Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH RANGKUMAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dari Mata Kuliah


Telaah Materi di Sekolah dan di Madrasah

Disusun Oleh
SAIFULLAH MUSMIN
NIM : FTK 11.20.031

Dosen Pengampuh
Aulia Lukman, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDY MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
AL MAWADDAH WARAHMAH
KOLAKA T.A 2022-2023
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Tujuan Pendidikan Agama islam

PAI dibangun oleh dua makna esesnsial yakni “pendidikan” dan “agama
Islam”. Salah satu pengertian pendidikan menurut Plato adalah
mengembangkan potensi siswa, sehingga moral dan intelektual mereka
berkembang sehingga menemukan kebenaran sejati, dan guru menempati
posisi penting dalam memotivasi dan menciptakan lingkungannya. Dalam
etiknya Aristoteles, pendidikan diartikan mendidik manusia untuk memiliki
sikap yang pantas dalam segala perbuatan.

Dari pendapat beberapa tokoh yang telah menjelaskan makna


pendidikan tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut:

1. Pendidikan merupakan suatu proses yang terjadi secara timbal balik.


2. Siswa adalah manusia merdeka yang dipandang memiliki potensi untuk
selanjutnya potensi tersebut ditumbuhkan dan dikembangkan melalui
pendidikan.
3. Pendidik adalah orang yang memiliki posisi penting proses pendidikan,
termasuk dalam memotivasi dan menciptakan lingkungan kondusif.
4. Manusia dengan intelektual cerdas dan karakter yang baik tujuan dari
pendidikan sehingga menemukan keselamatan dan kebahagiaan.

PAI adalah usaha dan proses penanaman sesuatu (pendidikan) secara


kuntinyu antara guru dengan siswa, dengan akhlakul karimah sebagai tujuan
akhir. Penanaman nilai-nilai Islam dalam jiwa, rasa, dan pikir; serta keserasian
dan keseimbangan adalah karaktersitik utamanya (Rahman, 2012).
Karaktersitik utama itu dalam pandangan Muhaimin (2004) sudah menjadi way
of life (pandangan dan sikap hidup seseorang).

Berkaitan dengan tujuan PAI di sekolah, Darajat (1993) mengemukakan


beberapa tujuan sebagai berikut:

a. Kesatu, menumbuhsuburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap


siswa yang positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam berbagai
kehidupan sebagai esensi takwa; taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya.
b. Kedua, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan motivasi intrinsik
siswa terhadap pengembangan ilmu pengetahuan sehingga mereka sadar akan
iman dan ilmu dan pengembangannya untuk mencapai keridlaan Allah Swt.
c. Ketiga, menumbuhkan dan membina siswa dalam memahami agama secara
benar dan dengannya pula diamalkan menjadi keterampilan beragama dalam
berbagai dimensi kehidupan.

