Anda di halaman 1dari 11

KOLABORASI PENDIDIKAN FORMAL DAN

BOARDING SCHOOL
Oleh
Lailatul Faizah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesungguhnya term Boarding School bukan sesuatu yang baru dalam konteks pendidikan
di Indonesia. Karena sudah sejak lama lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia menghadirkan
konsep pendidikan Boarding School yang diberi nama Pondok Pesantren. Pondok Pesantren
ini adalah cikal bakal Boarding School di Indonesia. Dalam lembaga ini diajarkan secara intensif
ilmu-ilmu keagamaan dengan tingkat tertentu sehingga produknya bisa menjadi Kiyai atau
Ustadz yang nantinya akan bergerak dalam bidang dakwah keagamaan dalam masyarakat. Di
Indonesia terdapat ribuan pondok pesantren dari yang tradisional sampai yang memberikan nama
pondok pesantren modern.
Ketika dipertengahan tahun 1990 an masyarakat Indonesia mulai gelisah dengan kondisi
kualitas generasi bangsa yang cenderung terdikotomi secara ekstrimyang pesantren terlalu
keagamaan dan yang sekolah umum terlalu keduniawiaanada upaya untuk mengawinkan
pendidikan umum dan pesantren dengan melahirkan term baru yang disebut Boarding
School yang bertujuan untuk melaksanakan pendidikan yang lebih komprehensif-holistik, ilmu
dunia (umum) dapat capai dan ilmu agama juga dikuasai. Maka sejak itu mulai muncul
banyak Boarding School yang didirikan.
Dari banyak Boarding School di Indonesia, terdapat 3 corak yaitu bercorak agama,
nasionalis-religius, dan ada yang nasionalis. Untuk yang bercorak agama terbagi dalam banyak
corak. Ada yang fundamentalis, moderat sampai yang agak liberal. Hal ini merupakan
representasi dari corak keberagamaan di Indonesia yang umumnya mengambil tiga bentuk
tersebut. Kemudian yang nasionalis bercorak militer, karena ingin memindahkan pola pendidikan
kedisiplinan di militer kedalam pendidikan diBoarding School. Sedangkan corak nasionalisreligius mengambil posisi pada pendidikan semi militer yang dipadu dengan nuansa agama
dalam pembinaannya di sekolah.
Kehadiran Boarding School telah memberikan alternative pendidikan bagi para orang tua
yang ingin menyekolahkan anaknya. Seiring dengan pesatnya modernitas, dimana orang tua
tidak hanya Suami yang bekerja tapi juga istri bekerja, sehingga anak tidak lagi terkontrol
dengan baik. Maka, Boarding School adalah tempat terbaik untuk menitipkan anak-anak mereka
baik makananya, kesehatannya, keamanannya, sosialnya, dan yang paling penting adalah
pendidikanya yang sempurna. Selain itu, polusi social yang sekarang ini melanda lingkungan
kehidupan masyarakat seperti pergaulan bebas, narkoba, tauran pelajar, pengaruh media, dll ikut
mendorong banyak orang tua untuk menyekolahkan anaknya di Boarding School. Namun juga
tidak dipungkiri kalau ada factor-faktor yang negative kenapa orang tua memilih Boarding

School yaitu keluarga yang tidak harmonis, suami menikah lagi, dan yang ekstrim karena sudah
tidak mau mendidik anaknya dirumah.[1]
B.
1.
2.
3.

Rumusan Masalah
Apa Pengertian Boarding School?
Apa Saja Jenis-jenis Boarding School?
Bagaimana penerapan Boarding School?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Boarding School.
Ada dua fenomena menarik dalam dunia pendidikan di Indonesia yakni munculnya
sekolah-sekolah terpadu (mulai tingkat dasar hingga menengah), dan penyelenggaraan sekolah
bermutu yang sering disebut dengan Boarding School. Nama lain dari Boarding School adalah
sekolah berasrama.
Sesungguhnya term Boarding School bukan sesuatu yang baru dalam konteks pendidikan
di Indonesia. Karena sejak lama lembaga pendidikan di Indonesia menghadirkan konsep
pendidikan Boarding School yang di beri nama pondok pesantren. Pondok pesantren ini adalah
awal mula dari adanya Boarding School di Indonesia.
Ada beberapa definisi tentang boarding school diantaranya adalah sebagai berikut:
Pendidikan Pondok pesantren atau Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) adalah
sebutan bagi sebuah Lembaga yang didalamnya terjadi kegiatan pendidikan yang melibatkan
peserta didik dan para pendidiknya bisa berinteraksi dalam waktu 24 jam setiap harinya.
Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) lebih dikenal di indonesia dengan nama pondok
pesantren.
Adapun secara umum, arti dari Pendidikan kepesantrenan (Boarding School)
sebagaimana tertulis dari Word net bag.30[2] adalah a private school where students are lodged
and fed as well as taught, artinya adalah: sebuah sekolah swasta dimana siswa diasramakan, di
beri makan serta diberi pelajaran.
Menurut Oxford dictionary [3] Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) is school
where some or all pupil live during the term. Artinya adalah: Pesantren adalah lembaga
pendidikan yang mana sebagaian atau seluruh siswa nya belajar dan tinggal bersama selama
kegiatan pemebelajaran).
Selain itu Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) juga didefinisikan:is a school
where some or all pupils study and live during the school year with their fellow students and
possibly teachers and/or administrators. The word 'boarding' is used in the sense of "bed and
board," i.e., lodging and meals. Some Boarding Schools also have day students who attend the
institution by day and return off-campus to their families in the evenings.[4]
Artinya adalah: Sebuah pesantren adalah sekolah di mana beberapa atau semua muridnya
belajar dan hidup selama tahun ajaran dengan sesama siswa, guru, dan administrator. Kata

'Asrama' ini diartikan sebagai "tempat tidur dan papan," yaitu, penginapan dan makanan.
Beberapa sekolah asrama juga memiliki siswa harian, artinya menghadiri lembaga siang hari dan
kembali kepada keluarga mereka di malam hari.
B. Jenis-jenis Boarding School[5]
a) Menurut Sistem Bermukim Siswa
No
Tipe Boarding
Keterangan
School
1
All Boarding School
Seluruh siswa tinggal di asrama kampus atau
sekolah.
2
Boarding day School
Mayoritas siswa tinggal di sekolah dan
sebagian lagi dilingkungan sekitar kampus atau
sekolah.
3
Day boarding
Mayoritas tidak tinggal di kampus meskipun
ada sebagian yang tetap tinggal di kampus atau
sekolah.
b) Menurut Jenis Siswa
No
Tipe Boarding School
1
Junior Boarding School
2
3
4
5
6
7

Keterangan
Sekolah yang menerima murid dari tingkat SD
s/d SMP, namun biasanya hanya SMP saja.
Co-educational School
Sekolah yang menerima siswa laki-laki dan
perempuan.
Boys School
Sekolah yang menerima siswa laki-laki saja.
Girl School
Sekolah yang menerima siswa perempuan saja.
Pre-professional
arts Sekolah khusus untuk seniman.
School
Religius School
Sekolah yang kurikulumnya mengacu pada
agama tertentu.
Special needs Boarding Sekolah untuk anak-anak yang bermasalah
School
dengan sekolah biasa.

c) Menurut Sistem Sekolah


No
Tipe Boarding School
1 Military School
2

Five day Boarding School

Keterangan
Sekolah yang mengikuti aturan militer dan
biasanya menggunakan seragam khusus.
Sekolah dimana siswa dapat memilih untuk
tinggal di asrama dan atau pulang di akhir
pekan.

C. Perbedaan Sekolah Umum dan Sekolah Berasrama.


No Kriteria
General School
Boarding School

Fasilitas

Fasilitas
standar Dilengkapi fasilitas hunian dan
sekolah umum
berbagai
fasilitas
pendukung
(sarana ibadah dan rekreasi).

Kegiatan
Harian

Jadwal
kegiatan Jadwal kegiatan harian teratur.
terbatas pada KBM.

Sistem
Pendidikan

Pengajaran formal Pengajaran formal, ekstrakurikuler,


di
kelas
dan pendidikan khusus atau informal
kegiatan
(keagamaan, kedisiplinan).
ekstrakurikuler.

Aktivitas

Siswa belajar dan tinggal di


sekolah, kehidupan siswa ada di
sekolah.

Kurikulum

Siswa
dating
(sekolah)
untuk
belajar
kemudian
pulang.
Kurikulum standar
Nasional.

Karakter
Arsitektur

Pemanfaatan
Waktu

Proses
Pendidikan

Perhatian lebih optimum, karena


waktu interaksi yang dimiliki lebih
banyak, perbandingan siswa dan
guru lebih kecil.

Jumlah siswa

Perhatian guru tidak


optimum,
karena
keterbatasan waktu
dan perbandingan
jumlah siswa dan
guru yang relatif
besar.
40-45 orang.

10

Konsep

11

Nuansareligiou
s

Kurikulum
standar
Nasional,
kurikulum Departemen Agama, dan
kurikulum tambahan khasBoarding
School.
Terdiri dari satu Banyak masa yang menyebar
atau beberapa masa dengan masa hunian umumnya
yang kompak.
mengelilingi masa hunian.
Waktu
sangat Tidak terbatas pada jam belajar,
terbatas pada KBM. juga di jam pelajaran.

Minimal 18 orang, maksimal 30


orang.
Sekuler
Islam Integrated (hal ini berdasar
(memisahkan
konsep ajaran agama islam yang
agama dan ilmu meliputi bidang sosial, budaya,
pengtahuan,
dan politik, science).
penerapan
dalam
kehidupan seharihari).
Hampir
tampak.

tidak Sangat kental, terlihat dari segi


berpakaian dan kebiasaan yang
diterapkan di sekolah (seperti puasa
sunnah, shalat berjamaah, tutur

kata, attitude).
satu Putra/putri masing-masing dalam
kelas terpisah, untuk meminimalisir
ikhtilath (campur baur laki-laki dan
perempuan),
sesuai yang dianjurkan ajaran
Islam.

12

Pembagian
kelas

Putra/putri
kelas

13

Fungsi masjid

Hanya untuk shalat


dan
acara
keagamaan
pada
hari-hari besar.

Aktif untuk shalat berjamah setiap


hari, sebagai tempat belajar dan
diskusi,
seperti
tahfiz,
dan
mentoring, serta sangat aktif untuk
acara keagamaan.

D. Perbedaan Secara Arsitektural


No
Kriteria
General School
Boarding School
1.
Kurikulum Tidak
membutuhkan Membutuhkan ruang belajar
ruang belajar khusus
khusus untuk tahfiz dan tarikh
Islam.
2.
Jumlah
Ruang kelas berukuran Ruang kelas 72 m2 (kapasitas
anak didik
minimum
90
m2 30 orang) dan ruang kelas 30
(kapasitas 45 orang).
m2 (kapasitas 18 orang).
3.
Konsep
Bebas
Lingkungan sekolah Islami
(membang-kitkan penghayatan
terhadap nilai-nilai Islam),
bangunan
sebagai
sarana
pembe-lajaran Islam.
4.

Nuansa
religious

Arsitektur tidak harus Arsitektur sangat mendukung


mendukung terjadinya (mende-katkan manusia, alam
pengalaman spiritual.
dan Tuhan YME), menggunakan
keteraturan pola (order) dan
beradaptasi dengan alam untuk
kete-nangan, menghubungkan
ruang dalam dan ruang luar.

5.

Pembagian
kelas

6.

Fungsi
masjid

Jumlah ruang kelas


berdasarkan
jumlah
murid
secara
keseluruhan
Peletakan masjid tidak
menjadi
fokus
perancangan.

E. Keunggulan Boarding School

Jumlah ruang kelas berdasarkan


jumlah seluruh siswa putra dan
putri.
Masjid aktif (material easymaintenance), menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari
kegiatan komunitas sekolah.

