Anda di halaman 1dari 15

HADITS SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

(Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Pengantar Studi Islam)

Dosen Pengampu :

Siti Mustianah, MA

Disusun oleh :

Kelompok 6
Muhammad Ma’dikariba (23.1.2739)
Lulu Alfa Muzayanah (23.1.2728)

INSTITUT AGAMA ISLAM DEPOK AL-KARIMIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Jln. H. Maksum No. 23 Rt.04/02 Sawangan, Depok)
2023
KATA PENGANTAR

#Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dap
at menyelesaikan makalah-makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusu
n tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW
yang telah membimbing manusia untuk mengenal Agama Islam, Agama yang
mengajak seseorang untuk mengenal kepada Allah SWT.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Siti Mustianah, MA selaku


dosen mata kuliah Mata kuliah Pengantar Studi Islam, yang telah memberikan
kesempatan kepada kelompok kami utuk menyusun makalah-makalah Ilmu
Kalam ini, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.

Makalah-makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Nam


un dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makala
h ini dapat terselesaikan. walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan
perbaikan, tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
para pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyus
un membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang membangun .

Sawangan, 29 Oktober 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan Masalah........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits...................................................................................2

B. Dalil Hadits Sebagai Sumber Ajaran Agama Islam...............................3

1. Al-Qur’an ....................................................................................................3

2. Hadits................................................................................................5

C. Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an........................................................6

1. Bayan At-Taqrir...........................................................................................7

2. Bayan At-Tafsir................................................................................8

3. Bayan Al-Naskh...........................................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah SWT mengutus para Nabi dan Rosul-Nya kepada ummat manusia
untuk memberi petunjuk kepada jalan yang lurus dan benar agar mereka bahagia
dunia dan akhirat. Rosululloh lahir ke dunia ini dengan membawa risalah Islam,
petunjuk yang benar. Hukum Syara’ adalah khitab Syari’(seruan Alloh sebagai
pembuat hukum) baik yang sumbernya pasti (qath’i tsubut) seperti Al-Qur’an dan
Hadis, maupun ketetapan yang sumbernya masih dugaan kuat (zanni tsubut)
seperti hadits yang bukan tergolong mutawatir.

Hadits merupakan sumber syari’at islam yang kedua setelah Al Qur’an.


Hadis memiliki fungsi yang sangat penting terhadap Al qur’an. Dalam fungsi
tersebut hadis menjelaskan ayat-ayat Al Qur’an yang tidak ada penjelasan yang
dapat dimengerti di dalamnya. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan
tentang fungsi hadis terhadap Al Qur’an dan dalil - dalil kehujahan hadis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Hadits?

2. Apa saja dalil- dalil kehujahan Hadits sumber ajaran Islam ?

3. Bagaimana fungsi Hadits terhadap Al-Qur’an ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian Hadits.

2. Mengetahui dalil Hadits sebagai sumber ajaran Islam

3. Mengetahui fungsi hadis terhadap Al Qur’an sebagai sumber ajaran


Islam

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits

Haditst secara etimologi memiliki arti kata baru. 1 M.M Azami mengatakan
sebagaimana yang dikutip oleh M. Agus Sholahudin dan Agus Suyadi bahwa
Hadits juga memiliki arti komunikasi, kisah, percakapan, religius atau sekular,
historis atau kontemporer.2

Secara terminologis, para ulama, baik muhaditsin, fuqaha, ataupun ulama


ushul, merumuskan pengertian hadis secara berbeda-beda. Perbedaan pandangan
tersebut lebih disebabkan oleh terbatas dan luasnya objek tinjauan masing-masing,
yang tentu saja mengandung kecenderungan pada aliran ilmu yang didalaminya.3

Ulama hadits mendefinisikan hadits sebagai berikut :