B. Dasar Pendidikan Agama Islam


1. Dasar Yuridis
Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal regulasi yang berlaku di
Indonesia, mencakup dasar ideal, dasar struktural, dan dasar operasional.
Maksud dasar ideal adalah dasar yang bersumber dari pandangan hidup bangsa
Indonesia, yaitu Pancasila, dimana sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha
Esa. Hal ini mengandung pengertian seluruh bangsa Indonesia harus percaya
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1978
tentang Pendidikan Agama (Eka Prasetia Pancakarsa) disebutkan bahwa dengan
sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karena itu, manusia
Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab (Ahmadi, 1985).
Dasar struktural dalam hal ini dimaksudkan sebagai landasan yang
dipegang dalam pelaksanaan pendidikan agama adalah Pancasila dan UUD
1945 (Indonesia, 2003). Bunyi dari Undang-Undang tersebut memberikan
isyarat bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar1945 adalah dasar bagi
warga negara Indonesia dalam beragama, mengamalkan agama, dan mengamal
kanya.
Dasar operasional memiliki maksud sebagai dasar atau landasan yang
secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama, termasuk juga PAI
di sekolah- sekolah di Indonesia. Dalam hal ini, pemerintah telah menegaskan
dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993, melalui ketetapan
MPR RI No. II/MPR/1993: "Diusahakan supaya terus bertambah sarana yang
diperlukan bagi pengembangan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, termasuk pendidikan agama pada semua jalur jenis,
jenjang pendidikan prasekolahan, yang pelaksanaannya sesuai dengan
pengaturan perundang-undangan yang berlaku" (MPR, 1993).
2. Dasar Religius
Dasar religius dalam uraian ini adalah dasar yang menjadi
pegangan dalam pelaksanaan PAI yakni Alquran dan hadits. Sebagaimana
Marimba (1964) mengemukakan bahwa dasar PAI adalah keduanya itu yang
jika pendidikan diibaratkan bangunan, maka isi Alquran dan hadits-lah yang
menjadi fundamennya.
Salah satu di antara banyak ayat Alquran yang cukup sering dikaitkan
dengan dasar ini adalah surat an-Nahl ayat 125: "Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”. Juga dalam surat Ali Imron ayat 104,
Allah Swt. berfirman: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Depag, 2009).
Sedangkan dalam hadits Rasulullah Saw. bersabda: "Sampaikanlah ajaranku
(kepada orang lain) walaupun satu ayat". (HR. Bukhari) (Nawawi & Bahreisy,
2012).
3. Dasar sosial psikologis
Dasar pelaksanaan PAI ditinjau pula dari segi sosial psikologis. Pada
hakikatnya semua manusia dalam hidupnya selalu membutuhkan adanya
pegangan, yaitu berupa agama. Juga menunjukkan bahwa semua manusia
memerlukan adanya bimbingan tentang nilai-nilai agama dan merasakan 6
dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha
Kuasa sebagai tempat untuk berlindung atau meminta pertolongan. Semua
manusia akan merasakan ketenangan pada jiwanya apabila dapat dekat dengan-
Nya, mengingat-Nya atau dapat menjalankan segala apa yang diperintahkan
dan meninggalkan segala apa yang dilarang-Nya. Firman Allah dalam surat Ar-
Ra'd ayat 28 menegaskan tentang itu, "Yaitu orangorang yang beriman dan hati
mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (Depag, 2009).

C. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Majid and Andayani (2004) mengemukakan tujuh fungsi dalam PAI.


Ketujuh fungsi itu adalah pengembangan, penanaman nilai, penyesuaian mental,
perbaikan, pencegahan, pengajaran, dan penyaluran.
1. Fungsi pengembangan berkaitan dengan keimanan dan ketakwaan siswa
kepada Allah Swt. yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
2. Fungsi penanaman nilai diartikan sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
3. Prinsip penyesuaian mental maksudnya berkemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, dan dapat
mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
4. Fungsi perbaikan mengandung maksud memperbaiki kesalahan- kesalahan
siswa dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Fungsi pencegahan mengandung maksud berkemampuan menangkal halhal
negatif yang berasal dari lingkungan atau dari budaya lain yang dapat
membahayakan diri dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
6. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem, dan
fungsionalnya.Fungsi penyaluran bermaksud menyalurkan siswa yang
memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal.

A. Problematika Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)


Problematika berasal dari kata problem yang di artikan dengan “ sesutau
yang masih menimbulkan masalah atau masih belum dapat di kerjakan “. Dari
pengertian tersebut dapat di pahami bahwa problematika adalah suatu
persoalan atau masalah yang yang belum terselesaikan dan mengganggu suatu
aktivitas. Problematika mempunyai pengertian sebagai hal-hal yang
menimbulkan masalah.
Adapun problem – problem tersebut yakni sebagai berikut :
1. Minat belajar peserta didik rendah pada pembelajaran PAI
2. Tingkatan minat belajar siswa pada dasarnya akan memberikan pengaruh
terhadap hasil akhir proses pembelajaran. Untuk dapat melihat capaian hasil
belajar siswa, sangat perlu adanya perhatian terhadap seluruh faktor yang
berkaitan antara guru dengan siswa. Misalnya seperti perilaku siswa saat
proses belajar mengajar berlangsung. Perilaku siswa dalam mengikuti
proses kegiatan dapat menjadi salah satu indakasi akan tertarik atau
tidaknya siswa terhadap pelajaran.
3. Kurangnya alokasi waktu
Alokasi waktu disini berkaitan dengan peran seorang pendidik. Dalam
PAI pendidik di tuntut untuk bersikap profesional dalam malaksanakan
tugasnya seorang pendidik dapat di katakan mempunyai sikap profesional
bila ia komitmen terhadap mutu proses pengajaran dan hasil kerjanya.
Problem yang muncul yaitu saat mata pelajaran PAI di letakkan pada saat
jam pelejaran terakhir, maka siswa akan merasa jenuh dan pada akhirnya
tidak dapat memahami materi pelajarannya.
4. Problem pada pendidik
Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan keterampilan,
dan membentuk sikap peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama pada
semua jalur. PAI bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman
penghatan dan pengamalan peserta didik tentang agma islam, sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman tetap kepada Allah swt, serta
mempunyai akhlak yang mulia dalam kehidupan pribadinya.
5. Problem pada peserta didik
Mu’allimah menyatakan bahwa peserta didik pada suatu lembaga
pendidikan tentu memiliki latar belakang kehidupan beraga berbeda-beda.
Ada peserta didik yang taat beragama, namun ada juga yang berasal dari
keluarga yang kurang taat pada agama. Hal ini tentunya sangat
mempengaruhi keberhasilan PAI di sekolah. Bagi peserta didik yang berasal
dri keluarga yang kuranag taat agama atau bahkan tidak perduli terhadap
agama, maka perlu di perhatikan, sebab jika tidak, maka peserta tida akan
perduli terhadap pendidikan agama islam atau PAI, lebih parahnya lagi
mereka akan menganggap remeh PAI. Faktor – faktor yang mempengaruhi
pserta didik seperti motivasi belajar, keluarga kurang harmonis, keadaan
ekonami, problem intelegensi, sikap orangtua yang tidak memperhatikan
pendidikan anaknya dan lain-lain. Untuk memperhatiakan dan mencermati
problem peserta didik tersebut maka perlulah kerjasama antara pendidik dan
orangtua peserta didik.
6. Problem pada sarana dan prasarana

Sarana jadi salah satu pendukung proses kelancaran pembelajaran,


kelengkapan dan sarana dapat membantu guru dalam menyelenggrakan
proses pembelajaran. Alat pendidikan menurut barnadib dalam jalaludin dan
umar said ialah suatu tindakan, perbuatan suasana ataupun benda yang
sengaja di adakan untuk mencapai suatu tujuan didalam pendidikan. Jadi
alat pendidikan tidak hanya terbatas pada benda-benda yang konkrit saja,
tetapi juga berupa nasihat, tuntunan, bimbingan, contoh hukuman, ancaman
dan lain sebagainya

7. Problem pada evaluasi


Evaluasi merupakan suatu kegiatan pembelajaran untuk melihat apakah
suatu program yang di rencanakan dapat tercapai atau tidak, serta dapat di
gunakan untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaanya. Eveluasi
berhubungan dengan keputusan nilai. Menurut gronlund, evaluasi
merupakan proses yang sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretsikan informasi untik menentukan tingkat penguasaan peserta
didik terhadap tujuan pembelajaran. Kemudian dalam PP No.19 Tahun 2015
tentang standar penilaian pasal 64 ayat 3 telah di sebutkan bahwa penilaian
hasil belajar kelompok mata elajaran agam dan akhlak mulia, meliputi ;
pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik, dan ujian ulangan dan
penugasan untuk mengkur aspek kognitif peserta didik.

A. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN PAI

1. Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dan
dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
2. Pengertian pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama islam atau at- Tarbiyah al-Islamiyah adalah usaha
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama islam serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup.Al-Jamali sebagaimana dikutip
Muhaimin dan Abdul Mujib (1993:134) menyatakan bahwa pendidikan Agama
Islam adalah upaya pengembangan, mendorong serta mengajak manusia lebih
maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dari kehidupan yang mulia.
Sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan
akal, perasaan maupun perbuatan.

B. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN PAI

Secara garis besar model-model yang sering digunakan dalam pembelajaran


Pendidikan Agama Islam, diantaranya:
a. Model Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian informasi atau
materi pelajaran melalui penuturan secara lisan divariasikan penggunaanya
dengan penyampaian lain, seperti diskusi, tanya jawab, dan tugas.

b. Model Diskusi
Model diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan
penyajian materi melalui pemecahan masalah. Suatu diskusi dinilai
menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota
diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah. Jika model ini
dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum sangat
ini sangat tinggi.

c. Model Tanya Jawab


Model tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran
dengan mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa
memahami materi tersebut. Model tanya jawab adalah suatu cara
menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus
dijawab oleh peserta didik atau sebaliknya, baik secara lisan maupun
tertulis.

d. Model Pemberian Tugas


Model pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi
melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian
tugas dapat secara individual atau kelompok. Model pemberian tugas
adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara guru memberi tugas
tertentu kepada peserta didik dalam waktu yang telah ditentukan dan
peserta didik mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan
kepadanya.

e. Model Demonstrasi dan Eksperimen


Model Demontsrasi dan Eksperimen adalah suatu cara penyajian
pelajaran dengan penjelasan lisan disertai perbuatan atau memperlihatkan
sesuatu proses tertentu yang kemudian diikuti atau dicoba oleh peserta
didik untuk melakukannya. Dalam Demonstrasi, guru atau peserta didik
melakukan suatu proses yang disertai penjelasan lisan. Setelah guru atau
peserta didik meragakan suatu demonstrasi tersebut, selanjutnya di
eksperimenkan oleh peserta didik yang lainnya.