Banyak keunggulan yang terdapat dalam sistem pemondokan atau boarding school ini.
Dengan sistem mesantren atau mondok, seorang siswa atau santri tidak hanya belajar secara
kognitif, melainkan juga afektif dan psikomotor. Belajar afektif adalah mengisi otak siswa atau
santri dengan berbagai macam ilmu pengetahuan, dengan cara melatih kecerdasan anak.
Sementara menghadapi era modernisme seperti sekarang ini, otak siswa tidak lagi cukup dengan
dipenuhi ilmu pengetahuan, melainkan perlu keterampilan dan kecerdasan merasa dan berhati
nurani. Sebab, pada kenyataannya, dalam menghadapi kehidupan, manusia menyelesaikan
masalah tidak cukup dengan kecerdasan intelektual, melainkan perlu kecerdasan emosional (EQ)
dan kecerdasan spiritual (SQ). Mengajarkan kecerdasan emosional dan spiritual tidak cukup
dilakukan secara kognitif, sebagaimana mengajarkan kecerdasan intelektual. Dalam hal ini
diperlukan proses internalisasi dari berbagai pengertian yang ada dalam rasio ke dalam hati
sanubari.
Salah satu cara terbaik mengajarkan dunia afektif adalah pemberian teladan dan contoh
dari para pemimpin dan orang-orang yang berpengaruh di sekitar anak. Dengan mengasramakan
anak didik sepanjang 24 jam, anak didik tidak hanya mendapatkan pelajaran secara kognitif,
melainkan dapat menyaksikan langsung bagaimana perilaku ustadz, guru, dan orang-orang yang
mengajarkan mereka. Para siswa bisa menyaksikan langsung, bahkan mengikuti imam,
bagaimana cara salat yang khusuk, misalnya. Ini sangat berbeda dengan pelajaran salat,
misalnya, yang tanpa disertai contoh dan pengalaman makmum kepada imam yang salatnya
khusuk.
Di samping itu, dengan sistem boarding school, para pimpinan pesantren dapat melatih
psikomotorik anak lebih optimal. Dengan otoritas dan wibawa yang dimiliki, para guru mampu
mengoptimalkan psikomotorik siswa, baik sekadar mempraktikkan berbagai mata pelajaran
dalam bentuk gerakan-gerakan motorik kasar maupun motorik lembut, maupun berbagai gerakan
demi kesehatan jiwa dan psikis anak.
Karena sistem boarding school mampu mengoptimalkan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor siswa, maka sistem mesantren ini memiliki prasyarat agar para guru dan pengelola
sekolah siap mewakafkan dirinya selama 24 jam. Selama siang dan malam ini, mereka
melakukan proses pendidikan, baik ilmu pengetahuan, maupun memberikan contoh bagaimana
mengamalkan berbagai ilmu yang diajarkan tersebut.
Kelebihan-kelebihan lain dari sistem ini adalah sistem boarding lebih menekankan
pendidikan kemandirian. Berusaha menghindari dikotomi keilmuan (ilmu agama dan ilmu
umum). Dengan pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum diharapkan
akan membentuk kepribadian yang utuh setiap siswanya. Pelayanan pendidikan dan bimbingan
dengan sistem boarding school yang diupayakan selama 24 jam, akan diperoleh penjadwalan
pembelajaran yang lebih leluasa dan menyeluruh, segala aktifitas siswa akan senantiasa
terbimbing, kedekatan antara guru dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan selalu
diketahui dan segera terselesaikan, prinsip keteladanan guru akan senantiasa diterapkan karena
murid mengetahui setiap aktifitas guru selama 24 jam. Pembinaan mental siswa secara khusus
mudah dilaksanakan, ucapan, perilaku dan sikap siswa akan senantiasa terpantau, tradisi positif
para siswa dapat terseleksi secara wajar, terciptanya nilai-nilai kebersamaan dalam komunitas
siswa, komitmen komunitas siswa terhadap tradisi yang positif dapat tumbuh secara leluasa, para

