ِر ِم ْنُك ْم َفِإْن َتَناَز ْع ُتْم ِفي َش ْي ٍء
( َفُر ُّد وُه ِإَلى ِهَّللا َو الَّرُسوِل ِإْن ُكْنُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اَآْلِخ ِر َذ ِل َك َخْي ٌر َو َأْح َس ُن َت ْأِو ياًل
)59
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (QS An-Nisa : 59)6
6
Khusniati Rofiah. (2010). Studi Ilmu Hadith, Ponorogo: STAIN Press. H.29
3
Kembali kepada Allah maksudnya kembali kepada Al-Qur’an, dan
kembali kepada Rasul maksudnya kembali kepada Sunnah atau Hadis beliau
Saw. Perintah untuk mengikuti segala apa yang diperintahkan oleh Rasulullah
Saw dan menjauhi segala apa yang dilaranagnnya, Allah Swt berfirman:
Artinya : “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa
yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah”. (QS. Al-Hasyr :7)
Allah Swt telah memperingatkan kita untuk tidak menyelisihi segala apa
yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw, Allah berfirman:
َفْلَيْح َذ ِر اَّلِذ يَن ُيَخ اِلُفوَن َع ْن َأْم ِر ِه َأْن ُتِص يَبُهْم ِفْتَنٌة َأْو ُيِص يَبُهْم َع َذ اٌب َأِليم
Pada Banyak ayat, Allah Swt menyandingkan kata Kitab yang berarti al-
Qur’an dengan kata Hikmah yang berarti hadis atau sunnah diantara ayat-ayat
tersebut adalah firman Allah Swt:
َو َأْنَز َل ُهَّللا َع َلْيَك اْلِكَتاَب َو اْلِح ْك َم َة َو َع َّلَم َك َم ا َلْم َتُك ْن َتْع َلُم َو َك اَن َفْض ُل ِهَّللا َع َلْيَك َع ِظ يًم ا
Artinya : Dan (juga karena) Allah Telah menurunkan Kitab dan Hikmah
kepadamu (Muhammad), dan Telah mengajarkan kepadamu apa yang belum
kamu ketahui. dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu. (QS. An-Nisa :
113)
4
2. Hadits Nabi
ُك ُّل ُأَّمِتي َيْد ُخ ُلوَن اْلَج َّنَة ِإاَّل َم ْن َأَبى َقاُلوا َيا َر ُسوَل ِهَّللا َو َم ْن َيْأَبى َقاَل َم ْن َأَطاَع ِني
َد َخ َل اْلَج َّنَة َو َم ْن َع َص اِني َفَقْد َأَبى
Artinya: Setiap umatku akan masuk surga, kecuali mereka yang enggan
dan tidak mau”. Para Sahabat kemudian bertanya (keheranan); ‘Siapakah
yang tidak mau memasukinya itu wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab:
“orang yang mentaatiku akan masuk surga dan orang yang
mendurhakaiku (melangkar ketentuanku) berarti dia enggan dan tidak
mau.7
َتَر ْك ُت ِفيُك ْم َأْمَر ْيِن َلْن َتِض ُّلوا َم ا َتَم َّس ْك ُتْم ِبِهَم ا ِكَتاَب ِهَّللا َو ُس َّنَة َنِبِّيِه
Artinya: Aku telah meninggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak
akan sesat untuk (selamanya) selama kalian berpegangteguh kepada
keduanya yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya
7
Faisal Saleh. (2008). Mutiara Ilmu Atsar, Jakarta: Akbar Media. H.109
5
Hadis yang memerintahkan untuk senantiasa ber-
tamassuk (berpegangteguh) Sunnah Rasulullah saw dan para sahabat
beliau saw dan larangan melakukan kebid’ahan. Sebagaimana sabda
Rasulullah saw:
َع َلْيُك ْم ِبُس َّنِتي َو ُس َّنِة اْلُخَلَفاِء اْلَم ْهِد ِّييَن الَّراِش ِد يَن َتَم َّس ُك وا ِبَها َو َعُّض وا َع َلْيَها ِبالَّنَو اِج ِذ
َو ِإَّياُك ْم َو ُم ْح َد َثاِت اُأْلُم وِر َفِإَّن ُك َّل ُم ْح َد َثٍة ِبْد َع ٌة َو ُك َّل ِبْد َعٍة َض اَل َلٌة
8
Muhammad Ahmad. (2004). Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia. H. 100
9
Mohammad Nor Ichwan. (2007). Studi Ilmu Hadis. Semarang: Rasail Media Group. H. 45
6
Allah SWT menurunkan al-Qur’an bagi umat manusia, agar al-Qur’an ini
dapat dipahami oleh manusia, maka Rasul SAW diperintahkan untuk menjelaskan
kandungan dan cara-cara melaksanakan ajarannya kepada mereka melalui hadis-
hadisnya.9
1. Bayan At-Taqrir
Bayan al-taqrir disebut juga dengan bayan al-ta’kid dan bayan al-itsbat.