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan


secara etimologi berasa dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “Pais”
artinya seseorang, dan “again” diterjemahkan membimbing. Jadi pendidikan
(paedogogie) artinya bimbingan yang diberikan pada seseorang. Sedangkan
secara umum pendidikan merupakan bimbingan secara sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama. Oleh karena itu, pendidikan dipandang sebagai salah
satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda
agar memiliki kepribadian yang utama. Dan di dalam Islam, sekurang-
kurangnya terdapat tiga istilah yang digunakan untuk menandai konsep
pendidikan, yaitu tarbiyah, ta`lim, dan ta`dib. Namun istilah yang sekarang
berkembang di dunia Arab adalah tarbiyah.

B. Kelebihan Pembelajaran PAI di Madrasah Aliyah (MA)


Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran memiliki
kelebihan sebagai berikut:
1. Pendidikan Yang sakral Pada dasarnya pendidikan Islam mempelajari segala
sesuatu yang dapat mengenal Allah atas dasar nilai ketuhanan yang terdapat
dalam kitabullah dan Hadis.

2. Pendidikan yang integrative dan integral Islam adalah agama Rahmatan lil'al
amin, tidak terbatasi oleh waktu dan tempat, tidak hanya diperuntukkan oleh
orang-orang Arab saja, namun untuk semua manusia di seluruh penjuru
dunia. Islam sebagai penyempurna Agama sebelumnya.

3. Ajaran Islam yang integral, Islam mengatur semua kehidupan manusia dari
yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Islam selain mengatur
hubungan dengan Allah (Hablum Minna'llah) namun juga hubungan dengan
sesama manusia yaitu (hablum Minannas).

4. Pendidikan yang realistis Pendidikan Islam adalah pendidikan yang sesuai


dengan perkembangan zaman dan juga tetap berpijak pada nilai-nilai
keislaman.

5. Pendidikan yang berkontinuitas Hadis Nabi Muhammad SAW yang


menyatakan bahwa menuntut ilmu itu dari buaian hingga liang lahat
merupakan konsekwensi bahwa belajar itu tak mengenal 5 waktu dapat
dilakuka kapappun yang bermanfaat untuk kehidupan dunia dan juga akhirat

C. Problematika Kekurangan Pembelajaran PAI di Madrasah Aliyah (MA)

Problematika pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah


Aliyah meliputi beberapa hal diantaranya:
1. Komponen Tujuan
2. Komponen Materi
3. Komponen Strategi
4. Komponen Evaluasi
5. SDM yang kurang

D. Solusi Problematika Pembelajaran PAI


Ada beberapa solusi yang dilakukan guru dalam mengatasi problem
dalam pembelajaran PAI. Solusi-solusi tersebut terkadang lahir dari hasil
kesepakatan guru ataupun dilakukan melalui inisiatif sendiri untuk bisa keluar
dari setiap permasalahan yang terjadi. Adapun solusi tersebut diantaranya:

1. Meningkatkan Motivasi Siswa


Beberapa sosusi yang sering diterapkan oleh guru di Madrasah Aliyah
terhadap permasalahan-permasalahan yang ada, terutama yang berkaitan
dengan pembelajaran, terutama dengan bentuk ketegasan. Guru membuat
beragam metode belajar terkadang siswa diajak ke luar untuk belajar. Hal ini
memang sangat efekif dalam menjalankannya karena membuat anak didik tidak
bosan dalam belajar dan membuat dia lebih mudah memahami pada saat guru
menjelaskan.
2. Pengembangan Media Pembelajaran

Prasarana meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga,


ruang Ibadah dan ruang kesenian. Sedangkan sarana pembelajaran meliputi
buku pelajaran, fasilitas laboratorium dan berbagai media pembelajaran. Dalam
hal ini pihak guru harus kreatif dalam menanganinya. Salah satu penanganan
yang dilakukan oleh guru pada saat penggunaan alat peraga adalah membuat
alat peraga yang memadai oleh guru masing-masing

A. Pengertian problematika

Problematika berasal dari kata problem. Dalam kamus besar bahasa


Indonesia problem artinya adalah masalah atau persoalan. Dalam sebuah
pembelajaran pasti ada masalah yang akan ditemui. Tidak menutup kemungkinan
juga terjadi pada PAI. Dengan adanya permasalahan tersebut juga menghambat
tercapainya tujuan pembelajaran PAI. Problem-problem tersebut yakni sebagai
berikut:

1. Minat Belajar Peserta Didik Rendah Pada Pembelajaran PAI

Tingkatan minat belajar siswa pada dasarnya akan memberikan


pengaruh terhadap hasil akhir proses pembelajaran. Untuk dapat melihat capaian
hasil belajar siswa, sangat perlu adanya perhatian terhadap seluruh faktor yang
berkaitan antara guru dengan siswa. Misalnya seperti perilaku siswa saat poses
belajar mengajar berlangsung. Perilaku siswa dalam mengikuti proses kegiatan
dapat menjadi salah satu indikasi akan tertarik atau tidaknya siswa terhadap
pelajaran.
2. Kurangnya Alokasi Waktu Alokasi waktu
Disini berkaitan dengan peran seorang pendidik. Dalam PAI, pendidik
dituntut untuk bersikap profesional dalam melaksanakan tugasnya. Seorang
pendidik dapat dikatakan mem-punyai sikap profesional bila ia komitmen
terhadap mutu proses pengajaran dan hasil kerjanya. Problem yang muncul yaitu
saat mata pelajaran PAI diletakkan pada saat jam pelajaran terakhir, maka siswa
SMP akan merasa jenuh dan pada akhirnya tidak dapat memahami materi
pelajarannya.
3. Problem Pada Pendidik
Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan ketrampilan,
dan membentuk sikap peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama pada
semua jalur. PAI bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman tetap taqwa kepada Allah swt serta
mempunyai akhlak yang mulia dalam kehidupan pribadinya.

B. Solusi Problematika Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum Tingkat


SMP
Sebenarnya untuk mengatasi problem dalam PAI di sekolah umum pada tinggkat
SMP dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah:
1. Mengganti guru yang profesional sesuai dalam bidang PAI tersebut, supaya
dalam penyampaian materi siswa tidak salah pemahaman. Dengan digantinya
guru yang profesional maka tujuan pembelajaran PAI akan tercapai dengan
baik, dan kualitas pembelajaran PAI di sekolah akan membaik. Dengan adanya
guru profesional akan mudah mencapai tujuan pembelajaran PAI.
2. Menemukan guru PAI yang profesional dalam bidangnya. Sebab guru yang
mempunyai keahlian dalam bidang PAI akan membantu peserta didik untuk
mengenal agama Islam dengan baik, walaupun kurang mendapat dukungan dari
keluarga tapi ada guru yang selalu memberi semangat dan pelajaran yang baik
D. Implementasi Pembelajaran PAI Di Madrasah
Pendidikan Agama merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang
harus diikuti oleh setiap peserta didik di sekolah, baik tingkat, SD/MI,
SLTP/MTs, SMA/MA, maupun Perguruan Tingggi. Hal ini tersurat dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 13 butir
(a) yang menyatakan bahwa “Setiap peserta didik berhak mendapatkan
pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh
pendidik seagama” (Undang-Undang Sisdiknas, 2010, p. 170)
1. Prinsip Pembelajaran PAI Menekankan pada aspek keilmuan, ketauhidan,
pengamalan, serta pembiasaan akhlak mulia. Prinsip ini sangat dijunjung
tinggi serta dipertahankan demi menciptakan generasi Islami yang lebih
baik. Selain itu prinsip pembelajaran PAI menekankan pada aspek
perubahan perilaku yang lebih baik, karena salah satu ciri pembelajaran
telah berhasil adalah dengan adanya perubahan menuju yang lebih baik.

Beberapa prinsip yang harus menjadi inspirasi bagi pihak- pihak


yang terkait dengan pembelajaran (peserta didik dan guru), yaitu prinsip
umum dan prinsip khusus (Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan
Pembelajaran, 182-183). Prinsip umum pembelajaran meliputi:

a. Bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku peserta didik yang


relatif permanen

b. Peserta didik memiliki potensi, gandrung, dan kemampuan yang


merupakan benih kodrati untuk ditumbuh kembangkan,

c. Perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami linear
sejalan proses kehidupan

Sedangkan Prinsip Khusus Pembelajaran meliputi:

a. Prinsip perhatian dan motivasi,


b. Prinsip keaktifan. Perhatian dalam proses pembelajaran memiliki
peranan yang sangat penting sebagai awal dalam memicu aktivitas-
aktivitas belajar. Untuk memunculkan perhatian peserta didik, maka
perlu kiranya disusun sebuah rancangan bagaimana menarik perhatian
peserta didik dalam proses pembelajaran. Mengingat begitu pentingnya
faktor perhatian, maka dalam 5 proses pembelajaran, perhatian
berfungsi sebagai modal awal yang harus dikembangkan secara optimal
untuk memperoleh proses dan hasil yang maksimal.

