Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

a. LatarBelakang

Alquran merupakan mukjizat yang paling besar yang Allah turunkan kepada
Nabi Muhammad Saw sebagai kitab suci dan pedoman bagi seluruh umat islam.
Sehingga kita sebagai umat islam hendaknya mampu mengkaji apa isi dan kandungan
yang terdapat di dalam Al-quran agar kita semua mengetahui makna dan hakekat
sebenarnya yang tertera di dalamnya.

Kandungan dalam Al-quran telah banyak menyuguhkan kisah-kisah orang


terdahulu dari para Nabi dan Rosul .Al-quran telah membicarakan kisah-kisah yang
menjelaskan hikmah danmanfaat yang dapat diambil sebagai pelajaran dan manfaat
untuk kita,yang memudahkan kita untuk memahami nya dan berinteraksi dengannya.

Kandugan Al-quran yang menceritakan tentang kisah-kisah di masa lampau


disebut dengan Qashashul Quran.Bahkan jika dibandingkan dengan ayat-ayat tentang
hokum atau mamalat,ayat tentang kisah-kisah ini jauh lebih banyak.

Dalam kisah- kisah yang tercantum dalam Al-quran tak jarang memiliki pesan
moral yang membuat orang tertarik dan coba menggali lebih dalam maksud dari kisah
tersebut. Seseuai firman Allah yang artinga :" Sesungguhnya pada kisah-kisah
mereka itu terdapat pengajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai akal.

Oleh karena itu,kisah sejarah dalm Al-quran memiliki makna tersendiri. Maka
perlu kiranya kita sebagai umat Islam mengetahui isi sejarah yang ada di dalam Al-
quran sehingga kita dapat mengambil pelajaran dan pengetahuan dari kisah-kisah
umat terdahulu.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Qashash Al-Qur'an


Secara bahasa kata al-qashshu berarti mengikuti jejak atau mengungkapkan
masa lalu. Al-Qashash adalah bentuk mashdar dari qashsha-yaqushshu-qashshan,
sebagaimana yang diungkapkan dalam Al-Qur'an:
Musa berkata: 'Itulah (tempat) yang kita cari'. Lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula. (QS Al-Kahfi [18]: 64)
Al-Qashash dalam Al-Qur'an sudah pasti dan tidak fiktif, sebagaimana yang
ditegaskan dalam Al-Qur'an:
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, dialah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana. (Qs Ali-Imran [3]: 62)
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan
tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu,
dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS Yusuf [12]: 111) Al-
Qur'an selalu menggunakan terminologi qashash untuk menunjukkan bahwa kisah
yang disampaikan itu benar dan tidak mengandung kemungkinan salah atau dusta.
Sementara cerita-cerita lain yang mengandung kemungkinan salah dan benar
biasanya bentuk jamaknya diungkapkan dengan istilah qishash. Dari segi istilah,
kisah berarti berita-berita mengenai suatu permasalahan dalam masa-masa yang
saling berurutan. Qashash Al-Qur'an adalah pemberitaan mengenai ihwal umat yang
telah lalu, nubuwwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah,
sedang, dan akan terjadi.

B. Macam-macam Qashash Al-Qur'an


Adapun macam-macam qashash Al-Qur'an ada tiga, yaitu:
1. Kisah para Nabi terdahulu. Cerita ini mencakup dakwah mereka pada
kaumnya, mu'jizat mereka, sikap penentang para Nabi, fase dakwah dan
perkembangannya, balasan terhadap orang-orang kafir dan para pendusta,
seperti cerita Nabi Nuh , Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Muhammad Saw.,
dan lainnya.
2. Kisah Al-Qur'an yang berkaitan dengan kejadian masa lalu, cerita tentang
seseorang yang belum ditetapkan kenabiannya seperti Thalut, Jalut, dua

2
putra Nabi Adam, Ahlul Kahfi, Dzul Qarnain, Qarun, Ashab as-Sabti,
Maryam, Ashabul Uhdud, Ashabul Fil, dan lainnya.
3. Kisah yang berkaitan dengan kejadian yang terjadi pada masa Rasulullah
seperti Perang Badar, Uhud, dalam surah Ali Imran, Perang Hunain,
Tabuk dalam surah At-Taubah, perang Al-Ahzab dalam surah Al-Ahzab,
Hijrah, Al-Isra', dan semacamnya.

C. Manfaat Qashash Al-Qur'an


Adapun manfaat kisah-kisah Al-Qur'an menurut Manna al-Qattan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menjelaskan prinsip-prinsip ajaran para Rasul. Penjelasan pokok-pokok
syariat yang diemban oleh setiap Nabi sebagaimana yang ditegaskan Allah
Swt.:
Dan Kami tidak menutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya: 'Bahwasannya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. (QS Al-Anbiya' [21]: 25).
2. Mengokohkan hati Rasulullah dan hati umatnya terhadap agama Allah dan
menguatkan kepercayaan orang-orang yang beriman terhadap kemenangan,
kebenaran, dan pertolongan-Nya, serta menghancurkan kebatilan dan para
pendukungnya. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt.: Dan semua
kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dan dalam surah ini telah datang
kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang
beriman. (QS Hud [11]: 120).
3. Membenarkan ajaran para Nabi terdahulu, menghidupkan ajaran mereka, dan
mengabdikan peninggalan mereka.
4. Menunjukkan kebenaran Muhammad Saw. dalam risalah dakwahnya dengan
memberitakan tentang keadaaan orang-orang terdahulu dalam berbagai
macam level generasi yang berbeda.
5. Membongkar kebohongan Ahli Kitab dengan menjelaskan hal-hal yang
mereka sembunyikan, dan menentang apa-apa yang terdapat pada kitab
mereka setelah mengalami perubahan dan penggantian, sebagaimana firman
Allah Swt.:
Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang
diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat
diturunkan. Katakanlah: '(Jika kamu mengatakan ada makanan yang

3
diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia
jika kamu orang-orang yang benar. (QS Ali 'Imran [3]: 93)
Sesudah Taurat diturunkan, ada beberapa makanan yang diharamkan bagi
mereka sebagai hukuman. Nama-nama makanan itu disebut misalnya , dalam
surah An-Nisa' ayat 160 dan surah Al-An'am ayat 146.
6. Kisah atau cerita merupakan salah satu metode yang cukup baik dalam
berdakwah dan ungkapannya lebih cepat menancap dalam jiwa. Sebagaimana
firman Allah Swt.:
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. (QS Yusuf [12]: 111)
D. Hikmah Pengulangan Qashash dalam Al-Qur'an

Al-Qur'an mencakup banyak kisah yang diulang-ulang. Satu kisah banyak


disebut dalam Al-Qur'an dan dipaparkan dengan bentuk yang berbeda; ada yang
diungkapkan dengan bentuk taqdimta'khir, ijaz dan ithnab Al-Qur'an adalah sebagai
berikut:
1. Menjelaskan segi ke-balaghah-an Al-Qur'an pada tingkat yang lebih tinggi.
Diantara karakteristik balaghah adalah menampakkan makna satu dengan
segala bentuk yang berbeda. Pengulangan cerita disajikan pada cetakan yang
bukan cetakannya. Manusia tidak merasa jenuh atas pengulangan ceritanya,
bahkan makna yang ditangkap jiwa akan selalu baru, tak seorang pun dapat
meresapi keindahan dan kedalaman maknanya selain dari cerita-cerita Al-
Qur'an.
2. Meneguhkan sisi kemukjizatan Al-Qur'an. Ketika suatu makna diungkapkan
dalam bentuk yang berbeda maka seseorang akan semakin terkesima dan
takjub dengannya. Tidak heran bila orang Arab tidak mampu untuk membuat
hal yang sama seperti Al-Qur'an.
3. Mengundang perhatian yang besar terhadap kisah tersebut agar pesan-
pesannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini karena pengulangan
merupakan salah satu cara pengukuhan dan tanda betapa besarnya perhatian
Al-Qur'an terhadap masalah tersebut. Misalnya kisah Nabi Musa dengan
Fir'aun. Kisah ini mengisahkan pergulatan sengit anatara kebenaran dan
kebatilan.
4. Penyajian seperti itu menunjukkan perbedaan tujuan yang karenanya kisah itu
diungkapkan. Sebagian dari makna-maknanya diterangkan disuatu tempat,
karena itulahyang diperlukan, sedangkan makna-makna lainnya dikemukakan
di tempat lain, sesuai dengan keadaan.

4
E. Perbedaan Kisah dalam Al-Qur'an dengan Lainnya
Sebagai kitab suci, Al-Qur'an bukanlah kitab sejarah sehingga tidak adil jika
Al-Qur'an dianggap mandul hanya karena kisah-kisah yang ada didalamnya tidak
dipaparkan secara gamblang. Akan tetapi, berbeda dengan cerita fiksi, kisah-kisah
tidak didasarkan pada khayalan yang jauh dari realitas.
Melalui studi yang mendalam, diantara kisah Al-Qur'an dapat ditelusuri akar
sejarahnya, misalnya situs-situs sejarah bangsa Iran yang diidentifikasikan sebagai
bangsa 'Ad dalam kisah Al-Qur'an, Al-Mu'tafikat yang diidentifikasikan sebagai kota-
kota Palin, Sodom, Gomorah yang merupakan kota-kota wilayah Nabi Luth.
Kemudian berdasarkan penemuan-penemuan modern, mummi Ramses II
disinyalir sebagai Fir'aun yang dikisahkan dalam Al-Qur'an. Disamping itu, memang
terdapat kisah-kisah yang tampaknya sulit untuk dideteksi sisis historisnya, misalnya
peristiwa Isra' Mi'raj dan kisah Ratu Saba'. Karena itu, sering disinyalir bahwa kisah-
kisah dalam Al-Qur'an itu ada yang historis ada juga yang ahistoris.
Meskipun demikian, pengetahuan sejarah sangat kabur dan penemuan-
penemuan arkeologi sangat sedikit untuk dijadikan bahan penyelidikan menurut
kacamata pengetahuan modern, misalnya mengenai raja-raja Israil yang dinyatakan
dalam Al-Qur'an. Karena itu, sejarah pengetahuan lainnya tidak lebih merupakan
sarana untuk mempermudah usaha untuk memahami Al-Qur'an.
Di samping itu, sejarah yang disampaikan oleh manusia mengandung
kemungkinan benardan salah, karena manusia memiliki subjektivitas sebab ia
dipengaruhi oleh keinginan dan hawa nafsunya, atau punya kepentingan politik dan
sebagainya. Ambil saja misalnya supersemar, sampai saat ini masih ada sebagian
orang yang meragukan keautentikannya.
Sedangkan sejarah dalam Al-Qur'an pasti benar karena datangnya dari Allah
dan tidak ada kepentingan kecuali untuk kemaslahatan manusia. Kisah-kisah yang
disampaikan pasti sesuai dengan kenyataan. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt.:
(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah
(Tuhan) yang haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah
yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi Lagi Maha Besar. (QS
Al-Hajj [22]: 62).
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar.
Sesungguhnya mereka adalah pemuda pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka,
dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. (QS Kahfi [18]: 13).Juga sesuai
firmannya:
Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun dengan
benar untuk orang-orang yang beriman. (QS Al-Qashash [28]: 3).

5
Memang diakui bahwa Al-Qur'an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa
secara kronologis dan tidak memaparkannya secara terperinci. Hal ini dimaksudkan
sebagai peringatan tentang berlakunya hukum Allah dalam kehidupan sosial serta
pengaruh baik dan buruknya dalam kehidupan manusia.
Sebagian kisah dalam Al-Qur'an merupakan petikan sejarah yang bukan
berarti menyalahi sejarah, karena (sebagaimana dijelaskan diatas) pengetahuan
sejarah sangat kabur dan pertemuan-pertemuan arkeologi sangat sedikit untuk
mengungkap kisah-kisah dalam Al-Qur'an, dalam kerangka pengetahuan modern.
Karena itu, kisah-kisah Al-Qur'an memiliki realitas yang diyakini
kebenarannya, termasuk peristiwa yang ada di dalamnya. Ia adalah bagian dari ayat-
ayat yang diturunkan dari sisi Yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana. Maka dari
manusia mukmin, tidak ada kata kecuali menerima danmengambil 'ibrah (pelajaran)
darinya.

F. Pengaruh Kisah Al-Qur'an Terhadap Pendidikan


Tidak dapat diragukan lagi bahwa cerita yang pasti dan autentik dalam Al-
Qur'an dapat mengetuk para pendengarnya dan dapat menembus jiwa manusia
dengan mudah dan serta tidak menjenuhkan para pembacanya.
Pelajaran yang diterima dan disampaikan disekolah ancapkali berdampak
pada kejenuhan. Para pelajar sering tidak dapat mengikuti dan mendalaminya kecuali
denga penuh kesulitan dan rasa yang membosankan, apalagi jika pelajaran itu, dalam
konteks ini metode cerita sangat beguna dan bermanfaat diterapkan.
Pada masa kanak-kanak, seorang anak cenderung untuk mendengarkan cerita
dan cenderung untuk mengingat apa yang diceritakannya, lalu dia ceritakan lagi
kepada teman-temannya. Inilah fenomena alami yang terjadi pada anak-anak. Oleh
karena itu, bagi para guru/pendidik harus memanfaatkan metode cerita itu sebagai
media proses belajar mengajar, apalagi dalam pelajaran agama yang padat materinya,
metode cerita ini memang pas untuk digunakan.
Metode penyajian kisah dalam Al-Qur'an merupakan metode yang dapat ditiru
oleh para guru/pendidik untuk membantu mereka agar sukses dalam mengemban
tugas agungnya. Seorang guru dapat menyampaikan pelajaran sembari menyelinginya
dengan kisah-kisah para Nabi, berita tentang orang-orang terdahulu, sunnatullah
dalam kehidupan, keadaaan umat-umat terdahulu, dan lain sebagainya. Dalam
menyampaikan kisah-kisah Al-Qur'an tersebut, seorang pendidik dapat
mengungkapkannya dengan metode yang sesuai dengan tingkat berpikir para
pelajarnya atau sesuai dengan tigkat kecerdasan mereka.[2]

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Qashash Al-Qur'an kisah-kisah yang termuat dalam Al-Qur'an, dimana


diceritakannya tentang pemberitaan mengenai ihwal umat yang telah lalu, nubuwwat
(kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah, sedang, dan akan
terjadi.

Manfaat qashash dalam Al-Qur'an adalah sebagai penunjuk dari Allah yang
diemban para Nabi dan Rasul Allah sebagai penjelasan syari'at ke-Islaman mereka.

Pengaruh kisah Al-Qur'anterhada pendidikan adalah paling tepat dengan


menyampaikan kisah-kisah Al-Qur'an tersebut, maka seorang pendidik dapat
mengungkapkannya dengan metode yang sesuai dengan tingkat berpikir para
pelajarnya atau sesuai dengan tigkat kecerdasan mereka.

B. Saran
Berdasarkan penguraian tentang qashash Al-Qur'andiatas, menceritakan
kisah-kisah dalam Al-Qur'an sebagai metode pembelajaran pendidikan agama
terutama untuk para pendidik adalah cara yang tepat mengingat usia anak-anak yang
dapat lebih menyerap kisah tersebut dan akan berlanjut dari pembicaraan meraka
dengan individu-individu lainnya.
Dalam menyampaikan kisah-kisah Al-Qur'an tersebut, seorang pendidik dapat
mengungkapkannya dengan metode yang sesuai dengan tingkat berpikir para
pelajarnya atau sesuai dengan tigkat kecerdasan mereka.

Anda mungkin juga menyukai