Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

"Persoalan-Persoalan Dalam Ilmu Kalam


(Konsep Perbuatan Manusia)”

Dosen Pengampu : Rapiko,M.Pd.I

Disusun Oleh :
1. M.Basir Sumardi (208180072)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH dan KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI 2018
A. Pendahuluan

1. Latar Belakang
Terkait perbuatan manusia, bermula dari pembahasan sederhana. Yaitu tatkala yang di
lakukan oleh kelompok Jabaryiah (pengikut Ma’bad Al-Juhani dan Ghaila Ad-Dimsyaqi), yang
kemudian di lanjutkan dengan pembahasan yang lebih mendalam oleh aliran mu tazilah,
asy.ariyah, dan Mutaridiyah
Akar dari masalah perbuatan manusia adalah keyakinan bahwa Tuhan adalah pencipta
alam semesta, termasuk di dalamnya manusia sendiri. Tuhan bersifat maha kuasa dan
mempunyai kehendak yang bersifat mutlak. Namun pendapat-pendapat seperti ini yang memicu
perpecahan dalam betuk perbedaan sudut pandang dalam menafsirkan eksistensi Tuhan.
Apalagi pada zaman ketika aliran Mu’tazilah maupun Asy’ariyah lagi gencar-gencarnya
menafsirkan kalam Alloh dan eksistensi Tuhan itu sendiri. dari kedua aliran tersebut yang
memiliki sudut pandang maupun argumen masing-masing. Sehingga menimbulkan polemik-
polemik yang berbeda dari kedua kelompok tersebut.
Namun mereka juga memiliki argumen yang berbeda tatkala yang menjadi kajian objek
adalah manusia, semisal manusia hidup didunia ini memiliki kebebasan atau tidak. Dalam
kehidupan manusia sendiri ia di tentukan oleh Tuhan atau malah sebaliknya.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep perbuatan manusia menurut jabariyah?


b. Bagaimana kosep berbuatan manusia menuru Mu’tazilah?
c. Bagaimana kosep berbuatan manusia menurut asy’ariyah?
B. .Pembahasan

Perbuatan manusia adalah suatu hal yang diciptakan oleh dirinya sendiri dan pada orang lain
yang sehat akal dan panca inderanya. Hal ini berbanding terbalik ketika dihadapkan pada satu
keyakinan bahwa Allah Swt. menciptakan alam semesta, termasuk di dalamnya adalah manusia
sendiri. Tuhan bersifat maha kuasa dan memiliki kehendak yang bersifat mutlak. Berikut ini
adalah pandangan aliran kalam mengenai perbuatan manusia.

a. Konsep Perbuatan Manusia Menurut jabariyah


Aliran jabariyah terbagi ke dalam dua sekte aliran dalam memandang perbuatan manusia.
Kedua aliran ini memiliki pandangan masing-masing mengenai perbuatan manusia ini. Kedua
aliran tersebut adalah:
1. Aliran Jabariyah Ekstrim. Aliran jabariyah ekstrim ini dipimpin oleh Jahm Ibn
Safwan. Aliran ini berpendapat, bahwa segala perbuatan manusia bukanlah
merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi kemauan yang
dipaksakan atas dirinya karena tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak
sendiri, dan tidak memunyai pilihan sendiri. Dapat dipahami bahwa aliran ini
menganggap semua yang dilakukan oleh manusia adalah berdasarkan kehendak
tuhan, baik itu berupa perbuatan baik, seperti mebayar zakat, infaq, ataupun sedekah,
maupun perbuatan jahat seperti mencuri, mabuk-mabukan, dan lain-lain. Semua
perbuatan tersebut tidak lahir karena kehendak manusia sendiri, melainkan timbul
karena kehendak tuhan melalui qada dan qadar tuhan.
2. Aliran Jabariyah Moderat. Sedikit berbeda dengan aliran jabariyah ekstrim, aliran
jabariyah moderat yang dibawa oleh al-Husain Ibn Muhammad al-Najjar
berpendapat bahwa tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan
jahat maupun perbuatan baik, tetapi manusia mempunyai peranan di dalamnya.
Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan
perbuatannya. Paham ini kemudian dinamakan kasb atau acquisition. Menurut
paham kasb manusia tidaklah seperti wayang yang hanya bisa digerakkan oleh
dalang, dan bukan merupakan pencipta perbuatan, tetapi manusia mempunyai bagian
dalam perwujudan perbuatannya. Menurut aliran ini, manusia tidak semata-mata
dipaksa dalam mewujudkan perbuatannya, melainkan manusia dengan tuhan bekerja
bersama dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan manusia. Pendapat aliran
jabariyah ini berpijak pada al-Qur’an, salah satunya dalam surah al-Shaffat ayat 96:

َ‫وَﷲﱠُ ﺧَﻠَﻘَﻜُﻢْ وَﻣَﺎ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮن‬

Artinya: "Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat." (QS.al-Shaffat: 96)

b. Konsep Perbuatan manusia Menurut Mu’tazilah


Konsep perbuatan manusia menurut Aliran Mu'tazilah yaitu manusia memiliki kebebasan
untuk mewujudkan keinginan dan perbuatannya. Manusia menurut Mu’tazilah adalah berkuasa
dan bebas. Oleh karna itu, Mu'tazilahmenganut faham qodariyah atau free will. Begitu juga
didalam paham Mu’tazilah adalah Manusia diciptakan oleh Alloh dengan membawa
kemerdekaan pribadi. Manusia memiliki daya untuk berbuat dan melakukan sesuatu dengan
bebas. Perbuatan-perbuatan yang manusia lakukan adalah kehendak manusia itu sendiri dan
bukan kehendak siapapun, termasuk Alloh. Manusia dapat berbuat baik ataupun buruk adalah
atas kehendak dan kemauannya sendiri, karena itu ia mempunyai daya untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan daya (istita’ah) terdapat dalam diri manusia sebelum ia melakukan suatu perbuatan.
Konsekuensinya, manusia menjadi bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri. jika
seseorang berbuat baik, maka Alloh berkewajiban memasukannya kedalam syurga, sedangkan
jika ada seseorang yang jahad, maka Alloh berkehendak untuk memasukannya kedalam neraka.
Inilah yang mereka maksudkan dengan doktrin keadilan Tuhan (al-‘adl al-Ilahi). Tuhan wajib
berbuat adil dengan memasukkan orang yang sholeh ke dalam syurga dan memasukkan orang
yang ingkar kedalam neraka.
Dengan faham ini, aliran mu'tazilah mengaku Tuhan sebagai pencipta alam, sedangkan
manusia berpihak sebagai pihak yang berkreasi untuk mengubah bentuknya.
Meski berpendapat bahwa Allah tidak menciptakan manusia dan tidak pula
menentukannya, kalangan Mu'tazilah tidak mengingkari azali Allah yang mengetahui segala apa
yang akan terjadi dan diperbuat manusia, pendapat inilah yangmembedakannya dari penganut
qodariah murni. Untuk membela fahamnya, aliran Mu'tazilah mengungkapkan ayat berikut:
: ‫أﻟﺬى أﺣﺴﻦ ﻛﻞ ﺷێ ﺧﻠﻘﮫ )اﻟﺴﺠﺪة‬٧(

Artinya:"Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya". (QS. As-
Sajdah: 7).

Yang dimaksud dengan ahsana pada ayat di atas, adalah semua pebuatn Tuhan adalah baik.
Dengan demikian, perbuatan manusia bukanlah per buatan Tuhan, karena manusia memiliki sifat
jahat. Dalil ini kemukakan untuk mempertegas bahwa manusia akan mendapat balasan atas
perbuatannya. Disamping Mu’tazilah menggunakan argumen seperti yang telah dipaparkan
diatas, para Mu’tazilah juga menggunakan argummen yang rasional seperti ini:
1. Apabila Alloh menciptakan perbuatan manusia , sedangkan manusia sendiri tidak meiliki
perbuatan. Taklif’ syar’i. Hal ini arena syariat adalah ungkapan perintah dan larangan yang
merupakan thalab. Tidak lepas dari kemampuan, kebebasan dan pilihan
2. Apabila manusia tidak bebas dalam melakukan sesuatu. Runtuhlah teori tentang pahala dan
dosa seprti didalam kosep Al-wa’id (janji dan ancaman).
3. Apabila manusia tidak memiliki kebebasan dan pilihan dalam melakukan sesuatu. Maka
pengutusan nabi tidak ada gunanya. Karena tujuan pengutusan para Nabi adalah untuk
menyebarkan da’wah
Argumen lain dari paham Mu’tazilah yaitu tentang ajal. Karena ajal ada dua macam, pertama al-
ajl ath thabi’i. Ajal Inilah yang dipandang bagi kaum Mu’tazilah sebagai kekuasaan mutlak
Tuhan. Sedangkan yang kedua, ajal yang dibuat manusia itu sendiri. misalnya membunuh
seseorang atau bunuh diri.