Hadits adalah sesuatu yang disandarkan kepada kanjeng Nabi Muhammad


SAW dar segi perkataan atau perbuatan atau ketetapan (persetujuan) atau sifat. 4

.‫ُك ُّل َم اُأِثَر َع ِن الَّنِبِّي َص َّلى ُهّللا َع َليِه َو َس َّلم ِم ن َقوٍل َاو ِفعٍل َاو َتقِر يٍر َأو ِص َفٍة َخ لِقَّيٍة َأو ُخ ُلِقَّيٍة‬

Artinya: Segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi SAW, baik berupa ‘sabda,
perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi.5

Dengan demikian, menurut ulama hadits, esensi hadits adalah segala sesuatu
yang berkenaan dengan sabda, perbuatan, taqrir, dan hal ikhwal Nabi Muhammad

A.w. Munawwir. (1997). Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya:


1

Pustaka Progressif. H. 241


2
M. Agus Solahudin. dan Agus Suryadi. (2022). Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia. H.
13

Endang Soetari. (2005). Ilmu Hadits; Kajian Riwayah dan Dirayah. Bandung : Mimbar
3

Pustaka . H 2.
4
Mahmud At-Thohan. (t.t). Taisir Musthola Al-Haditst. Indonesia: Al-Haramain. H.15

Muhammad Ajaj Al-Khatib. (1975). As-sunnah Qubla At-Tadwin, Kairo : Maktabah


5

Wahbah. H. 19.

2
SAW. Yang dimaksud hal ikhwal adalah segala sifat dan keadaan pribadi Nabi
SAW.

B. Dalil Hadits Sebagai Sumber Ajaran Islam

Hadis Nabi Saw merupakan salah satu sumber ajaran agama Islam sekaligus
merupakan wahyu dari Allah seperti Al-Qur’an, hanya saja perbedaan antara
keduanya terletak pada sisi lafaz dan makna. dimana lafaz dan makna al-Qur’an
berasal dari Allah Swt semetara Hadis maknanya dari Allah Swt dan lafaznya dari
Rasulullah Saw, kedudukannya dalam ajaran agama sebagai sumber kedua setelah
Al-Qur’an, keduanya saling melengkapi antara satu dengan yang lain, dan
mentaatinya wajib bagi kaum muslimin sebagaimana wajibnya mentaati Al-
Qur’an.6
Adapun dalil-dalil yang menunjukkan kehujjahan sunnah antara lain:
1. Al-Qur’an

Banyak ayat al-Qur’an yang menunjukkan akan kehujjahan Sunnah


diantaranya adalah ayat-ayat yang memerintahkan kepada kaum muslim
untuk taat kepada Rasulullah saw. firman Allah Swt :

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن َآَم ُنوا َأِط يُعوا َهَّللا َو َأِط يُعوا الَّرُسوَل َو ُأوِلي اَأْلْم ِر ِم ْنُك ْم َفِإْن َتَناَز ْع ُتْم ِفي َش ْي ٍء‬
( ‫َفُر ُّد وُه ِإَلى ِهَّللا َو الَّرُسوِل ِإْن ُكْنُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اَآْلِخ ِر َذ ِل َك َخْي ٌر َو َأْح َس ُن َت ْأِو ياًل‬
)59

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (QS An-Nisa : 59)6
6
Khusniati Rofiah. (2010). Studi Ilmu Hadith, Ponorogo: STAIN Press. H.29

3
Kembali kepada Allah maksudnya kembali kepada Al-Qur’an, dan
kembali kepada Rasul maksudnya kembali kepada Sunnah atau Hadis beliau
Saw. Perintah untuk mengikuti segala apa yang diperintahkan oleh Rasulullah
Saw dan menjauhi segala apa yang dilaranagnnya, Allah Swt berfirman:

‫َو َم ا َآَتاُك ُم الَّرُسوُل َفُخ ُذ وُه َو َم ا َنَهاُك ْم َع ْنُه َفاْنَتُهوا‬

Artinya : “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa
yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah”. (QS. Al-Hasyr :7)

