Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS NILAI BUDAYA YANG ADA DI LINGKUNGAN


PONDOK PESANTREN BAHRUL ULUM TAMBAK BERAS JOMBANG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Dzikri Adib K 53050190034

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SALATIGA
TAHUN 2022
A. Latar Belakang
Pondok pesantren yang dimaksud pada penelitian ini, yang sebagai
lokasi pada penelitian ini, merupakan pondok pesantren Bahrul Ulum. Pondok
pesantren Bahrul Ulum dimaksud terletak pada Desa Tambakberas,
Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur.
Pondok Pesantren yang bernuansa agamis menggunakan notabene
kepercayaan Islam yg nantinya akan mewujudkan insan-insan yg memiliki
taraf intelektualitas yang tinggi pada pembangunan umat demi tegaknya nilai
keagamaan sepanjang masa. Yang mana menggunakan santrinya memiliki
kemampuan buat membuatkan dan menerapkan ilmu pengetahuan
kepercayaan Islam buat menaikkan kecerdasan umat dan tingkat
kesejahteraan Masyarakat dan mempunyai keimanan yang kokoh terhadap
Allah SWT. Pondok Pesantren ingin hasil yang didapatkan merupakan orang-
orang yang Berakhaqul karimah. Menjadi apa saja tetapi permanen pada
bingkai moral Agama. Sebagaimana sudah dijelaskan bahwa imbas dan
pendidikan kepercayaan akan berpengaruh terhadap perilaku keberagaman
seorang. Dan perilaku keberagaman seorang (religiusitas) akan berpengaruh
terhadap keshalehan langsung seorang, pada kata pendidikan dikenal
menggunakan cerdas emosinya. Oleh karena itu, seharusnya santri mempunyai
keçerdasan emosi yang tinggi. Dikarenakan mereka berada pada lingkup
forum yg Islami, dan forum yang menekankan pada keshalehan seorang pada
samping keintelektualan keilmuan. Pondok pesantren yang dimaksud artinya
Pondok Pesantren Bahrul Umum yang berlokasi pada Desa Tambakberas,
Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur.
Sistem pendidikan atau aktivitas belajar mengajar pada Yayasan
Pondok Pesantren Bahrul Ulum dilaksanakan melalui 2 jalur yang sampai
waktu ini pada tengah bertenaga sistem pendidikan formal dan non formal.
Pendidikan formal merupakan aktivitas belajar mengajar yang dilaksanakan
secara klasikal pada sekolah atau madrasah menggunakan memakai kurikulum
tertentu (kurikulum DEPAG dan kurikulum DIKNAS) dan ditambah
kurikulum pesantren. Hingga waktu ini masih ada 18 unit pendidikan formal

2
mulai berdasarkan jenjang pra sekolah hingga menggunakan perguruan tinggi,
yang tertruktur pada naungan Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum. Selain
pendidikan formal Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum juga mempunyai
sistem pendidikan non formal dalam masing-masing unit ma`had pondok
pesantren Bahrul Ulum. Pendidikan non formal ini eksklusif pada tanganni
sang pengasuh masing-masing ma`had pondok pesantren atau orang yang
sudah menerima jujur berdasarkan pengasuh atau santri senior. Dalam
pendidikan non formal terdapat 2 sistem pendidikan Diniyah menggunakan
sistem klasik menggunakan kurikulum yang sudah ditetapkan & pengajian
buku -buku kuning sang pengasuh.
Selain belajar ilmu kepercayaan, dalam biasanya para santri juga
merangkap sebagai anak didik dalam sekolah generik yang dikelola sang
pesantren yang bersangkutan. Ada suatu ketentuan pada pesantren ini, bahwa
seseorang santri diperbolehkan hanya mengikuti pendidikan generik saja ,
contohnya hanya terdaftar menjadi siswa pada MI, MTS atau Aliyah, tanpa
mengikuti aktivitas-aktivitas dan pedagogi keagamaan yang diselenggarakan
oleh pesantren .
Dengan istilah lain, seluruh santri yang duduk menjadi anak didik
dalam sekolah generik, diwajibkan mengikuti sekolah kepercayaan (
madrasah) pada banyak sekali strata sinkron menggunakan kemampuannya
masing-masing. Para santri yang sudah mencapai taraf Madrasah Tsanawiyah
dan Madrasah Aliyah, ditekankan buat menguasai bahasa Arab dan ilmunya.
Hal ini karena hampir seluruh mata pelajaran dalam taraf tersebut, buku atau
kitabnya menggunakan pengantar bahasa Arab. Dengan demikian, latar
belakang pendidikan para santri pada pesantren ini bervariasi, yaitu
berdasarkan taraf SD hingga sampai Perkuliahan.
Pada pandangan Islam seorang yang menuntut ilmu sesungguhnya
dipercaya menjadi seseorang musafir yang tidak terdapat ujung pangkalnya. Ia
berhak mendapat zakat dari orang-orang kaya. Di samping itu, bila orang
tersebut mangkat dalam waktu menuntut ilmu, maka kematiannya dianggap
menjadi mati syahid.

