Dosen pengampu:
DRS. Abdullah Idris, MA
Disusun oleh :
Kelompok 5
1A (PAI REGULER)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
IBNU SINA BATAM
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian jabariyah.
2. Untuk mengetahui sejarah aliran jabariyah.
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dan ajaran jabariyah.
4. Untuk mengetahui pokok-pokok ajaran jabariyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jabariyah
Nama jabariyah berasal dari kata “jabara” yang mengandung arti memaksa.
Menurut al-Syakhrastani bahwa jabariyahberarti
menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyerahkan perbuatan t
ersebutkepada Allah swt. Faham jabariyah ini diperkenalkan pertama kali oleh al-
Ja‟id binn Dirham di Damaskus yang kemudian disiarkan oleh muridnya Jahm
binSafwan dari Khurasan. Oleh sebab itu, golongan ini disebut juga
dengangolongan Jahamiyah.
Menurut paham ini, manusia tidak kuasa atas sesuatu.
Karena itu, manusia tidak dapat diberi sifat “mampu” (
istitha’ah). Manusiasebagaimana dikatakan, Jahm bin Shafwan, terpaksa atas
perbuatan- perbuatannya tanpa ada kuasa (qudrah),kehendak (iradah), dan pilihan
bebas(al-ikhtiyar). Tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia,
sebagaimana perbuatan Tuhan atas benda-benda mati. Dengan kata lain perbuatan
manusiasudah ditentukan sejak
semula oleh qadha dan qadhar Tuhan. Sehingga posisimanusia dalam faham ini
tidak memiliki kebebasan dan inisiatif sendiri,tetapi terikat kehendak mutlak
Tuhan. Dalam istilah Inggris faham ini disebut fatalismeatau predistination, yaitu
faham bahwa perbuatan manusiaditentukan sejak semula oleh qadha dan qadhar
Tuhan. Maka doktrin aliran jabariyah ini menganut faham bahwa manusia tidak
mempunyai kemerdekaandalam menentukan kehendak dan perbuatannya, tetapi
perbuatannya dalamkeadaan terpaksa.Selain ituia juga berpendapat bahwa tuhan
tidak memiliki sifat sifat yang dimiliki manusia. Karena apabila sifat-sifat yang
dimiliki manusia jugadisifatkan kepada tuhan, maka hal ini dipandang amat
berbahaya dandikhawatirkan akan membawa amat tasybih, seperti keadaan Allah
ta‟ala itu tahu dan hidup.
qudrat tersebut tidak mempunyai efek atas perbuatan. pandangan ini pelopornya
adalah Husain bin Muhammad al Najjar dan Dirar bin „Amr. Dari paparan
sederhana di atas dapatlah disimpulkan bahwa manusiadalam paham Jabariyah
seperti yang diajarkan oleh Jahm bin Safwan iniadalah manusia yang lemah,
terikat dengan kekuasaan dan kehendak mutlakTuhan, tidak mempunyai kehendak
dan kemauan bebas. Seluruh tindakandalam perjalanan hidupnya adalah tindakan
yang tidak boleh keluar dariskenario yang telah ditentukan oleh Allah
sebelumnya. Dengan demikian,terpahami bahwa akibat baik dan buruk yang
diterima manusia dalam perjalanan hidupnya yang panjang itu merupakan
ketentuan dari Allah jua.Bila diperjelas bahwa manusia dalam pandangan
Jabariyah ini tak
ada bedanya seperti wayang yang digerakkan oleh dalang. Manusia adalah
wayang sedangkan Tuhan adalah dalangnya. Sama dengan wayang yang
tidak bergerak kalau tidak digerakkan oleh dalang, manusia pun tidak akan berger
ak kalau tidak digerakkan oleh Tuhan.Dan menurut Najjar dan Dirar bahwa
Tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia baik perbuatan itu positif maupun
negatif. Namun dalammanusia mempunyai bahagian yaitu daya yang menciptakan
dalam dirimanusia mampu melakukan perbuatan itu. Daya yang diperoleh
untukmewujudkan perbuatan-perbuatan inilah yang disebut kasb atau acuisition.
Maka faham jabariyah yang dikembangkan oleh Najjar dan Dirar sudah tidaklagi
menggambarkan manusia sebagai wayang, tetapi nampak bahwa diantara manusia
dan Tuhan terdapat kerja sama dalam mewujudkan
suatu perbuatan dan manusia tidak sematamata dipaksa dalam melaksanakan perb
uatannya.Dalam perkembangan berikutnya, sebagaimana aliran Qaadariyahyang
lenyap dari gelanggang sejarah tetapi beberapa ajarannya dimunculkanoleh para
pemikir pembaru, aliran Jabariyah pun mengalami nasib yang sama.Paham
Jabariyah, terutama Jabariyah moderat yang dikembangkan oleh Ibid, hlm. 140-
1435Prof. Dr. M. Yunan Yusuf,
Husein Ibn Muhammad al-Najjar serta Dirar Ibn Amr sungguhpun tidak
dalam bentuk yang sama dimunculkan oleh aliran asy‟ariyah.
Ja‟ad adalah putra dari Dirham ,seorang tuan dari Bani al-Hakam.Sebagai pelopor
Jabariyah, Ja‟ad. Ibn.Dirhamdibesarkandalam lingkunganmasyarakat yang selalu
membicarakan tentang teologi,ia bertempat tinggaldi Damaskus tempat ini pada
mulanya sebagai basis agama Kristen danlatar inilah salah satu faktor penyebab
timbulnya paham Jabariyah dikalangan kaum muslimin. Ajaran yang ia
kemukakan antara lain ialah bahwa al-
quran itu adalah makhluk, Allah tidak mempunyai sifat sepertisifatnya makhluk
dan menyatakan adanya takdir. Al-quran sebagaimakhluk artinya bahwa al-
Qur ‟an itu diciptakan Allah, dan kalau ia diciptakan berarti baru kalau ia baru
berarti bukan kalamullah.Menurut al-gorobi, munculnya pemahaman ja‟ad
tentang kemakhlukan al-Qur ‟an berkembang sebagai akibat dari
pengingkarannyaterhadap sifat-sifat Tuhan. Ia mengemukakan alasan tersebut
bahwa al-Qur ‟an itu baru dan Allah tidak bisa di sifati dengan sifat tersebut, al-
Qur ‟an juga tidak mungkin qodim, karena tidak ada yang qodim selainAllah.
Dalam masalah rukyah, manusia tidak bisa melakukannya dengan matakepala, hal
ini mustahil terjadi tetapi ia tidak mengingkari kemungkinanallah memindahkan
kekuatan hati untuk makrifat dengan Allah.
Para pengikut Dharar Ibn Umar Dan Al-Hafash Al-Fard disebutdhirorish. Paham-
paham ynag mereka kemukakan antara lain:
a.Perbuatan manusia di ciptakan tuhan, manusia adalah muktasib.
b.Tidak adanya sifat-sifat tuhan.
c.Orang asing yang bukan dari suku Quraisy boleh memegang
imamah, bahkan apabila suku Quraisy berkumpul dengan yang bukan qurais,maka
yang bukan Quraisy harus di dahulukan karena jumlah orangyang bukan Quraisy
lebih sedikit
Bina Karier, Yogyakarta, Hlm. 699 Drs. H. Latief Mahmud, M.Ag., 2006.
Ilmu Kalam.
Pamekasan: StainPress
Tidak ada tindakan dan perbuatan seseorang kecuali perbuatan dan tindakan Allah
SWT. FahamJabariyah dikategorikan sebagai faham fatalis. Dalam filsafat
Determinismemanusia dianggap sebab segalanya telah di bentuk sebelumnya
Determinismeteologi menganggap bahwa ketentuan itu datang dalam alam
mikro danmakro kosmos sebagaimana yang terdapat dalam filsafat Cina kuno,
FilsafatMesir kuno dan filsafat Yunani. Dalil-dalil naqli yang digunakan
fahamJabariyah adalah seperti dalam firman Allah SWT:“Wahai Tuhan kami
janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yangkami tidak sanggup”.(QS. Al-
Baqarah:286).“Allah menciptakan kamu dan apa-apa yang kamu perbuat”.
(QS.Shaffat:96).
“Mereka sebenarnya tidak akan percaya sekiranya Allah
menghendaki”.(QS Al-An‟am:112)
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
B. Saran