Allah Swt telah memperingatkan kita untuk tidak menyelisihi segala apa
yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw, Allah berfirman:

‫َفْلَيْح َذ ِر اَّلِذ يَن ُيَخ اِلُفوَن َع ْن َأْم ِر ِه َأْن ُتِص يَبُهْم ِفْتَنٌة َأْو ُيِص يَبُهْم َع َذ اٌب َأِليم‬

Artinya : Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut


akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (QS. An-Nur : 63)

Pada Banyak ayat, Allah Swt menyandingkan kata Kitab yang berarti al-
Qur’an dengan kata Hikmah yang berarti hadis atau sunnah diantara ayat-ayat
tersebut adalah firman Allah Swt:

‫َو َأْنَز َل ُهَّللا َع َلْيَك اْلِكَتاَب َو اْلِح ْك َم َة َو َع َّلَم َك َم ا َلْم َتُك ْن َتْع َلُم َو َك اَن َفْض ُل ِهَّللا َع َلْيَك َع ِظ يًم ا‬

Artinya : Dan (juga karena) Allah Telah menurunkan Kitab dan Hikmah
kepadamu (Muhammad), dan Telah mengajarkan kepadamu apa yang belum
kamu ketahui. dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu. (QS. An-Nisa :
113)

Imam al-Syafi’I berkomentar perihal ayat yang terakhir ini dengan


mengatakan:

“Allah swt menyebutkan al-Kitab yaitu al-Qur’an dan juga Sunnah


(Hadis). Aku teelah mendengar ahli ilmu al-Qur’an mengatakan; Hikmah
adalah Sunnah Rasulullah saw. Karena al-Qur’an disebutkan dan dibarengi
dengan kata Hikmah. Allah swt. Menyebutkan anudrah-Nya kepada
makhluk-makhluk-Nya dengan mengajari mereka al-Kitab dan Hikmah,
maka tidak boleh –Wallahu a’lam- ditafsiri maksud Hikmah disini kecuali
Sunnah Rasulullah saw”.

4
2. Hadits Nabi

Terdapat banyak hadis-hadis Rasulullah saw. yang menunjukkan


kewajiban untuk mengikuti Sunnah Nabawiyah dan menegaskan bahwa
Sunnah itu memliki kedudukan yang sama seperti al-Qur’an dari segi
keadaannya sebagai sumber untuk menetapkan hukum-hukum. Diantara
hadis-hadis tersebut:

 Hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan sanadnya dari sahabat


Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:

‫ُك ُّل ُأَّمِتي َيْد ُخ ُلوَن اْلَج َّنَة ِإاَّل َم ْن َأَبى َقاُلوا َيا َر ُسوَل ِهَّللا َو َم ْن َيْأَبى َقاَل َم ْن َأَطاَع ِني‬
‫َد َخ َل اْلَج َّنَة َو َم ْن َع َص اِني َفَقْد َأَبى‬

Artinya: Setiap umatku akan masuk surga, kecuali mereka yang enggan
dan tidak mau”. Para Sahabat kemudian bertanya (keheranan); ‘Siapakah
yang tidak mau memasukinya itu wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab:
“orang yang mentaatiku akan masuk surga dan orang yang
mendurhakaiku (melangkar ketentuanku) berarti dia enggan dan tidak
mau.7

 Hadis yang menjelaskan bahwa dengan berpegangteguh kepada Al-


Qur’an dan Sunnah, maka tidak akan tersesat untuk selamnya
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Malik bin Anas bahwasanya
Rasulullah saw bersabda:

‫َتَر ْك ُت ِفيُك ْم َأْمَر ْيِن َلْن َتِض ُّلوا َم ا َتَم َّس ْك ُتْم ِبِهَم ا ِكَتاَب ِهَّللا َو ُس َّنَة َنِبِّيِه‬

Artinya: Aku telah meninggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak
akan sesat untuk (selamanya) selama kalian berpegangteguh kepada
keduanya yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya
7
Faisal Saleh. (2008). Mutiara Ilmu Atsar, Jakarta: Akbar Media. H.109

5
 Hadis yang memerintahkan untuk senantiasa ber-
tamassuk (berpegangteguh) Sunnah Rasulullah saw dan para sahabat
beliau saw dan larangan melakukan kebid’ahan. Sebagaimana sabda
Rasulullah saw:

‫َع َلْيُك ْم ِبُس َّنِتي َو ُس َّنِة اْلُخَلَفاِء اْلَم ْهِد ِّييَن الَّراِش ِد يَن َتَم َّس ُك وا ِبَها َو َعُّض وا َع َلْيَها ِبالَّنَو اِج ِذ‬
‫َو ِإَّياُك ْم َو ُم ْح َد َثاِت اُأْلُم وِر َفِإَّن ُك َّل ُم ْح َد َثٍة ِبْد َع ٌة َو ُك َّل ِبْد َعٍة َض اَل َلٌة‬

Artinya: Hendaklah kalian (mengikuti) Sunnahku dan Sunnah para


khalifah rasyidah yang telah mendapatkan hidayah, berpegangteguhlah
kepadanya, dan gigitlah (Sunnah tersebut) dengan gigi grahammu, dan
jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru, krena segala bentuk yang
bersifat baru adalah bid’ah dan semua bentuk bid’ah adalah sesat.

 Hadis yang menjelaskan bahwa telah diturunkan kepada Rasulullah saw


al-Quran dan yang semidal dengannya, sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Abu Daud dari sahabat al-Miqdam bin Ma’di Karib ra, Rasulullah
saw bersabda:

‫َأاَل ِإِّني ُأوِتيُت اْلِكَتاَب َوِم ْثَلُه َم َع ه‬

Artinya: Sesungguhnya telah diberikan (diturunkan) kepadaku al-Kitab


(al-Qura’n) dan bersamanya sesuatu yang semisal dengannya (al-
Sunnah).

C. Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’An

Sebagai sumber ajaran kedua setelah Al-Qur’an, hadis tampil untuk


menjelaskan (bayan) keumuman isi al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan firman Allah
Q.S. Al-Nahl(16):14 yang artinya “Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar
kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka
dan supaya mereka memikirkan.”8

8
Muhammad Ahmad. (2004). Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia. H. 100
9
Mohammad Nor Ichwan. (2007). Studi Ilmu Hadis. Semarang: Rasail Media Group. H. 45

6
Allah SWT menurunkan al-Qur’an bagi umat manusia, agar al-Qur’an ini
dapat dipahami oleh manusia, maka Rasul SAW diperintahkan untuk menjelaskan
kandungan dan cara-cara melaksanakan ajarannya kepada mereka melalui hadis-
hadisnya.9

Penjelasan yang dimaksud di atas kemudian oleh para ulama di perinci ke


pelbagai bentuk penjelasan. Secara garis besar terdapat empat bentuk fungsi
penjelasan hadis terhadap al-Qur’an sebagai berikut;

1. Bayan At-Taqrir

Bayan al-taqrir disebut juga dengan bayan al-ta’kid dan bayan al-itsbat.
Yang dimaksud dengan bayan ini, ialah menetapkan dan memperkuat apa
yang telah diterangkan di dalam al-Qur’an. Fungsi hadis dalam hal ini hanya
memperkokoh isi kandungan al-Qur’an. Suatu contoh hadis yang
diriwayatkan Muslim dari Ibnu Umar, yang berbunyi sebagai berikut:

)‫َفِإَذ ا َر َأْيـُتُم اْلِهَالَل َفُصْو ُم ْو ا َو ِإَذ ا َر َأْيـُتُم ْو ُه َفَأْفِط ُرْو ا (رواه مسلم‬

“Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah, juga apabila


melihat (ru’yah) itu maka berbukalah.” (HR. Muslim)

