ABSTRAK
Perbuatan manusia merupakan salah satu kajian
menarik dan terpenting dalam teologi Islam. Selain itu
perbuatan manusia juga berkaitan dengan kebebasan yang
telah diberikan Allah kepadanya. Dalam membicarakan
persoalan perbuatan manusia telah terdapat perbedaan
pendapat para mutakallimin. Perbedaan ini sesuai dengan
sudut pandang masing-masing. Namun secara prinsip semua
aliran teologi tetap berada dalam lingkup ajaran Islam,
walaupun terdapat perbedaan pendapat, tetapi mereka tidak
keluar dari ajaran al-Qur’ân. Menurut aliran Mu’tazilah,
menusia memiliki kebebasan dalam berbuat dan
berkehendak. Segala perbuatan yang dilakukan manusia
adalah murni perbuatan manusia sendiri. (Syam, 2018).
PENDAHULUAN
Menurut Sirajuddin (2001: 227-229) , hampir seluruh
orang Mu’tazillah, terutama kelompok Qadariyah,
memfatwakan bahwa semua perbuatan manusia diciptakan
oleh manusia sendiri, bukan oleh Allah Subhanahu wata’ala.
Allah menurut mereka, tidak memiliki sangkut-paut dengan
pekerjaan manusia dan apa yang diperbuat manusia tidak
diketahui Allah sebelumnya. Namun demikian, Allah
mengetahui perbuatan tersebut setelah manusia
melakukannya. Dengan demikian, Allah pada waktu sekarang
tidak lagi bekerja karena kodrat-Nya telah diberikan kepada
manusia sehingga Dia hanya melihat dan memerintahkan
saja.
Kalau manusia mengerjakan perbuatan yang baik,
baik pula pahala yang diberikan oleh Allah kepadanya karena
ia telah memakai kodrat yang diberikan Tuhan sebaik-
baiknya. Sebaliknya manusia akan memperoleh hukuman
seandainya kodrat yang diberikan tuhan kepadanya tidak
dipakai sebagaimana mestinya
PEMBAHASAN
Untuk memperkuat pendiriannya, kelompok Qadariyah
mengemukakan dalil-dalil, baik akal maupun naql. Secara
akal, mereka berargumentasi bahwa seandainya perbuatan
manusia sekarang ini dijadikan oleh Tuhan, mengapa mereka
diberi pahala kalau berbuat baik dan disiksa kalau berbuat
maksiat, padahal yang membuat atau menciptakan
perbuatannya itu adalah Allah Ta’ala, Jika demikian
keadaannya, menurut mereka Tuhan itu tidak adil.
Dalil-dalil naql yang dikemukakan oleh kelompok Qadariyah
adalah ayat-ayat Al-Quran yang juga ditafsirkan oleh mereka
sendiri, sebagai berikut:
ِا َّن اهّٰلل َ اَل يُ َغرِّي ُ َما ِب َق ْو ٍم َحىّٰت يُ َغرِّي ُ ْوا َما اِب َنْ ُف ِسه ِْم
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN
TUHAN TERHADAP MANUSIA
Sebagaimana dilihat dalam uraian tentang
kekuasaan mutlak dan keadilan Tuhan, kaum
Mutazilah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai
kewajiban-kewajiban terhadap manusia. Kewajiban-
kewajiban itu dapat disimpulkan dalam satu
kewajiban yaitu berbuat baik dan terbaik bagi
manusia.
Dalam pemahaman ini termasuk kewajiban-
kewajiban seperti kewajiban Tuhan menepati janji-
Nya. Kewajiban Tuhan mengirim Rasul-rasul untuk
memberi petunjuk kepada manusia, kewajiban Tuhan
memberi rezeki kepada manusia dan sebagainya.
Bagi kaum Asy’ariah, pemahaman Tuhan
mempunyai kewajiban tidak diterima, karena hal itu
bertentangan dengan pemahaman kekuasaan dan
kehendak mutlak Tuhan yang mereka anut.
Pemahaman mereka bahwa Tuhan dapat berbuat
sekendak hati-Nya terhadap makhluk mengandung
arti bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban apa-
apa sebagaimana kata al-Ghazali perbuatan-
perbuatan Tuhan bersifat tidak wajib (jaiz) dan tidak
satupun daripadanya yang mempunyai sifat wajib.