Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIDIKAN ASWAJA

JABARIYYAH

Dosen Pengampu : Bpk H. Ahmad Faruk, M.HI.

Disusun Oleh :

Salma Faizatul Fatimah (2260202013)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang dengan rahmat dan petunjuk-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, sebagai utusan Allah yang membawa petunjuk bagi umat
manusia.

Makalah ini berjudul "Jabariyyah" merupakan sebuah upaya untuk memahami dan
menggali lebih dalam konsep teologis dalam Islam yang dikenal sebagai Jabariyyah. Sebagai
suatu aliran pemikiran, Jabariyyah memiliki pengaruh yang signifikan dalam diskursus
keagamaan dan filosofis Islam. Dengan makalah ini, saya berusaha menyajikan pemahaman
yang lebih baik tentang asal-usul, ajaran, dan dampak dari aliran ini.

Penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan berbagai pihak. Saya
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan
masukan berharga selama penyusunan makalah ini. Tak lupa, kepada teman-teman semua
yang turut berkontribusi dalam diskusi dan pertukaran gagasan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang
Jabariyyah dan memberikan kontribusi positif pada pemahaman kita tentang keragaman
pemikiran dalam Islam. Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat menjadi sumber ilmu
yang bermanfaat, aamiin.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................4

C. Tujuan............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
A. Terminologi Jabariyyah...............................................................................................5

B. Bagaimana Munculnya Faham Jabariyyah................................................................6

C. Kelompok-kelompok Jabariyyah dan Ajaran-ajarannya.........................................9

BAB III KESIMPULAN....................................................................................................................10


DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dataran praksis, bibit-bibit faham Jabariyah ini sebenarnya sudah ada
dalam praktek kehidupan masyarakat Arab sebelum Islam. Pada saat itu, menurut
Harun Nasution, bangsa Arab hidup sederhana dan masih jauh dari ilmu pengetahuan.
Mereka terpaksa menyesuaikan hidup dengan nuansa padang pasir yang tandus dan
gersang. Dalam kondisi demikian, mereka tidak melihat adanya jalan untuk merubah
keadaan. Mereka merasa dirinya lemah, tidak berkuasa dan akhirnya banyak
bergantung kepada kehendak alam. Hal ini telah membawa mereka kepada sikap
hidup yang fatalis.
Dalam perspektif sejarah teologi, Jabariyah merupakan kelompok sempalan
dari Murji’ah. Dalam kaitan ini, Harun Nasution telah melakukan pembagian
Murji’ah atas Murji’ah moderat dan Murji’ah ekstrims. Golongan Jahmiyah, menurut
Harun Nasution, termasuk Murji’ah kategori ekstrim. Ekstrimitas kelompok Murji’ah
terletak pada pandangannya bahwa orang yang telah mengucapkan syahadat,
kemudian menyatakan kekufuran secara lisan, tidaklah menjadi kafir.1

B. Rumusan Masalah

1. Apa terminologi Jabariyyah ?


2. Bagaimana munculnya faham Jabariyyah ?
3. Apa saja kelompok-kelompok Jabariyyah dan Ajaran-ajarannya?

C. Tujuan

1. Mengetahui terminologi Jabariyyah.


2. Mengetahui bagaimana munculnya faham Jabariyyah.
3. Mengetahui apa saja kelompok dan ajaran Jabariyyah.

1
Muniron, Ilmu Kalam : hal 57.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Terminologi Jabariyyah

Secara bahasa Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung pengertian
memaksa. Di dalam kamus Munjid dijelaskan bahwa nama Jabariyah berasal dari kata
jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu.
Salah satu sifat dari Allah adalah al-Jabbar yang berarti Allah Maha Memaksa.
Sedangkan secara istilah Jabariyah adalah menolak adanya perbuatan dari manusia
dan menyandarkan semua perbuatan kepada Allah.
Dengan kata lain adalah manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan
terpaksa (majbur). Menurut Harun Nasution Jabariyah adalah paham yang
menyebutkan bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh
Qadha dan Qadar Allah. Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan
manusia tidak berdasarkan kehendak manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan dengan
kehendakNya, di sini manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat, karena
tidak memiliki kemampuan.
Ada yang mengistilahlkan bahwa Jabariyah adalah aliran manusia menjadi
wayang dan Tuhan sebagai dalangnya. Al-Syahrastani dalam karyanya “al-Milal wa
al-Nihal” menyatakan bahwa jabariyyah adalah aliran yang memiliki paham bahwa
segala bentuk aktifitas manusia tanpa terkecuali adalah takdir dari Allah SWT. 2 Abu
Zahra menuturkan bahwa paham ini muncul sejak zaman sahabat dan masa Bani
Umayyah. Ketika itu para ulama membicarakan tentang masalah qadar dan kekuasaan
manusia ketika berhadapan dengan kekuasaan mutlak Tuhan.3
Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sekte Jabariyyah
adalah sebuah kelompok yang memiliki keyakinan tentang tiada kuasanya manusia
dalam melakukan aktifitas apapun, dan segala tindakan yang telah dilakukannya tiada
lain merupakan ketetapan dari Allah SWT. 4

Bagaimana Munculnya Faham Jabariyyah


2
Faisol, Ilmu Kalam : hal 78.
3
Muh. Asnawi dkk, buku siswa Ilmu Kalam : hal 106.
4
Faisol, Ilmu Kalam : hal 79.

5
Cikal bakal timbulnya faham Jabariyah sudah dimulai sejak zaman Khulafa ar-
Rasyidin, disaat umat Islam mulai berbicara tentang Qada dan Qadar bagi seorang
yang berbuat dosa, meski belum nampak betul pada saat itu, bahkan sebenamya
faham ini pun telah nampak semenjak manusia ada. Namun jelas perkembangannya
telah memicu timbulnya berbagai macam aliran lain dalam Islam.5
Menurut para ahli sejarah teologi, Ja’ad bin Dirham adalah orang pertama
yang memunculkan ajaran pokok Jabariyah. Dialah yang mula-mula menyatakan
kemakhlukan al-Quran dan mengingkari sifat-sifat Allah. Dia kemudian dibunuh oleh
Khalid bin Abdillah al-Qusra pada tahun 124 H, karena dituduh zindiq dan murtad.
Setelah Ja’ad meninggal, ajarannya kemudian dikembangkan oleh Jahm bin Shafwan,
muridnya, sehingga muncullah kelompok Jahmiyah. Adapun ajaran-ajaran pokok
Ja’ad adalah: (1) Manusia tidak memiliki kemampuan dan daya berbuat. Segala
sesuatu yang dilakukan manusia merupakan kehendak mutlak Tuhan; (2) al-Quran
adalah makhluk seperti makhluk-makhluk yang lain; (3) Allah tidak memiliki sifat-
sifat zatiyah seperti wujud, qidam, hidup dan kuasa.
Jaham berasal dari Khurasan yang dikenal sebagai ahli pidato dan
propagandis. Dia adalah sekretaris dari al-Harits Ibn Suraij yang merupakanpemimpin
pemberontakan di Persia menentang pemerintahan bani Umayah pada tahun-tahun
terakhir pemerintahan dinasti itu. Jaham sendiri akhirnya ditangkap pada 128 H/746
M.52 dan dibunuh oleh Muslim Ibn Ahras al-Mazani pada akhir pemerintahan bani
Umayah.53 Dari peristiwa ini dapat diduga bahwa motif pembunuhan terhadap Jahm
Ibn Shofwan bukan karena masalah pemahaman teologi yang ia kembangkan, tetapi
karena masalah politik.
Sepeninggal Jahm bin Shafwan, sebagimana dikemukakan Watt, para
pengikutnya berada di daerah Tirmudz dan dalam perjalanan waktu, sebagian dari
mereka pindah mengikuti pandangan al-Asy’ari. Adapun ajaran Jahm bin Shafwan, di
samping mengembangkan ajaran gurunya, Ja’ad bin Dirham, ia juga menambahkan
ajaran sebagai berikut: (1) Tuhan tidak memiliki sifat dzatiyah yang menyerupai
makhluk; (2) Tuhan mengetahui segala sesuatu yang baru dengan ilmunya, dan segala
sesuatu ang baru tersebut telah diciptakan Tuhan sebelumnya; (3) Manusia tidak
punya kemampuan apa-apa, ia terpaksa dalam berbuat, tidak punya kehendak dan
ikhtiar. Oleh karena itu, jika mausia dikatakan berbuat, itu bukan dalam arti
sebenarnya tetapi dalam arti kiasan; (4) Surga dan neraka akan fana setelah penghuni
5
Achmad Syarifudin, Pemikiran Islam (Tauhid Ilmu Kalam), hal 64.

6
masing-masing merasakan nikmat dan siksa; dan (5) Orang Islam yang melakukan
dosa, baik dengan lisan maupun perbuatan tidak dianggap kafir.
Selanjutnya yang juga dikenal tokoh Jabariyah adalah Hussein Ibn al-Najjar
yang biasa pula disebut al-Najjariyah atau al-Husainiyah. Al-Najjar sendiri meninggal
dunia pada tahun 230 H. Adapun ajaran yang dibawanya adalah: (1) Segala perbuatan
telah diciptakan oleh Allah dan manusia hanya melaksanakannya saja. Namun
demikian manusia mempunyai kemampuan walaupun tidak menentukan. Ajaran
inilah yang pada masa kemudian dikembangkan menjadi teori kasb; (2) Meniadakan
sifat-sifat bagi Allah; dan (3) al-Quran bukanlah makhluk dan siapa yang mengatakan
al-Quran itu makhluk, maka dia telah kafir. Ajaran inilah yang membedakan al-Najjar
dengan pendahulunya yang menyatakan kemakhlukan al-Quran. Lepas dari
perbedaan-perbedaan ajaran masing-masing tokoh Jabariyah, secara umum ajaran
pokok yang mereka bawa adalah “keterpaksaan” manusia untuk melakukan perbuatan
yag telah ditetapkan Allah. Ajaran tersebut mendapat justifikasi teologis dari firman
Allah: QS. Al-Hadid: 22; QS. Al-Insan: 30. Di samping dua ayat tersebut, kelompok
Jabariyah juga mendasarkan diri kepada QS. al-An’am ayat 112; QS. al-Shafat ayat
96 dan QS. al-Anfal ayat 17.6
Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian masyarakat arab
tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan disekeliling mereka sesuai dengan
kehidupan yang diinginkan. Mereka merasa lemah dalam menghadapi kesukaran-
kesukaran hidup. Artinya mereka banyak tergantung dengan Alam, sehingga
menyebabakan mereka kepada paham fatalisme.
Terlepas dari perbedaan pendapat tentang awal lahirnya aliran ini, dalam
Alquran sendiri banyak terdapat ayat-ayat yeng menunjukkan tentang latar belakang
lahirnya paham Jabariyah, diantaranya, firman Allah pada surat Ash-Shaffat : 96,7

‫َو ُهّٰللا َخ َلَقُك ْم َو َم ا َتْع َم ُلْو َن‬

“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
itu.”

Selanjutnya al-Anfal: 17,


6
Muniron, Ilmu Kalam : hal 58-60.
7
Faisol, Ilmu Kalam : hal 80.

7
‫َفَلْم َتْقُتُلْو ُهْم َو ٰل ِكَّن َهّٰللا َقَتَلُهْۖم َو َم ا َر َم ْيَت ِاْذ َر َم ْيَت َو ٰل ِكَّن َهّٰللا َر ٰم ۚى َو ِلُيْبِلَي اْلُم ْؤ ِمِنْيَن ِم ْنُه َبۤاَل ًء‬
‫َحَس ًنۗا ِاَّن َهّٰللا َسِم ْيٌع َع ِلْيٌم‬

“Maka (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah


yang membunuh mereka, dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar,
tetapi Allah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka)
dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan
yang baik. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”

Dan surat Al-Insan: 30,


‫َو َم ا َتَش ۤا ُءْو َن ِآاَّل َاْن َّيَش ۤا َء ُهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن َع ِلْيًم ا َح ِكْيًم ۖا‬

“ Tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila Allah
kehendaki Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”

Di samping adanya bibit pengaruh faham jabar yang telah muncul dari
pemahaman terhadap ajaran Islam itu sendiri. Ada sebuah pandangan mengatakan
bahwa aliran Jabar muncul karena adanya pengaruh dari pemikriran asing, yaitu
pengaruh agama Yahudi bermazhab Qurra dan agama Kristen bermazhab Yacobit.
Dengan demikian, latar belakang lahirnya aliran Jabariyah dapat dibedakan
kedalam dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari pemahaman ajaran-ajaran Islam
yang bersumber dari Alquran dan Sunnah, yang mempunyai paham yang mengarah
kepada Jabariyah. Lebih dari itu adalah adanya pengaruh dari luar Islam yang ikut
andil dalam melahirkan aliran ini.
Adapun yang menjadi dasar munculnya paham ini adalah sebagai reaksi dari
tiga perkara: pertama, adanya paham Qadariyah, keduanya, telalu tekstualnya
pamahaman agama tanpa adanya keberanian menakwilkan dan ketiga adalah adanya
aliran salaf yang ditokohi Muqatil bin Sulaiman yang berlebihan dalam menetapkan
sifat-sifat Tuhan sehingga membawa kepada Tasybih.8

A. Kelompok-kelompok Jabariyyah dan Ajaran-ajarannya

1) Aliran ekstrim

8
Ibid, hal : 82.

8
Kelompok ekstrimis adalah kelompok yang memiliki keyakinan terlalu
berlebihan dalam aktifitas manusia, sehingga menghilangkan adanya daya otak
yang mampu memilah antara yang baik dan buruk. Di antara tokohnya ialah Jahm
bin Shofwan dengan pendapatnya adalah bahwa manusia tidak mempu untuk
berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri,
dan tidak mempunyai pilihan.9 Doktrin pokok aliran ini adalah:
a) Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya,
tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.
b) Surga dan neraka tidak kekal, dan yang kekal hanya Allah.
c) Iman adalah makrifat atau membenarkan dengan hati, dan hal ini sama
dengan konsep yang dikemukakan oleh kaum Murji’ah.
d) Kalam Tuhan adalah makhluk.
e) Allah tidak mempunyai keserupaan dengan manusia seperti berbicara,
mendengar, dan melihat.3
f) Allah tidak dapat dilihat dengan indera mata di akhirat kelak .10

2) Aliran Moderat

Berbeda dengan sebelumnya, menurut kelompok ini Tuhan menciptakan


perbuatan manusia, baik itu positif atau negatif, tetapi manusia mempunyai bagian
di dalamnya.11 Doktrin dari ajaran ini adalah :

a) Tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik itu positif atau negatif, tetapi
manusia mempunyai bagian di dalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri
manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya.

b) Manusia tidak dipaksa dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi
manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan Tuhan.

c) Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat.12

BAB III
KESIMPULAN

9
Ibid, hal : 83.
10
Muh. Asnawi dkk, buku siswa Ilmu Kalam : hal 107.
11
Faisol, Ilmu Kalam : hal 84.
12
Muh. Asnawi dkk, buku siswa Ilmu Kalam : hal 107.

9
Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa dan
mengharuskannya melakukan sesuatu. Salah satu sifat dari Allah adalah al-Jabbar
yang berarti Allah Maha Memaksa. Sedangkan secara istilah Jabariyah adalah
menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan semua perbuatan kepada
Allah.
Menurut para ahli sejarah teologi, Ja’ad bin Dirham adalah orang pertama
yang memunculkan ajaran pokok Jabariyah. Dialah yang mula-mula menyatakan
kemakhlukan al-Quran dan mengingkari sifat-sifat Allah. Ada 2 aliran yang ada
dalam kelompok ini, yang pertama yaitu aliran ekstrim dan yang kedua yaitu aliran
moderat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Muniron. 2014. ILMU KALAM Sejarah, Metode, Ajaran dan Analisis


Perbandingan. Jember : Pustaka Pelajar.
Faisol Nasar bin Madi. OKTOBER 2015. ILMU KALAM. Jember : IAIN
Jember Press.
Muh. Asnawi, Sugiyono, Moh. Sulaiman. Cetakan Ke-1, 2014. buku siswa
ILMU KALAM. Jakarta : Kementerian Agama Republik Indonesia.
Achmad Syarifudin. Februari 2015. Pemikiran Islam (Tauhid Ilmu Kalam).
Palembang : NoerFikri.

11

Anda mungkin juga menyukai