MAKALAH
2022 M/1444 H
A. PENDAHULUAN
2
B. ALIRAN QADARIYAH
1. Latar Belakang Munculnya Aliran Qadariyah
Jika kita lihat dari segi bahasa Qadariyah berasal dari bahasa
Arab, yaitu kata qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan. Dalam
bahasa Inggris qadariyah ini diartikan sebagai free will and free act,
1
Jamaluddin, ILMU KALAM Khazanah Intelektual Pemikiran dalam Isalam, Tembilahan:
PT. Indragiri Dot Com, 2020, h.79-86.
3
bahwa manusialah yang mewujudkan perbuatan-perbuatan dengan
kemauan dan tenaganya. Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip
oleh: Hadariansyah, orang-orang yang berpaham Qadariyah adalah
mereka yang mengatakan bahwa manusia memiliki kebebasan
berkehendak dan memiliki kemampuan dalam melakukan. perbuatan
Manusia mampu melakukan perbuatan, mencakup semua perbuatan,
yakni baik dan buruk. Sejarah lahirnya aliran Qadariyah tidak dapat
diketahui secara pasti dan masih merupakan sebuah perdebatan. Akan
tetepi menurut Ahmad Amin, ada sebagian pakar teologi yang
mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh Ma'bad
al-Jauhani dan Ghilan ad- Dimasyqi sekitar tahun 70 H/689M.
Ditinjau dari segi politik, yakni pada masa Mu'awiyah bin Abi
Sofyan dan Daulah Bani Umayyah. Setelah Ali bin Abi Thalib
meninggal tahun 40 H, Mu'awiyah menjadi penguasa Daulah Islamiyah.
Untuk mempertahankan kekuasaannya, dia menggunakan berbagai
cara, khususnya dalam menumpas para oposisinya. Bahkan almarhum
Ali bin Abi Thalib sering dicaci oleh Mu'awiyah tatkala mereka
melakukan pidato-pidato termasuk dalam khotbah Jum'at. Para ulama
tidak setuju dengan cara tersebut. Namun, para ulama tersebut tidak bisa
berbuat apa-apa. Untuk menutupi hal semacam itu dan untuk menghibur
dirinya lalu mereka mengembalikan segala sesuatu kepada Allah Swt.,
bahwa semua yang terjadi adalah kehendak-Nya. Isu seperti inilah yang
diambil dan digunakan Mu'awiyah untuk membenarkan semua
tindakannya bahwa semua yang telah mereka lakukan itu juga karena
kehendak Allah Swt.2
2
Aminudin, Akidah Akhlak, Jakarta: BA Printing, 2021, h.28.
4
hati dan amal dapat menimbulkan kesadaran bahwa manusia mampu
sepenuhnya memilih dan menentukan tindakannya sendiri. Menurut
Ahmad Amin seperti dikutip Abuddin Nata, berpendapat bahwa faham
Qadariyah pertama sekali dimunculkan oleh Ma’bad Al-Jauhani dan
Ghailan Ad Dimasyqy. Sementara itu Ibnu Nabatah dalam kitabnya
Syarh Al-Uyun, memberi informasi lain bahwa yang pertama sekali
memunculkan faham Qadariyah adalah orang Irak yang semula
beragama Kristen kemudian masuk Islam dan balik lagi ke agama
Kristen. Dari orang inilah Ma’bad dan Ghailan mengambil faham ini.
Orang Irak yang dimaksud, sebagaimana dikatan Muhammad Ibnu
Syu’ib yang memperoleh informasi dari Al-Auzai, adalah Susan.3
3
Abu Bakar, ILMU KALAM MA KEAGAMAAN KELAS XII, Jakarta: Direktorat KSKK
Madrasah, 2020, h.47.
5
paham Qadariah sebagai reaksi keras dengan mengatakan manusialah
yang mewujudkan perbuatan-perbuatannya dengan kemauan dan tena-
ganya sendiri.
6
kajian-kajian kelslaman, kemudian dicetuskan oleh Ma'bad al-Juhani
dan Ghailan ad- Dimasyqi dalam bentuk aliran (institusi).
4
Aminol Rosid Abdullah, TEOLOGI ISLAM: Memahami Ilmu Kalam dari Era Klasik hingga
Kontemporer, Batu: Literasi Nusantara, 2021, h. 32.
7
perbuatan. Manusia mampu melakukan perbuatan, mencakup semua
perbuatan, yakni baik dan buruk.5
إن: ويقولون، وإمنا العباد هم اخلالقون هلا، إن أفعال العباد ليست خملوقة اهلل
5
Faisol Nasar Bin Madi, ILMU KALAM, Jember: IAIN Jember Press, 2015, h. 85-89.
8
Ditinjau dari segi politik kehadiran mazhab Qadariyah sebagai
isyarat menentang politik Bani Umayyah, karena itu kehadiran
Qadariyah dalam wilayah kekuasaanya selalu mendapat tekanan,
bahkan pada zaman Abdul Malik bin Marwan pengaruh Qadariyah
dapat dikatakan lenyap tapi hanya untuk sementara saja, sebab
dalam perkembangan selanjutnya ajaran Qadariyah itu tertampung
dalam Muktazilah.
c. Ajaran-Ajaran Qadariyah
9
ditentukan terlebih dahulu. Dalam perbuatannya, manusia hanya
bertindak menurut nasib yang telah ditentukan sejak azali terhadap
dirinya. Dengan demikian takdir adalah ketentuan Allah yang
diciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruh isinya, sejak
azali, yaitu hukum yang dalam istilah Alquran adalah sunnatullah.6
ٌ ين يُْل ِح ُدو َن ِِف آيَاتِنَا ََل ََْي َف ْو َن َعلَْي نَا أَفَ َم ْن يُْل َقى ِِف النا ِر ََْي ِ ِ
َ إن الذ
ِ أَم من يأِِْت ِآمنًا ي وم الْ ِقيام ِة ْاعملُوا ما ِشْئتُم إِنه ِمبَا تَعملُو َن ب
صي َ َْ ُ ْ َ َ َ َ َ َْ َ َْ ْ
“Kerjakan apa yang kamu kehendaki sesungguhnya Ia maleihat apa
yang kamu perbuat”. (QS. Fush-Shilat:40).
ِِ ِ ِ ِ ْ وقُ ِل
َ اْلَ ُّق م ْن َربِّ ُك ْم فَ َم ْن َشاءَ فَ ْليُ ْؤم ْن َوَم ْن َشاءَ فَ ْليَ ْك ُف ْ ٌ إِنا أ َْعتَ ْدنَا للظالم
ني نَ ًارا أَ َحا َط َ
اب َو َساءَ ْ ُم ْ ٌتَ َف ًقا ٍ ِ
ِ َ ِبم س ٌادقُ َها وإِ ْن يستَغيثُوا ي غَانُوا ِمبَاء َكالْم ْه ِل ي ْش ِوي الْوج ِ ِِ
ُ ٌ َس الش
َ وه بْئ ُُ َ ُ ُ َْ َ َُ ْ
6
Muchotob Hamzah, PENGANTAR STUDI ASWAJA AN-NAHDILIYAH, Yogyakarta: LKIS,
2017, h. 29-30.
10
Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka
Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya
Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum,
niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang
mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (al-Kahfi :29)
َصْبتُ ْم ِمثْ لَْي َها قُ ْلتُ ْم أََّن َه َذا قُ ْل ُه َو ِم ْن ِعْن ِد أَنْ ُف ِس ُك ْم ِ
َ َصابَْت ُك ْم ُمصيبَة قَ ْد أَ أ ََولَما أ
ٌ إِن اللهَ َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِدي
"dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan
Uhud), Padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat
kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata:
"Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari
(kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu". (QS.Ali Imran:165)
َّني يَ َديْ ِه َوِم ْن ََ ْل ِف ِه ََْي َفظُونَهُ ِم ْن أ َْم ِ ٌ الل ِه إِن اللهَ ََل يُغَيِّ ُ ٌ َما بَِق ْوٍم َح
ِ ْ َلَهُ ُم َعقِّبَا ِم ْن ب
يُغَيِّ ُ ٌوا َما بِأَنْ ُف ِس ِه ْم َوإِ َذا أ ََر َاد اللهُ بَِق ْوٍم ُسوءًا فَ ََل َمَ ٌد لَهُ َوَما َهلُ ْم ِم ْن
ُدونِِه ِم ْن َو ِال
11
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada
pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia. (QS.Ar-R'd:11)
12
sendirilah yang melakukan perbuatan perbuatan baik atas kehendak
dan kekuasaannya sendiri. Dan manusia sendiri yang melakukan
atau menjauhi perbuatan-perbuatan jahat atas kemauan dan daya
sendiri”.
b. Ghailan al-Dimasyaqy
Ghilan ini seorang orator yang handal, juru debat yang mahir la
hidup di Damaskus dekat dangan Bani Umayyah, tetapi hal ini tidak
menghalanginya untuk menentang pemerintahan Umayyah. Paham
ini segera mendapat pengikut, sehingga terpaksa Khalifah Hisyam
bin Abdul Malik mengambil tindakan kekerasan dengan
membunuhnya.
ٱْلَ ُّق ِمن ربِّ ُك ْم ۖ فَ َمن َشاۖءَ فَ ْليُ ْؤِمن َوَمن َشاۖءَ فَ ْليَ ْك ُف ْ ٌ ۖ إِناۖ أ َْعتَ ْدنَا
ْ َوقُ ِل
َحا َط ِبِِ ْم ُسَ ٌ ِادقُ َها ۖ َوإِن يَ ْستَغِيثُواۖ يُغَاثُواۖ ِمبَاۖ ٍء َكٱلْ ُم ْه ِل يَ ْش ِوى ِ َِّٰ ِ
َ ني نَ ًارا أ
َ للظلم
اب َو َساۖءَ ْ ُم ْ ٌتَ َف ًقا ِ َ ٱلْوج
ُ ٌ َس ٱلش
َ وه ۖ بْئ ُُ
13
selanjutnya, paham Qadariyah banyak diadopsi oleh aliran
Mu'tazilah yang sangat memberi otoritas tinggi terhadap akal.
7
Sidik, REFLEKSI PAHAM JABARIYAH DAN QADARIYAH, Palu: IAIN Palu, 2016, h. 282.
14
Ajaran pokok Qadariyah, sebagaimana dikemukakan Gailan
adalah bahwa manusia mempunyai kekuasaan atas perbuatan-
perbuatannya. Manusia sendirilah yang melakukan perbuatan baik
atau jelek atas kemauan dan kekuasaan serta daya yang ada pada
dirinya. Jadi, menurut paham ini manusia merdeka dalam tingkah
lakunya. Dari prinsip-prinsip ini, paham Qadariyah menolak paham
yang menyatakan bahwa manusia dalam perbuatan-perbuatannya
hanya bertindak menurut nasibnya yang telah ditentukan semenjak
azali.8
Dengan demikian, dalam paham Qadariyah, selain manusia
dinyatakan sebagai makhluk yang merdeka, juga adalah makhluk
yang harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Posisi manusia
demikian tidak terdapat di dalam paham Jabariyah. Akibat dari
perbedaan sikap dan posisi itu, ilmu pengetahuan lebih pasti
berkembang di dalam paham Qadariyah ketimbang Jabariyah.9
8
Amin Syukur, Teologi Islam Terapan, Solo: Tiga Serangkai, 2003, h. 130.
Ris’an Rusli, TEOLOGI ISLAM, Jakarta: KENCANA, 2015, h. 43.
9
15
C. KESIMPULAN
Jika kita lihat dari segi bahasa Qadariyah berasal dari bahasa Arab,
yaitu kata qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan. Dalam bahasa
Inggris qadariyah ini diartikan sebagai free will and free act, bahwa
manusialah yang mewujudkan perbuatan-perbuatan dengan kemauan dan
tenaganya. Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh: Hadariansyah,
orang-orang yang berpaham Qadariyah adalah mereka yang mengatakan
bahwa manusia memiliki kebebasan berkehendak dan memiliki
kemampuan dalam melakukan. perbuatan Manusia mampu melakukan
perbuatan, mencakup semua perbuatan, yakni baik dan buruk. Sejarah
lahirnya aliran Qadariyah tidak dapat diketahui secara pasti dan masih
merupakan sebuah perdebatan. Akan tetepi menurut Ahmad Amin, ada
sebagian pakar teologi yang mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali
dimunculkan oleh Ma'bad al-Jauhani dan Ghilan ad- Dimasyqi sekitar tahun
70 H/689M.
16
D. RUJUKAN (DAFTAR PUSTAKA)
Abdullah, A. R. (2021). TEOLOGI ISLAM: Memahami Ilmu Kalam dari Era Klasik
hingga Kontemporer. Batu: Literasi Nusantara.
Aminudin. (2021). Akidah Akhlak. Jakarta: BA Printing.
Bakar, A. (2020). ILMU KALAM MA KEAGAMAAN KELAS XII. Jakarta: Direktorat
KAKK Madrasah.
Hamzah, M. (2017). PENGANTAR STUDI ASWAJA AN-NAHDILIYAH. Yogyakarta:
LKIS.
Jamaluddin. (2020). ILMU KALAM Khazanah Intelektual Pemikiran dalam Islam.
Tembilahan: PT. Indragiri Dot Com.
Madi, F. N. (2015). ILMU KALAM. Jember: IAIN Jember Press.
Rusli, R. (2015). TEOLOGI ISLAM. Jakarta: KENCANA.
Sidik. (2016). REFLEKSI FAHAM JABARIYAH DAN QADARIYAH. ILMU
KALAM, 282.
Syukur, A. (2003). Teologi Islam Terapan. Solo: Tiga Serangkai.
17
18
19
20
21
22
5
23
24