Anda di halaman 1dari 4

Tema : Optimalisasi fungsi keluarga sebagai institusi pendidikan luar sekolah

Istilah optimalisasi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) berasal dari kata
dasar “optimal” yang memiliki arti terbaik;tertinggi;paling menguntungkan.Intinya optimalisasi
ialah suatu bentuk upaya untuk menjadikan fungsi sesuatu hal agar menjadi lebih bernilai dari
yang sebelumnya.

Adapun istilah keluarga didalam islam dikenal dengan kata “Al-Ushrah” atau bisa juga
“Nasab”.Menurut ilmu antropologi, keluarga diartikan sebagai suatu kesatuan social terkecil
yang ada pada kehidupan manusia sebagai makhluk social yang memiliki tempat tinggal,
ditandai dengan adanya kerja sama ekonomi dan terdapat aktivitas
mendidik,melindungi,merawat dan lain sebagainya.1

Kata pendidikan apabila merujuk pada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memiliki
makna perbuatan untuk mendidik. Oleh karenanya, pendidikan lebih mengarah pada cara/strategi
untuk melakukan suatu perbuatan dalam rangka mendidik. Sedangkan menurut Undang-undang
No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

Usaha sadar dan terencana artinya pendidikan merupakan produk hasil dari pemikiran
yang matang dan disengaja. Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran ini memiliki
2 substansi. Pertama, mewujudkan suasana belajar yang mana ini merupakan tuntutan bagi
seorang guru/pendidik terkait cara atau strategi untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang
ideal bagi murid atau yang kita kenal dengan istilah pedagogik. Kedua, mewujudkan proses
pembelajaran yang mana ini lebih mengarah pada upaya seluruh elemen pendidikan untuk

1
Tim Pakar Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Pendidikan Islam Dari Paradigma Klasik Hingga
Kontemporer. Malang: UIN-Malang Press,2009. Hal.62.

2
Abdul Rachman Saleh. Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa. Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada,2006. Hal 2.
mewujudkan/mencapai tujuan-tujuan pembelajaran itu sendiri. Memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan negara menggambarkan tujuan pendidikan yang ingin
dicapai. Disitu sangat jelas bahwa tujuan pendidikan yang dimaksud berdimensi Hablum
minallah dan Hablum minannaas. Dalam arti lain tujuan tersebut bukan bersifat individualistik
ataupun sosialistik, tapi menyeimbangkan kedua-duanya.

Dalam konteks keislaman, kata pendidikan terbagi menjadi 3 istilah populer sebagaimana
yang banyak digunakan oleh para ulama ataupun penulis.3 Pertama, Tarbiyah
(mengembangkan/menumbuhkan) artinya pendidikan merupakan suatu aktifitas yang bertujuan
untuk menumbuhkan atau mengembangkan segala potensi yang melekat pada diri manusia baik
berupa potensi fisik,psikis,talenta dan lain sebagainya. Kedua, Ta’lim (mengajar/melatih) artinya
pendidikan merupakan suatu aktifitas mentransfer ilmu dari seorang guru/pendidik pada
muridnya. Ketiga, Ta’dib (adab/budi pekerti) artinya pendidikan merupakan suatu sarana untuk
mengenalkan nilai-nilai akhlak terpuji berdasarkan ajaran agama kepada manusia.

Adapun menurut tokoh pemikir pendidikan islam Ibnu Qayyim, istilah pendidikan
mengandung 2 makna.Pertama, pendididikan yang berhubungan dengan ilmu seorang
guru/pendidik, artinya pendidikan tersebut dilakukan oleh seorang guru terhadap ilmunya agar
ilmu yang ia miliki menjadi sempurna dan menyatu dengan dirinya disamping memang supaya
ilmu tersebut semakin bertambah .Kedua, pendidikan yang berhubungan dengan orang lain,
artinya aktifitas pendidikan yang dilakukan seorang guru/pendidik dalam rangka mendidik
manusia dengan ilmu yang ia miliki secara bertahap. Sehingga, pendidikan menurut Ibnu
Qayyim diartikan sebagai suatu usaha mewujudkan manusia teladan yang memiliki
keistimewaan sesuai dengan fitrahnya yakni manusia shaleh yang mencintai kebaikan,
mendakwahkannya pada sesama dengan tabah dan penuh keyakinan dalam menghadapi
rintangan dan cobaan diiringi dengan sikap istiqomah, kejujuran dan keikhlasan.4

