Anda di halaman 1dari 12

Airan Jabariyah

Dosen pengampu:
DRS. Abdullah Idris, MA

Disusun oleh :
Kelompok 5

 Muhammad Fikri aulia


 Muhammad Abbiyu mahasin
 Muhammad Al Fauzi
 Muhammad Ari D Wahyudi
 Dimas Surya Pratama

1A (PAI REGULER)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
IBNU SINA BATAM
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Munculnya berbagai kelompok teologi dalam Islam tidak terlepas darifaktor


historis yang menjadi landasan kajian. Bermula ketika NabiMuhammad saw.
wafat, riak-riak perpecahan di antara kaum Muslim timbulkepermukaan.
Perbedaan pendapat dikalangan sahabat tentang
siapa pengganti pemimpin setelah Rasul, memicu pertikaian yang tidak bisadihind
ari. Semua terbungkus dalam isu-isu yang bernuansa politik, dankemudian
berkembang pada persoalan keyakinan tentang tuhan denganmengikut sertakan
kelompok-kelompok mereka sebagai pemegang “predikatkebenaran”.
Perpecahan semakin meruncing ketika pada masa pemerintahan Ali,hal yang
sentral diperdebatkan adalah masalah ”Imamah”atau kepemimpin.Golongan
Syi‟ah yang pro terhadap Ali sangat mendukung bahwa imamah harus diserahkan
kepada Ali dan keturunannya. Sedangakan Khawarij dan Mu‟tazilah menentang
dengan pendapat mereka, bahwa siapapun berhak menduduki kursi
kepemimpinan, termasuk budak. Jika ia memang dari kaumMuslim yang cakap
dan berkualitas.Terjadinya pembunuhan Utsman ra. (17 Juni 656 M),
oleh pemberontak dari Mesir. Merupakan fase kedua sengitnya perdebatanmengen
ai siapa yang benar dan siapa yang salah. Tidak berhenti sampai di situ perdebatan
semakin meluas tentang persoalan “dosa kecil” sampai pada“dosa besar”. Bahkan
pada ranah “keimanan”. Dan penentuan siapa yangdianggap
“mu’min”, “kafir”, “fasik”, dan bagaimana kedudukan mereka diakhirat nanti,
serta tindakan Tuhan bagi perbuatan mereka.Yang kemudian menjadi tema sentral
dalam pembahasan makalah iniadalah Aliran Jabariyah, sebagai salah satu aliran
yang pernah eksis danmenjadi bahan perbincangan oleh banyak orang. Dan untuk
memfokuskan bagi para pembaca, maka rumusan masalah yang akan menjadi pe
maparan penulis sebagai berikut;

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan jabariyah?


2. Bagaimana sejarah aliran jabariyah?
3. Bagaimana tokoh-tokoh dan ajaran jabariyah?
4. Apa saja pokok-pokok ajaran jabariyah?

C.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian jabariyah.
2. Untuk mengetahui sejarah aliran jabariyah.
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dan ajaran jabariyah.
4. Untuk mengetahui pokok-pokok ajaran jabariyah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jabariyah

Nama jabariyah berasal dari kata “jabara” yang mengandung arti memaksa.
Menurut al-Syakhrastani bahwa jabariyahberarti
menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyerahkan perbuatan t
ersebutkepada Allah swt. Faham jabariyah ini diperkenalkan pertama kali oleh al-
Ja‟id binn Dirham di Damaskus yang kemudian disiarkan oleh muridnya Jahm
binSafwan dari Khurasan. Oleh sebab itu, golongan ini disebut juga
dengangolongan Jahamiyah.
Menurut paham ini, manusia tidak kuasa atas sesuatu.
Karena itu, manusia tidak dapat diberi sifat “mampu” (
istitha’ah). Manusiasebagaimana dikatakan, Jahm bin Shafwan, terpaksa atas
perbuatan- perbuatannya tanpa ada kuasa (qudrah),kehendak (iradah), dan pilihan
bebas(al-ikhtiyar). Tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia,
sebagaimana perbuatan Tuhan atas benda-benda mati. Dengan kata lain perbuatan
manusiasudah ditentukan sejak
semula oleh qadha dan qadhar Tuhan. Sehingga posisimanusia dalam faham ini
tidak memiliki kebebasan dan inisiatif sendiri,tetapi terikat kehendak mutlak
Tuhan. Dalam istilah Inggris faham ini disebut fatalismeatau predistination, yaitu
faham bahwa perbuatan manusiaditentukan sejak semula oleh qadha dan qadhar
Tuhan. Maka doktrin aliran jabariyah ini menganut faham bahwa manusia tidak
mempunyai kemerdekaandalam menentukan kehendak dan perbuatannya, tetapi
perbuatannya dalamkeadaan terpaksa.Selain ituia juga berpendapat bahwa tuhan
tidak memiliki sifat sifat yang dimiliki manusia. Karena apabila sifat-sifat yang
dimiliki manusia jugadisifatkan kepada tuhan, maka hal ini dipandang amat
berbahaya dandikhawatirkan akan membawa amat tasybih, seperti keadaan Allah
ta‟ala itu tahu dan hidup.

1Mulyono & Bashori,


Studi Ilmu Tauhid/Kalam
, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 139-1402 M. Amin Nurdin, dkk,
Sejarah Pemikiran Islam
, (Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 413 Mulyono & Bashori,
Op.Cit
, hlm. 140

Al-Baghdadi menuturkan didalam al-Farqu Bainal Firaq,


tentang pendapat Jahm ini bahwa: tuhan adalah Maha Kuasa, Maha Pencipta, yan
gmematikan dan menghidupkan. Sifat-sifat yang demikian khusus bagi tuhansaja.
Tidak ada tindakan dan perbuatan bagi seseorang kecuali perbuatan dantindakan
Allah swt.Lebih lanjut M. Laily Mansur LPH, menganggap bahwa aliran
yang berfaham demikian hanya mendasarkan terhadap penafsiran ayat-ayat dalam
al-Quran menurut pemahamannya sendiri sebagaimana disebutkan dalam al-
Quran:
a.Surah as-Saffah 96 ditegaskan:
Yang artinya:
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamuperbuatitu”.
(QS. Ash-Shaffaat: 96)

b.Surah al-Insan 30:


Yang artinya:
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila
dikehendakiAllah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Mahabija
ksana”.(QS. al-Insan: 30)

Sebenarnya ayat-ayat tersebut hanya akan menunjukkan kelemahanterhadap


hamba-hamba-Nya. Dalam pengertian bahwa apabila hambamengetahui
kelemahan iradah-Nya, maka ia akan tidak mau mengakuikekuasaan Allah swt.
Menurut Syahrastani, aliran Jabariyah dalam menganalisa perbuatanmanusia
terdapat dua pandangan yaitu:
1) Pandangan ekstrim yang disebut al-Jabariyah al-Khalish, yaitu jabariyahyang
tidak menetapkan perbuatan atau kekuasaan sedikitpun padamanusia,
sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Jahm bin Sofwan.
2) Pandangan moderat yang diberi istilah al-Jabariyah al-Mutawasithah,yaitu
jabariyah yang menetapkan adanya qudrat pada manusia, tetapi

qudrat tersebut tidak mempunyai efek atas perbuatan. pandangan ini pelopornya
adalah Husain bin Muhammad al Najjar dan Dirar bin „Amr. Dari paparan
sederhana di atas dapatlah disimpulkan bahwa manusiadalam paham Jabariyah
seperti yang diajarkan oleh Jahm bin Safwan iniadalah manusia yang lemah,
terikat dengan kekuasaan dan kehendak mutlakTuhan, tidak mempunyai kehendak
dan kemauan bebas. Seluruh tindakandalam perjalanan hidupnya adalah tindakan
yang tidak boleh keluar dariskenario yang telah ditentukan oleh Allah
sebelumnya. Dengan demikian,terpahami bahwa akibat baik dan buruk yang
diterima manusia dalam perjalanan hidupnya yang panjang itu merupakan
ketentuan dari Allah jua.Bila diperjelas bahwa manusia dalam pandangan
Jabariyah ini tak
ada bedanya seperti wayang yang digerakkan oleh dalang. Manusia adalah
wayang sedangkan Tuhan adalah dalangnya. Sama dengan wayang yang
tidak bergerak kalau tidak digerakkan oleh dalang, manusia pun tidak akan berger
ak kalau tidak digerakkan oleh Tuhan.Dan menurut Najjar dan Dirar bahwa
Tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia baik perbuatan itu positif maupun
negatif. Namun dalammanusia mempunyai bahagian yaitu daya yang menciptakan
dalam dirimanusia mampu melakukan perbuatan itu. Daya yang diperoleh
untukmewujudkan perbuatan-perbuatan inilah yang disebut kasb atau acuisition.
Maka faham jabariyah yang dikembangkan oleh Najjar dan Dirar sudah tidaklagi
menggambarkan manusia sebagai wayang, tetapi nampak bahwa diantara manusia
dan Tuhan terdapat kerja sama dalam mewujudkan
suatu perbuatan dan manusia tidak sematamata dipaksa dalam melaksanakan perb
uatannya.Dalam perkembangan berikutnya, sebagaimana aliran Qaadariyahyang
lenyap dari gelanggang sejarah tetapi beberapa ajarannya dimunculkanoleh para
pemikir pembaru, aliran Jabariyah pun mengalami nasib yang sama.Paham
Jabariyah, terutama Jabariyah moderat yang dikembangkan oleh Ibid, hlm. 140-
1435Prof. Dr. M. Yunan Yusuf,

Husein Ibn Muhammad al-Najjar serta Dirar Ibn Amr sungguhpun tidak
dalam bentuk yang sama dimunculkan oleh aliran asy‟ariyah.

B. Sejarah Aliran Jabariyah

Pemunculan aliran Jabariyah berpangkal dari persoalan teologis yangkedua, yaitu


persoalan takdir Tuhan dalam kaitannya dengan kehendak
dan perbuatan manusia. Bibit perbedaan paham tentang takdir ini sudah tampak pa
da masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin, tetapi belum meninggalkan perbincangan d
an perdebatan yang serius, karena Nabi sendiri pernahmemarahi dan
menghentikan perbincangan tentang takdir tersebut. Rasulullah hanya
menganjurkan agar mengimani takdir dan melaranguntuk memperbincangkan
lebih jauh, karena dikhawatirkan akanmembingungkan dan mendorong timbulnya
perpecahan. Namun selanjutnya setelah daerah daerah Islam meluas ke negara-
negara Syiria, Palestina, Mesir dan Persia pada masa Khalifah Umar binKhattab,
maka umat Islam bercampur dengan umat lain dan penganut agamakuno yang
membicarakan masalah takdir, ada yang menerima dan ada yangmenolak, maka
akhirnya timbullah perdebatan tanpa memperhatikan lagilarangan Nabi. Akhirnya
pada 70 H, muncullah Mabad al-Juhani dalam pembicaraan tentang hurriah al-
irodah dan qudroh yang dimilikimanusiasebagai anugerah Tuhan untuk
melakukan perbuatannya.Pada masa Nabi, benih-benih paham al-Jabariyah itu
sudah ada.Perdebatan di antara para sahabat di seputar masalah Qadar Tuhan
merupakansalah satu indikatornya. Nabi menyuruh umat Islam beriman kepada
takdir,tetapi beliau melarang mereka membicarakannya secara mendala. Pada
masasahabat kelihatannya sudah ada orang yang berpikir Jabariyah.
Diceritakan bahwa Umar bin alKhattab pernah menangkap seorang pencuri. Ketia
diinterogasi, pencuri itu berkata, “Tuhan telah menentukan aku mencuri”.Umar
menghukum pencuri itu dan mencambuknya berkali-kali. Ketikakeputusan itu
ditanyakan kepada Umar, ia menjawab: “Hukum potong tangan untuk keslahan
mencurinya, sedang cambuk untuk kesalahannya menyadarkan perbuatan dosa
kepada Tuhan.”
Sebagian sahabat memandang iman kepada takdir yang dapatmeniadakan rasa
takut dan waspada. Ketika Umar menolak masuk suatu kota yang di dalamnya
terdapat wabah penyakit, mereka berkata: “Apakah andamau lari dari takdir
Tuhan?” Umar menjawab: “Aku lari dari takdir Tuhan ketakdir Tuhan yang lain”.
Perkataan Umar ini menunjukkan bahwa takdirTuhan melingkupi manusia dalam
segala keadaan. Akan tetapi, manusia tidak boleh mengabaikan sebab-
sebab terjadinya sesuatu karena setiap sesuatumemiliki sebab berada di bawah
kekuasaan manusia(maqdurah).Pada masa pemerintahan Bani Umayah,
pandangan Jabar itu mencuatkepermukaan. Abdullah bin Abbas dengan suratnya,
semakin reaksi keraskepada penduduk Syiria yang diduga berpaham al-Jabariyah.
Hal yang samadilakukan oleh Hasan Bashri kepada penduduk Bashrah. Kenyataan
inimenunjukkan bahwa pada waktu itu sudah mulai banyak orang yang berpaham
al-Jabariyah.Dari bukti-bukti di atas dapat dikatakan bahwa cikal bakal paham al-
Jabariyah sudah muncul sejak awal periode Islam. Namu, al-Jabariyahsebagai
suatu pola pikir yang dianut, dipelajari, dan dikembangkan terjadi pada akhir
pemerintahan Bani Umayah. Dengan munculnya pemahaman ini, maka muncul
pula pemahaman yang dilontarkan oleh Ja‟ad Ibn Dirham, yang kemudian
disiarkan dengan gigih oleh muridnya Jaham Ibn Sofwan pada awal abad ke-2 H.
Menurut pemahaman mereka bahwa Tuhan telah menakdirkan perbuatan manusia
sejak semula, manusia pada hakikatnya tidak memiliki kehendak dan
kudrat,manusia bekerja tanpa kehendak melainkan bekerja di bawah tekanan
dan pemaksaan Tuhan.Dengan qudrat berarti manusia merupakan orang yang
berhakmenentukan sendiri, mengerjakan apa yang disukainya, sedangkan
irodat berarti manusia menerima tekanan ijbar belaka. Gambaran ajaran Jabariyahi
ni persis seperti yang diungkapkan oleh Jaham Ibn Sofwan sendiri:
“Manusia itu sesungguhnya majbur dalam segala tindakannya, ia
tidakmempunyai ikhtiar dan kekuasaan, ia tidak ubahnya seperti bulu ayam yang
terawang di udara, apabila digerakkan ia akan bergerak dan apabiladimantapkan ia
akan mantap, Allah-lah yang berkuasa atas segala tindakan,
semuanya bersumber dari Tuhan”.

C. Tokoh-Tokoh dan Ajaran Jabariyah

Al-Syahrastani menampilkan 4 pemuka dari aliran Jabariyah, yaituJaham Ibn


Sofwan yang alirannya disebut al-Jahmiah, al-Khusain IbnMuhammad al-Najjar
yang alirannya disebut al-Najjariyah, Ibn Umar danHafash al-Fard yang
alirannyaa disebut al-Diroriah. Dalam hal ini, al-Syahrastani tidak memasukkan
Ja‟ad Ibn
Dirham,karenapahamJabariyah pada masanya belum banyak pengikutnya, walaup
un Marwan IbnMuhammad telah menjadi pengikutnya, sehingga ia diberi gelar
Marwan al-Ja‟di.
1. Ja’ad Ibn Dirham

Ja‟ad adalah putra dari Dirham ,seorang tuan dari Bani al-Hakam.Sebagai pelopor
Jabariyah, Ja‟ad. Ibn.Dirhamdibesarkandalam lingkunganmasyarakat yang selalu
membicarakan tentang teologi,ia bertempat tinggaldi Damaskus tempat ini pada
mulanya sebagai basis agama Kristen danlatar inilah salah satu faktor penyebab
timbulnya paham Jabariyah dikalangan kaum muslimin. Ajaran yang ia
kemukakan antara lain ialah bahwa al-
quran itu adalah makhluk, Allah tidak mempunyai sifat sepertisifatnya makhluk
dan menyatakan adanya takdir. Al-quran sebagaimakhluk artinya bahwa al-
Qur ‟an itu diciptakan Allah, dan kalau ia diciptakan berarti baru kalau ia baru
berarti bukan kalamullah.Menurut al-gorobi, munculnya pemahaman ja‟ad
tentang kemakhlukan al-Qur ‟an berkembang sebagai akibat dari
pengingkarannyaterhadap sifat-sifat Tuhan. Ia mengemukakan alasan tersebut
bahwa al-Qur ‟an itu baru dan Allah tidak bisa di sifati dengan sifat tersebut, al-
Qur ‟an juga tidak mungkin qodim, karena tidak ada yang qodim selainAllah.

2. Jaham ibn sofwan

Jaham Ibn Sofyan digelar oleh Abu Mahroj dia adalah


seorang pemimpin Bani Rosib dari Azd. Ia pandai berbicara dan seorang orator,ka
rena kepandaianya berbicara serta ke pasihannya, ia di
angkatsebagai juru tulis dan seorang muballig. Di samping itu, ia juga sebagai seo
rangahli debat. Akhir hayatnya ia di bunuh oleh Muslim Ibn Ahwaz Al-
Mazini pada akhir masa Bani Marwan. Paham-pahamnya dalam teologi:
A. Bahwa kalamullah (wahyu)Allah itu baru, bukan qodim dan tidakkekal.
b. Tuhan tidak dapat di sifati dengan sifat-sifat yang di miliki makhluknyakarena
dengan mensifatinya akan menimbulkan persamaan.
c. Iman adalah makrifah, sedangkan kufur adalah al-jahluh. Oleh sebab ituorang
yahudi yang mengetahui sifat-sifat nabi juga mukmin.
d. Surga dan neraka adalah baru, ia akan rusak, karena tidak adasesuatupun yang
kekal selain Allah, adanya ungkapan al-khulud didalam Al-Quran adalah hanya
menggambarkan lamanya, bukankekalnya.Paham Jaham Ibn Sofyan di atas
berkembang di daerah Khurasandan sekitarnya, setelah ia mati terbunuh
selanjutnya dikembangkan
oleh para pengikutnya di nahwan sampai dikalahkan oleh Abu Mansural-Maturidi.

3. Al-Husain Ibn Muhammad Al-Najjar

Pengikut-pengikut Al-Husain Ibn Muhammad Al-Najjar disebutdengan al-


najjariyah, paham-pahamnya yang mereka kemukakan ialah:
a) Kalamuallah bersifat baru
b) Orang yang berakal sebelum turunnya wahyu wajib mengetahui tuhandengan
najhar.
c) Tuhanlah yang menciptakan perbuatan baik dan perbuatan burukmanusia.d)

Dalam masalah rukyah, manusia tidak bisa melakukannya dengan matakepala, hal
ini mustahil terjadi tetapi ia tidak mengingkari kemungkinanallah memindahkan
kekuatan hati untuk makrifat dengan Allah.

4. Dharar Ibn Umar Dan Al-Hafash Al-Fard

Para pengikut Dharar Ibn Umar Dan Al-Hafash Al-Fard disebutdhirorish. Paham-
paham ynag mereka kemukakan antara lain:
a.Perbuatan manusia di ciptakan tuhan, manusia adalah muktasib.
b.Tidak adanya sifat-sifat tuhan.
c.Orang asing yang bukan dari suku Quraisy boleh memegang
imamah, bahkan apabila suku Quraisy berkumpul dengan yang bukan qurais,maka
yang bukan Quraisy harus di dahulukan karena jumlah orangyang bukan Quraisy
lebih sedikit

D.Pokok-Pokok Ajaran Jabariyah

Pokok-pokok ajaran aliran Jabariyah ini adalah kebalikan dari ajaranQadariyah.


Dengan kata lain, Jabariyah ini merupakan garis tolak belakangdengan ajaran
Qadariyah dalam soal takdir.Kalau aliran Qadariyah mengajarkan bahwa semua
takdir buruk
dan baiknya adalah terletak pada aktivitas manusia itu sendiri. Sedangkan Allahtid
ak turut campur dalam persoalan takdir.
Menolak adanya kekuasaan pada diri manusia. Manusia itu tidakmemiliki
kemauan sendiri, tidak mempunyai pilihan atas aktivitas sesuatu.Menurutnya
Allah yang menjadikan aktivitas manusia sebagaimana bendamati seperti air
mengalir, hawa bergerak. Mereka meniadakan sifat-sifat padaTuhan yang mana
sifat-sifat itu ada pada manusia. Apabila sifat-sifat
manusia juga disifati kepada Tuhan maka hal itu sangat berbahaya danakanmemb
entuk tasybih(penyerupaan dengan makhluk).Tuhan adalah Maha Kuasa, Maha
Pencipta, yang Menghidupkan danMematikan. Sifat-sifat ini adalah khusus bagi
Tuhan saja.

8 Drs. M. Noor Matdawam, 1995.


Aqidah Dan Ilmu Pengetahuan Dalam Lintasan Sejarah Dinamika Budaya
Manusia.

Bina Karier, Yogyakarta, Hlm. 699 Drs. H. Latief Mahmud, M.Ag., 2006.
Ilmu Kalam.
Pamekasan: StainPress
Tidak ada tindakan dan perbuatan seseorang kecuali perbuatan dan tindakan Allah
SWT. FahamJabariyah dikategorikan sebagai faham fatalis. Dalam filsafat
Determinismemanusia dianggap sebab segalanya telah di bentuk sebelumnya
Determinismeteologi menganggap bahwa ketentuan itu datang dalam alam
mikro danmakro kosmos sebagaimana yang terdapat dalam filsafat Cina kuno,
FilsafatMesir kuno dan filsafat Yunani. Dalil-dalil naqli yang digunakan
fahamJabariyah adalah seperti dalam firman Allah SWT:“Wahai Tuhan kami
janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yangkami tidak sanggup”.(QS. Al-
Baqarah:286).“Allah menciptakan kamu dan apa-apa yang kamu perbuat”.
(QS.Shaffat:96).
“Mereka sebenarnya tidak akan percaya sekiranya Allah
menghendaki”.(QS Al-An‟am:112)
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

a. Nama jabariyah berasal dari kata “ jabara” yang mengandung arti


memaksa. Menurut al-Syakhrastani bahwa jabariyah
berartimenghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan
menyerahkan perbuatan tersebut kepada Allah.
b.Pemunculan aliran Jabariyah berpangkal dari persoalan teologis
yangkedua, yaitu persoalan takdir Tuhan dalam kaitannya dengan
kehendak
dan perbuatan manusia. Bibit perbedaan paham tentang takdir ini suda
htampak pada masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin, tetapi
belummeninggalkan perbincangan dan perdebatan yang serius, karena
Nabisendiri pernah memarahi dan menghentikan perbincangan tentang
takdirtersebut.
c.Al-Syahrastani menampilkan 4 pemuka dari aliran Jabariyah, yaitu
JahamIbn Sofwan yang alirannya disebut al-Jahmiah, al-Khusain
IbnMuhammad al-Najjar yang alirannya disebut al-Najjariyah, Ibn
Umar danHafash al-Fard yang alirannya disebut al-Diroriah.
d.Pokok-pokok ajaran aliran Jabariyah ini adalah kebalikan dari
ajaranQadariyah. Dengan kata lain, Jabariyah ini merupakan garis
tolak belakangdengan ajaran Qadariyah dalam soal takdir.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak


kekurangandiantaranya adalah kurangnya referensi yang relevan dan
pembahasan yangkurang detail. Dan kiranya makalah kami ini sangat
jauh dari kesempurnaan,kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan demi meningkatkankesempurnaan makalah yang kami tulis
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono & Bashori. 2010.


Studi Ilmu Tauhid/Kalam. Malang: UIN Maliki Press. Nurdin, M.
Amin. 2014.
Sejarah Pemikiran Islam. Jakarta: Amzah.Rusli,Ris‟an. 2014. Teologi
Islam.
Jakarta: Prenadamedia Group.Yusuf, M. Yunan.
Alam Pemikiran Islam Pemikiran Kalam.
Jakarta:Prenadamedia Group.Matdawam, M. Noor. 1995.
Aqidah Dan Ilmu Pengetahuan Dalam LintasanSejarah Dinamika
Budaya Manusia.
Yogyakarta: Bina Karier.Mahmud, Latief. 2006.
Ilmu Kalam.
Pamekasan: StainPress.

Anda mungkin juga menyukai