Anda di halaman 1dari 16

RABU, 30 JANUARI 2013

Pengertian Kisah-kisah dalam Al-Qur'an


Pengertian Kisah
Qashash berarti bekasan atau mengikuti bekasan (jejak).Lafadz qashash adalah
mashdar yang berarti mencari bekasan atau jejak.Qashash bermakna: urusan, berita, khabar
dan keadaan. Qashash juga berarti berita-berita yang berurutan. Qashash al-Qur’an ialah
khabar-khabar dari al-Qur’an tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian
masa dahulu, peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-
negeri serta menerangkan bekasan-bekasan dari kaum-kaum purba itu (T.M. Hasbi Ash-
Shiddieqy, 1993: 187).
Al-Qur’an telah menyebutkan kata qashash dalam beberapa konteks, pemakaian,
dan tashrif (konjungsinya); dalam bentuk fi’il mâdhi (kata kerja lampau), fi’il mudhâri’ (kata
kerja sedang atau akan dating), fi’il amar (lata kerja perintah), dan dalam
bentuk mashdar (kata kerja yang dibendakan).
Imam ar-Raghib al-Ashfahani mengatakan dalam kitab Mufradat-nya (al-Muradât fi
Ghârib al-Qur’an) tentang kata ini (qishash), “al-Qashash berarti mengikuti
jejak”.Dikatakan, qashashtu atsaruhu “saya mengikuti jejaknya”.
Al-Qashash berarti jejak (atsar). Allah Swt berfirman:
.   s?ö‘$$sù #’n?tã $yJÏdÍ‘$rO#uä $TÁ|Ás% ÇÏÍȉ£# ...
"… lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (Q.S. al-Kahfi: [18]: 64).
... %ôMs9$s%ur ¾ÏmÏG÷zT{ Ïm‹Å_Áè
“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" …” (Al-
Qashash: [28]: 11).
Al-Qashash ialah cerita yang dituturkan (kisah). Allah Swt. berfirman:
... bÎ) #x‹»yd uqßgs9 ßÈ|Ás)ø9$# ‘,ysø9$#¨ 
“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar….” (Ali Imrân: [3]: 62).
.. ?Jn=sù ¼çnuä!$y_ ¡Ès%ur Ïmø‹n=tã }È|Ás)ø9$# tA$s% Ÿw ô#y‚s£$ ...
.
“Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita
(mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut”. (al-Qashash: [28]: 25).
....   ß`øtwU Èà)tR y7ø‹n=tã z`|¡ômr& ÄÈ|Ás)ø9$#
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik ...” (Yusuf; [12]: 3)
Adapun qishash adalah menuntut. balas atas darah (pencederaan fisik atau
pembunuhan) dengan balasan serupa (Shalah al-Khalidi, 1999: 21-22).
Macam-macam kisah dalam al-Qur’an
Kisah dalam al-Qur’an ada tiga macam, yaitu kisah anbiya, kisah orang-orang yang
tidak dapat dipastikan kenabiannya dan kisah yang berpautan dengan peristiwa yang terjadi di
masa Rasulullah Saw.
Al-Qur’an mengandung tentang dakwah para nabi dan mukjizat-mukzijat para Rasul
dan sikap umat-umat yang menentang, serta marhalah-marhalah dakwah dan
perkembangannya, di samping menerangkan akibat-akibat yang dihadapi para mukmin dan
golongan-golongan yang mendustakan, seperti qashash Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa,
Muhammad Saw. dan lain-lain.
Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan orang-orang
yang tidak dapat dipastikan kenabiannya, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati dan
seperti kisah Thalut dan Jalut, dua putera Adam, Ahlu al-Kahfi, Dzu al-Qornanin,
Qarun, Ashhâb as-Sabti, Maryam, Ashhâb al-Ukhdûd, Ashhâb al-Fîl dan lain-lain.
Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah
Saw. seperti peperangan Badar dan Uhud yang diterangkan dalam surat Ali Imrân,
peperangan Hunain dan Ahzab yang diterangkan dalam surat al-Ahzab dan Hijrah serta Isra
dan lain-lain.

Faidah-faidah dari Kisah-kisah al-Qur’an


Beberapa faidah dari kisah-kisah al-Qur’an ialah:
a.       Menjelaskan dasar-dasar dakwah kepada agama Allah dan menerangkan pokok-pokok
syari’at yang disampaikan oleh para nabi
b.      Mengokohkan hati Rasul dan hati umat Muhammad dalam beragama dengan agama Allah
dan menguatkan kepercayaan para mukmin tentang datangnya pertolongan Allah dan
kehancuran kebathilan.
c.       Mengabdikan usaha-usaha para nabi dan pernyataan bahwa mereka dahulu adalah benar.
d.      Menampakkan kebenaran Nabi Muhammad Saw. dalam dakwahnya dengan dapat beliau
menerangkan keadaan-keadaan umat-umat yang telah lalu.
e.       Menyingkap kebohongan Ahl al-Kitâb yang telah menyembunyikan isi kitab mereka yang
masih murni.
f.       Menarik perhatian para pendengar yang diberikan pelajaran kepada mereka.

Hikmah berulang-ulang disebut kisah dalam al-Qur’an


Al-Qur’an melengkapi berbagai kisah yang diulang-ulang menyebutnya di beberapa
surat. Sebuah kisah disebut berulang kali dalam bentuk yang berbeda-beda, kadang-kadang
pendek, kadang-kadang panjang. Di antara hikmah yang demikian itu, ialah:
a.       Menandaskan kebalaghahan al-Qur’an dalam bentuk yang paling tinggi. Di antara
keistimewaan-keistimewaan balaghah ialah menerangkan sebuah makna dalam berbagai
macam susunan. Dan di tiap-tiap tempat tersebut dengan susunan dan perkataan yang berbeda
dari yang telah disebutkan. Dengan demikian selalu lah terasa sedap kita mendengar dan kita
membacanya.
b.      Menampakkan kekuatan ijaz. Menyebut suatu makna dalam berbagai bentuk susunan
perkataan yang tak dapat ditantang salah satunya oleh sastrawan-sastrawan Arab.
Menjelaskan bahwasannya al-Qur’an itu benar-benar dari pada Allah.
c.       Memberikan perhatian yang penuh kepada kisah itu. Mengulang-ulang sebutan adalah salah
satu dari pada jalan-jalan ta’kid (penguatan) dan salah satu dari tanda-tanda besarnya
perhatian. Seperti keadaannya kisah Musa dan Fir’aun.
d.      Karena berbeda tujuan yang karenanya lah disebut kisah itu. Di suatu tempat diterangkan
sebagiannya, karena itu saja yang diperlukan dan di tempat-tempat yang lain disebut lebih
sempurna karena yang demikianlah yang dikehendaki keadaan.

