Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan kesempatan-Nya
terutama kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Berikut ini penulis
mempersembahkan sebuah makalah ‘Kalam Jabariyah dan Qadariyah”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Noviandy, S.Fil.I,
M.Hum. selaku dosen Mata Kuliah Tauhid dan Adab. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
semua,terutama bagi penulis sendiri. Kepada pembaca,jika terdapat kekurangan atau
kekeliruan dalam makalah ini,penulis mohon maaf,karena penulis sendiri masih dalam
tahap belajar. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii


BAB I ......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................1
C. Tujuan Masalah .........................................................................................................1
BAB II .....................................................................................................................................2
PEMBAHASAN .....................................................................................................................2
A. Sejarah Jabariyah dan Qadariyah ............................................................................2
1. Qadariyah ...............................................................................................................2
2. Jabariyah ................................................................................................................4
B. Pokok-Pokok Ajaran Jabariyah dan Qadariyah .....................................................6
1. Qadariyah ...............................................................................................................6
2. Jabariyah ................................................................................................................6
C. Relevansi Ajaran ........................................................................................................7
BAB III ...................................................................................................................................9
PENUTUP ..............................................................................................................................9
A. Kesimpulan .................................................................................................................9
B. Saran ...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama sempurna dalam segala aspek rukun dan syari’atnya.
Mengenal dan mengkaji Islam tidak terlepas dari sejarah muncul dan
perkembangan agama Islam itu sendiri, adapun pemikiran dan peradaban Islam
melalui sejarahnya dimulai dari Kerasulan Muhammad SAW sampai pada
pemimpin-pemimpin berikutnya yang ikut andil dalam kemajuan agama rahmatan
lil ‘alamin ini. Dalam proses perkembangannya muncul pemikiran-pemikiran yang
tidak mendasar karena adanya pergolakan politik, mengalirnya pemikiran non-
muslim dari pengaruh filsafat yunani yang berkembang, serta akibat proses
perubahan kultural budaya. Salah satu dampak dari pemikiran tersebut mengenai
perbuatan manusia (af’al ai-‘ibad), apakah manusia bebas menentukan perbuatan
dengan kehendaknya, atau semua perbuatan manusia sudah ditentukan oleh Qadha
dan Qadar Tuhan.1

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Sejarah Qadariyah dan Qadariyah?
2. Apa saja pokok ajaran Qadariyah dan Jabariyah?
3. Apa relevansi ajaran Qadariyah dan Jabariyah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejaran dan asal usul qadariyah dan jabariyah
2. Untuk mengetahui ajaran pokok qadariyah dan jabariyah
3. Untuk mengetahui kesesuaian ajaran qadariyah dan jabariyah

1
Ahmad, Hanafi, Theology Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta:Bulan bintang, 1982), h. 18

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Jabariyah dan Qadariyah
1. Qadariyah
Qadariyah berasal dari kata qadara maknanya ialah kekuatan atau
kemampuan2 dalam arti lain yaitu memutuskan. Menurut terminology Qadariyah
adalah paham aliran yang menganggap bahwa segala perbuatan manusia
berdasarkan kehendaknya. Qadariyah meyakini manusia memiliki kebebasan dan
kekuatan untuk menentukan perbuatan yang dikehendakinya dan sesuai
kemampuannya. Aliran atau firqah yang menganut pemikiran ini berpendapat
bahwa manusia berkuasa untuk mewujudkan perbuatan baik atau menjauhi
perbuatan buruk atas kemampuan dan kemauannya sehingga paham ini menolak
anggapan bahwa manusia berbuat dan menjalani kehidupannya hanya mengikuti
takdir yaitu takdir dan nasib manusia yang sudah ditentukan oleh Allah semenjak
zaman azali. Dalam hal ini Harun Nasution menegaskan penamaan paham
Qadariyah berasal dari kata qudrah atau kekuatan untuk melakukan kehendak,
bukan pengertian bahwa manusia tunduk pada qadar Allah yang seharusnya
dimaknai dengan pengertian tersebut.3
Qadariyah merupakan salah satu ideology namun tergolong bid’ah dan sesat
atau bathil dalam aqidah Islam. Paham ini muncul pada pertengahan abad pertama
hijriah tepatnya 70H/689 M di Basrah, Irak. Dipelopori oleh Ma’bad Al-Juhani
dan muridnya Ghailan Ad-Dimasyqi, ketika masa pemerintahan khalifah Abdul
Malik Ibn Marwan (685-705M).4 Latar belakang munculnya ideology ini adalah
bentuk pertentangan pada kebijakan politik khalifah Bani Umayyah yang terkesan
memaksakan kehendaknya, pemerintahan Bani Umayyah dikenal kejam karena

2
Ibid
3
Harun nasution, Teologi Islam, (Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan), (Jakarta:
universitas Indonesia UI Press, 2011), h. 33
4
Sahilun A. Nashir, Pemikiran Ilmu Kalam (Telogi Islam) Sejarah, Ajaran, dan
Perkembangannya, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h.139

2
tidak segan-segan memberi hukuman mati kepada warganya yang memberontak
dan melakukan pembunuhan baik dari keturunan Rasulullah SAW sekalipun yaitu
Husain Bin Ali Bin Abu Thalib.
Ma’bad Al-Juhani dikenal sebagai tokoh terpandang dan dipercaya sebagai
ulama karena pernah berguru dengan Hasan Al-Basri seorang Tabi’in ulama
terkemuka di basrah yang langsung berguru dengan sahabat-sahabat Nabi
Muhammad SAW. Ketika Ma’bad pernah bertanya perihal kebenaran
kepemimpinan Daulah Umayyah, gurunya Hasan Al-Basri mengungkapkan
pendapatnya dengan mengatakan “Mereka (para pemimpin Daulah Umayyah
dengan segala kebijakannya) adalah musuh-musuh allah dan pembohong.5 Ma’bad
menggunakan pemikiran Qadariyah ini awal mula muncul dari seorang penduduk
irak yang bernama Susan beragama nasrani lalu masuk islam dan kembali lagi ke
agama semula. Pemikiran Qadariyah dengan mengedepankan bebas berkehendak
atas kekuatan dan kemampuan manusia yang sudah Allah ciptakan dengan
penciptaan manusia itu sendiri mendapat respond dan diterima dengan tangan
terbuka oleh sebagian besar penduduk irak juga karena mempercayai sang pelopor
yang terkenal sebagai ulama terkemuka ketika itu. Pada akhirnya khalifah Abdul
Malik Bin Marwan menangkp Ma’bad dan pengikutnya untuk dijatuhi hukuman,
termasuk Ma’bad Al-Juhani dihukum mati di Damaskus (80 H/690 M).
Paham Qadariyah dilanjutkan oleh muridnya yaitu Ghailan Ad-Dimasyqi,
salah seorang penduduk Damaskus, yang sudah diperingatkan oleh Khalifah Umar
Bin Abdul Aziz (682-720 M), maka paham ini berangsur surut dengan wafatnya
Ma’bad al-Juhani dan peringatan dari Khalifah. Namun lambat laun ketika
khalifah Umar Bin Abdul Aziz wafat, Ghailan kembali meneruskan paham
qadariyah ini kepada penduduk Damaskus, sehingga beliau ditangkap dan dijatuhi

5
Ahmad sahidin, Aliran-aliran dalam Islam, (Bandung: PT. Salmadani Pustaka Semesta,
2009), h. 38-39

3
hukuman mati oleh khalifah yang memimpin ketika itu yaitu Hisyam Bin Abdul
Malik (724-743 M).
2. Jabariyah
Jabariyah salah satu bentuk pemikiran yang berkembang pada masa Daulah
Umayyah, kata Jabariyah diambil dari bahasa arab jabara artinya adalah memaksa
dalam arti lain ialah diharuskan melakukan sesuatu. Secara terminology Al-Jabr
merupakan perbuatan manusia disandarkan kepada Allah, dan menghilangkan
perbuatan manusia.6 Paham ini meyakini bahwa segala perbuatan manusia telah
ditentukan oleh Allah SWT, melalui qadha dan qadar-Nya.7 Paham Jabariyah
meyakini bahwa manusia dengan segala kejadian yang ada pada dirinya
merupakan ketetapan dan ketentuan oleh Allah SWT, manusia hanya menjalankan
saja taqdir yang sudah Allah tentukan tanpa bisa mengubah atau memiliki
kekuasaaan untuk memilih apa yang diperbuat. Sehingga pemikiran pada aliran ini
sangat menguntungkan bagi kepemimpinan Bani Umayyah saat itu dengan
penerimaan atas kebijakan-kebijakan pemerintahan khususnya penduduk di
Khurasan, Persia awal mula munculnya aliran Jabariyah ini.
Masih menjadi perdebatan oleh para pemikir sejarah mengenai kapan tepatnya
muncul Aliran Jabariyah ini, namun yang paling banyak diriwayatkan aliran ini
muncul bersamaan dengan paham Qadariyah sebagai reaksi yang timbul atas
pemikiran tersebut. Bibit-bibit pemikiran pada aliran Jabariyah sebenarnya telah
ada sejak zaman rasulullah maupun sebelum peradaban Islam dimulai, dibuktikan
dengan adanya salah satu pemikir islam yaitu Ahmad Amin mengemukakan
pendapat kehidupan bangsa arab yang dikelilingi oleh gurun pasir membuat
pengaruh terhadap cara berfikir dalam menjalani kehidupan untuk bergantung dan

6
Muhammad Ibn ‘Abd Al-karim Al-Syahrastani, Al-Milal Wa Al Nihal, (Riyadh: Dar al-
wahan, 1417), h. 85
7
Harun nasution, Teologi Islam, (Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan), (Jakarta:
universitas Indonesia UI Press, 2011), h. 31

4
menyerah pada alam.8 Membawa sikap mereka pada fatalism (keterpaksaan).9
Dalam hal lain juga dipaparkan mengenai munculnya dasar aliran Jabariyah ini,
saat Rasulullah melarang untuk membahas mengenai taqdir oleh sahabatnya yang
dijadikan perdebatan ketika itu, Khalifah Umar Ibn Khatab juga pernah
menangkap seorang pencuri yang ketika ditanya alasan ia mencuri jawabannya
tidak lain adalah bahwa dia ditakdirkan Allah menjadi seorang pencuri, maka
Khalifah Umar memberi dua hukuman yakni karena perbuatan dosanya dan
hukuman dera karena penafsirannya yang keliru atas taqdir Allah.
Adapun tokoh yang menjadi pelopor dalam munculnya aliran Jabariyah ini
adalah Al-Ja’d Bin Dirham, lalu pemikiran ini dituangkan kepada muridnya Jahm
Bin Shafwan di Khurasan, Jahm lah yang menyebarkan aliran ini dengan gencar
dan gigih. Latar belakang munculnya aliran ini dalam riwayat sejarah ada yang
berpendapat merupakan akibat dari pemikiran asing yaitu agama Yahudi
bermazhab Qurra dan Agam Kristen bermazhab Yacobit.10 Dan berasal dari
pemahaman dalil Nash Al-Qur’an yang menjadi sumber landasan pada aliran ini
yaitu Q.S AsShaffat ayat 96, Q.S Al-Anfal ayat 17, Q.S Al-Insan ayat 30 tanpa
adanya keberanian menakwilkan dan menggali lebih dalam menafsirkan ayat-ayat
tersebut dengan merujuk asbabun nuzulnya, respon dari aliran yang sudah
berkembang sebelumnya yaitu Qadariyah, serta adanya aliran salaf Muqatil Bin
Sulaiman yang berlebihan dalam menetapkan sifat-sifat Allah sehingga menjurus
kepada Tasybih.11

8
Abdul Rozak, Rosihun Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2006), h. 64
9
Harun, Nasution. Teologi Islam (Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan), op. cit. h.34
10
Sahilun A. Nashir, Pemikiran Ilmu Kalam (Telogi Islam) Sejarah, Ajaran, dan
Perkembangannya, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h.133
11
Ali Syami an-Nasyr, Nasy’at Al-Fikr al Falsafi fi al-Isam, (Chairo: Dar Al-Ma’arif,1977), h.
335

5
B. Pokok-Pokok Ajaran Jabariyah dan Qadariyah
1. Qadariyah
Paham aliran ini melihat bahwa adanya kebebasan dan kemerdekaan
seseorang untuk menentukan perbuatan apa saja yang ingin dilakukan. Hal
ini sama dengan pendapat yang diungkapkan oleh salah satu pendiri paham
aliran ini, yaitu Ghailan. Menurut Ghailan, manusia berkuasa atas perbuatan
perbuatannya, manusia sendirilah yang melakukan perbuatan-perbuatan baik atas
kehendak dan kekuasaannya sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan
atau menjauhi tindakan-tindakan yang bernilai jahat atas kemauan dan daya
upayanya sendiri. 12
Qadariyah adalah suatu paham yang dianut oleh suatu kelompok. Bagi
penganut paha, aliran Qadariyah mereka berkeyakinan bahwa doktrin merekalah
yang benar, begitu pula paham aliran Jabariyah.
2. Jabariyah
a) Manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak
mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan. Pendapat jahm
tentang keterpaksaan ini lebih terkenal disbanding dengan pendapatnya
tentang surga dan neraka, konsep iman, kalam Tuhan, meniadakan sifat
Tuhan, dan melihat Tuhan di Akhirat
b) Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini,
pendapatnya sama dengan konsep iman yang diajukan kaum Murji’ah.
c) Kalam Tuhan adalah Makhluk. Al-Qur’an adalah makhluk yang dibuat
sebagai suatu yang baru (hadits). Adapun fahamnya tentang melihat tuhan,
Jahm berpendapat bahwa Tuhan sekali-kali tidak mungkin dapat dilihat oleh
manusia di akhirat kelak.
Surga dan neraka tidak kekal. Tentang keberadaan surge-neraka, setelah
manusia mendapatkan balasan di dalamnya, akhirnya lenyaplah surge dan neraka

12
Amri, Khairul, Al-Jabariyah dan Al-Qodariyah, (Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara, 2022), h. 41

6
itu. Daripandangan ini nampaknya Jahm dengan tegas mengatakan bahwa, surge
dan neraka adalah suatu tempat yang tidak kekal.13
C. Relevansi Ajaran
Sebuah Perbandingan tentang Musibah. Dalam paham Jabariyah, berkaitan
dengan perbuatannya, manusia digambarkan bagai kapas yang melayang di udara
yang tidak memiliki sedikit pun daya untuk menentukan gerakannya yang
ditentukan dan digerakkan oleh arus angin. Sedang yang berpaham Qadariyah
akan menjawab, bahwa perbuatan manusia ditentukan dan dikerjakan oleh
manusia, bukan Allah. Dalam paham Qadariyah, berkaitan dengan perbuatannya,
manusia digambarkan sebagai berkuasa penuh untuk menentukan dan
mengerjakan perbuatannya.
Pada perkembangan selanjutnya, paham Jabariyah disebut juga sebagai paham
tradisional dan konservatif dalam Islam dan paham Qadariyah disebut juga sebagai
paham rasional dan liberal dalam Islam. Kedua paham teologi Islam tersebut
melandaskan diri di atas dalil-dalil naqli (agama) - sesuai pemahaman masing-
masing atas nash-nash agama (Alquran dan hadits-hadits Nabi Muhammad) -
dan aqli (argumen pikiran). Di negeri-negeri kaum Muslimin, seperti di Indonesia,
yang dominan adalah paham Jabariyah. Orang Muslim yang berpaham Qadariyah
merupakan kalangan yang terbatas atau hanya sedikit dari mereka.
Kedua paham itu dapat dicermati pada suatu peristiwa yang menimpa dan
berkaitan dengan perbuatan manusia, misalnya, kecelakaan pesawat terbang. Bagi
yang berpaham Jabariyah biasanya dengan enteng mengatakan bahwa kecelakaan
itu sudah kehendak dan perbuatan Allah. Sedang, yang berpaham Qadariyah
condong mencari tahu di mana letak peranan manusia pada kecelakaan itu.
Kedua paham teologi Islam tersebut membawa efek masing-masing. Pada
paham Jabariyah semangat melakukan investigasi sangat kecil, karena semua
peristiwa dipandang sudah kehendak dan dilakukan oleh Allah. Sedang, pada

13
ibid

7
paham Qadariyah, semangat investigasi amat besar, karena semua peristiwa yang
berkaitan dengan peranan (perbuatan) manusia harus dipertanggungjawabkan
oleh manusia melalui suatu investigasi.
Dengan demikian, dalam paham Qadariyah, selain manusia dinyatakan
sebagai makhluk yang merdeka, juga adalah makhluk yang harus bertanggung
jawab atas perbuatannya. Posisi manusia demikian tidak terdapat di dalam paham
Jabariyah. Akibat dari perbedaan sikap dan posisi itu, ilmu pengetahuan lebih pasti
berkembang di dalam paham Qadariyah ketimbang Jabariyah.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Qadariyah merupakan salah satu ideology namun tergolong bid’ah dan sesat
atau bathil dalam aqidah Islam
2. Paham Jabariyah meyakini bahwa manusia dengan segala kejadian yang ada
pada dirinya merupakan ketetapan dan ketentuan oleh Allah SWT, manusia
hanya menjalankan saja taqdir yang sudah Allah tentukan tanpa bisa
mengubah atau memiliki kekuasaaan untuk memilih apa yang diperbuat.
B. Saran
Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami
akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Syahrastani, M. I.-K. (1417). Al-Milal Wa Al Nihal. Riyadh: Dar al-wahan.

Amri, K. (2022). Al-Jabariyah dan Al-qodariyah. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara.

an-Nasyr, A. S. (1977). Nasy'at Al-Fikr al Falsafi al-Islam. Cairo: Dar al-Ma'arif.

Hanafi, A. (1982). Theology Islam (ilmu kalam). Jakarta: Bulan Bintang.

Nashir, S. A. (2012). Pemikiran Ilmu Kalam (Teologi Islam) Sejarah Ajaran dan
Perkembangannya. Jakarta: Rajawali Press.

Nasution, H. (2011). Teologi Islam (aliran-aliran sejarah analisa perbandingan). Jakarta:


Universitas Indonesia UI Press.

Rozak, A., & Anwar, R. (2006). Ilmu Kalam. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Sahidin, A. (2009). Aliran-aliran dalam Islam. Bandung: PT. Salmadani Pustaka Semesta.

10

Anda mungkin juga menyukai