Anda di halaman 1dari 21

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA

AKHLAK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI


04 RANGSANG

PROPOSAL

Dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Seminar proposal pada
Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh;

MELIYANA
NIMKO : 1210.17.2025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
NURUL HIDAYAH SELATPANJANG
2021
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu upaya yang secara sengaja dan terarah untuk

“memanusiakan” manusia. Melalui suatu proses pendidikan, manusia dapat

tumbuh dan berkembang secara wajar dan “sempurna” sehingga ia dapat

melaksanakan tugas sebagai manusia serta memelihara sekelilingnya secara baik

dan bermanfaat. Pendidikan juga suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam

kehidupan manusia. Karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

potensi yang ada pada dirinya, yaitu potensi yang Allah anugerahkan kepada

setiap insan.

Pendidikan akan berlangsung sepanjang hidup manusia. Semenjak

manusia dilahirkan, orang yang pertama mendidiknya adalah kedua orang tuanya.

Kemudia kedua orang tuanya membutuhkan sosok pendidik yang dapat

memberikan pendidikan yang bagus kepada anaknya, yaitu dengan mengantar

anaknya ke lembaga pendidikan atau sekolah.

Di sekolah orang yang sangat berperan dalam mendidik anak adalah guru.

Dapat dikatakan guru merupakan pendidik kedua setelah kedua orang tua seorang

anak maupun siswa. Di sekolah guru menjadi tumpuan yang paling utama dalam

pelaksanaan pembelajaran. Suatu lembaga pendidikan atau sekolah tidak disebut

lembaga apabila didalamnya tidak terdapat sosok seorang pendidik atau guru.

Guru pendidikan agam Islam merupakan seorang yang memberikan

pendidikan atau ilmu dalam bidang aspek keagamaan dan membimbing anak

didik kearah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang

berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan akhirat.


Selain itu Guru sebagai pendidik professional, karenanya secara implisit ia

telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab

pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua. Mereka ini, tatkala

menyerahkan anaknya ke sekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian

tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru.1

Guru merupakan komponen paling menentukan dalam system pendidkan

secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama.

Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategi ketika berbicara

masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam

system pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan

pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal disekolah. Guru juga

sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan

proses belajar-mengajar. Guru merupakan komponen yang paaling berpengaruh

terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena

itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan tidak akan guru yang professional dan berkualitas. Dengan kata lain

perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru

pula.2

Guru adalah seorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang

dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya membimbing muridnya. Ia

harus sanggup menilai diri sendiri tanpa berlebih-lebihan, sanggup berkomunikasi

Zakiah Daradjat, (2014), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : PT Bumi Aksara, h.39.
1
2
E. Mulyasa, (2009), Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, h.5.
dan bekerja bersama dengan orang lain. Selain itu perlu diperhatikan pula dalam

hal mana ia memiliki kemampuan dan kelemahan.3

Pendidikan agama merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata

“pendidikan” dan “agama”. Dalam Kamuss Umum Bahasa Indonesia, pendidikan

berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti

“proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan latihan.”4

Sedangkan arti mendidik itu sendiri adalah memelihara dan memberi

latihan (ajaran) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Istilah pendidikan

adalah terjemahan dari bahasa yunani paedagoige yang berarti “pendidikan” dan

paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak”. Sementara itu, orang

yang tugasnya membimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat

berdiri sendiri disebut paedagogos. Istilah paedagogos berasal dari kata paedos

(anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).

Berpijak dari istilah di atas, pendidikan bisa diartikan sebagai usaha yang

dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk

membimbing/memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah

kedewasaan. Atau dengan kata lain, pendidikan ialah “bimbingan yang diberikan

dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya,

baik jasmani maupun rohani, agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakatnya.”

3
Zakiah Drajat, (2008), Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta PT Bumi Aksara,
h.266.
4
Yadianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: M2s, 1996), Cet. Ke-1,
h.88.
Dalam bahasa inggris, kata yang menunjukkan pendidikan adalah

“education” yang berarti pengembangan atau bimbingan.5 Sementara itu,

pengertian agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu: “kepercayaan

kepada Tuhan (dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-

kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.”6

Ada beberapa pengetian atau definisi tentang agama, yaitu:

a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang

harus dipatuhi.

b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.

c. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan

pada suatu sumber yang berada diri manusia dan yang mempengaruhi

perbuatan-perbuatan manusia.

d. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan hidup tertentu.

e. Suatu system tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib.

f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber

pada kekuatan gaib.

g. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan

perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar

manusia.

h. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang

rasul.7
5
Ramyulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. Ke-1, h.1.
6
Anton M. Moeliono, et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1989), Cet. Ke-2, h.9
7
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Beberapa Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), Cet.
Ke-4, h.10.
Agama adalah aturan perilaku bagi umat manusia yang sudah ditentukan

dan dikomunikasikan oleh Allah Swt. Melalui orang-orang pilihan-Nya yang

dikenal sebagai utusan-utusan, rasul-rasul, atau nabi-nabi. Agama mengajarkan

manusia untuk beriman kepada adanya keesaan, dan Supremasi Allah yang

Mahatinggi dan berserah diri secara spiritual, mentsl, dan fisikal kepada kehendak

Allah, yakni pesan nabi yang membimbing kepada kehidupan dengan cara yang

dijelaskan Allah.8

Dari keterangan dan pendapat di atas dapat diketahui bahwa agama adalah

peraturan yang bersumber dari Allah Swt. Yang berfungsi untuk mengatur

kehidupan manusia, baik hubungan manusia dengan Sang Pencipta maupun

hubungan antarsesamanya yang dilandasi dengan mengharap ridha Allah Swt.

Untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Lalu, pengertian islam itu sendiri adalah “ Agama yang diajarkan oleh

Nabi Muhammad Saw. Berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an, yang diturunkan

kedunia melalui wahyu Allah Swt.”

Agama Islam merupakan system tata kehidupan yang pasti bisa

menjadikan manusia damai, bahagia, dan sejahtera.

Pengertian Pendidikan Agama Islam sebagaimana yang diungkapkan

Sahilun A. Nasir, yaitu :

“Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dan

pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama islam dengan cara

sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dapat menjiwai,

menjadi bagian yang integral dalam dirinya. Yakni ajaran Islam itu benar-benar
8
H. Syahrial Sain, Samudera Rahmat, (Jakarta: Karya Dunia Pikir, 2001), h.280.
dipahami, diyakini kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi

pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mental.”

M. Arifin mendefinisikan pendidikan Islam adalah proses yang

mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik dan yang mengangkat

derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan ajarannya (pengaruh dari

luar).9

Jadi pendidikan Agama Islam, yaitu usaha yang berupa pengajaran,

bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat

memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya

sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat.

Dalam hal ini yang perlu digaris bawahi dari empat kompetensi yang harus

dimiliki seorang guru adalah kompetensi kepribadian bagi guru merupakan

kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,

dewasa, arif, berakhlak mulia, pada dirinya sendiri melainkan dituntut untuk bisa

menjadi teladan bagi siswanya, yaitu dengan bertindak sesuai dengan norma-

norma agama, iman, taqwa, jujur, Ikhlas, suka menolong, dan memiliki perilaku

yang pantas diteladani siswa sehingga siswa juga memiliki perilaku atau akhlak

yang baik.

Seorang guru juga memiliki tugas utama, yaitu membaca, mengenal dan

berkomunikasi. Selain dari pada itu guru juga mempunyai fungsi atau manfaat.

Adapun manfat seorang guru adalah mengajarkan, membimbing/mengarahkan

dan membina. Fungsi guru yang sangat vital adalah membina. Ini merupakan

puncak dari rangkaian fungsi guru. Membina adalah berupaya dengan sungguh-
9
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet. Ke-4, h.28
sungguh untuk menjadikan sesuatu lebih baik dari sebelumnya. Karena setelah

mengajarkan sesuatu kepada murid, selanjutnya guru akan

membimbing/mengarahkan dan kemudian membina murid tersebut.

Akhlak yang kokoh atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan perilaku

yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik hubungannya kepada Allah maupun

dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia

dalam hidupnya, baik didunia maupun diakhirat. Karena begitu penting memiliki

akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka rasulullah SAW diutus untuk

memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kitta

akhlaknya.10

Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Akhlak Siswa

Sekolah Mengah Pertama Negri 04 Rangsang di sinyalir masih banyak kendala

dalam membina akhlak siswa.

Studi ini berkenaan dengan Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Membina Akhlak Siswa Siswa Sekolah Mengah Pertama Negri 04 Rangsang.

Hal ini dapat di buktikan dari fenomena dan gejala sebagai berikut :

1. Kurangnya peran guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan

akhlak terhadap siswa Siswa Sekolah Mengah Pertama Negri 04

Rangsang.