siswa dan guru-gurunya dapat saling berwasiat mengenai kesabaran, kebenaran, kasih sayang,
dan penanaman nilai-nilai kejujuran, toleransi, tanggungjawab, kepatuhan dan kemandirian dapat
terus-menerus diamati dan dipantau oleh para guru / pembimbing.[6]
Selain itu, ada juga beberapa keunggulan Boarding School jika dibandingkan dengan
sekolah regular, yaitu:
Program Pendidikan Paripurna
Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan akademis sehingga
banyak aspek kehidupan anak yang tidak tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu
yang ada dalam pengelolaan program pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah
berasrama dapat merancang program pendidikan yang komprehensif-holistic dari program
pendidikan keagamaan, academic development, life skill (soft skill dan hard skill) sampai
membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran teoritis, tapi
juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup.
Fasilitas Lengkap
Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap; mulai dari fasilitas sekolah yaitu kelas
belajar yang baik (AC, 24 siswa, smart board, mini library, camera), laboratorium, klinik, sarana
olah raga semua cabang olah raga, Perpustakaan, kebun dan taman hijau. Sementara di asrama
fasilitasnya adalah kamar (telepon, TV, AC, Pengering Rambut, tempat handuk, karpet diseluruh
ruangan, tempat cuci tangan, lemari kamar mandi, gantungan pakaian dan lemari cuci, area
belajar pribadi, lemari es, detector kebakaran, jam dinding, lampu meja, cermin besar, rak-rak
yang luas, pintu darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan fasilitas dapur terdiri dari: meja dan
kursi yang besar, perlengkapan makan dan pecah belah yang lengkap, microwape, lemari es,
ketel otomatis, pembuat roti sandwich, dua toaster listrik, tempat sampah, perlengkapan masak
memasak lengkap, dan kursi yang nyaman.
Guru yang Berkualitas
Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas guru yang lebih jika
dibandingkan dengan sekolah konvensional. Kecerdasanintellectual, social, spiritual, dan
kemampuan paedagogis-metodologis serta adanya ruh mudarris pada setiap guru di sekolah
berasrama. Ditambah lagi kemampuan bahasa asing: Inggris, Arab, Mandarin, dll. Sampai saat
ini dalam penilaian saya sekolah-sekolah berasrama (Boarding School) belum mampu
mengintegrasikan guru sekolah dengan guru asrama. Masih terdapat dua kutub yang sangat
ekstrim antara kegiatan pendidikan dengan kegiatan pengasuhan. Pendidikan dilakukan oleh
guru sekolah dan pengasuhan dilakukan oleh guru asrama.

Lingkungan yang Kondusif


Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam komplek sekolah terlibat dalam proses
pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata
pelajaran, tapi semua orang dewasa yang ada diBoarding School adalah guru. Siswa tidak bisa
lagi diajarkan bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung praktek kehidupan dalam
berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di dalam kelas, tapi juga kehidupan kesehariannya.
Sehingga ketika kita mengajarkan tertib bahasa asing misalnya maka semuanya dari mulai

tukang sapu sampai principal berbahasa asing. Begitu juga dalam membangun religius socity,
maka semua elemen yang terlibat mengimplementasikan agama secara baik.
Siswa yang heterogen
Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar belakang yang tingkat
heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai latar belakang
social, budaya, tingkat kecerdasan, kemampuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini
sangat kondusif untuk membangun wawasan national dan siswa terbiasa berinteraksi dengan
teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk melatih wisdom anak dan
menghargai pluralitas.
Jaminan Keamanan
Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Makanya,
banyak sekolah asrama yang mengadop pola pendidikan militer untuk menjaga keamanan siswasiswinya. Tata tertib dibuat sangat rigidlengkap dengan sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar
dosa dilist sedemikan rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat. Jaminan keamanan
diberikan sekolah berasarama, mulai dari jaminan kesehatan (tidak terkena penyakit menular),
tidak narkoba, terhindar dari pergaulan bebas, dan jaminan keamanan fisik (tauran dan
perpeloncoan), serta jaminan pengaruh kejahatan dunia maya.
Jaminan Kualitas
Sekolah berasrama dengan program yang komprehensif-holistik, fasilitas yang lengkap, guru
yang berkualitas, dan lingkungan yang kondusif dan terkontrol, dapat memberikan jaminan
kualitas jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Dalam sekolah berasrama, pintar tidak
pintarnya anak, baik dan tidak baiknya anak sangat tergantung pada sekolah karena 24 jam anak
bersama sekolah. Hampir dapat dipastikan tidak ada variable lain yang mengintervensi
perkembangan dan progresivits pendidikan anak, seperti pada sekolah konvensional yang masih
dibantu oleh lembaga bimbingan belajar, lembaga kursus dan lain-lain. Sekolah-sekolah
berasrama dapat melakukan treatment individual, sehingga setiap siswa dapat melejikan bakat
dan potensi individunya.[7]
F. Problem Sekolah Berasrama
Sampai saat ini sekolah-sekolah berasrama masih banyak memiliki persoalan yang belum
dapat diatasi sehingga banyak sekolah berasrama layu sebelum berkembang. Adapun Faktorfaktornya adalah sebagai berikut:
1. Ideologi Boarding School yang Tidak Jelas
Term ideology digunakan untuk menjelaskan tipologi atau corak sekolah berasrama, apakah
religius, nasionalis, atau nasionalis-religius. Yang mengambil corak religius sangat beragam dari
yang fundamentalis, moderat sampai liberal. Masalahnya dalam implementasi ideologinya tidak
dilakukan secara kaffah. Terlalu banyak improvisasi yang bias dan keluar dari pakem
atau frame ideologytersebut. Hal itu juga serupa dengan yang nasionalis, tidak mengadop polapola pendidikan kedisiplinan militer secara kaffah, akibatnya terdapat kekerasan dalam sekolah
berasrama. Sementara yang nasionalis-religius dalam praktik sekolah berasrama masih belum
jelas formatnya.
2. Dikotomi guru sekolah vs guru asrama (pengasuhan)