3
Mukhtar Hadi. “Hakikat Sistem Pendidikan Islam”. Jurnal Tarbawiyah, Vol.10 No.2, 2013, Hal 35.
4
Tim Pakar Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Op. cit. 2009. hal 227.
Kesimpulan Pendidikan

Pendidikan adalah suatu bentuk aktifitas yang dilakukan secara disengaja dan terencana oleh
manusia untuk menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki manusia sesuai dengan fitrahnya
untuk mencapai tujuan yang bersifat vertical dan horizontal.

Fungsi Pendidikan

 Menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa maksudnya adalah manusia yang selalu
taat dan patuh pada Allah Swt. dan menjauhi semua larangan-Nya.
 Menyediakan segala fasilitas yang sekiranya tugas pendidikan islam itu sendiri bisa
tercapai dengan baik.5
 Menjadikan warga negara yang bertanggungjawab dan demokratis maksudnya adalah
wujud dari iman dan takwa seseorang bisa dibuktikan dalam bentuk kecintaan terhadap
tanah air.

Fungsi Keluarga

 Memberikan keyakinan agama


 Menanamkan nilai moral, budaya dan budi pekerti yang baik.
 Memberikan pengetahuan dan melatih keterampilan anggota keluarga yang ada
didalamnya.

Upaya mengoptimalkan pendidikan didalam keluarga

 Mendapatkan teman hidup yang sholih/sholihah (QS. Al-Furqan Ayat 74)6


Kesholihan/kesholihahan teman hidup tidak hanya dilihat dari tampilan fisik saja tetapi di
ikuti dengan keindahan akhlak dan hati. QS. Al-Furqan Ayat 74 bukan hanya mengajarkan
kaum adam untuk menjadi seorang pemimpin, tetapi lebih dari itu yang perlu dibentuk
adalah pribadi yang muttaqin (bertakwa) sebelum menjadi seorang pemimpin ditengah
keluarga. Berangkat dari potret kecil inilah yang nantinya bisa melahirkan/mewujudkan
generasi yang bertakwa sesuai dengan fungsi pendidikan.

5
Triyo Supriyatno. M.Ag. Humanitas Spiritual dalam Pendidikan. Malang: UIN-Malang Press,2009. Hal 13.
6
Suheri, M.Pd.I. Desainer Madrasah Badean;Jejak Pemikiran KH.Imam Barmawi Burhan. Surabaya: Imtiyaz,2015.
Hal 90.
 Menerapkan pergaulan yang sholih (baik).
Hal ini perlu dilakukan karena bisa memberikan dampak yang cukup besar untuk
kelangsungan pendidikan didalam keluarga. Dengan menerapkan hal ini diharapkan bisa
memicu anggota keluarga,khususnya anak supaya memiliki budi pekerti yang baik. Hal ini
juga bisa kita temukan di salah satu hadits Nabi yang mengatakan bahwa perumpamaan
pergaulan yang baik ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi dan petikan syair Tombo
Ati (wong kang sholeh kumpulono).

 Menerapkan pola asuh yang baik dan benar terhadap anak.7


Pola asuh yang dimaksud ialah bagaimana cara atau sikap orangtua dalam mendidik
anak,baik secara langsung maupun tidak langsung.
 Secara langsung artinya bentuk asuhan orangtua yang bersentuhan langsung dengan
pembentukan kepribadian anak secara sengaja yang bisa dilakukan melalui bentuk
perintah, larangan dan sebagainya.
 Secara tidak langsung artinya bentuk asuhan orangtua yang mengharuskan orangtua
memberikan contoh atau/teladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari, seperti
bagaimana cara bertutur kata yang baik sesuai dengan ajaran agama dan norma yang
berlaku.

7
Tim Pakar Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim. Op. Cit. 2009. Hal 67.

Anda mungkin juga menyukai