Tujuan Kisah dalam Al-Qur'an


Kisah dalam al-Qur'an bertujuan semata-mata untuk mewujudkan maksud dan tujuan
keagamaan sebagaimana yang telah kita ketahui. Tujuan-tujuan ini sangat banyak sekali
hingga sulit untuk dihitung dengan jari.
Penetapan wahyu dan risalah, penetapan keesaan Allah, kesatuan beragama pada
dasarnya, memberi peringatan dan kabar gembira, penayangan fenomena-fenomena
kekuasaan Tuhan, akibat dari kebaikan dan kejahatan, terburu-buru dan pelan-pelan, sabar
dan gundah, syukur dan kufur dan banyak lagi yanglainnya daripada maksud dan tujuan
keagamaan serta tujuan-tujuan moral, semua itu sungguh telah dicakup oleh kisah dan kisah
merupakan jalan dan alat untuk itu (Sayyid Quthb, 2004: 158).
Seandainya kita memaparkan tujuan-tujuan kisah dalam al-Qur'an, sebenarnya hanya
menetapkan tujuan-tujuan terpenting dan yang jelas kelihatan saja, bukan membatasi, yaitu
sebagai berikut:
a.       Tujuan kisah al-Qur’an antara lain adalah untuk menetapkan wahyu dan risalah. Muhammad
bukanlah seorang yang biasa membaca dan menulis. Dia juga tidak pernah bersama atau
datang kepada seorang pendeta Yahudi dan Nasrani. Kemudian ada kisah-kisah dalam al-
Qur'an - yang sebagian kisahnya dipaparkan secara detail - seperti kisah tentang Ibrahim,
Yusuf, Musa, dan Isa. Kedatangan kisah-kisah ini dalam al-Qur'an menjadi dalil dan bukti
bahwa itu adalah wahyu yang diwahyukan kepda Muhammad Saw.
Dalam pembukaan atau akhir kisah itu, al-Qur'an dengan jelas menyatakan akan
tujuan ini. Contohnya dalam pembukaan surah Yusuf [12]: 2-3.
“Sesungguhnya kami menurunkannya berupa AI Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan
Al Quran lni kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah
terrnasuk orang-orang yang belum Mengetahui".
b.      Tujuan kisah dalam al-Qur'an yang lainnya adalah menerangkan agama seluruhnya dari
Allah, sejak masa Nabi Adam sampai masa Nabi Muhammad Saw. Juga menerangkan bahwa
kaum mu'minin seluruhnya adalah umat yang saru dan Allah Maha Esa, Tuhan semua
makhluk. Banyak sekali terdapat kisah-kisahbeberapa nabi dalam satu surah, yang disajikan
dengan cara yang special bentuk mengukuhkan kebenaran ini.
Ketika tujuan ini merupakan tujuan mendasar dalam dakwah, maka sering kali kisah-
kisah ini terulang, serupa tapi tak sama dalam penyajiannya. Tujuannya adalah untuk lebih
mengukuhkan kebenaran ini dan mengokoh-kannya di dalam jiwa. Mari kita lihat misalnya,
seperti dalam surah al-Anbiya',
"Dan Sesungguhnya Telah kami berikan kepr la Musa dan Harun Kitab Taurat dan
penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang takut
akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan
(tibanya) hari kiamat. Dan Al-Quran Ini adalah suatu Kitab (peringatan) yangmempunyai
berkah yang Telah kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkari-nya?". (Q.S. Al-
Anbiya' [28]: 48-50).

"Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, Maka kami menjadikan mereka itu orang-
orang yang paling merugi. Dan kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang
kami Telah memberkahinya untuk sekalian manusia (yang dimaksud dengan negeri di sini
ialah twa yam, terrnasuk di dalamnya Palestina. Tuhan memberkahi negeri itu artinya:
kebanyakan nabi berasal dari negeri lni dan tanahnya pun subur). Dan kami Telah
memberikan kepada-Nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada
Kami). dan masing-masingnya kami jadikan orang-orang yang saleh. Kami Telah
menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah
kami dan Telah kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, dan Hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah (Q.S.
Al-Anbiya [28]: 70-73).

c.       Tujuan-tujuan kisah dalam al-Qur'an lainnya adalah menerangkan bahwa seluruhnya adalah
satu dasar apalagi agama itu seluruhnya datang dari Allah Swt. Berdasarkan tujuan itu, ada
beberapa kisah dalam al-Qur'an juga tentang para nabidan dalam satu surah pula. Dalam
kisah itu diulang-ulangi akidah dasar, yaitu beriman kepada Allah Yang Maha Esa. Seperti
yang ada di dalam surat al-A'raf.
"Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku
sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu
tidak menyembah Allah), Aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)". (Q.S.
al-A’raf [7]: 59)
"Dan (Kami Telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka
Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" (Q.S. al-A’raf [7]: 65).
"Dan (Kami Telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka shafeh. ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya
Telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhammu. unta betina Allah Ini menjadi tanda
bagimu, Maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya
dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih." (Q.S.
al-A’raf [7]: 73)
"Dan (Kami Telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan (Madyan adalah nama putera nabi
Ibrahim a.s. Kemudian menjadi nama kabilah yang terdiri dari anak cucu Madyan itu.
Kabilah ini diam di suatu tempat yang juga dinamai Madyan yang terletak di pantai laut
Merah di tenggara gunung Sinai) saudara mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya Telah
datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan
timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan
timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang
yang beriman". (Q.S. al-A’raf [7]: 85)

d.      Menjelaskan bahwa cara-cara para nabi dalam berdakwah itu satu dan penerimaan kaum
mereka hampir mirip semuanya - apalagi agama itu dari Tuhan yang samadan berdasarkan
satu asas yang sama pula. Berdasarkan tujuan ini, ada beberapa kisah dalam al-Qur'an yang
berkaitan dengan para nabi yang juga terkumpul dalam satu surah, terulang di dalam kisah-
kisah itu cara berdakwah mereka.
Seperti dalam surah Huud,
"Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (Dia berkata):
"Sesungguhnya Aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu. Agar kamu tidak
menyembah selain Allah. Sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang
sangat menyedihkan. Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami
tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami
tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di
antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu
kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang
dusta". (Q.S. Hud [11]: 25-27)

“Dan (Dia berkata): "Hai kaumku, Aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai
upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan Aku sekali-kali tidak akan mengusir
orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya,
akan tetapi Aku memandangmu suatu kaum yang tidak Mengetahui" (Q.S. Hud [11]: 25-27).

''Mereka Berkata "Hai Nuh, Sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu
telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, Maka datangkanlah kepada kami azab
yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar" (Q.S. Hud
[11]: 32).
"Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, Huud. ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. kamu hanyalah mengada-
adakan saja. Hai kaumku, Aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. upahku
tidak lain hanyalah dari Allah yang Telah menciptakanku. Maka Tidakkah kamu
memikirkan(nya)?" Kaum 'Ad berkata: "Hai Huud, kamu tidak menda-tangkan kepada kami
suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan nieninggalkan sembahan-sembahan
kami Karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak
mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami Telah menimpakan penyakit gila atas
dirimu." Huud menjawab: "Sesungguhnya Aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah
olehmu sekalian bahwa Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadaoku dan janganlah
kamu memberi tangguh kepadaku (Q.S. Hud [11]: 53-55).
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kah tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. dia Telah menciptakan
kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, (Maksudnya manusia dijadikan
penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia). Karena itu mohonlah ampunan-
Nya, Kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya)
lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). Kaum Tsamud berkata: "Hai Shaleh, Sesungguhnya
kamu sebelum Ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang
kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? dan Sesungguhnya
kami betul-betul dalam keiaguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan
kepada kami."