10
Abdul Majid, Dkk, (2012), Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: PT.
Rosdakarya, h.101.
2. Masih terdapat beberapa siswa yang belum memiliki akhlak sesuai

dengan tuntutan Islam.

3. Kurangnya perhatian orang tua murid terhadap akhlak anak-anak nya

Sikap guru dalam membina belum maksimal.

Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan julul : “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Akhlak

Siswa Siswa Sekolah Mengah Pertama Negri Rangsang”.

B. Alasan Memilih Judul

Adapun alasan memilih judul di atas adalah:

1. Persoalan-persoalan yang dikaji dalam judul di atas sesuai dengan bidang ilmu

yang penulis pelajari, yaitu pendidikan agama islam

2. Masalah-masalah yang dikaji dalam judul di atas, penulis mampu untuk

menelitinya.

3. Lokasi penelitian ini terjangkau oleh peneliti untuk melakukan penelitian.

C. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memberikan penafsiran serta

untuk memudahkan dalam memahami maksud dari judul skripsi ini, maka terlebih

dahulu perlu ditegaskan arti dari istilah-istilah tersebut, yaitu :

1. Peran

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, “peran” adalah tindakan yang

dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. 11 Dengan demikian bahwa

11
Departemen Pendidikan Nasional, (2007), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, hal. 751
peran adalah sesuatu yang dilakukan seseorang dalam suatu ruang lingkup atau

peristiwa.

Seorang guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam

pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan yang sangat

penting dalam suatu proses pembelajaran. selain dari pada itu, guru juga

memiliki peranan yang sangat banyak yaitu meliputi, pengajar, pemimpin

kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, perencana pembeajaran,12

Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat

yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi

dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap ndan tingkah laku

serta nilai-nilai, orang yan menguasai bahan yang diajarkan.13

2. Guru Pendidikan Agama Islam

Menerapkan berasal dan kata “terap” mendapat awalan “me” dan

akhiran“an” menjadi “menerapkan”. Menerapkan dapat diartikan bagaimana

cara seorang guru mempraktekkan metode demonstrasi pada mata

pembelajaran yang disampaikan kepada siswa. Penerapan atau implementasi

juga diartikan kemampuan menggunakan suatu bahan yang sudah dipelajari,

kedalam situasi baru seperti menerapkan dalil, metode, prinsp atau teoritis.14

3. Fungsi guru pendidikan agama islam

Disamping mempunyai peran, tugas, guru juga mempunyai fungsi.

Fungsi artinya keberadaannya sesuai dan cocok benar dengan manfaatnya.

12
Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran; Mengembangakan Profesionalisme Guru,
Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, hal. 58
13
Sardiman,(2011), Interaksi dan motivasi belajar mengajar, Jakarta : Rajawali Pers, h.143
14
Sudirman, Ilmu Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdna Karya, 1992, h. 55.
Lalu, keberadaan guru adalah untuk memberikan pencerahan kepada manusia

lainnya, dalam hal ini adalah murid-muridnya. Tentu saja sebelum

mencerahkan orang lain, guru adalah orang pertama yang harus tercerahkan.

Guru adalah alat bagi murid-murid untuk lebih dekat dengan Allah.

Kurikulum menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.15

4. Membina Akhlak

Membin adalah kegiatan untuk memelihara agar sumber daya manusia

dan organisasi taat asas dan konsisten melakukan rangkaian kegiatan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan. Pembinaan mencakup tiga subfungsi

yaitu pengawasan (controling) penyeliaan (supervising) dan pemantauan

(monitoring). Pengawasan pada umumnya dilakukan terhadap lembaga

penyelenggara program, penyeliaan dilakukan terhadap pelaksana kegiatan,

dan pemantauan proses pelaksana kegiatan.16

D. Permasalahan

Adapun masalah penelitian ini adalah Peran Guru Pendidikan Agama

Islam dalam Membina Akhlak Siswa Siswa Sekolah Mengah Pertama Negri 04

Rangsang.