Yang dimaksud dengan bayan ini, ialah menetapkan dan memperkuat apa
yang telah diterangkan di dalam al-Qur’an. Fungsi hadis dalam hal ini hanya
memperkokoh isi kandungan al-Qur’an. Suatu contoh hadis yang
diriwayatkan Muslim dari Ibnu Umar, yang berbunyi sebagai berikut:
)َفِإَذ ا َر َأْيـُتُم اْلِهَالَل َفُصْو ُم ْو ا َو ِإَذ ا َر َأْيـُتُم ْو ُه َفَأْفِط ُرْو ا (رواه مسلم
Hadis ini datang men-taqrir ayat al-Qur’an yang artinya “Maka barang
siapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia berpuasa”
(QS. Al-Baqoroh : 185)
Abu Hamadah menyebut bayan taqrir atau bayan ta’kid ini dengan
istilah bayan al-muwafiq li al-nas al-kitab. Hal ini dikarenakan munculnya
hadis-hadis itu sealur (sesuai) dengan nas al-Qur’an. 9
2. Bayan at-Tafsir
7
memberikan perincian (tafshil) dan penafsiran terhadap ayat-ayat yang masih
mutlak dan memberikan takhsis terhadap ayat-ayat yang masih umum.
Kata mutlaq artinya kata yang menunjukkan pada hakekat kata itu
sendiri apa adanya, dengan tanpa memandang kepada jumlah
maupun sifatnya. Men-taqyid dan mutlaq artinya membatasi ayat-
ayat mutlaq denngan sifat, keadaan, atau syarat-syarat tertentu.
Sebagai contoh hadis Rasul SAW berikut:
8
c. Men-takhsis ayat yang ‘am
Kata ‘am ialah kata yang menunjukkan atau memiliki makna, dalam
jumlah yang banyak. Sedangkan takhsis atau khash, ialah kata yang
menunjukkan arti khusus, tertentu atau tunggal. Yang dimaksud
men-takhsis yang ‘am ialah membatasi keumuman ayat Al-Qur’an
sehingga tidak berlaku pada bagian-bagian tertentu.
Mengingat fungsinya ini, maka ulama berbeda pendapat
apabila mukhasis-nya dengan hadith ahad. Menurut Syafi’i dan
Ahmad bin Hambal, keumuman ayat bisa ditakhsish
oleh hadith ahad yang menunjukkan kepada sesuatu yang khash,
sedang menurut ulama Hanafiah sebalikanya. Sebagai contoh:
3. Bayan al-Nasakh
Pada bayan jenis keempat ini, terjadi perbedaan pendapat yang sangat
tajam. Ada yang mengakui dan menerima fungsi hadis
sebagai nasikh terhadap sebagian hukum Al-Qur’an dan ada yang juga yang
menolaknya.10
9
bisa diamalkan lagi, dan syar’i (pembuat sayari’at) menurunkan ayat tersebut tidak
diberlakukan untuk selama-lamanya (temporal).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadits adalah Segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi SAW, baik berupa
sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi. Hadist termasuk salah
10
satu sumber ajaran agama Islam. Hal ini dikarenakan banyaknya temuan dalil
yang berisikan bahwasanya umat muslim harus berpegang teguh kepada Al-
Qur’an dan Hadits dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari, baik yang
berkenaan terkait hubungan sosial (hubungan manusia terhadap sesama makhluk),
maupun dalam beribadah (hubungan manusia terhadap Allah SWT).
B. Saran
Daftar Pustaka
11
Soetari. Endang; (2005). Ilmu Hadits; Kajian Riwayah dan Dirayah. Bandung :
Mimbar Pustaka .
Ichwan. Mohammad Nor; (2007) Studi Ilmu Hadis. Semarang: Rasail Media
Group.
12