Anda di halaman 1dari 12

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

            Pendidikan merupakan setiap prosses di mana seseorang memperoleh


pengetahuan (Knowledge acquistion), mengembangkan kemampuan/keterampilan
(skill developments) sikap atau mengubah sikap (atitute change). Pendidikan adalah
pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam pendidikan formal dan non
formal, dan informal di kampus, dan di luar kampus yang seumur hidup yang
bertujuan optimalisasi pertimbanga kemampuan-kemampuan individu, agar di
kemudia hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.[1]
            Penyelenggaraan pedidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003
pasal 1 ayat (2), disebutkan bahwa suatu Pendidikan Nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-
nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan Islam, baik sebagai sistem maupun
institusinya, merupakan warisan budaya bangsa, yang berakar pada masyarakat
bangsa Indonesia. Dengan dimikian jelas bahwa pendidikan Islam merupakan bagian
integral dari sistem pendidikan nasional.[2]
            Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisadipungkiri bahkan
semua itu merupakan hak semua warga Negara, bernaan dengan ini, di dalam UUD
45 Pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa: “Tiap-tiap warga Negara berhak
mendapat pengajaran”. 93 Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI No.
20 Tahun 2003 Pasal (3) bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negar
yang demokratis serta bertanggung jawab.[3]
            Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti usaha yang dijaankan
oleh seseorang atau sekelompok oran guntuk mempengaruhi seseorang atau
sekelompok orang agar menjadi dewasa. Dengan dimikian endidikan berarti, segala
usaha orang dewasa dalam pergaulan denan mahasiswa untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.[4] Dalam firman Allah
SWT, berfirman:
‫وهللا أخرجكم من بطون أ ّمهاتكم التعلمون شيئا وجعل لكم السّمع و األبصار واألفئدة لعلّكم تشكرون‬
(78.16 :‫)النحل‬
            Artinya: Dan Allah mengelurkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia member kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl. 16-78)[5]
            Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
keluarga terutama dalam  hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah. Dengan masuknya anak
ke sekolah, maka terbentuklah hubungan antara rumah dan sekolah karena antara
kedua lingkungan itu terdapat objek dan tujuan yang sama, yakni mendidik anak.[6]
            Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar
dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik
dalam hubungannya dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesamanya.
Untuk itu sebagai benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi berbagai
tantangan di atas, kiranya untuk menanamkan pendidikan agama yang kuat dalam diri
anak, sehingga dengan pendidikan agama ini, pola hidup anak akan terkontrol oleh
rambu-rambu yang telah digariskan agama dan dapat menyelamatkan anak agar tidak
terjerumus dalam jurang keterbelakangan mental.
            Pendidikan agama Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan
pribadi manusia dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya juga harus berlangsung
bertahap. Oleh karena suatu pematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi
perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui
proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.[7]
            Dari pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani, dan rohan berdasarkan Al-
Qur’an terhadap anak-anak agar terbentuk kepribadian Muslim yang sempurna.
            Pada proposal skripsi ini, penulis akan
mengungkap peranan pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak anak
didik di Sdit Al khoiriyah Al husna.

            Judul tersebut penulis pilih atas dasar pertimbangan sebagai berikut:


1. Pendidikan agama Islam adalah menanamkan akhlak mulia
di dalam jiwa  anak dan masa pertumbuhannya, sehingga akhlak itu menjadi salah
satu kemampuan jiwa.
2. Akhlak merupakan misi yang dibawa Nabi Muhammad SAW ketika diutus
sebagai Rosulullah.
)‫إنّمابعثت ألت ّمم مكارم األخالق (رواه البخاري‬
            Artinya: “Sesungguhnay aku diutus oleh Allah, hanya untuk
menyempurnakan akhlak.” HR. Bukhori.
3. Penulis ingin mengetahui bagaiman peranan pendidikan agama Islam
terhadap akhlak anak didik di Roudlotul Athfal Al-Hikam Malang.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1) Pembatasan Masalah

a)      Pendidikan agama Islam yang dimaksud di sini adalah pelaksanaan pendidikan


agama Islam dan kegiatan keagamaan di Roudlotul Athfal atau disingkat RA Al-
Hikam Malang
b)      Akhlak yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah kepribadian dan tingkah laku
anak didik dalam kehidupan sehari-hari.
2) Perumusan Masalah
            Bagaimana peranan pengidikan agama Islam terhadap akhlak anak didik di
RA Al-Hikam Malang

C. Tujuan Penelitian

a. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peranan pendidikan agama Islam


terhadapat akhlak anak didik di Sdit Al khoiriyah Al husna.
b. Untuk mengetahui usaha-usaha apa saja yang dilakukan sekolah dalam
mengingkatkan akhlak anak didik di Sdit Al khoiriyah Al husna.

D. Manfaat Penelitian

            Penelitian ini akan berguna untuk:

a. Peneliti sebagai syarat dalam menyelesaikan ujian akhir semester (UAS) semester 5
jurusan Pendidikan Agama.
b. Sdit Al khoiriyah Al husna, dalam mengetahui peranan pendidikan agama Islam
terhadap akhlak anak didik di Sdit Al khoiriyah Al husna.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam mengetahui
faktor-faktor apa saja yang menjadi peranan terhadap akhlak anak didik di Sdit Al
khoiriyah Al husna
BAB II
Kajian PUSTAKA

a) Kerangka Teori

1. Pendidikan Agama Islam

a) Pengertian Pendidikan Agama Islam


            Sebelum membahas pengertian pendidikan agama Islam, penulis akan terlebih
dahulu mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan berasal
dari kata didik dengan memberinya awalan “pe” dan akiran “kan” mengandung arti
perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari
bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berartikan bimbingan yang diberkan kepada
anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab
istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan.[8]
            Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[9]
            Sedangkan menurut Ki Hajar Desantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam
hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang
setinggi-tingginya.[10]
            Dari semua defiisi itu, dapat disimpulan bahwa pendidikan adalah sebuah
kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh orang
dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya
insan kamil.
            Menurut hasil seminar pendidikan agama Islam se Indonesia tanggal 7-11 Mei
1960 di Cipayung Bogor menyatakan: Pendidikan agama Islam adalah bimbingan
terhadapat pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah
mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua
ajaran Islam.[11]

b) Dasar-dasar Tujuan Pendidikan Agama Islam


            Singkat dan tegas dasar pendidikan Islam ialah firman Allah dan sunnah
Rasulnya Muhammad SAW.[12] Kalau pendidikan diibaratkan bangunan maka isi
Al-Qur’an dan haditslah yang menjadi pondasinya.
            Yang dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek
kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya,
manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada
hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan
adanya pegangan hidup.[13]
            Berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupn tujuannya haruslah
mengacu kepada penananman hilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika
sosial dan moralitas sosial. Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk
menumbuhkan dan mengingkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (kurikulum PAI: 2002).[14]

2. Hakekat Akhlak

c) Pengertian Akhlak
            Pengertian akhlak secara emtimologi, perkataan “akhlak” berakar dari bahasa
Arab jama’ dari mufradnya “khuluq” yang menurut bahasa Indonesia diartikan: budi
pekerti, perangai,  tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan “khalkun” yang berarti kejadian sserta erat hubungan “Khaliq”
yang berarti Pencipta dan “makhluq” yang berarti diciptakan.[15]
            Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam Al-
Qur’an, sebagai berikut:
‫وإنّك لعلّى خلق عظيم‬
            Artinya: Dan sesungguhnya engkau Muhammad, benar-benar berbudi pekerti
yang agung. (Q.S. Al-Qur’an, 68:4).[16]
            Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa
pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
1. Ibn Miskawaih
            Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.[17]
2. Imam Al-Ghazali
            Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir
berbagai perbutan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan
pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik
dari segi akal dan syara’ maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya
perbutan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.[18]
            Jika diperhtaikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak
sebagaimana tersebut di atas tidak ada yang saling bertenganan, melaikan salaing
melengkapi, yaitu sifat yang tertananm kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbutan
lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah
menjadi kebiasaan.
3. Sumber dan Macam-macam Akhlak

1. Sumber Akhlak
            Akhlak Islam, sebab merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepada
kepercayaan terhadap Allah, maka tentunya sesuai pula dengan dasar dari pada
agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar atau sumber pokok dari akhlak adalah Al-
Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama itu sendiri.[19]
            Pribadi Nabi Muhammad SAW adalah contoh yang paling tepat untuk
dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian. Begitu juga sahabat-sahabatnya
yang selalu berdoman kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam berprilaku
keseharian.

2.  Macam-macam Akhlak

a) Akhlak Al-Karimah
            Akhlak Al-Karimah atau akhlak yang mulia sangat amat banyak jumlahnya,
namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan
manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
Akhlak Terhadap Allah
            Aklak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan
selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, yang jangankan
manusia, malaikat pun tidak akan menjangkau hakekatnya.
Akhlak Terhadap Diri Sendiri
            Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai,
menghormati, menyayangi dan menjaga diri dengan sebaik-baiknya, karena sadar
bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus
dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Contohnya: Menghindari minuman
yang beralkohol, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana serta jujur dan menhindari
perbutan yang tercela.
Akhlak Terhadap Sesama Manusia
            Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara
fingsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain, untuk itu ia perlu
bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan orang lain tersebut. Islam
menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena ia berjasa dalam iut serta
mendewasakan kita dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya
dapat dilakukank dengan memuliakannya memberikan bantuan, pertologan dan
mengharainya.[20]

b) Akhlak Al-Mazmumah
            Aklak Al-Mazmumah atau akhlak yang tercela adalah sebagai antonim dari
akhlak yang baik sebagaimana tertulis di atas. Dalam ajaran Islam tetap
membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar,
dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.
            Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang
tercela, di antaranya:
1. Berbohong
            Berbohong adalah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak
sesuai dengan yang sebenarnya.
2. Takabur atau sombong
            Takabur adalah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi
orang lain. Pendek katanya yaitu merasa dirinya lebih hebat.
3. Dengki
            Dengki adalah rasa atau sikap tidak sengan atas kenikmatan yang diperoleh
orang lain.
4.      Bakhil atau kikir
            Bakhil atau kikir adalah sifat sukar mengurangi sebagian dari apa yang
dimiliki untuk berbagi dengan orang lain.[21]

c) Tujuan Akhlak
            Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia
yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbutan, mulia
dalam tingkah laku perangai, bersifat bijasana, sempuna, sopan dan beradab, ikhlas,
jujur serta suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan
manusia yang memiliki keutamaan. Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat,
keadaan, pelajaran, aktifitas merupakan saranan pendidikan akhlak. Dan setiap
pendidikan harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di atas segala-
galanya.[22]
            Barmawie Umary dalam bukunya materi akhlak menyebutkan bahwa tujuan
berakhlak adalah hubungan umat islam dengan Allah SWT dan sesama makhluk
selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.[23]
            Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhlak pada prinsipnya
adalah untuk mencapai kebahagiaan dan keharmonisan dalam berhubungan  dengan
Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama makhluk dan juga alam sekitar,
hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna serta lebih
dari makhluk lainnya.

B. Kerangka Berpikir
            Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
memahami dengan jelas betapa pentingnya pendidikan bagi kelangsungan hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan begitu semua bisa tercerahkan serta
bisa memberi pencerahan kepada generasi penerus sehingga dapat
mengapikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Karena pendidikan tidak hanya menciptakan generasi yang cerdas secara intelektual
saja, tapi juga generasi yang mempunyai akhlakul karimah serta santun dalam
bersosialisasi dengan lingungannya.
            Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan
Al-Qur’an terhadap anak-anak agar terbentuk kepribadian Muslim yang sempurna.
Sedangakn lembaga adalah tempat berlangsunya proses bimbingan jasmani dan rohan
berdasarkan Al-Quraa’an yang dilakukan oleh orang dewasa kepada terdidik dalam
masa pertumbuhan agar ia berkepribadian Muslim.
            Sdit Al khoiriyah sebagai yang menyelenggarakan pendidikan diharapkan
dapat memberikan motivasi bagi anak-anak didinya untuk menjadi bagian dari
Sumber Daya Manusia yang unggul di segala bidang, khususnya dalam pembentukan
kepribadian Muslim yang sempurna.

C. Hipotesa Penelitian
            Berdasarkan tinjauan teoritis yang dikemukakan di atas, maka penelitian
mengajukan pertanyaan sebagai berikut: Apakah anak didik atau siswa memperoleh
nilai tinggi dalam pelajaran agama, mempunyai akhlak yang lebih baik dari siswa
yang memperoleih nilai rendah.
            Berdasarkan pertanyaan di atas maka dapat diajukan hipotesa sebagai berikut:
            Ho: Tidak ada perbedaan akhlak siswa antara yang memperoleh nilai tinggi
dalam pelajaran agama dengan siswa yang memperoleh nilai rendah.
            Ha: Siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran agama memiliki
akhlak yang lebih baik jika dibandingkan dari siswa yang memperoleh nilai rendah.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitaan
            Metode yang digunakan dalam membahas proposal ini adalah metode
deskriftif analisis. Deskritif digunakan agar mampu memahami dan memberikan
gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang terkait dengan isi proposal skripsi
ini. analitis dipakai agar penulis dapat  menyusun proposal skripsi ini dalam bentuk
yang sistematis sehingga mengena pada inti permasalahan dan memperoleh hasil
penelitian yang benar.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


            Penelitian ini akan dilaksanakan Sdit Al khoiriyah dan membutuhkan waktu
sekurang-kurangnya 3 bulan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi
            Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang mempunyai
karakteristik tertentu dalam sebuah penelitan.[24] Adapun populasi pada penelitian
ini adalah murid-murid RA Al-Hikam Malang.

2. Sampel Penelitian
            Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat karakteristik yang
sama sehingga betul-betul mewakili populasi.[25]
            Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan
teknik random sampling, yakni pengambilan secara acak dari jumlah populasi.

D. Teknik Pengumpulan Data


            Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian lapangan
(field research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke
obyek penelitian. Untuk memperoleh data-data lapangan ini penulis menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi
            Sebagai metode ilmiah observasi diartiakn dengan pengamatan dan
pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ii
mengadakan pengamatan dengan mencatat data atau informasi yang diperlukan dan
dibutuhkan sesuai dengan masalah yang diikuti.
2. Dokumentasi
            Suatu usaha aktif baik suatu badan atau lembaga dengan menyajikan hasil
pengolahan bahan-bahan dokumen yang bermanfaat bagi badan atau lembaga yang
mengadakan. Dokumen ini dilakukan untuk memperoleh data sejarah didirikannya
Sdit Al khoiriyah, keadaan sarana dan prasarana dan juga data-data guru Sdit Al
khoiriyah

3. Angket
            Dengan metode angket ini penulis mempersiapkan sejumlah pertanyaan
tertentu, kemudian diseberkan kepada responen, untuk mendapatkan jawaban yang
diperlukan secara langsung. Angket diberikan kepada siswa untuk diisi untuk
dijadikan sampel dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan agama
Islam terhadap pembentukan akhlak siswa. Angket yang digunakan penulis adalah
angket tertutup yang berisi pertanyaan yang disertai jawaban terikat pada sejumlah
kemungkinan jawaban yang sudah disediakan.

E.     Teknik Analisis Data


            Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap, tahap berikutnya adalah
analisa data, yaitu:

1. Editing
            Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh
para responden. Jadi setelah angket dan tes diisi oleh responden dan diserahkan
kembali kepada penulis, kemudian penulis memeriksa satu per satu angket dan tes
tersebut. Bila ada jawabanyang diragukan atau tidak dijawab maka penulis
menghubungi responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya.
            Tujuan editing yang penulis lakukan adalah untuk mengurangi kesalahan-
kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang diselesaikan.

2. Tabulating
            Tabulating adalah mengelolah data dengan memindahkan jawaban-jawaban
yang terdapat dalam angket dan telah dikelompokan ke dalam bentuk bable frekuensi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif.
1981.

Al-Qur’an Al-Karim.

AR, Zahruddin, Pengatar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT Grafindo Persada. 2004.


Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia. 1998.

Drs. Ahmad D. Marimba, Metodik khusus Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif. 1981.

Drs. Barnawie Umary, Materi Akhlak, Solo: CV Ramadhani. 1988.

Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia. 1997.


Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005.

Majid, Abdul, A.Ag, et.ol, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung:


PT   Remaja Rosdakarta.             2004.

Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2004.

Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. MitraCahaya Utama. 2005.
Resito, Herman, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 1992.
Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar
Baru.   1989.

                [1] Redja Mudiyaharjo, Pengantar Pendidikan: Sebuah studi awal tentang


dasar-dassar pendidikan pada umumnya dan pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2002. Hlm. 11.
                [2] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2005. Hlm. 174.
                [3] Ibid, hlm. 310.
                [4] Prof. Dr. H. Tamayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
2004. Hlm. 1.
                [5] Al-Qur’an dan Terjemah, Departemen agama Republik Indonesia,
Jakarta: CV. Toha Putra Semarang. 1989. Hlm. 413.
                [6] DR. Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 1992. Hlm. 76.
                [7] Prof. H. M. Arifin, M.Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina
Aksara, 1987. Hlm. 10.
                [8] Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
2004. Hlm. 1.
                [9] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung:
PT. Al-Ma’arif. 1981. Hlm. 19.
                [10] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2005. Hlm. 4.
                [11] Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka
Setia. 1998. Hlm. 11.
                [12] Drs. Ahmad D. Marimba, Metodik khusus Islam, Bandung: PT. Al-
Ma’arif. 1981. Hlm. 41.
                [13] Abdul Majid, A.Ag, et.ol, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarta. 2004. Hlm. 133.
                [14] Ibid, Hlm. 135.
                [15] Zahruddin AR, Pengatar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT Grafindo Persada.
2004. Hlm. 1.
                [16] Al-Qur’an Al-Karim.
                [17] Zahruddin AR, Pengatar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT Grafindo Persada.
2004. Hlm. 4
                [18] Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. MitraCahaya
Utama. 2005. Hlm. 29.
                [19] Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia.
1997. Hlm. 149.
                [20] Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. MitraCahaya
Utama. 2005. Hlm. 49-57.
                [21]Ibid, hlm. 57-59.
                [22] Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam
Mulia. 2004. Hlm. 115.
                [23] Drs. Barnawie Umary, Materi Akhlak, Solo: CV Ramadhani. 1988.
Hlm. 2.
                [24] Herman Resito, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 1992. Hlm. 49.
                [25] Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan,
Bandung: Sinar Baru. 1989. Hlm. 84.

Anda mungkin juga menyukai