Anda di halaman 1dari 2

ADA APA DENGAN SISTEM PENDIDIKAN MUKIM DI ASRAMA

Peradaban dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bagaimana tidak, suatu negara yang
mampu “menguasai dunia” adalah negara yang memiliki tingkat pendidikan, pengetahuan dan peradaban yang tinggi.
Salah satunya adanya Boarding School, merupakan alternatif transformasi dari konsep “Pondok Pesantren” pada
Lembaga Pendidikan Islam yang sudah sedari lama ada di Indonesia.
Didunia Pendidikan Agama Islam sudah tak asing lagi dengan adanya sarana Pondok Pesantren dan Islamic
Boarding School, tetapi tahukah kalian bahwa?
Pondok Pesantren tumbuh dan berkembang dengan sendirinya dalam masyarakat karena berhadapan dengan
implikasi politis dan kultural yang menggambarkan sikap ulama-ulama Islam sepanjang sejarah. Tokoh-tokohnya
antara lain K.H. Hasyim Asyari, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Zaenal Mustofa.
Keberhasilan suatu lembaga itu memiliki beberapa faktor pendukung untuk menjalankan kegiatan atau
aktivitas pembelajaran salah satunya adalah faktor manajemen yang dijalani oleh suatu lembaga/institusi tersebut
(Kurniadi Machali : 2012).
Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, kerja sama, persaudaraan, persamaan, rasa percaya
diri dan keberanian.
Persebaran pondok pesantren di Indonesia kini sudah mencapai 26.975 per januari 2022 (kemenag : 2022).
Tetapi kebanyakan lembaga pendidikan Islam, terutama pesantren tradisional masih dikelola berdasarkan tradisi
(kebiasaan), bukan profesionalisme berdasarkan keahlian (skill), baik human skill, conceptual skill,
maupun technical skill secara terpadu. Hal tersebut menyebabkan planning yang kurang matang.
Cara mengatasi kekhawatiran serta problematika tersebut, diperlukan pembaharuan dan pengembangan
paradigma pada pengelolaan manajemen Lembaga Pendidikan Islam, diantaranya adalah dengan sistem Pendidikan
Unggulan yang Berasrama (Boarding School).
Boarding school adalah sistem sekolah dengan asrama yang memodifikasi sekolah formal dimana peserta
didik, guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu
tertentu biasanya satu semester diselingi dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan sekolahnya (Arsy Karima
Zahra : 2008).
Pada dasarnya, sistem pendidikan boarding school ini merupakan perpaduan antara sistem pendidikan sekolah
umum dengan sistem pendidikan pondok pesantren tetapi Pelaksanaan pembelajaran pada boarding
school menggunakan kurikulum terpadu yakni kurikulum dari Kementeian Pendidikan dengan
kurikulum Kementerian Agama, atau kurikulum dari lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Jika ditinjau dalam bahasa inggris, kata “pesantren” atau “pondok pesantren”, juga berarti “boarding school”.
Adapun persamaannya pesantren dan boarding school merupakan sebuah lembaga pendidikan yang memberikan
fasilitas asrama untuk para siswa / santrinya dari berbagai daerah.
Tetapi jika ditinjau dari segi perbedaan terdapat beberapa perbedaan mendasar antara Pondok Pesantren dan
Boarding School berikut ini misalnya:
1. Pembangunan dan biaya
Pesantren dibangun dengan modal dan pembangunannya dilakukan bertahap.
Boarding school modalnya sudah diagendakan secara khusus sehingga pembangunannya dilakukan
sekaligus.
2. Pendiri
Pesantren dilakukan perorangan.
Boarding school dilakukan oleh suatu organisasi atau Lembaga.
3. Biaya pendidikan
Pesantren menerapkan biaya pendidikan atau SPP yang terjangkau.
Boarding school menerapkan biaya pendidikan atau SPP yang tergolong tinggi.
4. Kurikulum Pendidikan
Pesantren materi pendidikannya sangat menitikberatkan pada pendidikan agama.
Boarding school lebih menitikberatkan pada kurikulum pendidikan formal.
5. Pengajar/guru
Pesantren merupakan kyai dan ustad yang memiliki pemahaman tinggi terhadap agama.
Boarding School dibedakan sesuai dengan kualifikasi materi pendidikan yang akan diberikan.
Dari karakteristik pondok pesantren dan boarding school ini ternyata mempunyai kelemahan, salah satunya
siswa/santrinya sering merasa kebosanan karena banyaknya kegiatan.
Agar siswa tidak mudah jenuh maka diperlukan manajemen sekolah yang mumpuni sehingga lembaga harus
jeli dalam melakukan improvisasi pengelolaan. Keahlian dalam merancang jadwal dan kegiatan siswa/santri menjadi
sebuah keharusan agar kebosanan itu tidak akan dirasakan.
Ibarat destinasi wisata, pondok pesantren dan boarding school adalah sebuah wisata minat khusus yang
membutuhkan keberanian khusus bagi peminatnya. Dengan begitu sangat sulit system lembaga seperti ini diterapkan
di setiap peminatnyaa karena berbagai latar belakang dan kendala yang ada.

Anda mungkin juga menyukai