2. Fungsi Pembelajaran PAI

Dalam sebuah usaha sadar yang dilakukan pasti mempunyai tujuan


yang ingin dicapai dari sebuah usaha tersebut. Begitu juga dengan
Pembelajaran PAI yang dilakukan di sekolah-sekolah. Tujuan Pendidikan
Agma Islam yaiu membina manusia beragama berarti manusia yang
mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan
sempurna, sehingga tercermin mana sikap dan tindakan dalam seluruh
kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia
dan akhirat, yang dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif
dan efekif.

3. Kesulitan pembelajaran PAI pada peserta didik di MI


a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu atau
yang melekat dari dalam diri seseorang. Faktor internal terdiri dari dua
faktor, yaitu: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
1. Faktor Jasmaniah (Kondisi Kesehatan)
2. Rendahnya Minat Belajar.
3. Kurangnya Motivasi Belajar Peserta Didik
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi belajar
yang berasal dari luar.
1. Metode mengajar yang kurang efektif Metode mengajar adalah suatu
cara atau jalan yang harus dialami di dalam mengajar. Mengajar itu
sendiri menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo Karo adalah menyajikan
bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu
merima, menguasai dan mengembangkannya. Salah satu Faktor
yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran yaitu kurang
bervariasinya metode pembelajaran yang digunakan atau metode
pembelajran yang monoton.4
2. Faktor Lingkungan (Fasilitas yang kurang memadai) Kondisi ruang
kelas sangat penting untuk diperhatikan, karena sangat berpengaruh
dengan proses pembelajaran peserta didik. Misalnya saja satu
ruangan atau satu kelas jumlah peserta didik itu berjumlah sebanyak
40 peserta didik, ini sangat tidak efektif dan efesien untuk
pembelajaran Pai di madrasah.

A. Problematika Pembelajaran
Problematika merupakan permasalahan yang memerlukan
penyelesaian, dalam pembelajaran tentunya terdapat permasalahan atau
problematika pembelajaram. Menurut Vutra (2019:8) “Problematika
pembelajaran adalah berbagai permasalahan yang mengganggu,
menghambat, mempersulit, atau bahkan mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tujuan pembelajaran”. Problematika dalam proses pembelajaran
dapat ditelusuri dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran
dan keberhasilan pembelajaran.

B. Kelebihan Pembelajaran PAI di SMA


Pendidikan Agama Islam (PAI) diberikan dengan mengikuti
tuntutan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk
mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak
mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil,
berbudi pekerti, etis, saling menghargai, displin, harmonis dan produktif
baik personal maupun sosial. Tuntuan visi ini mendorong
dikembangkannya standar kompetensi sesuai dengan jenjang
persekolahan yang secara nasional visi tersebut ditandai dengan ciri-ciri:
(1) lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secara utuh selain
penguasaan materi, (2) mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan
sumber daya pendidikan yang tersedia, (3) memberikan kebebasan yang
lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi
dan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan
sumber daya pendidikan (Depdiknas, 2006).

C. Kekurangan Pembelajaran PAI di SMA


Dalam pembelajaran PAI banyak yang permasalahan tersebut
dapat menghambat proses pembelajaran. Dengan adanya permasalahan
tersebut juga menghambat tercapainya tujuan pembelajaran PAI. Problem-
problem tersebut yakni sebagai berikut:
1. Minat Belajar Peserta Didik Rendah Pada Pembelajaran PA.
2. Kurangnya Alokasi Waktu.
3. Problem pada pendidik.
4. Problem Pada Sarana dan Prasarana. .
5. Problem metode pembelajaran PAI.

A. Problematika pembelajaran
Problematika berasal dari kata problem yang diartikan dengan “sesuatu
yang masih menimbulkan masalah atau masih belum dapat dikerjakan”. Dari
pengertian di atas, dapat dipahami bahwa problematik adalah suatu persoalan atau
masalah yang belum terselesaikan dan mengganggu suatu aktivitas. Problematika
mempunyai pengertian sebagai hal-hal yang menimbulkan masalah yang belum
bisa terpecahkan/permasalahan.
Problem dalam kajian ilmu penelitian sering didefinisikan adanya
kesenjangan antara harapan yang dicita-citakan dengan kenyataan yang
dihasilkan. Dengan demikian perlu adanya upaya untuk lebih mengarah kepada
sesuatu seperti yang diharapkan. Sebagai sebuah proses pembelajaran dihadapkan
pada beragam permasalahan, problematika.
B. Kelebihan pembelajaran PAI di SD
1. Mata pelajaran pendidikan agama islam di sekolah dasar keseluruhannya
terliput jadi satu dalam lingkup Al-Qur’an dan Hadits, keimanan, Akhlak
fiqih/ibadah dan sejarah. Sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup
pendidikan agama islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah s.w.t, diri sendiri, sesama
manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.
2. Dapat memfokuskan siswa terhadap materi pelajaran PAI yang relatip singkat.
3. Dapat membantu siswa untuk mengingat tentang materi pelajaran PAI yang
disampaikan.
4. pengajaran menjadi lebih dan jelas konkrit. .

C. Problematika kekurangan pembelajaran PAI di SD


1. Alokasi waktu
problematika Pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah belum semuanya
memenuhi harapan terutama PAI di sekolah-sekolah umum Mengingat kondisi
dan kendala yang dihadapi maka diperlukan pedoman dan pegangan dalam
membina pendidikan agama Islam Peningkatan mutu itu sendiri terkait dengan
bagaimankualitas hasil pembelajaran pendidikan agama Islam pada peserta
didik yang mengikuti pendidikan di sekolah. .
2. Materi pembelajaran Materi
Pelajaran merupakan kompenen penting dalam prosespelaksanaan
pembelajaran. Problem pembelajaran pendidikan agama Islam pokok
pembahasannya kurang luas sehingga pembelajaran tidak berjalan secara
afektif.
Bahan ajar (materi pembelajaran) merupakan unsur inti yang ada didalam
kegiatan belajar mengajar kerena memang bahan pelajaran itulah yang
diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Karena itu, pendidik khususnya
atau pengembang kurikulum umumnya, tidak boleh lupa harus memikirkan
sejauh mana bahanbahan yang topiknya tertera dalam silabus berkaitan dengan
kebutuhan anak didik pada usia tertentu dan dalam lingkungan tertentu pula.
A. Problem Pembelajaran Pendidikan Agama Islaam
Problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic"
yang berarti persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia,
problema berarti sesuatu hal yang belum dapat dipecahkan, yang juga dapat
menimbulkan masalah/permasalahan, situasi yang dapat didefinisi sebagai
suatu kesulitan yang perlu dipecahkan/diatasi. Keunggulan pendidikan agama
islam madrasah dikatakan berhasil tidak saja diukur dari nilai akademik tetapi
juga perilaku islami.
B. Problematika Kelebihan Pembelajaran PAI di Tsanawiyah
1. Durasi pembelajaran
Karena PAI di mts memiliki bobot mata pelajaran lebih tinggi
dibandingkan dengan sekolah umum, durasi pembelajaran yang cukup lama
dapat menjadi tantangan. Hal ini dapat mengurangi waktu yang tersedia
untuk mata pelajaran lainnya. Seperti sains, matematika, bahasa dan mata
pelajaran lainnya.
2. Kelebihan pembelajaran PAI di mts
Terkadang disertai dengan kurikulum yang terlalu padat. Materi yang
harus disampaikan mencakup berbagai aspek agama seperti ajaran, akhlak,
ibadah dan sejarah, akibatnya siswa mungkin mengalami kesulitan dalam
menyerap dan memahami semua informasi dengan baik. Pembelajaran PAI
yang terlalu teoritis Kurangnya terkait dengan konteks kehidupan nyata
dapat mengurangi relevansi materi yang diajarkan. Penting untuk
mengaitkan ajaran agama dengan situasi dan tantangan aktual yang dihadapi
oleh siswa, sehingga mereka dapat melihat nilai-nilai agama dalam tindakan
dan kehidupan sehari-hari.
3. Kualitas pengajaran yang bervariasi
Kualitas pengajaran PAI dapat bervariasi di antara guru-guru yang
mengajar di madrasah Tsanawiyah. Beberapa guru mungkin memiliki
pemahaman yang mendalam tentang agama dan mampu menyampaikan
materi dengan baik, sementara yang lain mungkin kurang berpengalaman
atau memiliki pemahaman yang terbatas. Kualitas pengajaran yang tidak
merata dapat berdampak pada pemahaman siswa dan kemampuan mereka
untuk menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

C. Problematika Kekurangan Pembelajaran PAI di Tsanawiyah.


1. Kesulitan Guru Pendidikan Islam Dalam Menyusun Silabus.
2. Kesulitan Dalam Menentukan Sumber Belajar.
3. Kesulitan Dalam Menentukan Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Ketercapaian
Suatu Kompetensi Dasar.
4. Kurangnya sumber daya.
5. Lingkungan sosial yang kurang mendukung.