Hadis ini datang men-taqrir ayat al-Qur’an yang artinya “Maka barang
siapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia berpuasa”
(QS. Al-Baqoroh : 185)

Abu Hamadah menyebut bayan taqrir atau bayan ta’kid ini dengan
istilah bayan al-muwafiq li al-nas al-kitab. Hal ini dikarenakan munculnya
hadis-hadis itu sealur (sesuai) dengan nas al-Qur’an. 9

2. Bayan at-Tafsir

Yang dimaksud bayan at-tafsir adalah penjelasan hadith terhadap ayat-


ayat yang memerlukan perincian atau penjelasan lebih lanjut, seperti pada
ayat-ayat mujmal, mutlaq, dan ‘aam. Maka fungsi hadith dalam hal ini

7
memberikan perincian (tafshil) dan penafsiran terhadap ayat-ayat yang masih
mutlak dan memberikan takhsis terhadap ayat-ayat yang masih umum.

a. Merinci ayat-ayat yang mujmal (ayat yang ringkas atau singkat,


global)
Sebagai contoh hadis berikut:

)‫َص ُّلْو ا َك َم ا َر َاْيُتُم ْو ِني ُأَص ِّلْي (رواه البخارى‬

“Sholatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat.” (HR. Bukhari)


Hadis ini menjelaskan bagaimana mendirikan shalat. Sebab dalam
al-Qur’an tidak menjelaskan secara rinci. Salah satu ayat yang
memerintahkan shalat adalah: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah
zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.” (QS. Al-
Baqoroh: 43)

b. Men-taqyid ayat-ayat yang mutlaq

Kata mutlaq artinya kata yang menunjukkan pada hakekat kata itu
sendiri apa adanya, dengan tanpa memandang kepada jumlah
maupun sifatnya. Men-taqyid dan mutlaq artinya membatasi ayat-
ayat mutlaq denngan sifat, keadaan, atau syarat-syarat tertentu.
Sebagai contoh hadis Rasul SAW berikut:

)‫التقطع يد السارق ا في ربع دينار فصاعدا (رواه مسلم‬

“Tangan pencuri tidak boleh dipotong, melainkan pada (pencurian


senilai) seperempat dinar atau lebih.” (HR. Muslim)

Hadith di atas men-taqyid ayat al-Qur’an berikut:“Laki-laki yang


mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah.” (QS. Al Maidah [5]: 38)

8
c. Men-takhsis ayat yang ‘am

Kata ‘am ialah kata yang menunjukkan atau memiliki makna, dalam
jumlah yang banyak. Sedangkan takhsis atau khash, ialah kata yang
menunjukkan arti khusus, tertentu atau tunggal. Yang dimaksud
men-takhsis yang ‘am ialah membatasi keumuman ayat Al-Qur’an
sehingga tidak berlaku pada bagian-bagian tertentu.
Mengingat fungsinya ini, maka ulama berbeda pendapat
apabila mukhasis-nya dengan hadith ahad. Menurut Syafi’i dan
Ahmad bin Hambal, keumuman ayat bisa ditakhsish
oleh hadith ahad yang menunjukkan kepada sesuatu yang khash,
sedang menurut ulama Hanafiah sebalikanya. Sebagai contoh:

‫اليرث القتل من المقتول شيأ‬

“Pembunuh tidak berhak menerima harta warisan.” (HR. Ahmad)

Hadith tersebut men-takhsis keumuman firman Allah surat an-Nisa’


ayat 44 berikut:“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian
pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki
sama dengan bagian dua orang anak perempuan...”

3. Bayan al-Nasakh

Pada bayan jenis keempat ini, terjadi perbedaan pendapat yang sangat
tajam. Ada yang mengakui dan menerima fungsi hadis
sebagai nasikh terhadap sebagian hukum Al-Qur’an dan ada yang juga yang
menolaknya.10

Kata nasakh secara bahasa berarti ibthal (membatalkan), izalah


(menghilangkan), dan taghyir (mengubah). Para ulam mengartikan bayan al-nasakh
ini sebanyak yang melalui pendekatan bahasa, sehingga diantara mereka terjadi
perbedaan pendapat dalam menta’rifnya. Menurut ulama mutaqoddimin, bahwa
terjadinya nasakh ini karena adanya dalil syara’ yang mengubah suatu hukum
(ketentuan) meskipun jelas, karena telah berakhir masa keberlakuannya serta tidak
10
Agus Solahudin, (2011). Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia. H. 84

9
bisa diamalkan lagi, dan syar’i (pembuat sayari’at) menurunkan ayat tersebut tidak
diberlakukan untuk selama-lamanya (temporal).

Diantara para ulama yang membolehkan adanya nasakh hadith terhadap


al-Qur’an juga berbeda pendapat dalam macam hadith yang dapat dipakai
untuk me-nasakh-nya. Dalam hal ini mereka terbagi menjadi tiga kelompok.

Pertama, yang membolehkan me-nasakh al-Qur’an dengan segala hadith,


meskipun dengan hadith Ahad. Pendapat ini diantaranya dikemukakan oleh
para ulama mutaqaddimin dan Ibn Hazm serta sebagian para pengikut
Zahiriyah.

Kedua, yang membolehkan me-nasakh dengan syarat hadith tersebut


harus mutawatir. Pendapat ini diantaranya dipegang oleh Mu’tazilah.

Ketiga, ulama yang membolehkan me-nasakh dengan Hadith masyhur,


tanpa harus dengan hadith mutawatir. Pendapat ini dipegang diantaranya oleh
ulama Hanafiyah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hadits adalah Segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi SAW, baik berupa
sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi. Hadist termasuk salah

10
satu sumber ajaran agama Islam. Hal ini dikarenakan banyaknya temuan dalil
yang berisikan bahwasanya umat muslim harus berpegang teguh kepada Al-
Qur’an dan Hadits dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari, baik yang
berkenaan terkait hubungan sosial (hubungan manusia terhadap sesama makhluk),
maupun dalam beribadah (hubungan manusia terhadap Allah SWT).

Hadist memiliki tiga fungsi utama bagi Al-Qur’an, yaitu:

1. Bayan At-Taqrir (penjelas tentang syari’at)

2. Bayan At-Tafsir (penjelas isi Al-Qur’an)

3. Bayan Al-Nasakh (penjelas hukum yang bertentangan)

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini kami memahami masih banyak sekali


kekurangannya. Akan tetapi makalah ini kami sajikan dengan harapan agar
menjadi bahan tambahan informasi dan perenungan agar dapat memhami hal-hal
yang berkaitan tentang hadist sebagai sumber ajaran agama islam. Sehingga kita
menjalani menjadi pribadi lebih baik.

Daftar Pustaka

Munawwir. A.W; (1997). Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.


Surabaya: Pustaka Progressif.

Solahudin.M. Agus dan Suryadi. Agus; (2022). Ulumul Hadits. Bandung:


Pustaka Setia.

11
Soetari. Endang; (2005). Ilmu Hadits; Kajian Riwayah dan Dirayah. Bandung :
Mimbar Pustaka .

Mahmud At-Thohan. (t.t). Taisir Musthola Al-Haditst. Indonesia: Al-Haramain.

Ajaj Al-Khatib. Muhammad; (1975). As-sunnah Qubla At-Tadwin. Kairo :


Maktabah Wahbah.

Rofiah. Khusniati; (2010). Studi Ilmu Hadith. Ponorogo: STAIN Press.

Saleh. Faisal; (2008). Mutiara Ilmu Atsar. Jakarta: Akbar Media.

Ahmad. Muhammad; (2004). Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia.

Ichwan. Mohammad Nor; (2007) Studi Ilmu Hadis. Semarang: Rasail Media
Group.

Solahudin. Agus; (2011). Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia.

12

Anda mungkin juga menyukai