c. Konsep Perbuatan Manusia Menurut Asy’ariyah


Konsep perbuatan manusia menurut Asy’ariyah di tempatkan pada posisi yang lemah. Ia
di ibaratkan seperti anak kecil yang tidak memiliki pilihan dalam hidupnya. sehingga banyak
tergantung pada kehendak dan kekuasaan Tuhan. Segala perbuatan yang dilakukan manusia
adalah kehendak dari Tuhan.
Begitu juga Pada hakikatnya bagi aliran Asy’ariyah, manusia tidak memiliki kebebasan
untuk mewujudkan keinginan dan kehendaknya. Kita berbuat baik, Tuhanlah yang
menggerakkan dan kalaupun kita berbuat jelek maka itu sudah dikehendaki Tuhan. Maka dari itu
aliran ini lebih dekat dengan aliran Jabariyah. Karena aliran Asy'ariyah, memakai teori al-
kasb (acquisition, perolehan) atau perolehan bagi manusia. Begitu juga aliran Asy’ariyah
berpendapat bahwa perbuatan manusia di ciptakan oleh Allah, sedangkan daya manusia tidak
mempunyai kehendak untuk mewujudkannya.
Argumen yang diajarkan oleh Al-Asaariyah sebagai landasan keyakinannya adalah
didalam firman Allah:

‫وﷲ ﺧﻠﻘﻜﻢ وﻣﺎ ﺗﻌﻤﻠﻮن )اﻟﺼﺎﻓﺎت‬

Artinya:"Tuhan menciptakan kamu, apa yang kamu perbuat". (Q.S. Ash-Shaffat:96)

Wama ta'malun pada ayat diatas di artikan oleh kaum Asy'ari dengan “apa yang kamu
perbuat” dan bukan “apa yang kamu perbuat”. Denga demikian ayat ini mengandung arti “Allah
menciptakan kamu dan perbuatan-perbuatanmu”. Namun dengan kata lain, didalam faham
Asy'ari yang mewujudkan kasb atau perbuatan manusia sebenarnya adalah Tuhan sendiri.
Pada dasarnya aliran Asy’ariyah memilii pandangan bahwa perbuatan manusia diciptakan
dan ditentukan oleh Allah, sedangkan daya manusia tidak memiliki kemampuan untuk
mewujudkannya. Jadi perbuatan di sini adalah ciptaan Allah dan merupakan kasb (perolehan)
bagi manusia. Dengan demikian kasbmempunyai pengertian penyertaan perbuatan dengan daya
manusia yang baru. Ini berimplikasi bahwa perbuatan manusia di barengi oleh daya kehendak
Alloh, dan bukan atas daya kehendak manusia.
Begitu juga Asy’ariyah meyakini bahwa penguasa tertinggi ialah Alloh, diatasnya tidak ada
zat selain dari padaNya dan Ia tidak tunduk kepada siapapun. Kekuasaan dan kebesaran Alloh
adalah di atas segala-galanya, dan Ia bisa berbuata apa saja dikehendakiNya, meskipun perbuatan
itu dipandang tidak baik dan tidak adil menurut akal manusia.

C. Kesimpulan
Aliran jabariyah terbagi ke dalam dua sekte aliran dalam memandang perbuatan manusia.
Pertama aliran Jabariyah ekstrim dan kedua aliran Jabariyah moderat.
Konsep perbuatan manusia menurut Asy’ariyah di tempatkan pada posisi yang lemah. Ia
di ibaratkan seperti anak kecil yang tidak memiliki pilihan dalam hidupnya. sehingga banyak
tergantung pada kehendak dan kekuasaan Tuhan. Segala perbuatan yang dilakukan manusia
adalah kehendak dari Tuhan.
Sedangkan meurut aliran Mu'tazilah yaitu manusia memiliki kebebasan untuk
mewujudkan keinginan dan perbuatannya. Manusia menurut Mu’tazilah adalah berkuasa dan
bebas. Oleh karna itu, Mu'tazilah menganut faham qodariyah atau free will. Begitu juga didalam
paham Mu’tazilah adalah Manusia diciptakan oleh Alloh dengan membawa kemerdekaan pribadi.
Manusia memiliki daya untuk berbuat dan melakukan sesuatu dengan bebas.

D. DAFTAR PUSTAKA
Hanafi,A.1992. Pengantar Teologi Islam. Jakarta. Pustaka al-Husna.
Nasutio, Harun.1986. Teologi Islam. Jakarta. UI Pers.
Tarigan, Akmal Azhari pengantar Nur Cholis Madjid. 2003. Islam Universal “Nilai-nilai Dasar
Perjuangan”. Bandung. Cita Pustaka Media
Azhari Akmal Tarigan pengantar Nur Cholis Madjid, Islam Universal “Nilai-nilai Dasar
Perjuangan”, (Bandung: Cita Pustaka Media, 2003), hal. 182
Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI Pers, 1986), hal. 103
Harun Nasution, Teologi Islam, Hal. 107
Ibid....., hal. 118
Azhari Akmal Tarigan pengantar Nurcholis Madjid, Islam Universal “Nilai-nilai Dasar
Perjuangan”, hal. 183
A. Hanafi, Pengantar Teologi Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1992), hal. 64
Azhari Akmal Tarigan pengantar Nurcholis Madjid, Islam Universal “Nilai-nilai Dasar
Perjuangan”, hal. 183

Anda mungkin juga menyukai