1. Identifikasi Masalah

15
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Op.Cit., pasal 1
16
Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 2006) h.9
Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah bahwa

persoalan pokok dalam kajian ini adalah Peran Guru Pendidikan Agama Islam

dalam Membina Akhlak Siswa Siswa Sekolah Mengah Pertama Negri 04

Rangsang. Berdasarkan pokok persoalan tersebut maka persoalan yang terkait

dalam kajian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

a. Sikap guru Pendidikan Agama Islam belum maksimal dalam membina

akhlak siswa.

b. Kurangnya perhatianya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina

akhlak siswa.

c. Tantangan guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa

semangkin besar.

d. Guru kurang kreatif dalam membina akhlak siswa.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya persoalan-persoalan yang mengitari kajian ini,

seperti yang dikemukakan dalam identifikasi masalah di atas, maka penulis

memfokuskan pada Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina

Akhlak Siswa Siswa Sekolah Mengah Pertama Negri 04 Rangsang.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat disusun rumusan masalah

sebagai berikut :

a. Apa peran guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa

Sekolah Menengah Pertama Negeri 04 Rangsang?


b. Apa Faktor yang mempengaruhi Peran Guru Pendidikan Agama Islam

dalam Membina Akhlak Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 04

Rangsang?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan mendeskripsikan secara ilmiah dan sistematis tentang :

a. Bagaimana cara guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak

Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 04 Rangsang?

b. Apa Faktor yang mempengaruhi Peran Guru Pendidikan Agama Islam

dalam Membina Akhlak Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 04

Rangsang?

1. Kegunaan Penelitian

Hasil-hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :

a. Sebagai informasi bagi guru Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 04

Rangsang tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina

Akhlak Siswa.

b. Sebagai informasi bagi Program Studi Pendidikan Agama Islam di

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nurul Hidayah Selatpanjang tentang

Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa.

c. Pengembangan wawasan keilmuan penulis dalam bidang pendidikan Islam

dan yang berkaitan dengan penulisan ilmiah.


d. Untuk memenuhi persyaratan guna Memenuhi penulisan Skripsi di

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nurul Hidayah Selatpanjang.

F. Kerangka Teoritis dan Konsep Oprasional

1. Kerangka Teoritis

a. Peran

1) Pengertian Peran

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, “peran” adalah tindakan yang

dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.17 Dengan demikian

bahwa peran adalah sesuatu yang dilakukan seseorang dalam suatu ruang

lingkup atau peristiwa.

Seorang guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan

dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan yang

sangat penting dalam suatu proses pembelajaran. selain dari pada itu,

guru juga memiliki peranan yang sangat banyak yaitu meliputi, pengajar,

pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, perencana

pembeajaran,18

Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator,

sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai

pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan

sikap ndan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yan menguasai bahan

yang diajarkan.19

17
Departemen Pendidikan Nasional, (2007), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, hal. 751
18
Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran; Mengembangakan Profesionalisme Guru,
Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, hal. 58
19
Sardiman,(2011), Interaksi dan motivasi belajar mengajar, Jakarta : Rajawali Pers, h.143
2) Dasar Hukum Guru

Dasar hukum guru dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen membahas secara detail hal-hal yang berkaitan dengan guru

dan dosen, adapun sebagai berikut:20

a. Pasal 8, guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Pasal 9, Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8

diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjanan atau program

diploma empat.

c. Pasal 10 ayat (1), Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam

pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui

pendidikan profesi.

d. Pasal 11 ayat (1), Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam

pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.

e. Pasal 12, Setiap orang yang telah memperoleh sertifikat pendidik

memiliki kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi guru pada

satuan pendidikan tertentu.

f. Pasal 14 ayat (1), Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru

berhak:

1) Memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum dan

jaminan kesejahteraan sosial;


20
Imam Wahyudi, Op.Cit., h. 45.
2) Mendapat promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan

prestasi kerja;

3) Memperoleh perlindungan dalm melaksanakan tugas dan hak atas

kekayaan intelektual;

4) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensinya;

5) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana

pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas

keprofesionalannya;

6) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut

menentukan

7) kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik

sesuai

8) dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan

perundangundangan;

9) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam

melaksanakan tugas;

10) Memiliki kebebasan untk berserikat dalam organisasi profesi;

11) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan

pendidikan.

12) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan

meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi;

13) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam

bidangnya.
b. Membina Akhlak

Membin adalah kegiatan untuk memelihara agar sumber daya

manusia dan organisasi taat asas dan konsisten melakukan rangkaian

kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pembinaan mencakup

tiga subfungsi yaitu pengawasan (controling) penyeliaan (supervising) dan

pemantauan (monitoring). Pengawasan pada umumnya dilakukan terhadap

lembaga penyelenggara program, penyeliaan dilakukan terhadap pelaksana

kegiatan, dan pemantauan proses pelaksana kegiatan.21

2. Konsep Oprasional

Dalam penelitian ini berhubungan dengan Peran Guru Pendidikan

Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa di SMPN 04 Rangsang. Variabel

dalam penelitian ini adalah Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Membina Akhlak Siswa untuk menjadikan peroses pembelajaran lebih terarah

dan terjalin kerja sama antara guru dan siswa dalam sebuah mata pelajaran.