Sampai saat ini sekolah berasrama kesulitan mencari guru yang cocok untuk sekolah berasrama.
Sekolah-sekolah tinggi keguruan (IKIP dan Mantan IKIP) tidak memproduksi guru-guru
sekolah berasrama. Akibatnya, masing-masing sekolah mendidik guru asrmanya sendiri sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki oleh lembaga tersebut. Guru sekolah (mata pelajaran)
bertugas hanya untuk mengampu mata pelajarannya, sementara guru pengasuhan adalah
tersendiri hanya bicara soal pengasuhan. Padahal idealnya, dua kompetensi tersebut harus
melekat dalam sekolah berasrama. Ini penting untuk tidak terjadinya saling menyalahkan dalam
proses pendidikan antara guru sekolah dengan guru asrama.
3. Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku
Salah satu yang membedakan sekolah-sekolah berasrama adalah kurikulum pengasuhannya.
Kalau bicara kurikulum akademiknya dapat dipastikan hampir sedikit perbedaannya. Semuanya
mengacu kepada kurikulum KTSP-nya produk Depdiknas dengan ditambah pengayaan atau
suplemen kurikulum international dan muatan lokal. Tapi kalau bicara tentang pola pengasuhan
sangat beragam, dari yang sangat militer (disiplin habis) sampai ada yang terlalu lunak. Keduaduanya mempunyai efek negative. pola militer melahirkan siswa yang berwatak kemilitermiliteran dan terlalu lunak menimbulkan watak licik yang bisa mengantar siswa mempermainkan
peraturan.
4. Sekolah dan Asrama Terletak Dalam Satu Lokasi
Umumnya sekolah-sekolah berasrama berada dalam satu lokasi dan dalam jarak yang sangat
dekat. Kondisi ini yang telah banyak berkontribusi dalam menciptakan kejenuhan anak berada di
sekolah Asrama.[8]
BAB III
KESIMPULAN
Sekolah Berasrama adalah alternatif terbaik buat para orang tua menyekolahkan anak
mereka dalam kondisi apapun. Selama 24 jam anak hidup dalam pemantauan dan control yang
total dari pengelola, guru, dan pengasuh di sekolah-sekolah berasrama. Anak betul-betul
dipersiapkan untuk masuk kedalam dunia nyata dengan modal yang cukup, tidak hanya
kompetensi akademis, tapi skill-skill lainnya dipersiapkan sehingga mereka mempunyai senjata
yang ampuh untuk memasuki dan manaklukkan dunia ini. Di sekolah berasrama anak dituntut
untuk dapat menjadi manusia yang berkontribusi besar bagi kemanusiaan. Mereka tidak hanya
hidup untuk dirinya dan keluarganya tapi juga harus berbuat untuk bangsa dan Negara. Oleh
sebab itu dukungan fasilitas terbaik, tenaga pengajar berkualitas, dan lingkungan yang kondusif
harus didorong untuk dapat mencapai cita-cita tersebut.
Ada beberapa tipe yang terdapat dalam Boarding school, yaitu:
a) Menurut Sistem Bermukim Siswa
1. All Boarding School
2. Boarding day School
3. Day boarding
b) Menurut Jenis Siswa
1. Junior Boarding School
5. Pre-professional arts School

2. Co-educational School
6. Religius School
3. Boys School
7. Special needs Boarding School
4. Girl School
c) Menurut Sistem Sekolah
1. Military School
2. Five day Boarding School
Selain tipe tersebut, Boarding School juga memiliki beberapa perbedaan jika
dibandingkan dengan Sekolah Umum, yaitu:
1. Fasilitas
8. Proses Pendidikan
2. Kegiatan Harian
9. Jumlah siswa
3. Sistem Pendidikan
10. Konsep
4. Aktivitas
11. Nuansa religious
5. Kurikulum
12. Pembagian kelas
6. Karakter Arsitektur
13. Fungsi masjid
7. Pemanfaatan Waktu
Selain perbedaan di atas, Boarding School juga memiliki perbedaan secara arsitektural
jika di bandingkan dengan sekolah umum, yaitu:
1.
Kurikulum
4. Nuansa religious
2.
Jumlah anak didik
5. Pembagian kelas
3.
Konsep
6. Fungsi masjid
Adapun keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh Boarding School adalah sebagai
berikut:
1. Program Pendidikan Paripurna
5. Siswa yang heterogen
2. Fasilitas Lengkap
6. Jaminan Keamanan
3. Guru yang Berkualitas
7. Jaminan Kualitas
4. Lingkungan yang Kondusif
Sedangkan Problem yang dihadapi dalam Sekolah Berasrama adalah sebagai berikut:
1. Ideologi Boarding School yang Tidak Jelas
2. Dikotomi guru sekolah vs guru asrama (pengasuhan)
3. Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku
4. Sekolah dan Asrama Terletak Dalam Satu Lokasi

DAFTAR PUSTAKA
Maknun, Jonar, Pengembangan sekolah menengah kejuruan (SMK), Boarding School berbasis
keunggulan lokal. JPTA FPTK UPI.
Nurkhamid,
Muh., SMU
ISLAM
BERASRAMA
(Senior
High
Islamic
Boarding
School),04.02.008. Laporan Tugas Akhir UNIKOM.
Sutrisno, Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah Berasrama (Boarding School), 8 september 2008,
dalam http://sutris02.wordpress.com/author/sutris02/.

http://michailhuda.multiply.com/journal/item/57/Sistem_Pendidikan_Boarding_School_Efektif_
Untuk_Pendidikan_Karakter_Bulding?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem.
http://www.dictionary30.com/
http://oxforddictionaries.com/
http://en.wikipedia.org/wiki/Boarding_school.

[1] Sutrisno, Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah Berasrama (Boarding School), 8 september 2008,
dalam http://sutris02.wordpress.com/author/sutris02/. Di akses pada 2 juni 2012.
[2] Definisi Bording School dalam http://www.dictionary30.com/. Di akses pada 05 juni 2012.
[3] Definisi Bording School dalam http://oxforddictionaries.com/. Di akses pada 05 juni 2012.
[4] Definisi Bording School dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Boarding_school. Di akses pada 05 juni 2012.
[5] Muh. Nurkhamid, SMU ISLAM BERASRAMA (Senior High Islamic Boarding School),/1.04.02.008.Laporan
Tugas Akhir UNIKOM.
[6]http://michailhuda.multiply.com/journal/item/57/Sistem_Pendidikan_Boarding_School_Efektif_Untuk_Pendidika
n_Karakter_Bulding?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem.
[7] Sutrisno, Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah Berasrama (Boarding School), 8 september 2008,
dalam http://sutris02.wordpress.com/author/sutris02/. Di akses pada 2 juni 2012.
[8] Sutrisno, Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah Berasrama (Boarding School), 8 september 2008,
dalam http://sutris02.wordpress.com/author/sutris02/. Di akses pada 2 juni 2012.

Anda mungkin juga menyukai