Anda di halaman 1dari 14

PERAN SANTRI DALAM PENDIDIKAN NASIONAL

Aulia Safna Irfu Syaidah, Dewi Wardatuz Zahraa, Fadly Tastaftian Achmad,

Fifi Farikhatul Munfaridah

Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri
Ponorogo

e-mail: fififarikah@gmail.com
ABSTRAK

PENDAHULUAN

Pendidikan Nasional adalah hal paling dasar yang sudah sepantasnya didapatkan oleh setiap
warna negara, karena hal itulah yang menjadi penentu perkembangan dan kemajuan negara tersebut.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai kebudayaan nasional, nilai-nilai
keagamaan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
19451. Pendidikan nasional akan tercapai salah satunya dengan pembenahan karakter. Pendidikan karakter
adalah pendidikan yang bertujuan untuk mengubah, dan mempengaruhi karakter peserta didik. Pada
dasarnya, pembentukan karakter peserta didik menjadi tanggung jawab guru dan pada pembinaanya
harus dilakukan oleh guru2.

Pendidikan karakter berupa penanaman kecerdasan dalam berpikir, penghayatan sikap dan
pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai dan diwujudkan dalam interaksi sehari-hari. Pendidikan
karakter tersebut bisa dicapai salah satunya melalui pesantren. Pesantren secara umum adalah asrama atau
tempat santri tinggal bersama satu kawasan dengan Kyai, guru, santri senior dan teman sebaya. Santri
adalah seseorang yang mencari ilmu di pondok pesantren.

Sejak awal berdirinya pondok pesantren sekitar 300—400 tahun yang lalu, Pesantren telah menjadi
salah satu pelopor pendidikan di Indonesia. Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan atau
komunitas yang bertujuan untuk mendalami, menghayati, dan mempelajari nilai-nilai agama3. Pesantren
telah banyak melahirkan santri-santri yang tersebar di berbagai daerah untuk ikut menyebarkan syari`at

1
Negeri and Kabupaten, “1339-Article Text-8156-1-10-20210923 (1).”
2
Haryati, “Research and Development (R&D) Sebagai Salah Satu Model Penelitian Dalam Bidang Pendidikan.”
3
Zulhimma, “UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM.”
agama islam. Pesantren berkembang pesat mulai di daerah perkotaan sampai ke pelosok pedesaan. Setiap
pondok pesantren pasti punya metode-metode tersendiri dalam pembelajaran yang diterapkan.

Santri adalah orang yang tinggal di pesantren untuk mendalami agama islam4. Sebutan santri juga
dapat bermakna seseorang yang dididik oleh Kyai yang tinggal bersama di lingkungan pesantren dengan
tujuan belajar ilmu agama. Selain belajar ilmu agama, santri juga belajar bagaimana dia bisa bertanggung
jawab pada dirinya sendiri, belajar hidup mandiri, bersosialisasi dengan orang lain, mengembangkan
karakter, mengatur keuangan dan masih banyak lagi. Seorang santri harus mempunyai tata karma yang
baik, tutur kata yang sopan dan perilaku yang dapat menjadi panutan.

Peran santri adalah: sebagai pribadi yang mampu melakukan regulasi diri, mampu melakukan
efikasi diri, mampu berinteraksi dengan lingkungannya, dan mampu melakukan penyesuaian diri dengan
lingkungannya. Pembuktian kesuksesan seorang santri ketika berada di pondok pesantren tidak hanya
dengan mengajar ilmu-ilmu yang didapatkan di pesantren. Seorang santri yang mampu berguna bagi
masyarakat sekitarnya, mampu mengubah cara pandang masyarakat yang masih awam, dan mampu
meluruskan hal-hal yang mungkin kurang sesuai dengan syariat agama bisa dikatakan telah mampu
mengamalkan apa yang didapat saat berada di pesantren. Setiap pesantren pasti punya hubungan dengan
lingkungan sekitar baik dalam hal agama khususnya, sosial maupun ekonomi. Pesantren adalah milik
lingkungan, jadi pesantren harus mampu mengambil peran dalam segala interaksinya denagn
masyarakat5.