Adapun indikator Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Membina Akhlak Siswa adalah:

a. Guru mengajar sesuai dengan keahliannya

b. Kualifikasi akademik, dilihat dari pendidikan terakhir responden ketika

mengikuti sertifikasi.

c. Pendidikan dan pelatihan, keikutsertaan guru dalam pendidikan dan

pelatihan kompetensi serta sertifikasi.

d. Guru menguasai konsep kurikulum.

21
Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 2006) h.9
e. Guru berkemampun keterampilan dasar mengajar

f. Guru berkemempuan mengembangkan berbagai model pembelajaran.

Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa

dengan indikator di atas dapat diklasifikasi ke dalam berperan aktif, berperan

kurang aktif dan tidak berperan. Berperan aktif, berperan kurang aktif dan tidak

berperannya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa

akan diperoleh melalui porsentase hasil penelitian sebagai berikut :

a. 76 % - 100 % (berperan aktif)

b. 50 % - 75 % (peran kurang aktif)

c. 0 % - 49 % (tidak berperan)

G. Metode Penelitian

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitin ini di lakukan di Sekolah Mengah Pertama Negri 04 Rangsang

Kabupaten Kepulauan Meranti. Selain itu dari segi pertimbangan waktu dan

biaya, lokasi penelitian ini dapat penulis jangkau sehingga peneliti dapat

melakukan penelitian di lokasi tersbut. Penelitian ini di lakukan mulai bulan

September s/d Desember 2020.

2. Subyek dan Obyek Penelitian


Adapun yang menjadi subeknya adalah Guru Pendidkan Agama Islam,

sedangkan obyeknya adalah Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina

Akhlak Siswa.

3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah Pendidkan Agama Islam di Sekolah Mengah

Pertama Negri 04 Rangsang yang hanya berjumlah 1 orang sehingga dengan

demikian penulis hanya mengunakan total sampel.

4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Teknik observasi adalah penulis melakukan pengamatan langsung ke lokasi

penelitian.

b. Teknik wawancara adalah penulis mengajukan pertanyaan kepada

responden yang di jadikan sumber data yang ada hubungannya dengan

masalah yang akan di bahas.

5. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, akan di analisis dengan mengunakan teknik

deskiptif kualitatif.

H. Sistematika penulisan

Laporan penelitian Skripsi ini ditulis dalam lima bab dengan sistematika

sebagai berikut:
Bab I pendahuluan yang terdiri atas : latar belakang masalah, alasan

memilih judul, penegasan istilah, permasalahan (indetifikasi, batasan dan rumusan

masalah), tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika skripsi.

Bab II tinjauan teoritis tentang Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Membina Akhlak Siswa di Sekolah Mengah Pertama Negri 04 Rangsang yang

menyajikan tentang pengertian peran, dasar hukum guru, membina akhlak,tujuan

kurikulum serta konsep operasional.

Bab III, metode penelitian yang mencakup: lokasi penelitian, objek dan

subjek penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data dan

teknik analisis data.

Bab IV, penyajian data dan pembahasan yang berisikan tentang deksripsi

umum Sekolah Mengah Pertama Negri 04 Rangsang, (sejarah perkembangan,

keadaan guru dan siswa, kurikulum serta sarana dan prasarana), penyajian hasil

penelitian dan analisis data.

Bab V, penutup yang terdiri dari : kesimpulan. saran, daftar pustaka dan

lampiran-lampiran.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Dkk, (2012), Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung:


PT. Rosdakarya.

Anton M. Moeliono, et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai


Pustaka, 1989), Cet. Ke-2.

Departemen Pendidikan Nasional, (2007), Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta: Balai Pustaka.
Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung:PT
Remaja Rosdakarya, 2006).

E. Mulyasa, (2009), Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Beberapa Aspeknya, (Jakarta: UI Press,


1985), Cet. Ke-4.

H. Syahrial Sain, Samudera Rahmat, (Jakarta: Karya Dunia Pikir, 2001).

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet. Ke-4,

Ramyulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. Ke-1

Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran; Mengembangakan


Profesionalisme Guru, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.

Sudirman, Ilmu Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdna Karya, 1992.

Sardiman,(2011), Interaksi dan motivasi belajar mengajar, Jakarta : Rajawali


Pers.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Op.Cit., pasal 1.

Yadianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: M2s, 1996), Cet. Ke-1

Zakiah Drajat, (2008), Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta PT Bumi


Aksara.

Zakiah Daradjat, (2014), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai