Anda di halaman 1dari 11

1

STRATEGI PEMBINAAN AKHLAK TERHADAP SANTRI


PONDOK PESANTREN NURUL MA’AD
LANDASAN ULIN BANJARBARU

Oleh : Achmad Fauzi


Dosen FKIP Universitas Achmad Yani Banjarmasin
Jln A. Yani Km 5,5 Komplek Stadion Lambung Mangkurat Banjarmasin

ABSTRAK
Eksistensi pesantren beserta perangkatnya yang ada adalah sebagai lembaga
pendidikan dan da'wah serta lembaga kemasyarakatan yang telah banyak memberikan
warna di daerah pedesaan. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, pesantren dengan
potensi yang dimilikinya dapat berbuat lebih banyak untuk memberikan arahan dalam
kerja rintisan dan usaha-usaha perubahan dan pembaharuan kependidikan serta
pelayanan yang tengah dan akan berlangsung. Pesantren sebagai lembaga pendidikan
Islam memiliki peranan strategis dalam membina akhlak atau moral bangsa dan negara.
Karena pendidikan akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam itu sendiri, dan untuk
mencapai akhlak yang sempurna juga merupakan tujuan sebenarnya dari pendidikan.
Tetapi ini tidak berarti bahwa kita tidak mementingkan pendidikan jasmani atau akal
dan ilmu-ilmu lainnya.
Pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Nurul Ma’ad Landasan
Ulin Banjarbaru adalah; 1) Membiasakan santri untuk mengerjakan hal-hal
terpuji. Metode ini diterapkan agar santri dapat membedakan antara yang benar
(haq) dan yang salah (bathil). Penerapan metode ini dapat berupa: membiasakan
santri disiplin dalam segala kegiatan, dan membiasakan santri untuk hidup
sederhana dan bersahaja. 2) Memberikan nasehat dan pengarahan pada santri.
Metode ini diterapkan agar santri dapat mengontrol prilaku sosial dan
peribadatannya, seperti: menasehati santri tentang keimanan, konsisten
menjalankan agama, ikhlas dalam bekerja, dan lain sebagainya. 3) Memberikan
suri-tauladan yang baik, metode ini diberikan dalam bentuk prilaku terpuji kyai
atau asatidz sehari-hari, baik didepan maupun dibelakang santri. 4) Menjaga
santri dari perbutan tercela, metode ini diterapkan dengan menciptakan
lingkungan pesantren yang serba mendidik.

Kata Kunci: Strategi, Pembinaan Akhlak, Pesantren

PENDAHULUAN

Dalam konteks Pendidikan Nasional pesantren merupakan sub sistem


pendidikan non formal, yakni pendidikan yang berlangsung di luar sistem
persekolahan artinya bahwa pesantren itu merupakan lembaga pendidikan
yang kurikulumnya berbeda dengan kurikulum pendidikan persekolahan,
walaupun mungkin pada sebagian karekteristiknya ada kesamaan. Menurut
Dhofier bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang
sekurang-kurangnya mempunyai 3 ciri umum yaitu, (1) kyai sebagai figur atau
sebagai pimpinan sentral, (2) asrama pondok sebagai tempat santri dan (3)
adanya pendidikan dan pengajaran agama Islam, melalui sistem pengajaran
2

wetan, sorogan dan bandongan, yang sekarang telah berkembang dengan


sistem klasik atau madrasah. Sedang ciri khasnya adalah pemimpin
kharismatik dan suasana kehidupan yang Islami1
Keberadaan pondok pesantren di tengan-tengah perkembangan
pendidikan di Indonesia sangat besar artinya dalam menunjang keberhasilan
tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan
nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi santri agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab2
Tujuan pendidikan nasional Indonesia ini jelas berkeinginan
membentuk manusia yang seimbang antara intelektual dan moral yang
mendukung terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan berakhlak mulia.

Berdasarkan uraian tersebut di atas sangat jelas bahwa pesantren


sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki peranan strategis dalam membina akhlak
atau moral terhadap santri (peserta didik) nya, karena pendidikan akhlak
merupakan jiwa dari pendidikan Islam itu sendiri, dan untuk mencapai akhlak yang
sempurna (mulia) tentu dalam pembinaannya digunakan cara dan berbagai macam
metode .

LANDASAN TEORI

A. Strategi Pembinaan Akhlak


Akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan, ( kesadaran etika dan
moral ) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar
terhadap khaliqnya dan terhadap sesame manusia . Pembinaan akhlak
merupakan perhatian pertama dalam Islam, hal ini dapat dilihat dari salah satu
misi kerasulan Nabi Muhammad SAW yang utama adalah menyempurnakan
akhlak yang mulia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

ِ ‫ِانَّ َما بُ ِعثْتُ ِِلُت َِِّم َم َمك‬


ِ َ‫َار َم ْاأل َ ْخال‬
‫ق‬
ِِ Artinya: “ Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan
akhlak umat manusia “.

Pembinaan akhlak bagi setiap individu sangat penting, karena akhlak


akan mencerminkan kepada kepribadian seseorang, dan untuk membina
akhlak seseorang (santri) tentunya diperlukan beberapa cara atau strategi

1
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Jakarta : LP3ES:1982) hal 16-28
2
Undang-undang RI No. 20 Th. 2003 Sistem Pendidikan Nasional Bandung : SISDIKNAS 2003
h. 7
3

untuk mencapainya tujuan pembinaan akhlak kepada santri. Pembinaan


adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar, terancana, teratur dan terarah
untuk meningkatkan pengatahuan, sikap dan keterampilan subyek didik
dengan tindakan-tindakan, pengarahan, bimbingan dan pengawasan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan3.Pembinaan merupakan usaha yang
dilakukan secara sadar, terarah, terancana, dan teratur untuk mengembangkan,
membina kepribadian yang lebih baik dari yang sebelumnya.
Perhatian Islam terhadap akhlak dapat pula dilihat pada perhatian
Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan dari pada pembinaan
fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan yang baik pula
yang tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan
kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan batin4.
Pembiasaan akhlak dilakukan dengan pembiasan anak sejak kecil
dan juga keteladanan orang tua dalam rumah tangga. Oleh sebab itu anak perlu
dibiasakan melalui latihan keagamaan yang menyangkut tentang akhlak
disamping itu diberikan pengajaran dan penjelasan tentang akhlak.
Zakiah Daradzat mengatakan:Pembinaan moral terjadi melalui
pengalaman-pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan sejak
kecil oleh orang tua dimulai dengan pembiasan hidup sesuai dengan nilai-nilai
moral, yang diturunkan dari orang tua dan mendapat latihan untuk itu5.
Berbagai macam atau cara yang biasa digunakan dalam pembinaan akhlak ini
Abdurrahman an-Nahlawi dalam bukunya Pendidikan Islam di Rumah,
Sekolah dan Masyarakat menggunakan beberapa metode dalam pembinaan
akhlak (kepribadian) anak didik yaitu:. Metode melalui kisah-kisah Qur’ani
dan Nabawi. Metode melalui keteladanan, Metode melalui aplikasi dan
pengalaman, dan metode melalui ibrah dan nasehat6.
.
B. Pengertian Pondok Pesantren
Istilah pondok berasal dari kata funduk dari bahasa Arab yang berarti
rumah penginapan atau hotel, sedangkan dalam bahasa Indonesia yaitu
perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam bentuk kamar-kamar yang
merupakan asrama bagi santri7.
Sedangkan istilah pesantren secara etimologis asalnya pe-santrin–an
yang berarti tempat santri8. Sedangkan menurut Zamakhsyari Dhofier, bahwa
pesantren berasal dari kata santri yang dengan awalan pe di depan dan akhiran
an berarti tempat tinggal para santri. Lebih lanjut beliau mengutip dari
pendapat Profesor Johns bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil, yang
berarti guru ngaji. C.C.Berg menjelaskan bahwa istilah santri berasal dari
istilah Shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku

3
Hidayat, Pembinaan Generasi Muda, Surabaya: Study Group, 1978, h. 26
4
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta, PT. Remaja Grafindo Persada 1996 h. 156-157
5
Zakiah Daradjat, Ilmu JIwa Agama, Jakarta, Bulan Bintang, 1997, cet ke 7, h. 101.
6
Abdurrahman an-Nawawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,
Jakarta, Gema Insani Press 1995 h. 204
7
Prof. Dr. Ridlwan Nasir, MA. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok
Pesantren di Tengah Arus Perubahan, Yogyakarta, 2005, cet. 1, h. 80
8
Zamakh Syari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta,
LP3S, h. 18
4

suci agama Hindu. Kata shastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-
buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan9.
Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan
pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu
agama Islam10. Dalam hal ini Arifin menyatakan bahwa pesantren adalah
suatu lembaga pendidikan Islam yang timbul dan diakui oleh masyarakat
sekitar, dan juga asrama dimana santri menerima pendidikan dan pengajaran
atau muhadatsah yang sepenuhnya di bawah kedaulatan kepemimpinan
leadership seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri khasnya yang bersifat
kharismatik serta independen dalam segala hal.
Dari beberapa definisi di atas dapat digaris bawahi bahwa pondok
pesantren adalah suatu lembaga pendidikan non formal yang independen,
bercorak keislaman, dipimpin oleh seorang ulama kharismatik (kyai) di
dalamnya mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam kepada santri yang tinggal di
pondok atau asrama serta mendapat pengakuan secara luas dari masyarakat.

C. Peran dan Fungsi Pondok Pesantren


Adapun peran dan fungsi pondok pesantren sangat banyak di antaranya
yaitu: Pondok pesantren sebagai lembaga agama, pondok pesantren sebagai
lembaga social, pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan.
Fenomena pondok pesantren yang menjadi ciri kepribadiannya adalah
jiwanya, yaitu roh yang mendasari dan meresapi seluruh kegiatan yang
dilakukan segenap keluarga pondok. Ruh tersebut menurut K.H. Imam
Zarkasyi dirumuskan dengan panca jiwa, yaitu berupa: Keikhlasan,
Kesederhanaan, Persaudaraan, Menolong diri sendiri dan Kebebasan11.
Pondok pesantren sangat berperan besar dalam mengembangkan
akhlak dan mental masyarakat, untuk menghasilkan manusia yang berbudi
tinggi, tahu nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia, alam dan tuhan
yang merupakan tujuan akhir hidup dan kehidupan.

D.Tujuan Pendidikan di Pondok Pesantren


Tujuan kelembagaan pondok pesantren adalah (a)untuk menyiapkan santri
mendalami dan menguasi ilmu agama Islam atau yang lebih dikenal dengan
tafaqquh fiddin, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan
turut mencerdaskan masyarakat Indonesia (b) dakwah menyebarkan agama
Islam (c) benteng pertahanan umat dalam bidang akhlak.12
Sistem pendidikan di pondok pesantren bersifat mandiri dan fleksibel
dalam penentuan kurikulum. Bersifat mandiri dalam pengertian bahwa
pesantren tidak memiliki ketergantungan kepada pihak lain dalam menentukan

9
Prof. Dr. Ridlwan Nasir, MA., Op.cit h. 80
10
Achmad Fauzi, M.Pd, Metode Pengajaran di Pon-Pes Makalah Kuliah Diskusi PAI, h. 11

12
Depag RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan dan
Perkembangannya, (Jakarta, Depag RI Derektorat Jend. Kelembagaan Agama Islam, 2003) h. 9
5