Santri tidak hanya mampu berperan dalam lingkungannya, tetapi santri harus mampu berperan
dalam pendidikan nasional. Masa depan Indonesia terletak pada tangan-tangan pemuda zaman sekarang
jika pemuda Indonesia berpikiran kritis, memiliki jiwa sosial yang tinggi, tidak bersifat hedonis, mampu
berinteraksi sosial dengan baik maka akan membawa Indonesia menjadi negara lebih maju lagi. Dengan
pengajaran yang didapat santri selama dipesantren pasti santri mampu menerapkannya dalam lingkup
pendidikan, khususnya pendidikan nasional.

4
Hidayat, “Model Komunikasi Kyai Dengan Santri Di Pesantren.”
5
Sulistiono, “PERANAN PONDOK PESANTREN DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL.”
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut adalah hasil dan pembahasan tentang peran santri dalam pendidikan nasional:

1. Santri dan Pondok Pesantren

Santri diartikan sebagai (1) manusia yang memperdalam agama islam, (2) manusia yang ikhlas
beribadah (taqwa), (3) orang yang memperdalam keislamannya dengan menuntut ilmu ketempat yang
jauh seperti pondok pesantren (KBBI). Kata santri sendiri, menurut C. C Berg santri berasal dari kata
shastri yang bermakna manusia yang mengetahui kitab agama Hindu. Selain itu, A. H. John mengatakan
kata santri diambil dari kata Tamil yaitu mempunyai arti pengajar mengaji6

Santri secara global adalah julukan bagi manusia yang ikut serta dalam pelajaran agama Islam
maupun pelajaran umum lainnya di dalam pesantren. Santri harus menetap di pesantren selama beberapa
tahun hingga menyelesaikan pendidikannya. Biasanya, setelah menamatkan pendidikannya mereka
mengabdi sebagai pengurus di pesantrennya. Santri adalah suatu kelompok maupun kumpulan yang tidak
akan bisa terpisahkan dari seorang kiyai, ulama maupun ustadz. Santri adalah siswa dalam naungan
pesantren yang didik untuk memperdalam ilmu agama agar bisa menyebarkan luaskan ajaran agama
islam di generasi selanjutnya.

Sejarah istilah “santri" dalam pengertian ini berasal dari Bahasa Sansekerta berupa sastri yang
berarti “terpelajar” dan “pintar”. Sehubung dengan pendapat C.C. Berg yang memiliki ungkapan santri
berasal dari kata Shastri dalam bahasa Hindi bermakna manusia yang mendalami ajaran kitab agama
Hindu. Dalam versi lain, santri yang diambil dari buku Kebudayaan Islam di Jawa Timur, dalam
pembahasan Habib Mustapa tahun 2021 tentang unsur budaya masa peralihan, menyebutkan bahwa
bahasa santri berasal dari Bahasa Sansekerta7. Santri adalah sekelompok siswa yang belajar agama di
pondok pesantren yang menetap di dalam pesantren maupun pulang ke rumah ketika pembelajaran
selesai, menurut Zamakhsyari Dhofir tradisi di pesantren terbagi menjadi dua bagian meliputi:

1). Santri Menetap


Adalah santri yang tinggal dalam pesantren yang diberikan kepercayaan untuk mengelola
kegiatan pondok. Semakin lama mereka berada di pesantren maka kedudukannya akan semakin tinggi
dan biasannya diberi wewenang dari kiyai untuk mengajar kitab kuning maupun pelajaran

6
Mnur Fadhilah, “KAJIAN TEORI: Konsep Santri Dan Pesantren.”
7
Sulistiono, “PERANAN PONDOK PESANTREN DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL.”
lainnya.biasanya santri yang mukim di pesantren kebanyakan dari mereka ialah santri yang berasal dari
daerah yang jauh.