3
Ada dugaan bahwa tradisi yg berkembang pada lingkungan pesantren
ini adalah output akulturasi kebudayaan orang Jawa pada mencari hakekat
hayati dan kebijaksanaan, dan tradisi Islam pada mana berkelana mencari ilmu
adalah karakteristik primer sistem pendidikan tradisional. Dengan
berkembangnya sistem madrasah pada lingkungan pesantren (awal abad ke-
20), salah satu karakteristik krusial pada tradisi pesantren tadi mulai
menghilang. Hal ini lantaran pada sistem pendidikan madrasah, seorang santri
yg menuntut ilmu diwajibkan tinggal menetap pada lingkungan pesantren
selama bertahun-tahun.
Dalam ajaran kepercayaan Islam dinyatakan, bahwa kebersihan
merupakan sebagian menurut iman, sebagai akibatnya telah sewajarnyalah bila
pesantren meletakkan perkara ini menjadi aktivitas rutin atau sehari-hari para
santrinya. Kebersihan yang dimaksud pada sini mencakup kebersihan pada
pada kamar, pada semua lingkungan pesantren. Kegiatan membersihkan
lingkungan Pesantren umumnya dilakukan seluruh santri. Kegiatan ini
dimaksudkan menjadi darma pertama para santri dalam pesantren.
Berdasarkan aktivitas alasan itu, maka seorang santri yang sudah
terselesaikan menamatkan pelajarannya pada pesantren dibutuhkan bisa
sebagai seorang yang alim dan bisa mengajarkan buku buku dan memimpin
masyarakatnya pada aktivitas keagamaan. Demikian juga halnya dengan para
santri yang menetap pada Pondok Pesantren Bahrul Ulum, mereka dikirimkan
keluarganya buat menuntut ilmu pada pondok pesantren ini menggunakan asa-
asa tertentu. Dalam itu jumlah santri pada pesantren itu menurut tahun ke
tahun selalu mengalami perkembangan. Ada santri-santri yg keluar lantaran
sudah terselesaikan menamatkan pelajarannya, ada interim santri baru lainnya
masuk sebagai anggota baru. Untuk mengikat interaksi pada antara para santri.
Pada sebuah pesantren akbar yang mempunyai ribuan santri misalnya
Bahrul Ulum, cita rasanya tidak mungkin seseorang santri berteman secara
intensif menggunakan seluruh santri-santri lainnya. Hal ini tentunya pula akan
mensugesti taraf keakraban mereka pada pergaulan sehari-hari, sebagai
akibatnya unsur kecocokanlah yang memegang peranan krusial. Dengan

4
dicanangkannya slogan “bebas tapi sopan”, maka pondok/asrama dibutuhkan
bisa memancarkan suasana kekeluargaan dan saling memperingatkan antara
para santri menggunakan cara halus dan sopan, sinkron menggunakan
anggaran-anggaran yang tercantum pada Peraturan dan tata Tertib yang
dimuntahkan oleh pengurus pesantren. Ada 2 bentuk peraturan dan tata tertib
yang berlaku pada pesantren ini; pertama, peraturan dasar pondok pesantren
yang mencakup kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan ; kedua,
peraturan tata tertib pondok pesantren. Kedua peraturan ini selengkapnya bisa
dipandang dalam lampiran.
Ada 3 karakteristik primer pondok pesantren, yaitu:
1. Pertama seluruh pondok pesantren selalu mengajarkan paham Islam yg
moderat. Karenanya, Islam yang akan dikembangkan pada Indonesia
melalui pondok pesantren merupakan paham islam yang moderat. Ini
merupakan sesuatu yag sangat krusial pada kontek ke Indonesiaan.
2. Kedua, famili akbar pesantren, tidak hanya tercermin menurut para
pimpinan atau kiainya, akan tetapi juga para santrinya, mempunyai jiwa
akbar pada mensikapi keragaman. Meraka tidak gampang terpancing buat
melihat masalah secara hitam putih atau gampang menyalah-nyalahkan.
Pesantren begitu arif mengajarkan bagaimana santri tidak hanya tahu
disparitas akan tetapi bagaimana menyikapi disparitas.
3. Ketiga, setiap pesantren selalu mengajarkan cinta Tanah Air. Hanya pada
wilayah, daerah, dan negara yang tenang syariat Islam sajalah, nilai-nilai
kebajikan sanggup pada jalankan menggunakan baik. Maka kewajiban
buat menjaga dan memelihara Tanah Air adalah bagian yang tidak
terpisahkan menurut setiap muslim, bahkan sebagai berukuran kualitas
keimanan seseorang.

Dalam penelitian ini penulis akan meneliti Analisis nilai budaya yg


terdapat dilingkungan pondok pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras
Jombang. Adapun beberapa budaya yg hingga kini masih dilakukan para
santri Pondok tadi. Seperti melakukan rutinan Ziarah setiap hari Jum`at,

5
Gotong Royong membersihkan Pondok setiap pagi dihari Jum`at, Dsb. Penulis
berharap budaya tadi masih permanen dilakukan sang para santri meskipun
mereka telah nir berada didalam pondok pesantren.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana nilai budaya yang ada dilingkungan pondok pesantren Bahrul
Ulum Tambak Beras Jombang?
2. Bagaimana aktivitas yang dilaksanakan oleh para santri dalam lingkungan
pondok pesantren Bahrul Ulum?
3. Bagaimana hubungan santri pondok pesantren dengan lingkungan
masyarakat?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui nilai budaya yang ada dilingkungan pondok pesantren
Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang
2. Untuk mengetahui aktivitas yang dilaksanakan oleh para santri dalam
lingkungan pondok pesantren Bahrul Ulum.
3. Untuk mengetahui hubungan santri pondok pesantren dengan lingkungan
masyarakat.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis.
Penelitian mengenai budaya didalam pesantren ini diperlukan bisa
menambah wawasan dan bisa diterapkan didiri sendiri juga masyarakat.
2. Manfaat Praktis.
a. Bagi penulis
Dengan adanya goresan pena ini bisa menaruh manfaat dan
bisa mengimplementasikan budaya yg terdapat dipesantren agar
terdapat didiri sendiri.

6
b. Bagi pembaca
Dengan goresan pena ini penulis berharap pembaca bisa meniru
hal positif pada menjalankan kehidupan kemasyarakatan dan
menerapkan budaya baik didalam pesantren yang diterapkan para
santri.

E. Kajian Pustaka
Dalam penulisan proposal penelitian ini, peneliti menggali fakta
menurut penelitian-penelitian sebelumnya menjadi bahan perbandingan, baik
tentang kekurangan ataupun kelebihan yg telah terdapat. Selain itu, penelitian
juga menggali fakta menurut skripsi, jurnal, pada menerima suatu fakta yang
terdapat sebelumnya mengenai teori yang berkaitan dengan judul yang
digunakan buat memperoleh landasan teori ilmiah.

1. Skripsi Isnainil afiyah, Mahasiswi Universitas Islam Negeri Maulana


Malik Ibrahim Malang. Dengan judul “ Implementasi Nilai-Nilai Akhlaq
Di Pondok Pesantren Kyai Mojo Tambak Beras Kabupaten Jombang”.
Penelitian ini membahas tentang nilai-nilai akhlak yang berapa
dipondok pesantren Kyai Mojo. Nilai-nilai Akhlak yang ada di Pondok
Pesantren Kyai Mojo, yaitu: Iman kepada Allah, Berlaku Jujur,
Menunaikan amanat, Ikhlas, Ni‟mat bicara dan Adabnya, penyantun dan
Sabar. Implementasi nilai-nilai akhlakdi Pondok Pesantren Kyai Mojo,
yaitu melalui kegiatan-kegiatan di pondok pesantren dan melalui
kehidupan sehari-hari di pondok pesantren. Faktor pendukung dan
penghambat implementasi nilai-nilai akhlak di pondok pesantren Kyai
Mojo, antara lain, faktor pendukung, yaitu: Dari penerapan pembelajaran,
dorongan dari individu santri untuk berakhlak yang baik, motivasi dari
orang tua, dan tauladan yang baik dari ustadz/ustadzah. Faktor
penghambat, yaitu: Santri yang malas dalam mengikuti kegiatan,
Kurangnya dukungan dari orang tua, pengaruh teman yang kurang baik
akhlaknya dari luar lingkungan pondok pesantren, penyalahgunaan

7
penggunaan internet (media sosial), dan Kurangnya pengawasan dan
keteladanan secara langsung oleh pengasuh.1

Berbeda dengan penelitian yang akan saya bahas, Penelitian yang


akan saya bahas adalah menyangkut nilai budaya yang sering kali
dilakukan oleh santri, apakah budaya itu baik untuk dilakukan ataupun
tidak.

2. Artikel Dr. Ali Muttaqin, M.Pd.I, Dosen Universitas Islam Wahab


Hasbullah. Yg Berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Di Pondok
Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang”.
Penelitian ini untuk mengetahui pendidikan nilai-nilai kebajikan
yang bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik agar bermartabat
dan berakhlak mulia. pesantren merupakan sub sistem pendidikan
nasional yang berkembang sejak lama dan terbukti berhasil mendidik
santri memiliki karakter yang mulia. Keberhasilan pesantren dalam
mendidik karakter santrinya, karena pesantren memiliki sejumlah nilai-
nilai karakter yang ditanamkan kepada peserta didiknya dengan
menggunakan strategi dan metode secara komprehensip. Penelitian ini
mengkaji nilai-nilai pendidikan karakter di Pondok Pesantren Bahrul Ulum
Tambakberas Jombang. Nilai-nilai pendidikan karakter yang ditanamkan
di PP Bahrul Ulum terdapat sepuluh butir, yaitu: keimanan, kejujuran,
keikhlasan, ketaatan dan penghormatan, kesederhanaan, kemandirian,
persaudaraan, cinta ilmu pengetahuan, kebebasan dan kepemimpinan.
Nilai-nilai karakter tersebut merupakan tolak ukur kebaikan seseorang
yang harus diwujudkan dalam pikiran, sikap dan perilaku dalam
hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa
dan lingkungan alam. Nilai-nilai karakter tersebut berasal dari ajaran Islam

1
Isnainil Afiyah, Implementasi Nilai-Nilai Akhlaq Di Pondok Pesantren Kyai Mojo
Tambak Beras Kabupaten Jombang

8
yang bersumber pada al-Qur’ān, al-Hadits, dan kitab-kitab karya para
ulama yang digali dari kedua sumber utama tersebut.2

Disini peneliti lebih menekankan nilai pendidikan karakter. Disini


nilai yang akan saya tulis adalah nilai tentang budaya yang ada di lokasi
tersebut.

3. Penelitian Uci Sanusi, tentang Pendidikan Kemandirian di Pondok


Pesantren: Studi Mengenai Realitas Kemandirian Santri di Pondok
Pesantren al-Istiqlal Cianjur dan Pondok Pesantren Bahrul Ulum
Tasikmalaya.
Model yang dikembangkan dalam penelitian adalah model
deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa: (1) kemandirian santri
yang ditemukan diantaranya perilaku pengelolaan kehidupan sederhana
seperti makan, mencuci, dan sebagainya. Ciri minimal yang akan
terbentuk adalah santri tidak mengandalkan orang lain dan ini menjadi
indikator penting; dan (2) yang dikembangkan pada kedua pondok
pesantren cukup sederhana, tidak terstruktur dengan rapi dan tidak
terdokumentasi dengan baik. Kurikulum dan pembelajaran berjalan
menurut jadwal hasil inisiatif kyai dan dewan ustad.3
Peneliti tersebut menyebutkan beberapa kemandirian yang
dilakukan oleh santri dalam pondok pesantren. Dalam penelitian tersebut
banyak hal yang ditulis mengenai pembentukan karakter santri di pondok
pesantren. Berbeda dengan penelitian saya yang cenderung akan menulis
tentang budaya yang ada dilingkungan pondok pesantren yang bisa
membangun karakteristik yang lebih bagus untuk melakukan hubungan
dengan Masyarakat.

2
Muttaqin, Dr. Ali. M.Pd.I. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren Bahrul Ulum
Tambakberas Jombang 02 December 2018, Hal 85.
3
Uci Sanusi, Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren: Studi Mengenai Realitas
Kemandirian Santri di Pondok Pesantren al-Istiqlal Cianjur dan Pondok Pesantren Bahrul Ulum
Tasikmala

9
4. Penelitian M. Syaifuddien Zuhriy, tentang Budaya Pesantren dan
Pendidikan Karakter Pada Pondok Pesantren Salaf.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Pesantren
Langitan Tuban dan Pesantren Ihyaul Ulum Lamongan, melakukan
pendidikan karakter kepada santrinya, sehingga mampu menciptakan
budaya pesantren yang khas. Penelitian yang dikembangkan dengan cara
deskriptif kualitatif ini menghasilkan bahwa: (1) pesantren sebagai
subkultur mempunyai tiga komponen inti, yaitu kepemimpinan kyai yang
mandiri, tidak terkooptasi oleh pemerintah, kemudian kitab-kitab rujukan
pengajian berasal dari kitab-kitab klasik dan terakhir mempunyai value
system tertentu yang dikembangkan dari kajian-kajiannya terhadap kitab-
kitab klasik atau lebih dikenal dengan kitab kuning. Komponen tersebut
bergerak seiring dengan dinamika pesantren hingga membentuk
budayanya sendiri. Tidak terkecuali, di Pondok Pesantren Ihyaul Ulum
Gilang Babat dan Pondok Pesantren Langitan Widang Tuban. Dua pondok
besar salafiyah ini pun mempunyai budaya yang dikembangkan atas dasar
sistem nilai tertentu yang bersumber dari ajaran-ajaran klasik. Klasik di
sini dimaknai ilmu-ilmu yang pernah dikaji sejak masa Nabi Muhammad
SAW, sahabat, tabi‟in dan tabiut tabiin yang terdapat di dalam kitab-kitab
kuning, yaitu kitab-kitab mu’tabar yang menjadi kitab rujukan santri di
pesantren. Diantara budaya pesantren yang dikembangkan di dua
pesantren ini adalah budaya disiplin, budaya mandiri, budaya bersih dan
rapi, dan budaya peduli lingkungan, khususnya di Langitan. Budaya-
budaya ini terbentuk akibat dari kebiasaan-kebiasaan santri yang di-
konstruk oleh pesantren. Artinya, visi dan misi serta tujuan pesantren yang
diperjuangkan untuk digapai bersama, baik oleh santri, pengurus ataupun
pengasuh menjadi arah bagi seluruh aktivitas yang dibiasakan di
pesantren. Aktivitas yang dibiasakan ini dalam bahasa sekarang dikenal
dengan pendidikan karakter,dan (2) faktor-faktor yang mendukung
keberhasilan pendidikan karakter di Pondok Pesantren Ihyaul Ulum Gilang
Babat dan Pondok Pesantren Langitan Widang Tuban ini paling tidak ada

10
tiga hal yang pokok, yaitu pertama keteladan kyai, kemudian, intensitas
interaksi yang terus menerus yang dilakukan baik antar santri, santri
dengan pengurus serta pengasuh dengan seluruh santri. Terakhir, adanya
aturan dan tata tertib dalam bentuk peraturan santri yang digunakan untuk
melindungi kebijakan pondok, kebijakan atas dasar elaborasi dari kerso
dalem (kehendak) kiai serta visi dan misi pesantren.4
Peneliti disini menekankan interaksi antara pengasuh dengan
santri, pengurus dengan santri yang katanya dapat membangun karakter
yang baik terhadap santri. Berbeda dengan penelitian yang akan saya
lakukan, karena penelitian yang akan saya lakukan ada menulis tentang
budaya dilingkungan pondok yang mungkin akan bisa membangun
karakteristik pada santri juga.
5. Penelitian Vivi Chumaidah Amit, Nilai – Nilai Budaya Religius
Pesantren Dalam Membentuk Karakter Santri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih luas dan
mendalam mengenai Internalisasi nilai – nilai budaya religius pesantren
dalam membentuk karakter santri, dengan cakupan: (1) proses internalisasi
nilai – nilai budaya religius pesantren dalam membentuk karakter santri
(2) metode internalisasi nilai – nilai religius pesantren dalam membentuk
karakter santri (3) implikasi internalisasi nilai – nilai budaya religius
pesantren dalam menumbuhkan karakter santri. Penelitian ini dilaksanakan
di pesantren Al – Fathimiyyah Tambakberas Jombang dan Pesantren
Sunan Drajat Lamongan menggunakan pendekatan kualtitatif dengan jenis
studi multi situs. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data meliputi
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk
pengecekan keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi.
Sedangkan informan dalam penelitian ini adalah Ketua Majelis Santri,
Kepala Madrasah Diniyah dan Santri.

4
M. Syaifuddien Zuhriy, Budaya Pesantren dan Pendidikan Karakter Pada Pondok Pesantren
Salaf, (Walisongo, volume 19, Nomor 2)

11
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Proses dilakukan
dengan cara transformasi nilai, transaksi nilai dan trans-internalisasi; (2)
Metode dari internalisasi nilai-nilai budaya religius adalah peneladanan,
pembiasaan, pergaulan, penegak aturan dan pemotivasian yang dikemas
melalui metode pembelajaran, yaitu: bandongan, sorogan, pengajian kitab,
Madratul Qur’an, Madrasah Diniyyah dan uswatun hasanah. (3)
Dampaknya kepada santri berupa semakin bertanggungjawab terhadap
segala kegiatan-kegiatan pesantren baik yang bersifat wajib maupun tidak
dan dalam kehidupan sehari-harinya di luar pesantren.5
Perbedaan dengan Penelitian yang akan ditulis oleh peneliti adalah
penulis akan membahas tetang Budaya Yang ada dilungkungan pondok
pesantren.

F. Landasan Teori
A. Pengertian Nilai
Nilai atau value lazimnya dipahami sebagai sifat-sifat yang penting
bagi kemanusiaan.6 Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu
dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai dan dapat menjadi objek
kepentingan.7
Menurut Mas‟ud Khasan Abdul Qohar dalam buku “Kamus Istilah
Populer” ada beberapa nilai yang lain yang berlaku dalam masyarakat,
seperti: 1) Nilai ilmu pengetahuan, 2) Nilai ekonomi, 3) Nilai seni, 4) Nilai
sosial, 5) Nilai politik, 6) Nilai etika, yang dapat dipahami dalam realitas
masyarakat. 8 Khusus dalam bidang etika atau filsafat moral, terutama

5
Vivi Chumaidah Amit, Nilai – Nilai Budaya Religius Pesantren Dalam Membentuk Karakter
Santri.
6
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Hlm. 155
7
Saliman , Sudarsono, Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994),
Hlm.157.
8
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak,Hlm. 29

12
berkaitan dengan nilai-nilai rokhani, yaitu baik, benar, bijaksana, jujur,
dan sederetan ungkapan yang tidak mutlak.9
Disini peneliti akan cenderung menggunakan nilai sosial dan nilai
etika. Nilai-nilai inilah yang nantinya menjadi dasar norma atau
pernyataan normatif. Kemudian, nilai tersebut mempunyai sifat untuk
direalisasikan dalam masyarakat, dan dinamakan nilai aktual. Ada juga
nilai yang menunggu untuk direalisir, nilai tersebut dinamakan nilai ideal.
Dalam prakteknya nilai aktual akan memberi isi pada kehidupan manusia,
sedang nilai ideal akan memberi arah pada nilai kejujuran, kesetiaan,
kebijaksanaan dan sebagainya.10
Dari pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa nilai adalah
sesuatu yang dapat memberi manfaat bagi kehidupan manusia yang lebih
dari suatu ide, norma, atau karya manusia yang dapat direalisasikan dan
dikembangkan sehingga menjadi realitas kehidupan di masyarakat dalam
segala aspek kehidupannya.

B. Nilai Budaya

Dalam kenyataan bahwa manusia tidak hidup di dalam alam


hampa. Manusia hidup sebagai manusia yang bermasyarakat, tidak
mungkin tanpa kerjasama dengan orang lain. Secara lahiriah dan batiniah
maka manusia merupakan makhluk Tuhan yang tersempurna dibanding
dengan makhluk lain, karena pada manusia selain kehidupan ia juga
mempunyai kemampuan untuk berfikir dan berkarya.

Masyarakat adalah suatu kelompok manusia, yang di antara para


anggotanya terjadi komunikasi, pertalian dan akhirnya saling
mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Hal itu dilakukan oleh para
anggota masyarakat dalam suatu golongan karena manusia tidak dapat
hidup sendiri.

9
Mas‟ud Khasan Abdul Qohar, Kamus Istilah Populer,(Yogyakarta: Bintang Pelajar,
tth.),Hlm.168.
10
AG. Pringgodigdo, Ed., Ensiklopedi Umum, (Jakarta: Balai Pustaka,1992), Hlm. 894

13
Dalam masyarakat lama, terjadi segolongan masyarakat adalah
dengan cara mengikat atau integratif. Dalam masyarakat seperti ini
manusia tunduk kepada aturan-aturan dan adat kebiasaan golongan, tempat
mereka hidup. Hal ini dilakukan karena mereka menginginkan kehidupan
yang stabil, kokoh, dan harmonis. Jika hal itu tercapai, manusia dalam
masyarakat itu tidak terlihat peranannya, yang lebih jelas tampak ke luar
justru kebersamaannya. Segala macam masalah menjadi masalah bersama
dan harus diselesaikan bersama.

Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat adalah


nilai-nilai yang berhubungan dengan kepentingan para anggota
masyarakat, bukan nilai yang dianggap penting dalam satu anggota
masyarakat sebagai individu, sebagai pribadi. Individu atau perseorangan
berusaha mematuhi nilai-nilai yang ada dalam masyarakat karena dia
berusaha untuk mengelompokkan diri dengan anggota masyarakat yang
ada, yang sangat mementingkan kepentingan bersama bukan kepentingan
diri sendiri.

Nilai budaya merupakan nilai yang ada dan berkembang di dalam


masyarakat. Koentjaraningrat mengemukakan bahwa nilai budaya itu
adalah tingkat pertama kebudayaan ideal atau adat. Nilai budaya adalah
lapisan paling abstrak dan luas ruang lingkupnya. Jadi, nilai budaya adalah
suatu yang dianggap sangat berpengaruh dan dijadikan pegangan bagi
suatu masyarakat.11

Selanjutnya koentjaraningrat mengemukakan suatu sistem nilai-


nilai budaya terdiri atas konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran
sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka
anggap amat bernilai dalam hidup. Oleh karena itu, suatu sistem nilai
budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan

11
Koentjaraningrat, ( l991 ), Penyaringan dan Pemeliharaan Warisan Budaya Agama dan
Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Makalah disajikan dalam Konggres Kebudayaan,
Jakarta.

14
manusia. Sistem tata kelakuan manusia yang tingkatnya lebih konkrit,
seperti aturan-aturan khusus, hukum, dan nilai budaya itu.12

Djamaris mengungkapkan bahwa nilai budaya dikelompokkan ke


dalam lima pola hubungan, yaitu; (1) nilai budaya dalam hubungan
manusia dengan Tuhan, (2) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan
alam, (3) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat, (4)
nilai budaya dalam hubungan manusia dengan orang lain atau sesamanya,
(5) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

C. Budaya
Pengertian budaya atau culture dalam bahasa Inggris adalah
berasal dari bahasa Yunani culture yang berarti mengerjakan tanah. Dalam
bahasa Indonesia, kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta
‟buddhayah‟ ialah bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan
akal. Dengan demikian kebudayaan berarti hal-hal yang bresangkutan
dengan akal.13
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang
harus dibiasakan dengan belajar, peserta keseluruhan dari hasil budi
karyanya itu. Kebudayaan merupakan keseluruhan total dari apa yang
pernah dihasilkan oleh makhluk manusia yang menguasai planet ini sejak
jaman ia muncul dimuka bumi kira-kira 4 juta tahun yang lalu sampai
sekarang (perkiraan waktu munculnya manusia dimuka bumi ini, adalah
hasil analisa-analisa terbaru metode potassium-argon untuk mengukur
umur lapisan-lapisan bumi).
Budaya adalah sistem pengetahuan yang digunakan oleh
sekelompok besar orang. Menurut Mulyana budaya dan komunikasi

12
Koentjaraningrat, (l 991 ), Penyaringan dan Pemeliharaan Warisan Budaya Agama dan
Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Makalah disajikan dalam Konggres Kebudayaan,
Jakarta.
13
Kholil Rurohman, Pengembangan Lingkungan Masyarakat Berbasis Budaya (Mimbar: 2009),
hlm. 36

15
berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti budaya adalah komunikasi,
karena budaya muncul melalui komunikasi. Akan tetapi budaya yang
muncul mempengaruhi cara berkomunikasi anggota budaya bersangkutan
Tylor menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang
komplek, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukun, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain
yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Jadi, budaya adalah hasil cipta, karsa, dan karya manusia berinteraksi
dengan lingkungan yang ada disekitarnya melalui komunikasi. Budaya
tidak akan ada apabila tidak ada komunikasi dan budaya berperan sangat
besar dalam kehidupan manusia. Karena budaya merupakan suatu sistem
pengetahuan dan kemampuan-kemampuan yang digunakan oleh
sekelompok orang.
a. Pengertian Budaya Pesantren
Budaya berasal dari bahasa sansekerta “budhaya” sebagai
bentuk jamak dari kata dasar “budhi” yang artinya akal atau segala
sesuatu yang berkaitan dengan akal pikiran, nilai-nilai dan sikap
mental.14 Sedangkan Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan
yang berbasis islam yang tumbuh dan berkembang serta diakui oleh
masyarakat sekitar, dengan sisitem asrama dimana santri-santri
menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau, madrasah
yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan seorang kiyai dengan ciri
yang khas dan bersifat karismatik serta imdependen dalam segala hal.15
Budaya pesantren merupakan suatu kebiasaan yang di ajarkan oleh
pondok pesantren kepada santrinya. Budaya tersebut diajarkan dan
diturunkan dari generasi ke generasi, dan tidak akan mudah budaya
dalam suatu pesantren itu akan hilang, dan ditunjang dari visi dan
missi suatu pondok pesantren. Membahas budaya, jelas tidak bisa

14
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI Nomor 25 / KEP / M. PAN / 04 / 2002
tentang: Pedoman Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara ( Jakarta: 2002).
15
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1997 ), h. 240

16
lepas dari pengertian organisasi itu sendiri karena pada dasarnya
apabila dilihat dari bentuknya, organisasi merupakan sebuah masukan
(Imput) dan luaran (output) serta bisa juga dilihat sebagai living
organism yang memiliki tubuh dan kepribadian, sehingga terkadang
sebuah organisasi bisa dalam kondisi sakit (when an organization gets
sick). Sehingga organisasi dianggap sebagai suatu output (luaran)
memiliki sebuah struktur (aspek anatomic), pola kehidupan (aspek
fisiologis) dan sytem budaya (aspek kultur) yang berlaku dan dituruti.

D. Pondok Pesantren
Pondok pesantren terbentuk atas dua kata yang menunjukan satu
pengertian, yaitu kata “pondok” dan “pesantren”. Pondok pesantren adalah
tempat di mana anak-anak muda dan dewasa belajar secara lebih
mendalam dan lebih lanjut ilmu agama Islam yang diajarkan secara
sistimatis, langsung dari bahasa Arab serta berdasarkan pembacaan kitab-
kitab klasik karangan ulama besar.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia “pondok” artinya wadah atau
asrama tempat mengaji, belajar agama Islam dan lain sebagainya. Namun
secara umum pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam
tradisional yang melembaga di Indonesia.
Menurut Steenbrink pondok pesantren dilihat dari segi bentuk dan
sistemnya berasal dari India. Sebelum Islam masuk ke Indonesia sistem
tersebut telah digunakan secara umum untuk pendidikan dan pengajaran
agama Hindu di Kawa. Kemudian diambil oleh Islam. Dengan kata lain
istilah pesantren bukan berasal dari Bahasa Arab melainkan dari India.
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam tertua di
Indonesia yang kegiatannya berawal dari pengajian kitab. Seperti yang
diungkapkan H. M. Yakub kendati pondok pesantren secara implisit
berkonotasi sebagai lembaga pendidikan islam tradisional, tidak berarti
seluruh pondok pesantren tertutup dengan inovasi. Pada jaman penjajahan
Belanda mereka menutup diri dari segala pengaruh luar tertuama pengaruh

17
barat yang non islam. Namun dilain pihak pondok pesantren dengan figur
kyai nya telah berhasil membangkitkan nasionalisme mempersatukan antar
suku-suku yang seagama bahkan menjadi benteng yang gigih melawan
penjajah.
Pondok pesantren tradisional adalah lembaga pendidikan dan
pengajaran agama Islam yang masih memakai sistem lama yaitu yang
pelaksanaan pendidikannya belum menggunakan sistem modern, masih
menggunakan sistem sorogan dan bandongan. Sorogan adalah belajar
secara individu dimana seorang santri berhadapan dengan seorang
guru/kyai, terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya.
Sedangkan pondok pesantren modern (khalaf) adalah lembaga
pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah
yang dikembangkan, atau pesantren yang menyelengarakan tipe sekolah-
sekolah umum dan bahkan perguruan tinggi dalam lingkungannya. Selain
itu juga ciri dari pesantren modern adalah dimana figur kyai tidak lagi
menjadi sentral setiap keputusan, setiap perkara yang menyangkut dengan
pesantren harus diputuskan berdasarkan rapat antara para asatidz (staff
pengajar) dengan yayasan. Peserta didik atau santri juga harus membayar
uang pendidikan, sistem belajar yang demokratis dan setiap santri yang
sudah menyelesaikan studinya akan mendapatkan ijazah sebagai tanda
kelulusan, ijazah ini bisa digunakan sebagai salah satu syarat seandainya
santri berniat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.16
G. Metode Penelitian
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan sebagai bahan
pembahasan dan analisis, dalam penelitian ini digunakan metode-metode
sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analisis, dengan cara menjaring data sebanyak-banyaknya, lalu

16
Abdur Rahman Shaleh, Marwan Sardjo, dll, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren, (Jakarta:
Departemen Agama, Pelita III: 1982), Hlm 6

18
diklasifikasikan untuk kemudian dideskripsikan dalam bentuk laporan.
Data deskiptif ini selanjutnya dianalisis secara kualitatif, sehingga nilai-
nilai budaya yang terkandung di balik data deskriptif itu dapat terungkap.17

2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat peneliti melakukan penelitian
untuk memperoleh data yang diinginkan. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan penelitian di Pondok Pesantren Bahrul Ulum yang berada di
Tambak Rejo, Kec. Jombang, Kab. Jombang. Pemilihan lokasi ini
dikarenakan letaknya yang strategis dan mudah di jangkau peneliti dan
menekan biaya penelitian. Alasan pemilihan lokasi penelitian di pesantren
tersebut karena:
a) Salah satu pesantren yang masih mempertahankan tradisi pesantren ala
Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah.
b) Pesantran tersebut menekankan dalam aspek budidayahnya
(wiridannya) pada santrinya untuk memperdalam keimanannya kepada
Allah SWT dan terdapat program kemandirian santri yang dapat
memberi manfaat bagi kehidupan sekarang dan yang akan datang.
3. Data dan Sumber Data
Sumber data merupakan subjek darimana data diperoleh, diambil,
dan dikumpulkan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan sumber data
dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.18 Sumber
data dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah pengasuh,
pengurus yang menjabat sebagai ketua dan devisi keagamaan dipondok
pesantren Bahrul Ulum, serta santri Pondok Pesantren Bahrul Ulum
Tambakberas Kabupaten Jombang

17
Lexy J Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, Hlm. 186
18
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 172

19
b. Sumber Data Sekunder
Selain menggunakan sumber data primer, penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh secara tidak langsung
untuk melengkapi dan mendukung sumber data primer. Data sekunder
dari penelitian ini bersumber dari dokumen-dokumen terkait dengan
tradisi pesantren seperti Jadwal Kegiatan dan Dokumentasi yang
digunakan di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak beras
Kabupaten Jombang.

4. Pengumpulan Data
a. Wawancara
Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau
kuisoner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
19
untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara
dilaksanakan dengan maksud antara lain: mengkontruksikan mengenai
orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan motivasi, tuntunan,
kepedulian, dan kebutuhan lain-lain. 20 Penelitian ini menggunakan
pedoman wawancara, tetapi disaat lain juga tidak, meskipun
pertanyaan yang mendalam dapat dikembangkan dengan spontan
selama proses wawancara berlangsung. Tujuannya adalah untuk
mengkaji lebih dalam atau lebih fokus tentang hal hal yang dibicarakan
dalam tahap teknik wawancara adalah sebagai berikut:
1 Menentukan informan yang diwawancarai
2 Persiapan wawancara dengan garis besar pertanyaan
3 Memantapkan waktu
4 Melakukan wawancara dan selama proses wawancara berlangsung
peneliti berusaha memelihara hubungan yang wajar sehingga
informasi yang diperoleh akan objektif.

19
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Hlm. 155
20
Lexy J Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, Hlm. 186

20
5 Mengakiri wawancara dengan segera menyalin dalam transkip
wawanvara. Teknik wawancara ini untuk memperoleh data-data
tentang: (a.)Sejarah dan latar belakang berdirinya Pondok
Pesantren Bahrul Ulum, (b.)Kegiatan selama berada di Pondok
Pesantren Bahrul Ulum, (c.) tanggapan satri terhadap kegiatan di
Pondok Pesantren Bahrul Ulum, (d.) budaya yang masih sering
dilakukan hingga sekarang dilingkungan Bahrul Ulum. Responden
yang akan menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:
1 Pengasuh Pondok Pesanten Bahrul Ulum.
2 Ketua Pondok Pondok Pesanten Bahrul Ulum.
3 Devisi keagamaan.
4 Santri pondok Pondok Pesanten Bahrul Ulum.
b. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara
membaca dan mengutip dokumen-dokumen yang dipandang relevan
dengan permasalahan yang diteliti. 21 Dalam penelitian ini metode
dokumentasi digunakan untuk mempeoleh data tentang keadaaan
Pondok pesantren Bahrul Ulum baik mengenai sejarah berdirinya,
Profil pondok pesantren dewasa ini, dan kondisi dilingkungan pondok
pesantren Bahrul Ulum. Dokumen yang menjadi objek penelitian
adalah “profil pondok pesantren Bahrul Ulum Tambakberas,
Jombang”.
c. Metode Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data ( cara melakukan
22
pengamatan langsung ke lapangan, pada objek ). Metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang situasi dan kondisi
lingkungan fisik pondok pesantren Bahrul Ulum. Teknik observasi
yang digunakan adalah observasi non-partisipa teknik observasi yang
digunakan adalah observasi non-partisipan.

21
Djam’an Satori dan AanKomariah, Metodologi Penelitian Kualitatif,h. 148.
22
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 199

21
5. Analisis data
Data yang sudah terhimpun melalui metode-metode tersebut di
atas, pertama-tama diklasifikasikan secara sistematis. Selanjutnya, data
yang sudah terhimpun dan diklasifikasikan secara sistematis tersebut
disaring dan disusun dalam kategori-kategori untuk pengujian saling
dihubungkan.
Melalui proses inilah penyimpulan dibuat. Dalam istilah
teknisnya, dengan demikian, metode analisis data yang diterapkan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-analisis.
Metode deskriptif-analisis adalah metode analisis data yang
proses kerjanya meliputi penyusunan data dan penafsiran data atau
menguraikan secara sistematis sebuah konsep atau hubungan antar
konsep.
6. Validasi Data
Validasi data disini peneliti menggunakan beberapa metode
yang dilakukan beberapa hal yaitu:
a) Perpanjangan Keikutsertaan
Sebagaimana sudah di kemukakan , peneliti dalam
penelitian kualitatif adalah instrument itu sendiri. Keikutsertaan
peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.
Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat,
tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar
penelitian. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di
lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.
b) Ketekunan / Keajegan Pengamatan
Berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan
berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan
atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh.
Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat.
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu

22
yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci. Dengan kata lain, jika perpanjangan
keikutsertaan menyediakan lingkup maka ketekunan pengamatan
menyediakan kedalaman.23
c) Triangulasi
Teknik pemeriksaan validasi data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang
paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber
lainnya.24
1. Triangulasi Data
Triangulasi data adalah pemeriksaan keabsaan data
dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau pembanding data. Peneliti
melakukan triangulasi data untuk mencari informasi tidak
hanya dari satu sudut pandang saja, namun peneliti
menggunakan pihak-pihak lain yang terlibat langsung dalam
proses pendidikan islam nonformal didalamnya, yaitu para
pengurus pondok pesantren, maupun santri pondok pesantren
Bahrul Ulum dan lain sebagainya.
2. Triangulasi Metode
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa
metode, yaitu: interview, dokumentasi, dan partisipasi secara
langsung. Triangulasi ini adalah hal yang sangat diperlukan
guna mendapatkan data yang valid dan dapat di pertanggung
jawab kan.
3. Triangulasi Sumber

23
Djunaidi Ghony dan Fauzan Al manshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar-Ruz
Media, 2012), hlm. 327.
24
Sugiyono, MetodePenelitian, h. 345.

23
Sebelum menentukan layak atau tidaknya suatu
informasi, meneliti telah mencantumkan sumber yang akan
dijadikan informan dengan cara mencari tau seseorang yang
berpengaruh dalam kegiatan pendidikan islam didalamnya,
baik itu pengurus, ustadz/ustadzah yang mengajar di pondok
pesantren Bahrul Ulum khususnya An-najiyah 2.25

H. Sistematika Pembahasan
Hasil pembahasan ini disajikan dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut :
Bab I berisi tentang Pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, landasan
teori, metode penelitan, sistematika pembahasan, daftar pustaka, dan
rencana kegiatan
penelitian.
Bab II berisi tentang gambaran umum desa tambak rejo, kecamatan
Tambak beras kabupaten Jimbang dari letak geografisnya , dan sosial
penduduknya.
Bab III menjelaskan tentang Lingkungan Pondok Pesantren Bahrul Ulum
Tambak Beras Jombang.
Bab IV membahas tentang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam
lingkungan Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang.
Bab V adalah berisi penutup dari keseluruhan pembahasan yang meliputi
kesimpulan dan saran.

25
Sugiyono, MetodePenelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 373-374.

24
Daftar Pustaka

Dhofier, Syamachsyari. Tradisi Pesantren Memadu Modernitas untuk Kemajuan


Bangsa, (Yogyakarta, Nawesea Press, 2009.)
Djam’an Satori dan AanKomariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung
:Alfabeta, 2014)
Haedar Nasir, Pendidikan Karakter Berbasis Agama Dan Budaya, (yogyakarta:
Multi Presindo, 2013)
Koentjaraningrat (1981) Beberapa Pokok Antropologi Sosial.
Dian Rakyat, Jakarta.
Koentjaraningrat, (1969) Pengantar Antropologi, P. D. Aksara,.Jakarta .
Koentjaraningrat, (l 991 ), Penyaringan dan Pemeliharaan Warisan
Budaya Agama dan Kepercayaan Kepada Tuhan Yang
Maha Esa, Makalah disajikan dalam Konggres Kebudayaan, Jakarta.
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: RemajaRosd, 2011)
M. Syaifuddien Zuhriy, Budaya Pesantren dan Pendidikan Karakter Pada
Pondok Pesantren Salaf
Sugiyono, MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
SuharsimiArikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
RinekaCipta, 2002)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
S. Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 2003)
Uci Sanusi, Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren: Studi Mengenai
Realitas Kemandirian Santri di Pondok Pesantren al-Istiqlal Cianjur dan
Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tasikmala
Vivi Chumaidah Amit, Nilai – Nilai Budaya Religius Pesantren Dalam
Membentuk Karakter Santri.

25
Rencana Kegiatan Penelitian

Tahun 2022-2023
No Kegiatan
November Desember Januari Februari Maret April
1 BAB I
2 BAB II
3 BAB III
4 BAB IV
5 BAB V

26

Anda mungkin juga menyukai