kurikulum. Sedangka bersifat luwes dalam pengertian bahwa pesantren tidak


mengenal batas waktu dan jenis pelajaran.13

E. Faktor-faktor Pendukung Terhadap Pembinaan Akhlak Santri


1. Pembinaan Disiplin Santri
Santri dibina dan dididik tentang ajaran-ajaran Islam sehingga ia
mampu merealisasikan ajaran Islam yang ada dalam kehidupannya sehari-hari.
Hal ini disebabkan karena pesantren adalah lembaga pendidikan yang
berorientasi pada agama, maka nilai-nilai etika yang dijadikan pegangan
adalah bersumber dari falsafah keagamaan yang harus dipatuhi oleh mereka
yang terproses di dalamnya secara menyeluruh tanpa syarat (Mahzar, 1983).
Contoh pembinan disiplin santri yang penulis dapat di pondok pesantern
Nurul Ma’ad adalah Sebahgai beriukut :
a. Membiasakan santri menjalankan shalat 5 waktu dengan berjama’ah.
b. Mengkodisikan lingkungan pondok yang disiplin
c. Memberian petunjuk dan nasehat kepada santri
d. Memberian pendidikan dan pengajaran akhlaq kepada santri
e. Memberikan kontrol kepada santri dalam melaksankan segala aktifitasnya

2. Keteladan seorang pemimpin


 ❑◆  ⬧ ⧫ ⬧
⧫ ☺ ◆ ◆❑
⧫ ⧫❑◆◆  ❑⧫
)21: ‫ (االحزاب‬  ⧫⬧◆

Artinya Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.(QS Al Ahzab. 21)

Bercermin pada firman Allah Swt di atas bahwa Keteladanan seorang


kyai atau ustadz (guru) sangat penting dalam pendidikan agama. Sebagaimana
yang dikatakan Abuddin Nata dalam bukunya Akhlak Tasauf Menjelaskan
bahwa Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran
instruksi dan larangan sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak
cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan itu,
menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus
ada pendekatan yang lestari. Pendidikan tidak akan sukses melainkan disertai
dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.14
Di pondok Pesantren Nurul Ma’ad Kyai dan ustadz (guru)
senantiasa dijadikan sumber keteladanan bagi para santri. Oleh karena kyai
sebagai pemimpin pesantren senantiasa memberikan contoh atau suri tauladan

13
H. M. Amin Haedari, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Moderinitas dan
Tantangan Komlisitas Global (Jakarta: Ird Press, 2004) h. 191
14
Abuddin Nata Aklak Tasauf ( Jakarta: Raja Grafindo Persada , 1996 ) h. 163.
31. Wahid A. 1984. Bunga Rampai Pesantren. Jakarta Dhrma Bakti
6

yang baik kepada para santri dalam segala aspek kehidupannya. Santri
senantiasa dituntut untuk belajar ikhlas (dengan penuh kesadaran bahwa
belajar itu ibadah), serta dituntut untuk mentaati nilai, norma dan tata tertib
yang berlaku dipesantren. Oleh karena itu di pesantren tidak belaku istilah
droup-outs, bagi para santri yang tidak menyelesaikan pelajaran di pesantren
selama ia dapat diolah menjadi manusia yang tunduk kepada tata nilai yang
berlaku di pesantren. 31
Kyai berusaha menjadi panutan berakhlak quraniyah segala tindak
tanduk dan sikap kehidupan kyai mencerminkan kepribadian Al-Qur’an.
Ketika pesantren dihadapkan pada wacana modernitas, yaitu menjaga hal-hal
lama atau tradisi lama yang baik, dan mengambil hal-hal yang baru yang
lebih baik. Di dalam kehidupan sehari-hari dan kegiatan belajarnya, santri di
ajak dan tidak diperbolehkan membawa bentuk-bentuk modernitas yang dapat
merusak mental seperti; cover, buku porno, maksudnya koran-koran atau
media informasi yang lain pun sangat selektif walaupun ada televisi yang
disetel adalah berita dan informasi.
Motto pesantren adalah beriman sempurna, berilmu luas dan beramal
sejati, yang selalu ditekankan kepada setiap santri sebelum dan selama
mengikuti pendidikan dan pengajaran di pesantren ini, kelak setelah lulus para
santri benar-benar memiliki atau terbingkai pola hidup dan perilaku sehari-
harinya sebagai wujud akhlaq mulia yang dihasilkan dalam pesantren.

F. Faktor-faktor Penghambat Terhadap Pembinaan Akhlak Santri


1. Kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak,
kedudukan keluarga dalam perkembangan kepribadian anak atau akhlak
sangatlah dominan. Orang tua hendaknya memelihara hubungan yang
harmonis, penuh pengertian dan kasih sayang antara anggota keluarga,
hubungan yang harmonis penuh pengertian dan kasih sayang akan
membuahkan perkembangan prilaku anak yang baik, sedangkan yang tidak
harmonis seperti pertengkaran yang sampai keperceraian akan mempengaruhi
perkembangan pribadi yang tidak baik.
Suasana keluarga yang tidak harmonis, tentunya perhatian dan
bimbingan kepada anak tidak berjalan lancar, baik pemberian kasih sayang
dan bimbingan dalam sikap dan tingkah lakunya, maka anak di sini akan
melakukan prilaku yang menyimpang seperti sering berbohong, keras kepala,
dan tidak menurut.15

2. Arus globalisasi
Globalisasi ibarat pisau bermata dua, satu sisi menguntungkan tapi disatu
sisi merugikan (Mukti, H. 1997). Dengan globalisasi kita mengetahui
perkembangan zaman, kecanggihan teknologi informasi, mengetahui
peristiwa-peristiwa yang terjadi dibelahan dunia dan lain sebagainya, namun
di sisi lain akibat globalisasi dan informasi tersebut membawa dampak
negatif terhadap berbagai macam lapisan masyarakat karena tidak mampu

15
Drs. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (
Bandung : PT. Remaja Rosdakrya , 2001) h. 138-139
7

menyaring informasi secara selektif bagi kebutuhannya sendiri. Dengan


canggihnya teknologi dan derasnya arus informasi dari berbagai belahan dunia
khususnya dari negara barat, sampai pula pada budaya, gaya hidup dan cara
berfikir yang tidak Islami.. Belum lagi tontonan atau hiburan yang
ditontonkan/ disiarkan di televisi, tidak lagi sekedar mengisi waktu lowong,
tetapi juga membawa pandangan hidup, ukuran perbuatan dan sebagainya.
Tontonan adalah tuntutan, akibatnya bukan tidak mungkin budaya, gaya hidup
kita tercemari dan marambat masuk ke dalam budaya masyarakat dan
lingkungan pendidikan termasuk lingkungan pesantren.

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan


Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian lapangan (field
research), adapun pendekatannya yaitu dengan pendekatan kualitatif yang
bersifat deskriptif yaitu menggambarkan atau menguraikan sesuatu hal
menurut apa adanya, menggambarkan masalah yang diteliti dengan
menggunakan pendekatan induktif.

B. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh santri di pondok Pesantren Landasan
Ulin Banjarbaru.
2. Obyek Penelitian Adapun yang menjadi obyek penilitan ini adalah Strategi
Pembinaan Akhlak Terhadap Santri Pondok Pesantren Nurul Ma’ad
Landasan Ulin Banjarbaru

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Metode Pembinaan Akhlak Di Pondok Pesantren Nurul Ma’ad


Banjarbaru
Tugas yang sangat penting dan mendukung proses pendidikan adalah
membina akhlak, mengajar sebagai tugas guru dan belajar sebagai tugas
santri, agar tugas-tugas ini dapat dilaksanakan dengan baik dan menganai
sasaran atau tujuan maka tentunya memerlukan cara atau metode. Berikut ini
penulis paparkan bagaimana metode pembinaan akhlak yang diterapkan di
Pondok Pesantren Nurul Ma’ad Banjarbaru.

1. Membiasakan Santri Untuk Mengerjakan Hal-Hal Yang Terpuji.


Pada dasarnya akhlak yang harus dimiliki oleh setiap muslim
terbagi menjadi dua bagian, pertama akhlak lahir, seperti bergaul, makan,
minum, dan berpakaian. Kedua, akhlak batin seperti ikhlas, tawakkal, dan
sabar. Kedua akhlak tersebut hanya bisa tercapai bila dibiasakan dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang santri maka sudah seharusnyalah
8

kita membiasakan diri untuk melakukan hal-hal yang terpuji, sebagaimana


contoh di atas.
.
2. Menasehati Dan Mengarahkan Santri
Metode ini diberikan pada santri dengan harapan agar mereka dapat
membedakan antara yang benar dan yang salah. Sebagai contohnya menasehati
santri tentang keimanan, konsisten menjalankan agama, ikhlas dalam bekerja,
dan lain sebaginya. Nasehat dan pengarahan ini diberikan dengan harapan
agar santri dapat mengotrol diri, serta dapat menjaga dari hal-hal yang
dilarang agama.

3. Memberikan Suri-Tauladan yang Baik


Metode ini diberikan dalam bentuk prilaku terpuji kyai/asatidz
sehari-hari, baik di depan santri maupun dibelakangnya, karena pribadi
kyai/asatidz bagi santri adalah orang yang disegani dilingkungan
pesantren. Ketaatan santri dalam menjalankan perintah, larangan, dan
nasehat kyai/asatidz lebih tinggi apabila kyai/asatidz juga melaksanakan
apa yang dikatakannya. Dan sebaliknya jika kyai/asatidz tersebut hanya
pandai menasehati saja, tanpa ada aplikasi nyata maka ketaatan mereka
pada kyai/ustadz akan luntur. Karena mereka adalah figur bagi
lingkungannya.

4. Menjaga Santri Dari Perbuatan Tercela


Metode ini diterapkan dengan menciptakan lingkungan pesantren
yang serba mendidik, karena kadang-kadang buruknya prilaku santri
disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang tidak edukatif. Untuk itu
tujuan dari di asramahkannya santri itu bukan hanya untuk memudahkan
mereka belajar di pesantren namun juga agar mereka tidak bergaul dengan
orang luar yang memiliki sifat yang tidak terpuji. Karena lingkungan luar
sangatlah komplek dan tidak sengaja diciptakan untuk tujuan pendidikan.
Untuk mengoptimalkan empat metode pembinaan akhlak santri
tersebut di atas, maka perlu kiranya ada upaya-upaya pihak pesantren yang
dapat mendukung metode tersebut. Dalam hal ini kyai, astatidz, dan
pengurus pesantren membuat suatu perundang-undnagan atau tata tertib
pesantren.

B.Upaya yang mendukung Metode Pembinaan Akhlak Santri


Adapun upaya yang dapat mendukung metode pembinaan akhlak
santri Pondok Pesantren Nurul Ma’ad Banjarbaru, adalah sebagi berikut:

1. Menciptakan Lingkungan Pesantren Yang Edukatif


Sebuah lingkungan dikatakan ideal apabila lingkungan tersebut
mengandung unsur pendidikan. Maka hendaknya diusahakan apa yang
dilihat, didengar, dan dirasakan santri di lingkungan pesantren pun harus
mencerminkan unsure-unsur pendidikan. Konsekuensinya dengan
menjadikan kyai dan asatidz sebagai sentral figurnya, masjid/musholah
sebagai pusat kegiatannya, dan asrama sebagai tempat tinggalnya yang
9

dilandasi kekuatan ruh/jiwa pesantren yang menjadi pegangan hidup dan


besar pengaruhnya terhadap kepribadian para penghuninya.
2. Pemberian Materi Pelajaran Akhlak
Untuk menanamkan akhlak pada pribadi santri di pondok pesantren
dapat dilaksanakan di dalam kelas, seperti dalam pelajaran aqidah akhlak,
tasawuf, hadits, tafsir, dan mahfudzat. Atau juga bisa di luar kelas.
Pemberian materi akhlak tersebut sangat menunjang bagi pembinaan
akhlak santri. Hal ini dimaksudkan agar santri kelak bila sudah benar-
benar tejun kemasyarakat siap secara lahir dan batin.

3. Memberikan Hukuman Bagi Santri Yang Melanggar


Faktor pendukung pembinaan akhlak santri yang tidak kalah pentingnya
adalah pemberian hukuman bagi santri yang melanggar aturan, baik aturan
agama misalnya minuman keras, narkoba, dan lain-lain, maupun aturan
yang telah ditetapkan pesantren, misalnya hukuman bagi santri yang
meninggalkan shalat jama’ah, ngaji, dan lain sebagianya. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan pelajaran pada santri bahwa setiap
perbuatan itu ada balasannya, disamping juga untuk membiasakan santri
untuk berdisiplin dalan segala kegiatan.
4. Larangan Memakai Pakaian Yang Tak Sopan
Pakaian disamping berfungsi sebagi estetika juga – yang paling utama-
berfungsi sebagai penutup aurat. seperti sarung, gamis, kopyah, dan surban
adalah ciri khas pakian keseharian santri dalam melakukan segala aktifitas
di pesantren. Berarti pakian yang tidak berfungsi dan berciri sebagaimana
di atas dianggap tabu, tidak sopan, bahkan dapat dikatan melanggar norma,
baik agama maupun susila.
Dari sini dapat diketahui bahwa untuk menunjang dan mendukung
terlaksananya metode pembinaan akhlak di atas, Pondok Pesantren Nurul
Ma’ad Banjarbaru juga menerapkan beberapa kebijakan dalam pesantren,
yaitu; 1) Menciptakan lingkungan pesantren yang serba edukatif, 2) laranagan
bergaul dengan masyarakat di luar lingkungan pesantren, 3) pemberian meteri
pelajaran akhlak, 4) pemberian hukuman bagi santri yang melanggar, dan 5)
larangan memakai pakaian yang melanggar norma, agama dan susila.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Melihat hasil analisa dari data tabel tentang metode pembinaan akhlak
santri Pondok Pesantren Pondok Pesantren Nurul Ma’ad Banjarbaru. di atas,
maka peneliti dapat menyeimpulkan hasil dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Metode yang di terapkan dalam membina akhlak santri Pondok Pesantren
Nurul Ma’ad Banjarbaru. adalah;
a) Membiasakan santri untuk mengerjakan hal-hal terpuji. Metode ini
diterapkan agar santri dapat membedakan antara yang benar (haq) dan
yang salah (bathil). Penerapan meetode ini dapat berupa: membiasakan
santri disiplin dalam segala kegiatan, dan membiasakan santri untuk hidup
sederhana dan bersahaja.
10

b) Memberikan nasehat dan pengarahan pada santri. Metode ini diterapkan


agar santri dapat mengontrol prilaku sosial dan peribadatannya, seperti:
menasehati santri tentang keimanan, konsisten dalam menjalankan agama,
ikhlas dalam bekerja, dan lain sebagainya.
c) Memberikan suri-tauladan yang baik, metode ini diberikan dalam bentuk
perilaku terpuji kyai atau asatidz sehari-hari, baik didepan maupun
dibelakang santri.
d) Menjaga santri dari perbutan tercela, metode ini diterapkan dengan
menciptakan lingkungan pesantren yang serba mendidik.
2. Upaya-upaya yang dilaksanakan Pondok Pesantren Nurul Ma’ad Banjarbaru.
yang dapat mendukung tercapainya metode pembinaan akhlak santri adalah
sebagai berikut: a) Menciptakan lingkungan pesantren yang serba edukatif, b)
laranagan bergaul dengan masyarakat di luar lingkungan pesantren, c)
pemberian materi pelajaran akhlak, d) pemberian hukuman bagi santri yang
melanggar, dan f) larangan memakai pakaian yang melanggar norma, agama
dan susila.

B. Saran-Saran
Berdasarkan penelitian dan kesimpulan di atas, maka dalam rangka
mengoptimalkan metode pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Nurul
Ma’ad Banjarbaru, maka seyogianya:
1. Pengasuh Pondok pesantren, untuk lebih meningkatkan lagi tenaga-tenaga
didiknya dalam membina dan meningkatkan kualitas akhlak santri.
2. Dewan Guru, hendaknya lebih meningkatkan berbagai usaha yang dapat
mendukung pembinaan akhlak santri tersebut. Dan faktor yang menghambat
tidak menjadikan surutnya minat dan semangat dalam melakukan usahanya,
akan tetapi hendaknya mencari pemecahan dari berbagai hambatan yang
dihadapi.
3. Santri, sebagai elemen penting pondok pesantren hendaknya mentaati segala
peraturan yang telah digariskan pondok pesantren, serta menjalankan apa
yang sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang santri terhadap kyainya.
11

Anda mungkin juga menyukai