2). Santri Kalong


Adalah para santri yang berasal dari daerah sekitar pesantren yang selalu pulang ke rumah setelah
pelajaran selesai atau kalau malam mereka di pesantren dan pulang kerumah di siang hari.
Membentuk perilaku santri, perilaku merupakan seperangkat perbuatan maupun tindakan
seseorang dalam melakukan respon maupun reaksi seorang individu yang kemudian akan berubah
menjadi kebiasaan sebab keyakinan yang dimilikinya. Pada awalnya perilaku manusia terdiri dari
beberapa komponen meliputi komponen pengetahuan, sikap dan keterampilan atau Tindakan. Ada 6 cara
yang bisa dilakukan dalam proses pembentukan perilaku santri, yaitu8
1) Metode keteladanan (uswatun hasanah)
2) Latihan dan pembiasaan
3) Mengambil pelajaran/hikmah (ibrah)
4) Nasehat (mauidah)
5) Kedisiplinan
a. Metode Keteladanan
Metode keteladanan adalah metode yang lebih mengedepankan contoh nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Khususnya dalam pendidikan di pesantren kepada santri melalui para ustadz dan ustadzah,
melalui pembiasaan etika yang sesuai dalam berbagai aspek kehidupan
b. Metode Latihan dan Pembiasaan
Menumbuhkan karakter melalui latihan dan pembiasaan berarti pendidikan sebagai standar
pengajaran dan kemudian membiasakan siswa dengan standar tersebut. Di pesantren, metode ini biasanya
digunakan dalam ibadah seperti sholat berjamaah, santun kepada pemimpin, dan ustadz.
c. Mendidik melalui ibrah (mengambil pelajaran)
Adalah dengan bermeditasi dan memikirkan setiap paeristiwa yang terjadi, belajar dan belajar
yang nantinya dapat dijadikan sebagai motivasi perilaku sehari-hari. Pengambilan Ibrah dapat ditemukan
dalam kisah-kisah para Nabi, kisah-kisah para Salafus Shalikhin, atau kejadian-kejadian yang telah terjadi
di masa lampau ataupun masa kini.
d.Mendidik melalui mauidzah (nasihat)
Mauidzah memberikan nasihat yang baik dan menggunakan kata-kata yang menenangkan.
e. Mendidik melalui kedisiplinan

8
Mnur Fadhilah, “KAJIAN TEORI: Konsep Santri Dan Pesantren.”
Disiplin adalah salah satu cara menjaga kelansungan pendidikan. Bertujuan agar peserta didik
mampu membedakan hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk.

f. Melalui metode targhib wa tarhib


Targhib adalah janji yang melibatkan persuasi untuk mau berbuat baik dan menahan diri dari kejahatan.
6) Pujian dan hukuman (targhib wa tahzib)
KH. Sahal mahfudz berpendapat bahwa pesantren memiliki jiwa dan karakter yang sulit dijumpai
pada lembaga pendidikan selain pesantren, yaitu berupa karakter keislamian, karakter sosial
kemasyarakatan, karakter kemandirian, dan karakter keiklasan.
Sudjoko Prasodjo berpendapat bahwa pondok pesantren adalah wadah pembelajaran yang lebih
mengedepankan prinsip-prinsip keagamaan. Model pembelajaran yang ditawarkan adalah model
pembelajaran non klasikal, biasannya dihuni oleh santri yang tinggal di pesantren tersebut, sedangkan
pesantren berasal dari kata dasar santri yang diawali “pe” dan diakhiri “an” berarti linkungan tinggal9.
Sebagai salah satu pendidikan tertua di Indonesia pondok pesantren adalah lembaga pendidikan
yang lebih mengedepankan dua aspek sebagai penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu aspek
keagamaan dan aspek kehidupan sosial. Sebagai salah satu lembaga pendidikan di Indonesia pondok
pesantren mampu menjaga dan melestarikan budaya-budaya di Indonesia, nilai-nilai yang pernah
diajarkan dengan metode multifaset. Berdasarkan kurikulumnya, pesantren dapat digolongkan menjadi
tiga bagian, yakni pondok salafiyah, pondok modern dan pondok gabungan (komperhensif). Beberapa
komponen dalam pondok pesantren, yakni kyai (ustadz atau ustadzah), asrama, masjid, peserta didik
(santri), dan pembelajaran kitab kuning (tafaqquh fi al-din)10
Tujuan di dirikannya pondok pesantren di berbagai daerah antara lain yaitu:
1. Mengajar dan memberikan ilmu keislaman sesuai petunjuk Al-Qur`an dan Hadits.
2. Mengajarkan pengetahuan makna budi pakerti dan adab.
3. Mengajarkan kadar keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4. Lukman Hakim Saifuddin (Mentri Agama RI) berpendapat bahwa, semua santri berpotensi
mendirikan perekonomian rakyat, karena selain pembelajaran agama, para santri pondok
pesantren terbiasa dengan pendidikan mandiri sekaligus berhadapan dengan orang lain dalam
kehidupan sehari-hari.

9
Sukma.
10
Mnur Fadhilah, “KAJIAN TEORI: Konsep Santri Dan Pesantren.”
Pondok pesantren memiliki berbagai macam jenis dalam mengajarkan berbagai ilmu agama di
dalamnya, sejalan dengan perkembangan zaman pesantren mengalami perubahan, Secara umum pondok
pesantren memiliki beberapa versi yakni:

1. Pesantren Tradisional

Pesantren tradisional merupakan lembaga pendidikan yang mendidik pengetahuan tentang


agama Islam dan kitab kuning yang dikarang para ulama`. Menggunakan tata cara pembelajaran sorogan
(pengajaran perseorangan), dan diskusi.

2. Pesantren Modern
Bentuk pesantren ini memiliki sifat kekinian (modern), dengan menuangkan wawasan global
menggunakan metode kajian yang nyata dan kekinian, dan menambahkan Bahasa Arab dan Bahasa
Inggris sebagai penghantar dalam pembelajaran.

3. Pondok Pesantren Terpadu


Pesantren terpadu adalah jenis pesantren yang menggabungkan pesantren salafiyah dengan
pesantren modern. Biasanya pesantren terpadu ini adalah santri atau orang yang tinggal di pondok
pesantren dan juga harus bersekolah di sekolah formal seperti SD, SMP, atau SMA untuk menempuh
perguruan tinggi. Diantara jenis tersebut, menurut Zuhriy (2011), pesantren salafiyah merupakan
pesantren yang pertama kali muncul. Pesantren salafiyah biasanya didirikan di pedesaan, oleh kareana itu
identic dengan sikap santri dan kyai yang sederhana, ikhlas, dan rendah hati. Seiring berjalannya waktu,
system pendidikan pesantren mulai menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tanpa merusak nilai-
nilai material yang dikandungnya, termasuk keberadaan pesantren yang lain yaitu pesantrean modern dan
terpadu.

2. Sistem Pendidikan Nasional.


Pendidikan sangat penting untuk masa depan anak. Ketika anak-anak bersekolah, mereka
memiliki keterampilan berpikir terbaik dengan bantuan pendidikan mereka dapat memecahkan masalah
sehari-hari. Kemampuan berpikir anak pasti akan maju dan berkembang. Banyak faktor penyebab anak
putus sekolah, seperti faktor ekonomi, akses yang sulit dan minimnya sekolah di daerah terpencil, serta
faktor lingkungan. Jika anak kurang pengawasan orang tua dan berperilaku buruk di masyarakat, pasti
akan berdampak buruk bagi masa depan anak karena, pengaruh lingkungan bermain anak sangat
mempengaruhi cara berpikir anak kedepannya. Pada saat yang sama, orang tua berharap agar anak-anak
mereka mendapatkan pendidikan yang baik dan melanjutkan ke sekolah menengah untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Namun, banyak juga orang tua yang kurang mengawasi anaknya, misalnya sibuk
dengan pekerjaan dan hanya memaksakan formalitas tanpa melibatkan anaknya dalam belajar.

Pendidikan nasional adalah pendidikan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia (195) dan UU Pendidikan dan Pengajaran No. 12 Tahun 195, UU No.2 tentang
system dan undang-undang pendidikan nasional. 20, 2003. Sistem pendidikan umum dan pendidikan
Islam merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem pendidikan nasional, keduanya saling
berkaitan dan memiliki sifat yang saling melengkapi. Di satu sisi, tujuan pendidikan nasional adalah untuk
mengembangkan kesempatan peserta didik menjadi manusia yang berguna dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, dan diharapkan menjadi warga negara yang baik serta
memiliki rasa kemanusiaan dan tanggung jawab. Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional
yang utamanya mempelajari ilmu-ilmu agama Islam dan menerapkannya dalam beramal dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai lembaga pendidikan tradisional, pesantren memegang peranan penting
dalam mencerdaskan anak bangsa, misalnya pembinaan kepribadian, penguatan akhlak dan pembekalan
ilmu merupakan tujuan pondok pesantren.

Model pengajaran pesantren tidak berbeda jauh dengan sistem lembaga "asli" mereka. Tentu
dengan isi yang berbeda, yaitu pelajaran atau ajaran “baru” yang disebut agama Islam. Sistem pendidikan
dan tujuan pendidikan tambak sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Saat ini, tradisi pesantren
muncul dan berupaya memperkuat perannya untuk memajukan bangsa Indonesia di berbagai bidang
kehidupan, sehingga cita-cita membangun peradaban Indonesia modern dengan keluhuran sebagai
kekuatan utama bangsa tercapai lebih cepat. Pesantren mengajarkan mata pelajaran ilmu agama kepada
relatif sedikit santri yang berkelakuan baik, terlatih khusus dalam bidang agama, dan mempelajari
berbagai materi dan amalan keagamaan di pesantren non muslim.

Tujuan pendidikan dalam satu satuan pendidikan, yaitu kaum tani, jelas mencerminkan watak
manusia, bahwa lulusan kaum tani diharapkan memiliki keterbukaan dan iman, ilmu pengetahuan dan
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga pondok pesantren memiliki gambaran umum tentang
tujuan minimal yang harus dicapai santri di pondok pesantren, seperti pondok pesantren yang lulusannya
hafal Al Quran atau pesantren yang lulusannya menguasai bahasa Inggris atau bahasa Arab.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang didirikan dan diselenggarakan berdasarkan keinginan
tauhid, dorongan ibadah dan semangat dakwah untuk mengungkapkan nilai-nilai Islam, baik ketuhanan
maupun kemanusiaan, melalui kegiatan pembelajaran yang tertuang dalam lima kelompok. Program dan
praktik pendidikan Islam11 sedangkan Ahmat Tafsir memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam
mengacu pada bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia dapat berkembang secara optimal
sesuai dengan ajaran Islam12

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang menyatakan bahwa
“Kebudayaan nasional mengembangkan keterampilan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bernilai dalam rangka pendidikan kehidupan bangsa, dengan tujuan untuk mengembangkan
kesempatan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, manusia yang sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sistem pendidikan pesantren merupakan bagian dari struktur internal pendidikan Islam di
Indonesia yang dipraktikkan secara tradisional yang menjadikan Islam sebagai way of life. Sebagai bagian
dari struktur internal pendidikan Islam di Indonesia, terutama fungsinya sebagai lembaga pendidikan,
juga sebagai lembaga dakwah, kepemimpinan masyarakat bahkan perjuangan. Abdurrohman
mengidentifikasi beberapa pola umum pendidikan Islam tradisional sebagai berikut:

1. Kyai dan santri memiliki hubungan yang erat

2. Tradisi tunduk dan patuh kepada Kyai

3. Pola hidup sederhana (zuhud)

4. Kemandirian

5. Mengembangkan suasana dan tradisi saling tolong-menolong dan suasana persaudaraan

6. Disiplin yang ketat

7. Hidup dalam tingkat keagamaan yang tinggi13

Di pesantren, sistem pendidikan dibagi menjadi dua kelompok, yang pertama klasikal dan yang
kedua non-klasik. Pesantren sebagai lembaga pendidikan tidak hanya mengajarkan ilmu dan pengetahuan

11
Almu’tasim, “Konsep Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Perspektif Prof. Dr. Muhaimin, MA.”
12
Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam.
13
Junaidi, “Volume 2, Nomor 1, Juli-Desember 2016.”
tetapi juga keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT melalui ibadah rutin dan suasana keagamaan
yang mendukung14

1. Sistem Klasik

Sistem pendidikan klasikal adalah model pengajaran formalistik. Arah pendidikan dan
pengajaran dirumuskan secara tertib dan prosedural serta mencakup periode, kurikulum, jenjang, dan
fungsi. Pembagian tingkatan klasik adalah sebagai berikut : tingkat Madrasah Ibtida`iyah (MI) ditempuh
6 tahun, Madrasah Tsanawiyah (MTS) ditempuh 3 tahun, Madrasah Aliyah ditempuh 3 tahun dan
I`dadiyyah (SP) ditempuh 1 tahun. I'dadiyah adalah madrasah persiapan bagi siswa baru yang akan
pindah ke jenjang pendidikan lain pada tahun ajaran baru (siswa baru tahun depan) dan siswa baru
tersebut dapat mendaftar di ibtida'yyah, tsanawwiyah atau jenjang lain sesuai dengan kemampuannya.
siswa baru. Sistem klasikal dilaksanakan sebagai pembelajaran wajib sesuai dengan kemampuan setiap
siswa dalam menyerap dan memahami informasi yang diberikan. Ini wajib bagi siswa yang mata
pelajarannya disesuaikan dengan tingkat pembelajaran. Dari pertengahan bulan Syawal hingga akhir
bulan Rajab setiap tahunnya. 2 masa libur dalam 1 tahun yaitu 10 hari di bulan Maulid dan 30 hari di
bulan Ramadhan.

2. Sistem Nonklasik

Diklat nonklasik menggunakan metode weton atau bandongan dan sorogan. Metode weton atau
bandongan adalah model pengajian dimana kyai atau ustadz membacakan dan menjelaskan isi kitab
kuning sedangkan santri mendengarkan dan memberi makna. Sebaliknya, sistem sorogan yaitu santri
mengaji dengan nada kyai atau ustadz memberikan koreksi, komentar atau petunjuk seperlunya. Kedua
metode tersebut memiliki nilai penting dan dicirikan oleh pemahaman disiplin ilmu yang keduanya saling
melengkapi. Ungkapan sorogan digunakan untuk sorogan Alquran dan sorogan Kitab Kuning.

Di hadapan guru (umumnya disebut Penyorog), siswa (santri) membaca kitab kuning dan artinya
dengan menggunakan metode makna bahasa umum “utawi iku”. Sambil mendengarkan bacaan,
Penyorog akan mengingatkan apabila ada kesalahan dan mengoreksi cara membaca yang benar. Metode
penafsiran “utawi iku” ini merangkum empat aspek pendidikan:

a. Harakat yang benar, dan mufrodat (kata) dan harokat yang terkait dengan i`rab.

14
Junaidi.
b. Tarkib kebenaran (posisi kata dalam kalimat, mirip dengan bahasa Indonesia SPO-K (Subyek – Predikat
– Obyek – Keterangan) struktur bahasa).

c. Kebenaran Makna Mufradat (kosakata)

Kurikulum sebagai alat belajar mengajar yang dinamis harus dievaluasi dan dikembangkan secara
terus-menerus dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan masyarakat menganggap bahwa menurut
Pasal 36 (2) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia No. 20 Tahun 2003, kurikulum
dikembangkan berdasarkan asas diversifikasi satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik pada
semua jenjang dan jenis pendidikan.

Kurikulum yang dikembangkan di pesantren dapat dibagi menjadi dua jenis sesuai dengan pola
petani itu sendiri, yaitu:

1. Pesantren Salaf (tradisional) Tauhid, tafsir, hadits, ushul fiqh, tasawuf, bahasa Arab (Nahwu, sharaf,
balaghah dan tajwid), logika, moralitas, dan Penerapan kurikulum Pesantren didasarkan pada
kemudahan dan kompleksitas informasi atau masalah yang tercakup dalam buku tersebut. Jadi ada
level pemula, menengah dan lanjutan

2. Pesantren Modern

Pesantren jenis ini memadukan pesantren salafi dengan model pendidikan formal dengan
mendirikan satuan pendidikan seperti SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA/SMK bahkan perguruan tinggi.
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum pesantren yang disesuaikan dengan kurikulum pendidikan
islam dibawah naungan Kementrian Agama di sekolah (madrasah).

Kurikulum khusus pesantren ditugaskan secara local atau dilaksanakan atas kebijaksanaannya
sendiri. Gambaran lain dari kurikulum adalah pembagian waktu belajar, yaitu mereka belajar IPA sesuai
dengan kurikulum yang ada di sekolah (madrasah) selama masa pembelajaran, sedangkan sisa waktu
pembelajaran dari pagi sampai sore tetap. Ciri khas keilmuan pesantren (penghafalan kitab-kitab kuning
klasik).

Kedudukan pesantren dalam pembangunan pendidikan Islam dapat dilihat dari perannya sebagai
sarana perubahan nilai dan budaya yang tertanam dalam unsur-unsur pesantren yang bergerak bersama
dengan tuntutan agama. Di sisi lain, pesantren memberikan kontribusi bagi kemerdekaan bangsa
Indonesia pasca pengusiran dari penjajah, sehingga ketaatan santri kepada kyai memberikan motivasi
tersendiri untuk menanamkan semangat spiritualitas keagamaan dan semangat menjaga tanah air
sebagaimana diwajibkan oleh agama.
Sistem pendidikan umum dan pendidikan Islam merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan
dalam sistem pendidikan nasional, keduanya saling berkaitan dan memiliki sifat yang saling melengkapi.
Di satu sisi, tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kesempatan peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang pada hakikatnya berakhlak
mulia, sehat, berilmu, yang diharapkan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Hubungan pendidikan Islam dalam pendidikan nasional harus bersinergi untuk mengembangkan dan
membina iman, budi pekerti, akhlak, budi pekerti dan ilmu serta pengelolaan ilmu pengetahuan seluruh
rakyat Indonesia. Pendidikan Islam idealnya bertujuan untuk mengubah nilai-nilai, yang kemudian
diharapkan menjadi jalan keluar dari pemecahan masalah bangsa. Sejatinya pendidikan Islam harus
mengarah pada kemampuan mencerdaskan umat tidak hanya menurut ilmu agama (ilmu fardlu 'Ain),
tetapi secara praktis harus mampu memperoleh ilmu melalui panca indera (ilmu fardlu kifayah)15

3.Peran-peran Santri dalam Pendidikan Nasional

Pendidikan berbasis pondok pesantren telah ada sebelum masa kemerdekaan Indonesia. Hal itu
menunjukkan bahwa pendidikan berbasis agama lebih dulu dikenal masyarakat Indonesia dari pada
pendidikan umum. Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan yang melaksanakan pendidikan secara
nasional. Santri sebagai pelaku pendidikan nasional memiliki berbagai peran yang turut mewarnai
pendidikan nasional khususnya pendidikan di Indonesia.
Pendidikan pesantren mengajarkan para santrinya untuk berprilaku sederhana, menerima keadaan
dengan lapang dada dimulai dengan kyai atau pengurus sebagai contoh dalam penerapan sehari-hari.
Pesantren juga mengajarkan ketertiban kepada setiap santrinya. Ketika ada santri yang melanggar
ketertiban tersebut maka akan dikenai sanksi. Sebagai santri harus mampu menerapkan hal-hal yang
diajarkan ketika dipesantren karena santrilah yang menjadi pelaku dalam pendidikan nasional.

Salah satu tujuan mewujudkan lembaga pendidikan Islam secara umum adalah membentuk
karakter manusia yang ideal, sebagaimana ditetapkan pula salah satu tujuan pendidikan nasional, yaitu
terbentuknya masyarakat yang beradab, adil, makmur dan bermartabat. Di sini tidak perlu dipersoalkan
persamaan yang sebenarnya, karena tujuan pendidikan Islam dan pendidikan nasional tidak saling
terpisah, atau bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan nasional juga termasuk salah satu tujuan
pendidikan Islam.

Santri adalah siswa yang dididik diperantren dengan tujuan membimbing dan mengarahkan agar
menjadi individu yang bertakwa, berahlak mulia dan menanamkan kewajiban pada dirinya untuk
beribadah kepada Allah SWT. Ketika di pesantren santri akan mengembangkan karakter individunya yang

15
Sabil and Diantoro, “Sistem Pendidikan Nasional Di Pondok Pesantren.”
akan menjadi bekal untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Santri adalah landasan pendidikan yang
diarahkan ke proses pendidikan yang sesuai dan matang, yang mampu memperbaiki tingkah laku baik
individu atau orang lain yang nantinya akan mewujudkan pendidikan nasional.

Santri adalah seseorang yang mampu menerapkan nilai-nilai islam dalam kehidupan sehari-hari
sehingga mampu mewujudkan karakter islami dalam kehidupannya. Di zaman sekarang, santri telah
mampu mengembangkan ide-ide, buah pikiran, dan gagasan yang mulai disalurkan ke masyarakat. Santri
adalah agen pembangunan yang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungannya.
Kedudukan santri sebagai agen perubahan memungkinkan tercapainya cita-cita masyarakat, dan
kesejahteraan serta pendidikan khususnya.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang bertujuan sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama dan kebudayaan nasional Indonesia16. Tentulah hal itu sejalan dengan
pendidikan yang diterapkan dipondok pesantren yang dipandang sebagai alternatif pendidikan di
Indonesia. Selain mengajarkan pendidikan agama pesantren juga mengajarkan pendidikan nasional hal itu
terbukti ketika kajian-kajian dalam pendidikan di pesantren mengacu pada penerapannya ketika membaur
dengan masyarakat.

Pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan tetapi juga sebagai lembaga yang melestarikan
kebudayaan dalam pengajarannya sehingga mampu melakukan pendekatan melalui cara-cara keagamaan.
Santri melalui ide-idenya mampu mengembangkan kecerdasaan generasi hidup bangsa khususnya
dibidang pendidikan nasional. Santri sebagai tameng dalam pengaruh globalisasi yang semakin meraja
lela dan persoalan-persoalan yang akan dihadapi bangsa sebab dalam kehidupannya dipesantren santri
sudah diajarkan bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Bekal yang didapat santri ketika di pesantren
mampu menjadi bekal untuk memajukan kehidupan bangsa dikemudian hari baik itu masalah politik,
sosial ataupun ekonomi.

Kesimpulan

16
Negeri and Kabupaten, “1339-Article Text-8156-1-10-20210923 (1).”
Daftar Pustaka

Almu’tasim, Amru. “Konsep Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Perspektif Prof. Dr.
Muhaimin, MA.” Pena Islam, 2019.

Haryati, Sri. “Research and Development (R&D) Sebagai Salah Satu Model Penelitian Dalam Bidang
Pendidikan.” Research And Development (R&D) Sebagai Salah Satu Model Penelitian Dalam Bidang
Pendidikan, 2012.

Hidayat, Mansur. “Model Komunikasi Kyai Dengan Santri Di Pesantren.” Jurnal ASPIKOM 2, no. 6
(2017): 385. https://doi.org/10.24329/aspikom.v2i6.89.

Junaidi, Kholid. “Volume 2, Nomor 1, Juli-Desember 2016.” ISTAWA: Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 2
(2016): 95–110.

Mnur Fadhilah. “KAJIAN TEORI: Konsep Santri Dan Pesantren,” 2017, 26–65.

Negeri, Mts, and D I Kabupaten. “1339-Article Text-8156-1-10-20210923 (1),” no. 1 (2015): 16–22.

Sabil, Nurresa Fi, and Fery Diantoro. “Sistem Pendidikan Nasional Di Pondok Pesantren.” Al-Ishlah 19,
no. 2 (2021): 209–30.

Sukma, MRP. “Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter.” Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam 8
(2015): 85–103.

Sulistiono, Budi. “PERANAN PONDOK PESANTREN DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL.”


Jurnal UIN, 2011.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam. PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Zulhimma. “UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU


PENDIDIKAN ISLAM.” JURNAL TARBIYAH, 2015.

Anda mungkin juga menyukai