e.       Menerangkan asal yang sama antara agama Nabi Muhammad dan agama Nabi Ibrahim,
secara khusus, dan agama-agama Bani Israil secara umum. Juga menampakkan bahwa
hubungan ini lebih erat dan hubungan-hubungan umum lainnya antara seluruh agama. Isyarat
ini diulang-ulangi dalam kisah Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa.
"Sesungguhnya Ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab
Ibrahim dan Musa" (Q.S. Hud [11]: 61-62)
"Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan
lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (yaitu) bahwasanya seorang
yang berdosa tidak kan memikul dosa orang lain" (Q.S. al-A’la [87]: 18-19).
"Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang
mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada
Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman" (Q.S. Ali Imran
[3]: 68).
"..... (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim, dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-
orang muslim dari dahulu..... (Q.S. Al-Hajj [22]: 46).
'"Dan kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam,
membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. dan kami telah memberikan kepadanya
Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan
membenarkan Kitab yang  sebelumnya, yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa" (Q.S. Al-Maidah [5]: 46). Sampai pada ayat
"Dan kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan
apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
turunkan dan janganlah kamu mengikuti havva nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang Telah datang kepadamu untuk tiap-tiap umat diantara kamu, (umat Nabi
Muhammad Saw. dan umat-umat sebelumnya) kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu". (Q.S. Al-Maidah [5]: 48).
f.       Menerangkan bahwa Allah Swt., pada akhirnya pasti akan menolong para nabi-nabi-Nya dan
membinasakan orang-orang yang menaustakan mereka. Hal itu untuk meneguhkan hati Nabi
Muhammad Saw. dan memberikan pengaruh di dalam jiwa orang-orang yang diajaknya
kepada iman.
Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat Ini Telah datang kepadamu kebenaran
serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman" (Q.S. Hud [11]:120).
Atas tujuan ini, ada kisah-kisah para nabi yang juga dikumpulkan dalam satu surah
dan mirip satu sama lainnya, kemudian diakhiri dengan kisah kebinasaan orang-orang yang
mendustakan mereka,
"Dan Sesungguhnya kami Teiah mengutus Nun kepada kaumnya, Maka ia tinggal di antara
mereka seribu tahun kvrang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka
adalah orang-orang yang zalim". Maka kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang
bahtera itu dan kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia" (Q.S. Al-
Ankabut [29]: 14-15).

"Dan (Ingatlah) ketika Luth Berkata pepada kaumnya: "Sesungguhnya kamu benar-benar
mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun dari
umat-umat sebelum kamu" (Q.S. Al-Anikabut [29]: 28).
"Sesungguhnya kami akan menurunkan azab dari langit atas penduduk kota Ini Karena
mereka berbuat fasik. Dan Sesungguhnya kami tinggalkan daripadanya satu tanda yang nyata
(Maksudnya bekas-bekas runtuhan kota Sodom, negeri kaum Luth) bagi orang-orang yang
berakal (Q.S. Al-Anikabut [29]: 34-35).
"Dan (Kami Telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan, saudara mereka Syu'aib, Maka ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah  pahala) hari akhir, dan jangan
kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan. Maka mereka mendustakan Syu'aib, lalu
mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan
di tempat-tempat tinggal mereka (Q.S. Al-Ankabut [29]: 36-37).

g.      Membenarkan kabar gembira dan kabar ancaman serta menyajikan contoh-contoh nyata dari
pembenaran ini. Seperti yang ada di dalam surah al-Hijr,
"Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Sesungguhnya Aku-lah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang" (Q.S. Al-Hijr [15]: 49).
Dan kabarkanlah kepada mereka tentang tamu-tamu Ibrahim (Tamu Nabi Ibrahim di sini
adalah malaikat). Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan: "Salaam".
Berkata Ibrahim: "Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu". Mereka berkata: "Janganlah
kamu merasa takut, Sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan
(kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim" (yang dimaksud
dengan seorang anak laki-laki yang alim ialah Ishak a.s.).
"Maka tatkala para utusan itu datang kepada kauin Luth, beserta pengikut pengikutnya. la
berkata: "Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang tidak dikenal". Para utusan
menjawab: "Sebenarnya kami Ini datang kepadamu dengan membawa azab yang selalu
mereka dustakan. Dan kami datang kepadamu membawa kebenaran dan Sesungguhnya kami
betul-betul orang-orang benar. Maka pergilah kamu di akhir malam dengan membawa
keluargamu, dan ikutlah mereka dari belakang dan janganlah seorangpun di antara kamu
menoleh kebelakang (Perhatikan kembali surat Hud ayat 81) dan teruskanlah perjalanan ke
tempat yang diperintahkan kepadamu". Dan Telah kami wahyukan kepadanya (Luth) perkara
itu, yaitu bahwa mereka akan ditumpas habis di waktu subuh" (Q.S. Al-Hijr [15]: 61-66).
"Dan Sesungguhnya penduduk-penduduk kota Al-Hijr (Penduduk kota al-Hijr ini ialah kaum
Tsamud. Al-Hijr tempat yang terletak di Wadi Qura antara Madinah dan Syiria) Telah
mendustakan rasul-rasul, (Yang dimaksud dengan rasul-rasul di sini ialah Shaleh. Mestinya
di sini disebut rasul, tetapi disebut rasul-rasul (jamak) karena mendustakan seorang rasul
sama dengan mendustakan semuar rasul-rasul) Dan kami Telah mendatangkan kepada
mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami, tetapi mereka selalu berpaling daripadanya. Dan
mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman. Maka
mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur di waktu pagi (Peristiwa tersebut
terjadi pada hari yang keempat, sesudah datangnya peringatan kepada mereka). Maka tak
dapat menolong mereka, apa yang Telah mereka usahakan" (Q.S. al-Hijr [15]: 81-86).

h.      Menerangkan nikmat Allah atas para Nabi-Nya dan orang-orang pilihan-Nya, seperti kisah
Nabi Sulaiman, Nabi Dawud, Nabi Ayyub, Nabi Ibrahim, Maryam, Nabi Isa, Nabi Zakaria,
Nabi Yunus, dan Nabi Musa. Ada beberana episode kisah temang para nabi itu, yang di
dalam kisah itu ditampakkan nikmat yang diberikan kepada mereka dalam beberapa situasi.
Penampakkan nikmat ini adalah tujuan irama dari kisah tersebut.
Memberi peringatan kepada anak-anak Adam terhadap godaan rayuan setan, juga
menampakkan pennusuhan abadi antara setan dan mereka, yang berawal sejak bapak mereka,
Adam.
i.        Menerangkan kekuasaan Allah atas hal-hal yang di luar kebiasaan. Seperti kejadian Nabi
Ibrahim a.s. dan kisah lahirnya Nabi Isa a.s. Juga kisah Nabi Ibrahim dan burung yang
kembali kepadanya setelah dia memisahkan begian-bagian tubuh burung itu dan
meletakkannya di beberapa gunung yang terpisah pula. Juga kisah tentang "orang-orang yang
melalui suaru negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya", lalu Allah
menghidupkan mereka setelah berlalu seratus tahun.
Menjelaskan tentang akibat dari perbuatan baik dan saleh serta akibat dari perbuatan
jahat dan merusak. Seperti kisah dua orans anak Adam, kisah pemilik kebun, dan kisah-kisah
Bani Israil setelah mereka berbuat maksiat, juga kisah Ashab al-Ukhdud orang yang
membuat parit (Sayid Quthb, 2004: 158-171).
2.1.1        Maksud dan Tujuan Keagamaan dari Kisah-kisah al-Qur'an
Kisah-kisah dalam al-Qur'an tunduk (tergantung) dengan maksud tujuan keagamaan,
sebagaimana yang telah kita ketahui. Oleh karena itu, ketundukan ini menimbulkan bekas
atau pengaruh yang sangat jelas dalam cara pemaparan kisah, bahkan dalam materi kisahnya.
Pengaruh ketundukan dari kisah al-Qur'an akan penulis paparkan sebagaimana berikut:
a.       Pengaruh pertama ketundukan ini bahwa satu kisah kebanyakan bisa datang terulang di
beberapa tempat yang terpisah. Namun pengulangan sebagian episodenya saja, dan
kebanyakan hanya berupa isyarat sekilas akan hal-hal yang dijadikan sebagian i'tibar di dalam
kisah itu.
Kisah keseluruhannya, tidak terulang. Kalaupun ada, itu sangat jarang sekali. Ketika
seseorang membaca episode yang terulang ini sambil memperhatikankonteks yang ada di
sana, dia pasti akan menemukan episode terulang tersebut sangat cocok dengan konteks itu.
Hal khususnya dalam metnilih episode yang dikisahkan di sini atau yang dikisahkan di sana,
juga dalam cara penyampaiannya.
Kita harus ingat selalu bahwa al-Qur'an adalah kitab dakwah keagamaan dan
keserasian antara episode kisah yang dikisahkan dan konteks yang kisah itu ada dan sama
sekali tidak merusak ciri khas seni.
Selain itu, hal tersebut mirip dengan susunan yang telah ditetapkan dalam
memaparkan beberpa episode yang terulang dari satu kisah; yang akan jelas ketika kita
membaca sesuai dengan urutan turunnya ayat, maka sebagian besar kisah dalam al-Qur'an
didahului isyarat singkat. Kemudian isyarat itu memanjang sedikit demi sedikit, yang
kemudian memaparkan beberapa episode panjang yang terbentuk dalam keseluruhannya
menjadi sebuah kisah. Terkadang isyarat-isyarat singkat itu terus ada di antara pemaparan
episode-episode panjang manakala terdapat kecocokan. Hingga apabila episode kisah itu
sempurna, isyarat-isyarat itu kebali ke tujuan pemaparannya masing-masing.
b.      Pengaruh ketundukan kisah dalam al-Qur'an dengan tujuan keagamaan - selain adanya
pengulangan - ialah kisah itu dipaparkan dengan maksud itu telah tersampaikan dan dari
episode yang sesuai dengan maksud tersebut saja. Terkadang kisah dikisahkan dari awalnya,
terkadang dari tengahnya, dan terkadang juga dari aklurnya. Terkadang dikisahkan secara
sempurna, terkadang cukup dengan beberapa episode saja, dan terkadang pula setengah-
setengah sesuai i'tibar atau maksud tujuan yang tersirat di dalamnya.
c.       Pengaruh ketundukan kisah dalam al-Qur'an dengan maksud tujuan keagamaan bahwa
dimasukkan ke dalam konteks kisah beberapa arahan dan petunjuk keagamaan, sebelumnya,
sesudahnya, atau di pertengahan kisah.

Agama dan Seni dalam Kisah


Semua nabi yang diutus, dia mengatakan kalimat penuh hidayah, lalu didustakan oleh
manusia sesat, kemudian dia wafat. Setelah itu, datang lagi nabi seianjutnya dan berkata
seperti kalimat yang dikatakan oleh Nabi sebelumnya dan Items berlalu (wafat), begitulah
seterusnya (Sayyid Quthb, 2004: 191-192).
Hal ini terkadang timbul suatu kemiripan dengan susunan umum, sebab akhir episode
yang dipaparkan sesuai susunan surah serasi cocok dengan inti keagamaan yang karenanya
kisah itu disampaikan. Di waktu yang sama, penutup (akhir) ini serasi dan cocok: dengan
dasar-dasar seni, seakan-akan itu semata-mata penutup artistik (yang bersifat seni), tidak ada
sedikit pun untuk maksud keagamaan belakangnya.

Keistimewaan-keistimewaan Artistik dalam Kisah


Penulis akan paparkan tentang beberapa keistimewaan artistik umum dengan maksud
keagamaan dalam kisah dapat terwujud lewat keindahan artistik. Sebab, keindahan ini bisa
lebih memudahkan masuknya kisah itu ke dalam dan mampu memperdalam kesannya dalam
perasaan.
Pembahasan tentang hal ini mencakup empat tampilan penuh artistik, karena masuk
hal terpenting dalam pelajaran seni kisah di dunia seni. Keistimewaan artistik pertama adalah
keanekaragaman cara penyampaian.
1.      Menyebutkan sinopsis kisah, kemudian baru setelah itu memaparkan rincian-rinciannya dari
awal sampai akhir. Seperti cara penyampaian kisah Ahl al-Kahfi (penghuni goa). Kisah itu
dimulai seperti ini.
"Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim
itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan kami yang mengherankan. (Ingatlah) tatkala
para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan
kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk
yang lurus dalam urusan kami (ini)." Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam
gua itu. Kemudian kami bansunkan mereka, agar kami mengetahui manakah di antara kedua
golongan itu" yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua
itu).

Itulah ada ringkasan atau sinopsis kisah, baru setelahnya diikuti oleh rincian-rincian
tentang berembuknya mereka sebelum masuk ke dalam goa, keadaan mereka setelah
memasukinya, tidur mereka dan terbangunnya mereka. Juga tentang salah seorang dari
mereka diminta untuk membeli makanan ke kota dan tentang kembalinya dari kota, serta
kematian mereka dan pembangunan tempat ibadah di atas kubur mereka. Juga tentang
perselisihan manusia saat itu tentang mereka dan seterusnya. Seakan-akan sinopsis adalah
pendahuluan yang mampu menimbulkan keinginan untuk mengetahui kisah selanjutnya.
2.      Menyebutkan kesimpulan kisah dan maksudnya, baru kemudian dimulai kisah itu dari awal
dan terus berlanjut dengan memaparkan rincian-rincian episodenya. Seperti kisah Musa
dalam al-Qashash. Kisah itu dimulai seperti ini
y7ù=Ï? àM»tƒ#uä É=»tGÅ3ø9$# ÈûüÎ7ßJø9$# ÇËÈ   (#qè=÷GtR šø‹n=tã `ÏB 
Î*t7¯R 4Óy›qãB šcöqtãöÏùur Èd,ysø9$$Î/ 5Qöqs)Ï9 šcqãZÏB÷sムÇÌÈ   ¨bÎ) 
šcöqtãöÏù Ÿxtã ’Îû ÇÚö‘F{$# Ÿ@yèy_ur $ygn=÷dr& $Yèu‹Ï© ß#ÏèôÒtGó¡o
„ Zpxÿͬ!$sÛ öNåk÷]ÏiB ßxÎn/x‹ãƒ öNèduä!$oYö/r& ¾ÄÓ÷ÕtGó¡o„ur 
öNèduä!$|¡ÏR 4 ¼çm¯RÎ) šc%x. z`ÏB tûïωšøÿßJø9$# ÇÍÈ   ß‰ƒÌçRur 
br& £`ßJ¯R ’n?tã šúïÏ%©!$# (#qàÿÏèôÒçGó™$# †Îû ÇÚö‘F{$# 
öNßgn=yèøgwUur Zp£Jͬr& ãNßgn=yèôftRur šúüÏOÍ‘ºuqø9$# ÇÎÈ   z`Åj3yJç
Rur öNçlm; ’Îû ÇÚö‘F{$# y“̍çRur šcöqtãöÏù z`»yJ»ydur $yJèdyŠqãZã_ur 
  Nßg÷YÏB $¨B (#qçR$Ÿ2 šcrâ‘x‹øts† ÇÏÈ
ini adalah ayat-ayat kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah). Kami membacakan kepadamu
sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun de- ngan benar untuk orang-orang yang beriman.
Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan
penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak
laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya
Fir'aun Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. dan Kami hendak memberi karunia
kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka
pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).

Baru kemudian dirincikan kisahnya: keiahirannya, masa pertumbuhannya,


penyusuannya, besarnya, pembunuhan yang dilakukannya terhadap orang Mesir, dan
keluarnya dari Mesir. Seakan-akan pendahuluan yang mengungkapkan kesimpulan dari kisah
ini sebagai prolog yang menimbulkan keinginan untuk mengetahui alur kisah hingga
terwujud kesimpulan yang telah tertulis dan telah diketahui ini.
3.      Menyebutkan kisah langsung tanpa ada pendaghuluan juga tanpa sinopsis dan dalam ketiba-
tibaan ini juga memiiiki keistimewaan tersendiri. Seperti kisah Maryam saat melahirkan Nabi
Isa, kisah Sulaiman dengan semut, Hudhud, dan Ratu Bilqis.
4.      Terkadang kisah itu berubah seperti sandiwara. Dan terkadang disebutkan beberapa lafal
yang memberitahukan akan awal pemaparan, kemudian membiarkan kisah bercerita tentang
kisahnya dengan perantara para pemainnya.
Keistimewaan kedua adalah keanekaragaman dengan cara tiba-tiba. Terkadang
rahasia secara tiba-tiba disembunyikan dari pemain dan dari pemirsanya, hingga dibukakan
untuk mereka berdua dengan tiba-tiba secara bersamaan dan di waktu yang sama pula.
Seperti kisah Musa dan Hamba yang shaJeh dan alim di dalam surah al-Kahfi [18]: 60-82,
"Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada muridnya : "Aku tidak akan berhenti (berjalan)
sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau Aku akan berjalan sampai bertahun-
tahun". Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan
ikarmya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Maka tatkala mereka
berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari nakanan kita;
Sesungguhnya kita Telah merasa letih Karena perjalanan kita ini". Muridnya menjawab:
"Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung di batu tadi, Maka Sesungguhnya Aku
Iupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan Aku untuk mencerita-
kannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh
sekali". Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti
jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba
kami, yang Telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang Telah kami
ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa Berkata kepada Khidhr: "Bolehkah Aku
mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang
Telah diajarkan kepadamu?" Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan
sanggup sabar bersama Aku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu
belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" Musa berkata: "Insya Allah
kamu akan mendapati Aku sebagai orang yang sabar, dan Aku tidak akan menentangmu
dalam sesuatu urusanpun". Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganiah kamu
menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai Aku sendiri menerangkannya
kepadamu". Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr
melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu
menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu Telah berbuat sesuatu kesalahan
yang besar. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah Aku Telah berkata: "Sesungguhnya kamu
sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku". Musa berkata: "Janganiah kamu
menghukum Aku Karena keiupaanku dan janganiah kamu membebani Aku dengan sesuatu
kesulitan dalam urusanku". Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa
dengan seorang anak, Maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu
membunuh jiwa yang bersih, bukan Kaieaa dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu
Telah melakukan suatu yang mungkar". Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan
kepadamu, bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" Musa berkata:
"Jika Aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, Maka janganiah kamu
memperbolehkan Aku menyertaimu, Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur
padaku". Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu
negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak
mau menjamu mereka, Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah
yang hampir roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu
mau. niscaya kamu mengambil upah untuk itu". Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara
Aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang
kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
Terkadang rahasia dapat ditemukan oleh pemirsa dan para pemain dalam kisah
dibiarkan tidak tahu. Mereka bertingkah laku tanpa mereka ketahui apa rahasia dan semua
mansuai menyaksikan akan tingkah laku mereka tersebut. Hal ini terjadi kebanyakan dalam
adegan atau kisah pengejekan agar pemirsa ikut mengejek jugasejak awal kisah, di mana dia
dipeboiehkan mengejek sebab tingkah laku pada pemainnya sendiri. Seperti kisah pemilik
kebun dalam al-Qur'an surat al-Qalam ayat 17-20.
Sesungguhnya kami Telah mencobai mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana kami Telah
mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh
akanmemetik (hasil)nya di pagi hari. Dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin), Lalu
kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur. Maka
jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita. Lalu mereka panggil memanggil di
pagi hari: "Pergilah diwaktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya".
Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik.

Terkadang di suatu tempat, beberapa rahasia terbuka untuk pemirsa namun masih
menjadi misteri bagi pemainnya dan di tempat lain menjadi misteri bagi pemirsa juga bagi
pemainnya di dalam satu kisah. Contohnya adalah kisah singgasana Ratu Bilqis yang
didatangkan dalam sekejap mata.
Kadang pula tidak ada di sana rahasia yang tersembunyi, namun di waktu yang sama
kekagetan melanda pemirsa juga pemain, padahal di saat itu keduanya mengetahui akan
rahasianya. Seperti kekagetan-kekagetan kisah Maryam, ketika ia membuat tabir (dinding)
yang melindunginya. Di sana dia dikagetkan dengan munculnya Rûh al-Amîn (Jibril) dalam
bentuk seorang laki-laki.
Keistimewaan artistik ketiga adalah dalam penyampaian kisah, yaitu celah-celah
antara satu adegan dan adegan lain yang mengakibatkan terjadinya pembagian dan
pemotongan adegan-adegan, yang dalam kisah sandiwara modern dilakuikan dengan
penurunan tirai dalam film modern dilakukan dengan perpindahan episode. Yakni dengan
meninggalkan antara setiap dua adegan atau dua episode celah atau jeda yang bisa diisi
sengan khayalan dan dapat dinikmati dengan menebak apa yang akan terjadi, dalam waktu
antara adegan yang sudah lewat dan antara adegan yang akan dating itu.
Cara ini dapat ditelusuri dalam kisah al-Qur’an dan bisa juga anda telusuri dalam
kisah-kisah yang telah dipaparkan sebelumnya. Misalnya, kisah Yusuf sebagaimana berikut:
Jn=sù (#qÝ¡t«øŠtFó™$# çm÷YÏB (#qÝÁn=yz $wŠÅgwU ( tA$s% £$
öNèd玍Î7Ÿ2 öNs9r& (#þqßJn=÷ès? žcr& öNä.$t/r& ô‰s% x‹yzr& 
Nä3ø‹n=tæ $Z)ÏOöq¨B z`ÏiB «!$# `ÏBur ã@ö6s% $tB óOçFÛ§sù ’Îû 
y#ß™qム( ô`n=sù yytö/r& uÚö‘F{$# 4Ó®Lym tbsŒù'tƒ þ’Í< þ’Î1r& ÷rr& 
zNä3øts† ª!$# ’Í< ( uqèdur çŽöyz tûüÏJÅ3»ptø:$# ÇÑÉÈ   (#þqãèÅ_ö‘$# 
#’n<Î) öNä3‹Î/r& (#qä9qà)sù !$tR$t/r'¯»tƒ žcÎ) y7uZö/$# s-ty™ $tBur !$tRô
‰Íky žwÎ) $yJÎ/ $uZôJÎ=tæ $tBur $¨Zà2 É=ø‹tóù=Ï9 tûüÏàÏÿ»ym ÇÑÊÈ   È@t«
ó™ur sptƒös)ø9$# ÓÉL©9$# $¨Zà2 $pkŽÏù uŽÏèø9$#ur ûÓÉL©9$# $uZù
  =t6ø%r& $pkŽÏù ( $¯RÎ)ur šcqè%ω»|Ás9 ÇÑËÈ
 “Maka tatkala mereka berputus asa dari pada (putusan) Yusuf mereka menyendiri sambil
berunding dengan berbisik-bisik. berkatalah yang tertua diantara mereka: "Tidakkah kamu
ketahui bahwa Sesungguhnya ayahmu telah mengambil janji dari kamu dengan nama Allah
dan sebelum itu kamu telah menyia-nyiakan Yusuf. sebab itu aku tidak akan meninggalkan
negeri Mesir, sampai ayahku mengizinkan kepadaku (untuk kembali), atau Allah memberi
keputusan terhadapku. dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya". Kembalilah kepada
ayahmu dan Katakanlah: "Wahai ayah kami! Sesungguhnya anakmu telah mencuri, dan Kami
hanya menyaksikan apa yang Kami ketahui, dan sekali-kali Kami tidak dapat menjaga
(mengetahui) barang yang ghaib. Dan tanyalah (penduduk) negeri yang Kami berada disitu,
dan kafilah yang Kami datang bersamanya, dan Sesungguhnya Kami adalah orang-orang
yang benar".
Tirai diturunkan untuk kembali bertemu bersama mereka dalam adegan Iain, bukan di
Mesir dan bukan pula di jalan, tetapi di hadapan bapak mereka. Saat itu, mungkin mereka
telah menceritakan kepada bapaknya apa yang diminta oleh saudara mereka (Yusuf) tapi kita
tidak mendengar apa yang mereka katakan. Namun saat tirai diangkat kembali, kita dapati
bapaknya berkata kepada mereka,
"Ya'qub berkata: "Kanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu.
Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan
mereka semuanya kepadaku; Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana".

Ilustrasi dalam Kisah


Ilustrasi pada adegan-adegan kisah ada beberapa warna. Pertama tampak pada
penyajian dan menghidupkan cerita. Kedua, tampak pada pengimajinasian atau
pengilustrasian perasaan dan emosional. Ketiga, tampak pelukisan karakter. Ketiga warna ini
tidak terpisah satu sama lain, namun bisa salah satunya lebih tampak dan lebih jelas di suatu
adegan atau kisah melebihi dua warna lainnya.
Hakikatnya, sentuhan-sentuhan artistik ini semuanya bisa dilihat di adegan-adegan
dalam semua kisah. Contohnya kisah Ashabul Kahfi, adegan Ibrahim dan Ismail juga adegan
Nuh dan anaknya dalam kisah bencana topan. Semuanya adalah contoh-contoh kekuatan
penyajian dan menghidupkan cerita hingga pembaca mengira bahwa adegan itu ada di
hadapan. Dapat dia rasakan dan dapat dia lihat.

Menggambarkan Karakter dalam Kisah


Kisah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jiwa, maka seorang pendidik
selayaknya memperbanyak kisah-kisah yang bermanfaat. Dalam hal ini penulis
akanmenerangkan tujuan pengajaran kisah yang berada dalam kisah itu sendiri,khusunya
kisah-kisah Qur'ani. Menurut Abdurahman al-Nahlawi, bahwa tujuan pengajaran kisah yang
terpenting antara lain:
1)       Kisah-kisah Qur'ani disajikan untuk mengokohkan wahyu dan risalah Rasulullah. Artinya
Nabi Muhammad Saw tidak pernah belajar kepada pendeta Yahudi dan Nasrani ketika beliau
harus membacakan kisah-kisah tersebut kepada kaumnya.
2)       Kisah-kisah dalam al-Qur'an merupakan penjelasan bahwa seluruh agama yang dibawa para
nabi berasal dari Allah.
3)       Melalui kisah-kisah Qur'ani kita memperoleh kejelasan bahwa Allah adalah penolong para
rasul dan penoJong orang-orang beriman lainnnya serta mengasihi dan menyelamatkan
mereka dari berbagai bencana, mulai zaman nabi Adam a.s. hingga zaman Nabi Muhammad
Saw.
4)       Kisah-kisah Qur'ani mampu menghibur kaum mukminin yang sedang bingung, sedih atau
tertimpa musibah melalui penggambaran kokohnya keimanan Rasulullah Saw. dan
pengikutnya serta mampu memberikan sugesti besar kepada orang-orang yang cenderung
pada keimanan.
5)       Kisah-kisah dalam al-Qur'an pun mengingatkan manusia pada bahaya yang datang dari sepak
terjang setan melalui penonjolan permusuhan abadi anatara setan dengan manusia.
6)       Kisah-kisah al-Qur'an mampu memberikan penjelasan rinci tentang kekuasaan Allah dan
melalui itu kita dapat menyajikan penjelasan yang dapat mempengaruhi emosi kedahsyatan
dan ketakutan terhadap Allah, sehingga kekhusyukan, ketundukan, serta kepasrahan
terhadap-Nya dapat terbina.
Panduan materi berkisah yang dikemukakan penuiis antara lain mengenai; Kisah
(cerita) dalam pendidikan, daya tarik cerita (kisah), jenis-jenis kisah cerita), etika berkisah
(bercerita), bahasa dalam berkisah (bercerita), cara al-Qur'an berkisah (bercerita),
perencanaan berkisah (bercerita), media dan metode penyampaian kisah (cerita), panduan
pengajaran kisah (cerita), dan penanaman nilai moral dalam berkisah (bercerita). Untuk lebih
jelasnya akan diuraikan sebagai berikut.
a)      Kisah (cerita) dalam Pendidikan
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa cerita Islami dinamakan kisah. Oleh
Karena itu penuiis berpendapat bahwa pebedaan antara cerita dengan kisah secara umum
duihat dari sumbernya bahwa, cerita adalah bersumber dari seorang sastrawan (pengarang)
yang isinya hasil karangan namun tetap isinya mengandung pesan-pesan sesuai dengan tujuan
pengarangnya walaupun alur kisahnya hasil pemikiran manusia (pengarang), sedangkan kisah
adalah bersumber dari al-Qur'an ataupun Hadits yang isinya mengandung kebenaran mutlak
sehingga alur kisahnya pun benar-benar terjadi (nyata). Dalam pembahasan mengenai kisah
(cerita) ini rasanya antara kisah dan cerita adalah hal yang sama dalam bentuknya, yaitu
dengan melalui penceritaan (narasi) atau dengan menggunakan metode ceramah, atau melalui
metode lain.
Bercerita merupakan salah satu bentuk cara dalam pendidikan, dan cara yang paling
baik awal-awal kegiatan mendidik adalah dengan melalui cerita. Centa adalah salah satu
bentuk sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar oleh orang yang tidak mampu membaca.
Perhatikanlah ketika anak telah sedikitnya memahami dan imengenali lingkungannya, sebab
anak mulai dapat mendengarkan cerita (kisah) sejak ia dapat memahami dan mengenali apa
yang terjadi di sekelilingnya, dan mampu mengingat apa yang disampaikan orang kepadanya.
Oleh karena itu yang dilakukan orangtua dalam mendidik anak biasanya diawali dengan
bercerita yang sesederhana mungkin, sebab bercerita yang sederhana itu merupakan cara
yang paling mudah diserap anak untuk pengembangan imajinasinya, seperti cerita dunia
binatang, cerita seorang raja, dan lain-lain.
Seorang anak biasanya mulai bisa memahami cerita pada akhir usia tiga tahun. Pada
usia ini anak bisa mampu mendengarkan dengan baik dan cermat ceritapendek yang sesuai,
yang diceritakan kepadanya. Bahkan ia meminta cerita tambahan sebagai ungkapan
kepenasarannya atau keasikannya dalam mendengar-kan cerita.
Abdul Aziz Abdul Majid menyebutkan bahwa seni adalah sumber dari rasa keindahan
dan bagian dari pendidikan. Seni juga mempunyai pengaruh kepada jiwaorang dewasa
ataupun anak-anak, karena ia dapat mengasah rasa dan akal. la juga menyebutkan beberapa
hal pokok yang berkaitan dengan cerita yang tidak bisa dipisah-pisahkan, yaitu karangan,
pengarang, penceritaan, pencerita atau pendongeng, penyimakan, dan penyimak.
b)      Daya Tarik Cerita (Kisah)
Dunia anak adalah dunia yang kaya dengan fantasi penuh dengan berbagai khayalan-
khayalan. Tidaklah mengherankan apabila anak-anak sangat menggemari segala bacaan atau
tontonan yang dapat membangkitkan gaya imajinasinya. Hal ini juga dapat kita perhatikan
pada usia anak-anak sampai orang dewasabanyak mendatangi tempat-tempat hiburan dan
media-media lainnya, seperti nonton film cerita anak, membaca buku-buku komik, dan lain-
lain. Ini menandakan bahwa mereka masih butuh untuk mengembangkan imajinasinya,
terkadang usia laja yang masih senang melakukan hal-hal yang dilakukan anak kecil,
sehingga disebut "'masa kecil yang kurang bahagia", sebab memang anak kecillah yang suka
imajinasi yang tinggi, dan sudah menginjak usia dewasa sudah bukan saatnya lagi, malahan
melangkah pada tataran imajinasi yang dapat dirasionalkan. Cerita memang memiliki daya
tarik tersendiri, baik dikalangan anak-anak ataupun dewasa bahkan orangtua punmasih
tertarik dengan berbagai cerita-cerita. Namun perbedaan antara anak kecil dengan orang
dewasa dan orangtua terletak pada bobot ceritanya, seperti halnya anak suka sekali dengan
cerita yang berimajinasi tinggi,-sedangkan orang dewasa dan orangtua lebih kepada imajinasi
yang rasional.

c)      Jenis-jenis Kisah (cerita)


Menurut Manna' Khalil al-Qathan bahwa kisah-kisah dalam al-Quran terbagi menjadi
tiga macam, yaitu:
1)      Qishash al-anbiya' (kisah-kisah para nabi). yang tersebar banyak dalam al-Qur'an, seperti
kisah Nabi Adam, Nuh, Hud, Isa (alahim al-salam)  dan lainnya.Pengulangan kisah dalam al-
Qur'an sering terjadi Nabi Adam, Nuh, dan Musa (alaihim at-salam), disamping itu kisah
yang diceritakan terkadang jarang bahkan hanya sekali seperti kisah Nabi Yusuf as. Kisah
tersebut menerangkan tentang dakwah dan mu'jizat para nabi dan rasul, serta sikap-sikap
umatnya baik yang beriman maupun inkar, serta akibat-akibat yang mereka terima berupa
pahala dan adzab.
2)      Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan
orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya. Kisah ini ada hubungan dengan kisah-kisah
para nabi, seperti kisah Maryam dengan Nabi Isa as., kisah Thalut dan Jalut dengan Nabi
dawud, dan kisah Qarun dengan Nabi Musa a.s.kisah-kisah lainnya seperti Ashhab al-Kahfi,
Ashhab al-Ukhdud, serta Dzul Qarnain dan lainnya.
3)      Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pa Rasulullah S.a.w.,
seperti perang Badar, Uhud, Hunain, tabuk, serta peristiwa Hijrah, peristiwa Isra' dan lainnya.
d)     Etika Berkisah (Bercerita)
Etika dalam berkisah menyangkut beberapa prinsip praktis, yaitu:
1)      Prinsip pentahapan. Hal ini sejalan pada tahap-tahap perkembangan kepribadian para nabi
pada masa bayi, anak-anak, remaja, serta dewasa, terutama menyangkut faktor tugas
perkembangan. Misalnya apabila yang ingin diubah itu adalah prilaku remaja agar sesuai
dengan tuntutan nilai standar al-Qur'an, pilihlah beberapa episode kisah nabi dalam usia
remaja pula, misalkan sikap kritis seorang remaja versi Nabi Ibrahim a.s. atau cara
mengendalikan nafsu biologis versi Nabi Yusuf.
2)      Prinsip pengalaman. Yang merupakan prinsip umpan balik adanya dialog dan penghayatan
menuju perubahan prilaku secara nyata. Secara umum, sebagai seorang anak, sang nabi pun
mengalami kondisi psikologi yang sama seperti halnya anak anak disekitar kita.
3)      Prinsip penentuan sikap praktis. Tujuan utama pendidikan berkisah adalah agarprilaku anak-
anak selaras dengan figur para nabi dalam tahap-tahap perkembangan individualnya. Dalam
berkisah pendidik dituntut menentukan dan menunjukan sikap-sikap praktis apa yang harus
diteladani.
4)      Prinsip pelatihan. Sikap dan prilaku praktis anak setelah mengikuti aktivitas berkisah harus
terus dipelihara. Hal ini dapat diupayakan dengan menjalankan prinsip pelatihan pada anak,
diantaranya, mengisahkan kembali kisah tersebut, mengisahkan kembali dengan sudut
pandang lain, membacakan kisah yang berbentuk prosa liris ataupun puitis, melatih
mengucapkan teks dialog, memerankan tokoh dalam kisah, pementasan kisah nabi.

e)      Bahasa dalam Berkisah (Bercerita)


Bahasa yang digunakan dalam berkisah harus sesederhana mungkin, yang sekiranya anak
didik itu paham akan bahasa yang dipakai. Atau bisa saja  menggunakan bahasa yang
sedikitnya agak tinggi sekedar memberikan kosa kata baru pada anak, tetapi perlu sekali
penerangan arti bahasa yang dipakai, sehingga anak itu merasa paham akan maksud ucapan
gurunya dalam berkisah. Sebaliknya  bahasa yang tinggi yang diterapkan pada anak tanpa
penerangan akan artinya atau  maksudnya, akan membuat anak kabur dalam memahami
kisah. Oleh karena itu pandai-pandailah pendidik (guru) dalam berkisah
dengan menggunakan bahasa yang sederhana ditambah lagi bahasanya yang indah maka akan
lebih mudah diserap olehanak didiknya.

f)       Cara al-Qur'an Berkisah (Bercerita)


