"Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, Maka kami menjadikan mereka itu orang-
orang yang paling merugi. Dan kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang
kami Telah memberkahinya untuk sekalian manusia (yang dimaksud dengan negeri di sini
ialah twa yam, terrnasuk di dalamnya Palestina. Tuhan memberkahi negeri itu artinya:
kebanyakan nabi berasal dari negeri lni dan tanahnya pun subur). Dan kami Telah
memberikan kepada-Nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada
Kami). dan masing-masingnya kami jadikan orang-orang yang saleh. Kami Telah
menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah
kami dan Telah kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, dan Hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah (Q.S.
Al-Anbiya [28]: 70-73).
c. Tujuan-tujuan kisah dalam al-Qur'an lainnya adalah menerangkan bahwa seluruhnya adalah
satu dasar apalagi agama itu seluruhnya datang dari Allah Swt. Berdasarkan tujuan itu, ada
beberapa kisah dalam al-Qur'an juga tentang para nabidan dalam satu surah pula. Dalam
kisah itu diulang-ulangi akidah dasar, yaitu beriman kepada Allah Yang Maha Esa. Seperti
yang ada di dalam surat al-A'raf.
"Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku
sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu
tidak menyembah Allah), Aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)". (Q.S.
al-A’raf [7]: 59)
"Dan (Kami Telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka
Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" (Q.S. al-A’raf [7]: 65).
"Dan (Kami Telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka shafeh. ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya
Telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhammu. unta betina Allah Ini menjadi tanda
bagimu, Maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya
dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih." (Q.S.
al-A’raf [7]: 73)
"Dan (Kami Telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan (Madyan adalah nama putera nabi
Ibrahim a.s. Kemudian menjadi nama kabilah yang terdiri dari anak cucu Madyan itu.
Kabilah ini diam di suatu tempat yang juga dinamai Madyan yang terletak di pantai laut
Merah di tenggara gunung Sinai) saudara mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya Telah
datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan
timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan
timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang
yang beriman". (Q.S. al-A’raf [7]: 85)
d. Menjelaskan bahwa cara-cara para nabi dalam berdakwah itu satu dan penerimaan kaum
mereka hampir mirip semuanya - apalagi agama itu dari Tuhan yang samadan berdasarkan
satu asas yang sama pula. Berdasarkan tujuan ini, ada beberapa kisah dalam al-Qur'an yang
berkaitan dengan para nabi yang juga terkumpul dalam satu surah, terulang di dalam kisah-
kisah itu cara berdakwah mereka.
Seperti dalam surah Huud,
"Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (Dia berkata):
"Sesungguhnya Aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu. Agar kamu tidak
menyembah selain Allah. Sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang
sangat menyedihkan. Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami
tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami
tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di
antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu
kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang
dusta". (Q.S. Hud [11]: 25-27)
“Dan (Dia berkata): "Hai kaumku, Aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai
upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan Aku sekali-kali tidak akan mengusir
orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya,
akan tetapi Aku memandangmu suatu kaum yang tidak Mengetahui" (Q.S. Hud [11]: 25-27).
''Mereka Berkata "Hai Nuh, Sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu
telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, Maka datangkanlah kepada kami azab
yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar" (Q.S. Hud
[11]: 32).
"Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, Huud. ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. kamu hanyalah mengada-
adakan saja. Hai kaumku, Aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. upahku
tidak lain hanyalah dari Allah yang Telah menciptakanku. Maka Tidakkah kamu
memikirkan(nya)?" Kaum 'Ad berkata: "Hai Huud, kamu tidak menda-tangkan kepada kami
suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan nieninggalkan sembahan-sembahan
kami Karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak
mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami Telah menimpakan penyakit gila atas
dirimu." Huud menjawab: "Sesungguhnya Aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah
olehmu sekalian bahwa Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadaoku dan janganlah
kamu memberi tangguh kepadaku (Q.S. Hud [11]: 53-55).
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kah tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. dia Telah menciptakan
kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, (Maksudnya manusia dijadikan
penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia). Karena itu mohonlah ampunan-
Nya, Kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya)
lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). Kaum Tsamud berkata: "Hai Shaleh, Sesungguhnya
kamu sebelum Ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang
kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? dan Sesungguhnya
kami betul-betul dalam keiaguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan
kepada kami."
e. Menerangkan asal yang sama antara agama Nabi Muhammad dan agama Nabi Ibrahim,
secara khusus, dan agama-agama Bani Israil secara umum. Juga menampakkan bahwa
hubungan ini lebih erat dan hubungan-hubungan umum lainnya antara seluruh agama. Isyarat
ini diulang-ulangi dalam kisah Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa.
"Sesungguhnya Ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab
Ibrahim dan Musa" (Q.S. Hud [11]: 61-62)
"Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan
lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (yaitu) bahwasanya seorang
yang berdosa tidak kan memikul dosa orang lain" (Q.S. al-A’la [87]: 18-19).
"Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang
mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada
Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman" (Q.S. Ali Imran
[3]: 68).
"..... (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim, dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-
orang muslim dari dahulu..... (Q.S. Al-Hajj [22]: 46).
'"Dan kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam,
membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. dan kami telah memberikan kepadanya
Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan
membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa" (Q.S. Al-Maidah [5]: 46). Sampai pada ayat
"Dan kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan
apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
turunkan dan janganlah kamu mengikuti havva nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang Telah datang kepadamu untuk tiap-tiap umat diantara kamu, (umat Nabi
Muhammad Saw. dan umat-umat sebelumnya) kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu". (Q.S. Al-Maidah [5]: 48).
f. Menerangkan bahwa Allah Swt., pada akhirnya pasti akan menolong para nabi-nabi-Nya dan
membinasakan orang-orang yang menaustakan mereka. Hal itu untuk meneguhkan hati Nabi
Muhammad Saw. dan memberikan pengaruh di dalam jiwa orang-orang yang diajaknya
kepada iman.
Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat Ini Telah datang kepadamu kebenaran
serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman" (Q.S. Hud [11]:120).
Atas tujuan ini, ada kisah-kisah para nabi yang juga dikumpulkan dalam satu surah
dan mirip satu sama lainnya, kemudian diakhiri dengan kisah kebinasaan orang-orang yang
mendustakan mereka,
"Dan Sesungguhnya kami Teiah mengutus Nun kepada kaumnya, Maka ia tinggal di antara
mereka seribu tahun kvrang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka
adalah orang-orang yang zalim". Maka kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang
bahtera itu dan kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia" (Q.S. Al-
Ankabut [29]: 14-15).
"Dan (Ingatlah) ketika Luth Berkata pepada kaumnya: "Sesungguhnya kamu benar-benar
mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun dari
umat-umat sebelum kamu" (Q.S. Al-Anikabut [29]: 28).
"Sesungguhnya kami akan menurunkan azab dari langit atas penduduk kota Ini Karena
mereka berbuat fasik. Dan Sesungguhnya kami tinggalkan daripadanya satu tanda yang nyata
(Maksudnya bekas-bekas runtuhan kota Sodom, negeri kaum Luth) bagi orang-orang yang
berakal (Q.S. Al-Anikabut [29]: 34-35).
"Dan (Kami Telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan, saudara mereka Syu'aib, Maka ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah pahala) hari akhir, dan jangan
kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan. Maka mereka mendustakan Syu'aib, lalu
mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan
di tempat-tempat tinggal mereka (Q.S. Al-Ankabut [29]: 36-37).
g. Membenarkan kabar gembira dan kabar ancaman serta menyajikan contoh-contoh nyata dari
pembenaran ini. Seperti yang ada di dalam surah al-Hijr,
"Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Sesungguhnya Aku-lah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang" (Q.S. Al-Hijr [15]: 49).
Dan kabarkanlah kepada mereka tentang tamu-tamu Ibrahim (Tamu Nabi Ibrahim di sini
adalah malaikat). Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan: "Salaam".
Berkata Ibrahim: "Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu". Mereka berkata: "Janganlah
kamu merasa takut, Sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan
(kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim" (yang dimaksud
dengan seorang anak laki-laki yang alim ialah Ishak a.s.).
"Maka tatkala para utusan itu datang kepada kauin Luth, beserta pengikut pengikutnya. la
berkata: "Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang tidak dikenal". Para utusan
menjawab: "Sebenarnya kami Ini datang kepadamu dengan membawa azab yang selalu
mereka dustakan. Dan kami datang kepadamu membawa kebenaran dan Sesungguhnya kami
betul-betul orang-orang benar. Maka pergilah kamu di akhir malam dengan membawa
keluargamu, dan ikutlah mereka dari belakang dan janganlah seorangpun di antara kamu
menoleh kebelakang (Perhatikan kembali surat Hud ayat 81) dan teruskanlah perjalanan ke
tempat yang diperintahkan kepadamu". Dan Telah kami wahyukan kepadanya (Luth) perkara
itu, yaitu bahwa mereka akan ditumpas habis di waktu subuh" (Q.S. Al-Hijr [15]: 61-66).
"Dan Sesungguhnya penduduk-penduduk kota Al-Hijr (Penduduk kota al-Hijr ini ialah kaum
Tsamud. Al-Hijr tempat yang terletak di Wadi Qura antara Madinah dan Syiria) Telah
mendustakan rasul-rasul, (Yang dimaksud dengan rasul-rasul di sini ialah Shaleh. Mestinya
di sini disebut rasul, tetapi disebut rasul-rasul (jamak) karena mendustakan seorang rasul
sama dengan mendustakan semuar rasul-rasul) Dan kami Telah mendatangkan kepada
mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami, tetapi mereka selalu berpaling daripadanya. Dan
mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman. Maka
mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur di waktu pagi (Peristiwa tersebut
terjadi pada hari yang keempat, sesudah datangnya peringatan kepada mereka). Maka tak
dapat menolong mereka, apa yang Telah mereka usahakan" (Q.S. al-Hijr [15]: 81-86).
h. Menerangkan nikmat Allah atas para Nabi-Nya dan orang-orang pilihan-Nya, seperti kisah
Nabi Sulaiman, Nabi Dawud, Nabi Ayyub, Nabi Ibrahim, Maryam, Nabi Isa, Nabi Zakaria,
Nabi Yunus, dan Nabi Musa. Ada beberana episode kisah temang para nabi itu, yang di
dalam kisah itu ditampakkan nikmat yang diberikan kepada mereka dalam beberapa situasi.
Penampakkan nikmat ini adalah tujuan irama dari kisah tersebut.
Memberi peringatan kepada anak-anak Adam terhadap godaan rayuan setan, juga
menampakkan pennusuhan abadi antara setan dan mereka, yang berawal sejak bapak mereka,
Adam.
i. Menerangkan kekuasaan Allah atas hal-hal yang di luar kebiasaan. Seperti kejadian Nabi
Ibrahim a.s. dan kisah lahirnya Nabi Isa a.s. Juga kisah Nabi Ibrahim dan burung yang
kembali kepadanya setelah dia memisahkan begian-bagian tubuh burung itu dan
meletakkannya di beberapa gunung yang terpisah pula. Juga kisah tentang "orang-orang yang
melalui suaru negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya", lalu Allah
menghidupkan mereka setelah berlalu seratus tahun.
Menjelaskan tentang akibat dari perbuatan baik dan saleh serta akibat dari perbuatan
jahat dan merusak. Seperti kisah dua orans anak Adam, kisah pemilik kebun, dan kisah-kisah
Bani Israil setelah mereka berbuat maksiat, juga kisah Ashab al-Ukhdud orang yang
membuat parit (Sayid Quthb, 2004: 158-171).
2.1.1 Maksud dan Tujuan Keagamaan dari Kisah-kisah al-Qur'an
Kisah-kisah dalam al-Qur'an tunduk (tergantung) dengan maksud tujuan keagamaan,
sebagaimana yang telah kita ketahui. Oleh karena itu, ketundukan ini menimbulkan bekas
atau pengaruh yang sangat jelas dalam cara pemaparan kisah, bahkan dalam materi kisahnya.
Pengaruh ketundukan dari kisah al-Qur'an akan penulis paparkan sebagaimana berikut:
a. Pengaruh pertama ketundukan ini bahwa satu kisah kebanyakan bisa datang terulang di
beberapa tempat yang terpisah. Namun pengulangan sebagian episodenya saja, dan
kebanyakan hanya berupa isyarat sekilas akan hal-hal yang dijadikan sebagian i'tibar di dalam
kisah itu.
Kisah keseluruhannya, tidak terulang. Kalaupun ada, itu sangat jarang sekali. Ketika
seseorang membaca episode yang terulang ini sambil memperhatikankonteks yang ada di
sana, dia pasti akan menemukan episode terulang tersebut sangat cocok dengan konteks itu.
Hal khususnya dalam metnilih episode yang dikisahkan di sini atau yang dikisahkan di sana,
juga dalam cara penyampaiannya.
Kita harus ingat selalu bahwa al-Qur'an adalah kitab dakwah keagamaan dan
keserasian antara episode kisah yang dikisahkan dan konteks yang kisah itu ada dan sama
sekali tidak merusak ciri khas seni.
Selain itu, hal tersebut mirip dengan susunan yang telah ditetapkan dalam
memaparkan beberpa episode yang terulang dari satu kisah; yang akan jelas ketika kita
membaca sesuai dengan urutan turunnya ayat, maka sebagian besar kisah dalam al-Qur'an
didahului isyarat singkat. Kemudian isyarat itu memanjang sedikit demi sedikit, yang
kemudian memaparkan beberapa episode panjang yang terbentuk dalam keseluruhannya
menjadi sebuah kisah. Terkadang isyarat-isyarat singkat itu terus ada di antara pemaparan
episode-episode panjang manakala terdapat kecocokan. Hingga apabila episode kisah itu
sempurna, isyarat-isyarat itu kebali ke tujuan pemaparannya masing-masing.
b. Pengaruh ketundukan kisah dalam al-Qur'an dengan tujuan keagamaan - selain adanya
pengulangan - ialah kisah itu dipaparkan dengan maksud itu telah tersampaikan dan dari
episode yang sesuai dengan maksud tersebut saja. Terkadang kisah dikisahkan dari awalnya,
terkadang dari tengahnya, dan terkadang juga dari aklurnya. Terkadang dikisahkan secara
sempurna, terkadang cukup dengan beberapa episode saja, dan terkadang pula setengah-
setengah sesuai i'tibar atau maksud tujuan yang tersirat di dalamnya.
c. Pengaruh ketundukan kisah dalam al-Qur'an dengan maksud tujuan keagamaan bahwa
dimasukkan ke dalam konteks kisah beberapa arahan dan petunjuk keagamaan, sebelumnya,
sesudahnya, atau di pertengahan kisah.
Itulah ada ringkasan atau sinopsis kisah, baru setelahnya diikuti oleh rincian-rincian
tentang berembuknya mereka sebelum masuk ke dalam goa, keadaan mereka setelah
memasukinya, tidur mereka dan terbangunnya mereka. Juga tentang salah seorang dari
mereka diminta untuk membeli makanan ke kota dan tentang kembalinya dari kota, serta
kematian mereka dan pembangunan tempat ibadah di atas kubur mereka. Juga tentang
perselisihan manusia saat itu tentang mereka dan seterusnya. Seakan-akan sinopsis adalah
pendahuluan yang mampu menimbulkan keinginan untuk mengetahui kisah selanjutnya.
2. Menyebutkan kesimpulan kisah dan maksudnya, baru kemudian dimulai kisah itu dari awal
dan terus berlanjut dengan memaparkan rincian-rincian episodenya. Seperti kisah Musa
dalam al-Qashash. Kisah itu dimulai seperti ini
y7ù=Ï? àM»tƒ#uä É=»tGÅ3ø9$# ÈûüÎ7ßJø9$# ÇËÈ (#qè=÷GtR šø‹n=tã `ÏB
Î*t7¯R 4Óy›qãB šcöqtãöÏùur Èd,ysø9$$Î/ 5Qöqs)Ï9 šcqãZÏB÷sムÇÌÈ ¨bÎ)
šcöqtãöÏù Ÿxtã ’Îû ÇÚö‘F{$# Ÿ@yèy_ur $ygn=÷dr& $Yèu‹Ï© ß#ÏèôÒtGó¡o
„ Zpxÿͬ!$sÛ öNåk÷]ÏiB ßxÎn/x‹ãƒ öNèduä!$oYö/r& ¾ÄÓ÷ÕtGó¡o„ur
öNèduä!$|¡ÏR 4 ¼çm¯RÎ) šc%x. z`ÏB tûïωšøÿßJø9$# ÇÍÈ ß‰ƒÌçRur
br& £`ßJ¯R ’n?tã šúïÏ%©!$# (#qàÿÏèôÒçGó™$# †Îû ÇÚö‘F{$#
öNßgn=yèøgwUur Zp£Jͬr& ãNßgn=yèôftRur šúüÏOÍ‘ºuqø9$# ÇÎÈ z`Åj3yJç
Rur öNçlm; ’Îû ÇÚö‘F{$# y“ÌçRur šcöqtãöÏù z`»yJ»ydur $yJèdyŠqãZã_ur
Nßg÷YÏB $¨B (#qçR$Ÿ2 šcrâ‘x‹øts† ÇÏÈ
ini adalah ayat-ayat kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah). Kami membacakan kepadamu
sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun de- ngan benar untuk orang-orang yang beriman.
Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan
penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak
laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya
Fir'aun Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. dan Kami hendak memberi karunia
kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka
pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).
Terkadang di suatu tempat, beberapa rahasia terbuka untuk pemirsa namun masih
menjadi misteri bagi pemainnya dan di tempat lain menjadi misteri bagi pemirsa juga bagi
pemainnya di dalam satu kisah. Contohnya adalah kisah singgasana Ratu Bilqis yang
didatangkan dalam sekejap mata.
Kadang pula tidak ada di sana rahasia yang tersembunyi, namun di waktu yang sama
kekagetan melanda pemirsa juga pemain, padahal di saat itu keduanya mengetahui akan
rahasianya. Seperti kekagetan-kekagetan kisah Maryam, ketika ia membuat tabir (dinding)
yang melindunginya. Di sana dia dikagetkan dengan munculnya Rûh al-Amîn (Jibril) dalam
bentuk seorang laki-laki.
Keistimewaan artistik ketiga adalah dalam penyampaian kisah, yaitu celah-celah
antara satu adegan dan adegan lain yang mengakibatkan terjadinya pembagian dan
pemotongan adegan-adegan, yang dalam kisah sandiwara modern dilakuikan dengan
penurunan tirai dalam film modern dilakukan dengan perpindahan episode. Yakni dengan
meninggalkan antara setiap dua adegan atau dua episode celah atau jeda yang bisa diisi
sengan khayalan dan dapat dinikmati dengan menebak apa yang akan terjadi, dalam waktu
antara adegan yang sudah lewat dan antara adegan yang akan dating itu.
Cara ini dapat ditelusuri dalam kisah al-Qur’an dan bisa juga anda telusuri dalam
kisah-kisah yang telah dipaparkan sebelumnya. Misalnya, kisah Yusuf sebagaimana berikut:
Jn=sù (#qÝ¡t«øŠtFó™$# çm÷YÏB (#qÝÁn=yz $wŠÅgwU ( tA$s% £$
öNèdçŽÎ7Ÿ2 öNs9r& (#þqßJn=÷ès? žcr& öNä.$t/r& ô‰s% x‹yzr&
Nä3ø‹n=tæ $Z)ÏOöq¨B z`ÏiB «!$# `ÏBur ã@ö6s% $tB óOçFÛ§sù ’Îû
y#ß™qム( ô`n=sù yytö/r& uÚö‘F{$# 4Ó®Lym tbsŒù'tƒ þ’Í< þ’Î1r& ÷rr&
zNä3øts† ª!$# ’Í< ( uqèdur çŽöyz tûüÏJÅ3»ptø:$# ÇÑÉÈ (#þqãèÅ_ö‘$#
#’n<Î) öNä3‹Î/r& (#qä9qà)sù !$tR$t/r'¯»tƒ žcÎ) y7uZö/$# s-ty™ $tBur !$tRô
‰Íky žwÎ) $yJÎ/ $uZôJÎ=tæ $tBur $¨Zà2 É=ø‹tóù=Ï9 tûüÏàÏÿ»ym ÇÑÊÈ È@t«
ó™ur sptƒös)ø9$# ÓÉL©9$# $¨Zà2 $pkŽÏù uŽÏèø9$#ur ûÓÉL©9$# $uZù
=t6ø%r& $pkŽÏù ( $¯RÎ)ur šcqè%ω»|Ás9 ÇÑËÈ
“Maka tatkala mereka berputus asa dari pada (putusan) Yusuf mereka menyendiri sambil
berunding dengan berbisik-bisik. berkatalah yang tertua diantara mereka: "Tidakkah kamu
ketahui bahwa Sesungguhnya ayahmu telah mengambil janji dari kamu dengan nama Allah
dan sebelum itu kamu telah menyia-nyiakan Yusuf. sebab itu aku tidak akan meninggalkan
negeri Mesir, sampai ayahku mengizinkan kepadaku (untuk kembali), atau Allah memberi
keputusan terhadapku. dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya". Kembalilah kepada
ayahmu dan Katakanlah: "Wahai ayah kami! Sesungguhnya anakmu telah mencuri, dan Kami
hanya menyaksikan apa yang Kami ketahui, dan sekali-kali Kami tidak dapat menjaga
(mengetahui) barang yang ghaib. Dan tanyalah (penduduk) negeri yang Kami berada disitu,
dan kafilah yang Kami datang bersamanya, dan Sesungguhnya Kami adalah orang-orang
yang benar".
Tirai diturunkan untuk kembali bertemu bersama mereka dalam adegan Iain, bukan di
Mesir dan bukan pula di jalan, tetapi di hadapan bapak mereka. Saat itu, mungkin mereka
telah menceritakan kepada bapaknya apa yang diminta oleh saudara mereka (Yusuf) tapi kita
tidak mendengar apa yang mereka katakan. Namun saat tirai diangkat kembali, kita dapati
bapaknya berkata kepada mereka,
"Ya'qub berkata: "Kanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu.
Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan
mereka semuanya kepadaku; Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana".