Disusun Oleh :
1. M.Basir Sumardi (208180072)
1. Latar Belakang
Terkait perbuatan manusia, bermula dari pembahasan sederhana. Yaitu tatkala yang di
lakukan oleh kelompok Jabaryiah (pengikut Ma’bad Al-Juhani dan Ghaila Ad-Dimsyaqi), yang
kemudian di lanjutkan dengan pembahasan yang lebih mendalam oleh aliran mu tazilah,
asy.ariyah, dan Mutaridiyah
Akar dari masalah perbuatan manusia adalah keyakinan bahwa Tuhan adalah pencipta
alam semesta, termasuk di dalamnya manusia sendiri. Tuhan bersifat maha kuasa dan
mempunyai kehendak yang bersifat mutlak. Namun pendapat-pendapat seperti ini yang memicu
perpecahan dalam betuk perbedaan sudut pandang dalam menafsirkan eksistensi Tuhan.
Apalagi pada zaman ketika aliran Mu’tazilah maupun Asy’ariyah lagi gencar-gencarnya
menafsirkan kalam Alloh dan eksistensi Tuhan itu sendiri. dari kedua aliran tersebut yang
memiliki sudut pandang maupun argumen masing-masing. Sehingga menimbulkan polemik-
polemik yang berbeda dari kedua kelompok tersebut.
Namun mereka juga memiliki argumen yang berbeda tatkala yang menjadi kajian objek
adalah manusia, semisal manusia hidup didunia ini memiliki kebebasan atau tidak. Dalam
kehidupan manusia sendiri ia di tentukan oleh Tuhan atau malah sebaliknya.
2. Rumusan Masalah
Perbuatan manusia adalah suatu hal yang diciptakan oleh dirinya sendiri dan pada orang lain
yang sehat akal dan panca inderanya. Hal ini berbanding terbalik ketika dihadapkan pada satu
keyakinan bahwa Allah Swt. menciptakan alam semesta, termasuk di dalamnya adalah manusia
sendiri. Tuhan bersifat maha kuasa dan memiliki kehendak yang bersifat mutlak. Berikut ini
adalah pandangan aliran kalam mengenai perbuatan manusia.
Artinya: "Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat." (QS.al-Shaffat: 96)
Artinya:"Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya". (QS. As-
Sajdah: 7).
Yang dimaksud dengan ahsana pada ayat di atas, adalah semua pebuatn Tuhan adalah baik.
Dengan demikian, perbuatan manusia bukanlah per buatan Tuhan, karena manusia memiliki sifat
jahat. Dalil ini kemukakan untuk mempertegas bahwa manusia akan mendapat balasan atas
perbuatannya. Disamping Mu’tazilah menggunakan argumen seperti yang telah dipaparkan
diatas, para Mu’tazilah juga menggunakan argummen yang rasional seperti ini:
1. Apabila Alloh menciptakan perbuatan manusia , sedangkan manusia sendiri tidak meiliki
perbuatan. Taklif’ syar’i. Hal ini arena syariat adalah ungkapan perintah dan larangan yang
merupakan thalab. Tidak lepas dari kemampuan, kebebasan dan pilihan
2. Apabila manusia tidak bebas dalam melakukan sesuatu. Runtuhlah teori tentang pahala dan
dosa seprti didalam kosep Al-wa’id (janji dan ancaman).
3. Apabila manusia tidak memiliki kebebasan dan pilihan dalam melakukan sesuatu. Maka
pengutusan nabi tidak ada gunanya. Karena tujuan pengutusan para Nabi adalah untuk
menyebarkan da’wah
Argumen lain dari paham Mu’tazilah yaitu tentang ajal. Karena ajal ada dua macam, pertama al-
ajl ath thabi’i. Ajal Inilah yang dipandang bagi kaum Mu’tazilah sebagai kekuasaan mutlak
Tuhan. Sedangkan yang kedua, ajal yang dibuat manusia itu sendiri. misalnya membunuh
seseorang atau bunuh diri.
Wama ta'malun pada ayat diatas di artikan oleh kaum Asy'ari dengan “apa yang kamu
perbuat” dan bukan “apa yang kamu perbuat”. Denga demikian ayat ini mengandung arti “Allah
menciptakan kamu dan perbuatan-perbuatanmu”. Namun dengan kata lain, didalam faham
Asy'ari yang mewujudkan kasb atau perbuatan manusia sebenarnya adalah Tuhan sendiri.
Pada dasarnya aliran Asy’ariyah memilii pandangan bahwa perbuatan manusia diciptakan
dan ditentukan oleh Allah, sedangkan daya manusia tidak memiliki kemampuan untuk
mewujudkannya. Jadi perbuatan di sini adalah ciptaan Allah dan merupakan kasb (perolehan)
bagi manusia. Dengan demikian kasbmempunyai pengertian penyertaan perbuatan dengan daya
manusia yang baru. Ini berimplikasi bahwa perbuatan manusia di barengi oleh daya kehendak
Alloh, dan bukan atas daya kehendak manusia.
Begitu juga Asy’ariyah meyakini bahwa penguasa tertinggi ialah Alloh, diatasnya tidak ada
zat selain dari padaNya dan Ia tidak tunduk kepada siapapun. Kekuasaan dan kebesaran Alloh
adalah di atas segala-galanya, dan Ia bisa berbuata apa saja dikehendakiNya, meskipun perbuatan
itu dipandang tidak baik dan tidak adil menurut akal manusia.
C. Kesimpulan
Aliran jabariyah terbagi ke dalam dua sekte aliran dalam memandang perbuatan manusia.
Pertama aliran Jabariyah ekstrim dan kedua aliran Jabariyah moderat.
Konsep perbuatan manusia menurut Asy’ariyah di tempatkan pada posisi yang lemah. Ia
di ibaratkan seperti anak kecil yang tidak memiliki pilihan dalam hidupnya. sehingga banyak
tergantung pada kehendak dan kekuasaan Tuhan. Segala perbuatan yang dilakukan manusia
adalah kehendak dari Tuhan.
Sedangkan meurut aliran Mu'tazilah yaitu manusia memiliki kebebasan untuk
mewujudkan keinginan dan perbuatannya. Manusia menurut Mu’tazilah adalah berkuasa dan
bebas. Oleh karna itu, Mu'tazilah menganut faham qodariyah atau free will. Begitu juga didalam
paham Mu’tazilah adalah Manusia diciptakan oleh Alloh dengan membawa kemerdekaan pribadi.
Manusia memiliki daya untuk berbuat dan melakukan sesuatu dengan bebas.
D. DAFTAR PUSTAKA
Hanafi,A.1992. Pengantar Teologi Islam. Jakarta. Pustaka al-Husna.
Nasutio, Harun.1986. Teologi Islam. Jakarta. UI Pers.
Tarigan, Akmal Azhari pengantar Nur Cholis Madjid. 2003. Islam Universal “Nilai-nilai Dasar
Perjuangan”. Bandung. Cita Pustaka Media
Azhari Akmal Tarigan pengantar Nur Cholis Madjid, Islam Universal “Nilai-nilai Dasar
Perjuangan”, (Bandung: Cita Pustaka Media, 2003), hal. 182
Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI Pers, 1986), hal. 103
Harun Nasution, Teologi Islam, Hal. 107
Ibid....., hal. 118
Azhari Akmal Tarigan pengantar Nurcholis Madjid, Islam Universal “Nilai-nilai Dasar
Perjuangan”, hal. 183
A. Hanafi, Pengantar Teologi Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1992), hal. 64
Azhari Akmal Tarigan pengantar Nurcholis Madjid, Islam Universal “Nilai-nilai Dasar
Perjuangan”, hal. 183