A. Pengertian Strategi Pembelajaran

Kata strategi terkadang mengandung makna yang berbeda, kata strategi awalnya
digunakan pada ruang lingkup militer, lalu diperluas di bidang lain termasuk di bidang
pendidikan. Dari berbagai pendapat para ilmuwan tentang strategi pembelajaran, Suyudi
mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah langkah-langkah yang ditempuh guru
untuk memanfaatkan sumber yang ada guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif
dan efisien..
A. Model Strategi Pembelajaran
secara garis besar maka ada tiga strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran
yaitu:
1. Jika dilihat dari segi proses pembelajaran (anak didik) secara umum ada tiga
strategi dalam pembelajaran yaitu:
a. Pendekatan individualistik yang berpijak pada asumsi bahwa anak didik
memiliki potensi yang mungkin berbeda antara satu sama lainnya.
b. Pendekatan sosial atau kelompok yang berpijak pada pemikiran bahwa manusia
meskipun terdapat banyak perbedaan antara satu sama lain, tetapi juga terdapat
banyak persamaan dan saling ketergantungan.
c. Pendekatan campuran. Pendekatan ini berusaha mengsinergikan antara
keunggulan yang terdapat pada pendekatan individual dan pendekatan sosial
atau kelompok, tetapi dalam pelaksanaannya pendekatan ini akan menghadapi
banyak masalah dibandingkan dengan masing-masing pendekatan di atas,
karena dalam pendekatan campuran ini guru akan menghadapi masalah yang
terdapat dalam dua pendekatan sebelumnya sekaligus. .
2. Pendekatan Umum Pembelajaran Pendidikan Islam Jika dilihat dari segi perbaikan
sikap atau akhlak dan kepribadian anak maka sebuah strategi dapat menggunakan
suatu cara dan nilai dari sebuah disiplin ilmu. Menurut M. Nasir Budiman ada
tujuh pendekatan umum yang dapat digunakan dalam pembelajaran dalam sistem
pendidikan Islam, baik untuk ilmu fardhu ain maupun untuk ilmu fardhu kifayah,
yaitu:
a. Pendekatan rasional. Pembelajaran menurut pendekatan ini harus mengikuti
tingkat perkembangan pikiran anak di mulai dari yang konkrit kemudian baru
diberikan hal-hal yang abstrak. Pembuktian suatu kebenaran dimulai dari hal-hal
sederhana sampai kepada hal-hal yang kompleks
b. Pendekatan emosional. Dalam kehidupan sehari-hari kadang-kadang orang
tergugah perasaannya. Untuk dapat tergugah perasaan sebagai sebuah respon
maka diperlukan stimulus yang tepat. Stimulus dapat berupa verbal seperti
cerita, sindiran, pujian, ejekan, berita, dialog, anjuran, perintah, larangan dan
sebagainya.
c. Pendekatan fungsional. Pendekatan ini mengedepankan fungsi atau kegunaan
dari sebuah disiplin ilmu. Anak dapat merasakan manfa’at dari sebuah ilmu baik
manfa’at langsung yang diterima berupa materi atau yang non materi seperti
kepuasan jiwa akibat dari mengamalkan atau menghindari diri dari suatu
perbuatan. .
3. Pendekatan khusus pembelajaran pendidikan agama Islam Secara khusus ada lima
pendekatan yang influentif dalam menanam pendidikan akhlak terhadap siswa,
yaitu:
a. Pendidikan dengan keteladanan. Keteladanan merupakan pendekatan yang
sangat berpengaruh dalam membentuk akhlak, spiritual dan sosial siswa. Hal ini
karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan siswa yang akan
ditirunya dalam kehidupannya.
b. Pendidikan dengan adat kebiasaan Sebagaimana telah disinggung sebelumnya
bahwa fithrah manusia diciptakan condong kepada akhlak mahmudah, namun
hal ini harus dibiasakan atau dikondisikan, jika tidak maka potensi yang sudah
ada itu tidak akan tumbuh bahkan mati, kemudian tumbuh sifat yang lain yang
tidak dibenarkan oleh agama

Anda mungkin juga menyukai