Al-Qur'an banyak mengandung berbagai ayat kisah, tetapi ingat al-Qur'an bukanlah buku
kisah. Apabila ingin meagetahui nama-nama nabi mulai dari awal sampai akhir, maka harus
menelaah dengan anak, maksudnya bahwa al-Qur'an itu memberi peluang kepada
pembacanya untuk memilih episode kisah tentang apa yang ingi'n diketahuiuya, dan yang
dipetik dalam al-Qur'an bukanlah ketuntasan alur kisahnya, tetapi pesan-pesan moral mana
yang relevan dengan kondisi psikologis sang pembaca itu.
g)      Perencanaan Bercerita (Berkisah)
Melakukan pengajaran bercerita atau kisah, meliputi tiga langkah, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi terhadap progaram pengajaran tersebut. Dalam berkisah pun
seorang pendidik harus mengikuti ketiga Iangkah tersebut.
Pendidik dalam melakukan perencanaan pengajaran dalam berkisah tentunya harus
melakukan perencanaan yang matang sebab akan menentukan langkah pelaksanaan dan
evaluasi. Oleh karena itu dibuatlah sebuah satuan pelajaran (Satpel) untuk merencanakan
pelaksanaan dan evaluasi, yang mana dalam hal ini pendidik (guru) mempunyai
kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perubahan dalampelaksanaannya, akan tetapi
jika program pengajarannya itu terdapat dalam pengajaran dengan kaset video/audio/
komputer serta pelajaran berprogram, maka dalam hal ini apa yang dilakukan pendidik (guru)
harus sesuai dengan apa yang telafa direncanakan.
Menurut Nunu Achdiyat bahwa agar ektifitas berkisah memiliki nilai edukatif sebagai
persiapan dengan beberapa langkah, yaitu:
1)      Menentukan tujuan dan fokus pengisahan, apakah dengan pribadinya. Misalnya, Ibrahim
sebagai ayah. Adapun tujuannya menentukan kira-kira prilaku apa yang diharapkan terjadi
pada diri anak sesudah mengikuti kisah tersebut.
2)      Menentukan episode mana dari kisah nabi yang akan anda misahkan. Misalnya untuk
konsumsi anak-anak, episode nabi kala nak-anak lebih menarik dan mudah dicerna oleh
mereka. Demikian seterusnya.
3)      Jika memungkinkan, persiapkan alat bantu berkisah. Misalnya dalam bentuk buku,gambar,
foto, slide, video, atau boneka-boneka untuk menarik minat anakmenyimak kisah anda.
4)      Pada peserta yang telah berusia remaja dan dewasa, metode berkish ini tidak perlu
sepenuhnya digunakan, cukup sebagai ilustrasi. Selebihnya, ajaklahmelakukan dialog tanya
jawab yang bersifat reflektif (Nunu Ahdiyat, 10 dan R. Ibrahim dan Nana Saodih, 55).

Media dan Metode dalam Berkisah (Bercerita)


Media menurut T. Handayu yaitu perantara yang diperlukan dalam suatu aktifitas
tertentu, agar berjalan dengan efektif dan efesien. Sedangkan media pengajaran menurut
Muhammad Ali merupakan bagian integral dalam system pengajaran. Penggunaan media
juga harus didasarkan kepada pemilihan yang tepat, sehingga dapat memperbesar arti dan
fungsi dalam menunjang efektifitas dan efesiensi proses belajar mengajar.
Menurut Gegne dan Briggs yang dikutip Muhammad Ali menekankan pentingnya
media sebagai alat untuk merangsang proses belajar. Biasanya dalam melakukan pengajaran
kisah, media yang digunakan itu antara lain buku/majalah, radio/tape, VCD player,
Komputer, dan Iain-lain yang sifatnya visual, audio, atau audio-visual. Kesemuanya ini
merupakan sarana untuk penyampaian kisah.
Setelah adanya media, maka langkah selanjutnya yaitu metode (cara) untuk
menyampaikan kisah. T. Handayu menyebutkan dua cara dalam penyampaian kisah, yaitu
bercerita secara langsung diluar kepala, dan membacakan buku cerita kepada anak. Dari dua
cara tadi merupakan aktivitas yang mempergunakan kata-kata dalam berkisah yang dapat
didengarkan dan disaksikan oleh anak didik dalam proses berkisah.

Panduan Pengajaran Kisah (Cerita)


Melakukan pengajaran kisah berarti anda sedang melakukan proses berkisah, berarti
pula tengah berkisah untuk melakukan tujuan-tujuan tertentu yang digali dari bahan-bahan
dan materi yang dikisahkan. Dalam hal ini seorang guru telah melakukan perencanaan yang
matang untuk berkisah, tentunya mempunyai :ujuan-tujuan tertentu setelah selesai proses
belajar mengajar. Tujuan umum dalam berkisah pada semua lingkatan dengan perbedaan
keluasan dan kedalaman mengacu pada aspek-aspek: keimanan, kecintaan, kebiasaan, dan
hapalan. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam berkisah yaitu sebagaimana yang
diamanatkan oleh al-Qur'an yang diarahkan kepada proses pembelajaran reflektif yang
menekankan fungsi akal dan intelektual.

Penanaman Nilai Moral dalam Berkisah (Bercerita)


Seorang pendidik (guru) setelah berkisah di depan anak didiknya tentunya
mempunyai sasaran-sasaran tertentu, dalam hal ini sasaran-sasaran yang dilakukan seorang
pendidik itu berbeda-beda tergantung tingkatan usia anak didiknya. Sepert1 sasaran pada anak
seusia SD berbeda dengan sasaran anak seusia SMP, hingga seterusnya sampai ketingakatan
usia selanjutnya. Secara umum sasaran moral sebagi tujuan akhir dari tingkatan-tingkatan
mulai dan" anak-anak hingga dewasa dalam pengajaran kisah adalah agar mereka menjadi
pelaku sejarah yang sadar sebagai penerus risalah para nabi tersebut untuk diikuti jejaknya,
khususnya risalah Nabi Muhammad Saw.
Sasaran moral pada anak tingkat dasar lebih ditekankan pada aspek kognitifnya,
seperti menghapal para nabi, mengenal jalannya cerita para nabi dan keluarganya, serta dapat
menyebutkan beberapa rujukan ayat-ayat al-Qur'an yang berkenaan dengan kisah para nabi
tersebut. Sehingga anak itu mampu menghayati kepribadian para nabi sebagai pemimpin
keluarga dan diharapkan mereka akan belajar berakhalakul karimah terhadap keluarganya,
yang selanjutnya mengamalkan prilaku para nabi dalam praktek kesehariannya. Kemudian
sasaran moral pada tingkat anjutan yaitu pemahaman kognitif yang diisyaratkan adalah
pengenalannya terhadap segi-segi keberhasilan nabi dalam masyarakat, aspek-aspek yang
berkenaan dengan pembangunan masyarakat. Selanjutnya sasaran moral pada anak tingkat
pengemba--gan yaitu anak diharapkan sudah mampu memahami 'ibroh dan hikmah dalam
kisahpara nabi tersebut. Sehingga yang ditekankan itu selain kognitif, juga reflektif dan
filosofis atau peran sejarah nabi yang merupakan persyaratan mutlak.
Pendekatan Pengajaran Kisah (cerita)
Nunu Achdiyat menyebuikan bahwa ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam
berkisah, yaitu:
a.       Studi al-Qur'an
Studi al-Qur'an meliputi bacaan (qira 'ah), hafalan (hqfizh), tulisan (khot),  dan
pemahaman (tafsir). Berita mengenai kisah para nabi dan rasul dalam ayat-ayat al-Qur'an
tersebut dapat diajarkan sebagai materi bacaan dan hapalan pada tingkat dasar, dan sebagai
materi kajian pemahaman pada tingkat selanjutnya.
b.      Studi sejarah
Banyak sekali peristiwa sejarah yang terdapat dalam al-Qur'an. Mengenai pengajaran
kisah para nabi dan rasul dalam studi sejarah menyangkut pengetahuan tentang asal-usul dan
sebab musabab binasanya, ataupun sejahteranya suatu kaum, terutama yang diakibatkan oleh
kemorosotan moral ataupun penyimpangan dan penentang akan hukum-hukum Allah.
c.       Apresiasi sastra
Sastra merupakan bagian dari karya seni, yang mana di dalamnya mengandung keindahan-
keindahan gaya bahasa yang dipakai seorang sastrawan. Dalam pengajaran kisah sebagai
studi dan apresiasi sastra menyangkut keterlibatan emosi dan kognitif ialam pengalaman
keagamaan seorang anak secara utuh, yang diintegrasikan untuk dinikmati, dihayati dan
diterapkannya, bukan sekedar untuk dikhotbahkan belaka.

Anda mungkin juga menyukai