Anda di halaman 1dari 14

1.

MENTAHAN ( Sejarah)
Ahli teologi Islam menerangkan bahwa paham Qodariyah pertama dikenalkan oleh Ma'bad Al-
Juhani : seorang Tabi'I yang baik dan temannya Ghailan Al-Dimasqi, yang keduannya
memperoleh pahamnya dari orang Kristen yang masuk Islam di Iraq. Ma'bad Al-Juhani adalah
seorang lelaki penduduk Bashro keturunn orang majusi. Dia adalah seorang ahli Hadist dan tafsir
Al-Qur'an, tetapi kemudian ia dianggap sesat dan membuat pendapat-pendapat yang salah.
Setelah diketahui pemerintah pada waktu itu dia dibunuh oleh Abdul Malik bin Marwan pada
tahun 80 H. dan ia adalah seorang Taba'I yang dapat dipercaya dan pernah berguru pada Hasan
al-Bashri.

Dalam pada itu Ghailan sendiri terus menyiarkan Qodariyahnya di Damaskus, tetapi mendapat
tentangan dari khalifah Umar bin Abd al Aziz, setelah Umar wafat ia meneruskan kegiatannya
yang lama, sehingga ia mati dihukum bunuh oleh Hisyam Abd Malik 724-743 M. sebelum
dijatuhi hukum bunuh dilakukan perdebatan antara Ghailan dan al- Awzai yang dihadiri oleh
Hisyam sendiri*

Menurut W.Montgomery watt, Ma'bad al-Jauhani dan Ghailan ad - Dimashqi adalah penganut
Qodariyah yang hidup setelah Hasan al-Bashri. Kalau di hubungkn dengan keterangan Adz-
Dzahabi dalam mizan al milal, seperti dikutip Ahmad Amin yang menyatakan bahwa Ma'ad al-
Jauhani perna belajar pada Hasan al-Bashri , maka sangat mungkin paham Qadariyah ini pertama
kali dikembangkan oleh Hasan al-Bashri. Maka keterangan yang ditulis oleh lbn Nabatah dalam
Syah}rul al- Uyun bahwa paham Qadariyah berasal dari orang Iraq Kristen yang masuk Islam
kemudian ia kembali ke Kristen, adalah hasil rekayasa orang yang tak sependapat dengan paham
ini, supaya orang lain tak tertarik dengan pemikiran paham Qadariyah. Lagipula menurut
Kremer, seperti yang dikutip oleh Iqnaz Goldziher , dikalangan gereja timur ketika itu terjadi
pardebatan tentang doktrin Qodariyah yang mencekam pemikiran orang teologinnya."

Berkaitan dengan awal kemunculan Qadariyah, para peneliti di bidang teologi berbeda pendapat.
Karena penganut Qadariyah sangat banyak. Diantarannya di Iraq dengan bukti gerakan ini terjadi
pada pengajian Hasan al-Bashri. Sedangkan menurut ali sami' bahwa ma'bad al juhani sebagian
besar hidupnya tinggal di madinah kemudian menjelang akhir haytanya baru pindah ke basrah,
dia adalah murid Abu Dzar al-Ghiffari musuh usman dan bani umaiyah. Sementara ghailan
adalah seorang murjiah yang pernah berguru kepada Hasan Ibn Muhammad Ibn Hanafiyah (E)

LAINN

Sejarah lahirnya aliran Qadariyah tidak dapat diketahui secara pasti dan masih merupakan
sebuah perdebatan. Akan tetepi menurut Ahmad Amin, ada sebagian pakai teologi yang
mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh Ma'bad al-Jauhani dan Ghilan ad-
Dimasyqi sekitar tahun 70 H/689M.
Ditinjau dari Qadariyah sebagai isyarat menentang politik Bani Umayyah, karena itu kehadiran
Qadariyah dalam wilayah kekuasaanya selalu mendapat tekanan, bahkan pada zaman Abdul
Malik bin Marwan pengaruh Qadariyah dapat dikatakan lenyap tapi hanya untuk sementara saja,
sebab dalam perkembangan selanjutnya paham Qadariyah itu dianut oleh Mu'tazilah sedangkan
paham Jabariyah walaupun tidak identik dengan paham yang dibawa oleh bn Safwan atau Al-
Najar dan Dirar, pengaruh aliran ini terdapat dalam al-Asy'ariah.

Tidak di ketahui secara pasti kapan munculnya paham Qadariah ini, namun munculnya sebagai
persoalan teologi didasari oleh faktor internal dan eksternal. Secara internal, Paham Qadariah
lahir sebagai reaksi dari paham Jabariah yang telah berkembang pada masa dinasti Umayyah.
Paham ini cenderung melegtimasi perbuatan maksiat, aniaya dan sebagainya. Bahkan paham ini
telah dianut oleh peguasa Bani Umayyah yang cenderung dalam kezaliman untuk membenarkan
tindakan-tindakan perbuatan sewenang, perbuatan mereka, seperti yang di saksikan Gilan al-
Dimasyqy (tokoh paham Qadariah) ketika menjabat sebagai sekertaris Negara dalam
pemerintahan Umayyah di Damaskus.

la menyaksikan kemerosotan dari sudut agama, kemewahan istana, sementara rakyat kelaparan,
penin- dasan terhadap rakyat dan sebagainya. Bila diingatkan mengapa melakukan hal itu, dan
harus mempertanggung jawabkan di hadapan ummat, dan di akhirat kelak, mereka menolak dan
mengatakan kami dimintai pertanggungjawaban atas tindakan kami, sebab Tuhanlah yang
menghendaki semua itu. Berdasarkan kasus tersebut, muncullah paham Qadariah sebagai reaksi
keras dengan mengatakan manusialah yang mewujudkan perbuatan-perbuatannya dengan
kemauan dan tena-ganya sendiri.

Sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan munculnya paham Qadariah, yakni pada waktu
yang sama (masa Bani Umayyah), kaum muslimin atau orang orang Arab bercampur dan
berinteraksi dengan berbagai macam pemikiran dan pendapat asing, sehingga tidak aneh Jika hal
itu mengarahkan mereka pada persoalan persoalan yang sebelumnya tidak pernah terbetik dalam
dalam hati mereka. Kemudian kaum muslimin mulai memecahkan persoalan mereka dengan
metode yang di sesuaikan dengan keyakinan hati mereka. Dialog itu dapat disimpulkan bahwa
semua manusia tidak dapat melakukan sesuatu kecuali dengan pertolongan Allah SWT. Kalau
begitu di mana posisi kebebasan kehendak dalam diri manusia.

Dialog tersebut terjadi di Damaskus (markas Agama Kristen) dan tersebar ke Basrah (pintu
gerbang kebudayaan Islam), di samping itu dari Romawi Timur, salah satu kecenderungan
budaya Romawi adalah suka berdiskusi, berdebat dengan menggunakan dalil-dalil logika
kebiasaan tersebut berlanjut ketika berada di wilayah kekuasaan khalifah. Kebiasaan seperti
itulah yang di kembangkan di tengah-tengah ummat Islam sebagai pemicu munculnya paham
Qadariah.

Masalah ikhtiar manusia menjalar dari Kristen di Damaskus dan Basrah yang berpindah kepada
Islam yang dikembangkan oleh Ma'bad al-Jauhani dan Ghilan al-Dimasyqy. W. Montgomery
Watt menemukan dokumen lain yang menyatakan bahwa paham Qadariyah terdapat dalam Kitab
ar-Risalah dan ditulis untuk Khalifah Abdul Malik oleh Hasan al-Basri sekitar tahun 700 M.
Dengan disebutkannya Ma'bad al-Juhani pernah berguru dengan Hasan al- Basri pada keterangan
az-Zahabi dalam kitab Mizan al-tidal maka sangat mungkin paham Qadariah mula-mula
dikenalkan oleh Hasan al-Basri dalam bentuk kajian-kajian kelslaman, kemudian dicetuskan oleh
Ma'bad al-Juhani dan Ghailan ad Dimasyqi dalam bentuk aliran (institusi). (D)

LAINNNNN LAGIII

Secara history kemunculan Qodariah dan siapa tokoh utamanya masih diperdebatkan. Versi
pertama berasal dari Ahmad Amin (Rozak & Anwar 2012: 88) berdasarkan pendapat beberapa
ahli teologi bahwa faham qadariyah ini pertama kali diperkena lkan oleh Ma'bad Al-Jauhani dan
Ghailan Ad-Dimaskus. Ma'bad Al-Jauhani adalah seorang taba'i yang dapat dipercaya dan
pernah berguru kepada Hasan Al-Bisri. Sementara Ghailan adalah seorang orator berasal dari
Damsakus dan ayahnya menjadi maula Utsman bin Affan.

Qadariyah ini pertama kali dimunculkan oleh seorang Kristen Irak yang masuk Islam kemudian
kembali kepada Kris ten. Dan dari orang inilahy Ma'bad dan Ghail in mengambil paham
Qodariah. orang Irak yang dimaksud sebagai mana dikatakan Muhammad Ibnu Sya' id yang
menmperoleh informasi dari Susan.

Versi kedua, masih dikemukakan oleh Ahmad Amin berdasarkan pendapat Ibnu Nabatah dalam
kitabnya Syarh Al-Uyun bahwa faham Qadariyah ini pertama kali dimunculka masuk Islam
kemudian kembali kepada Kristen. Dan dari orang inilahy Ma'bad dan Ghailin mengambil
paham Qodariah. orang Irak yang dimaksud sebagai mana dikatakan Muhammad Ibnu Sya' id
yang mempero leh informasi dari Al-Auzai bernama Susan.

Versi ketiga dikemukakan oleh W. Mont go mery Watt melalui tulisan Hellmut Ritter dalam
bahasa Jerman yang dipublikasikan mellui majalah Der Islam pada tahun 1933. Artikel ini
menjelask an bahwa faham Qadariyah terdapat dalam kitab Risalah dan ditulis untuk Kho lifah
Abdul Malik oleh Hasan Al-Basri sekitar tahun 700 M. Hasan Al-Basri (642-728) adalah anak
seorang tahanan di irak. Ia lahir dimadinah, tetapi pada tahun 657, pergi ke Basrah dan tinggal
disana sampai akhir ha yatnya. Apakah Hasan Al-Basri termasuk orang Qadariyah atau bukan,
hal ini memang menjadi perdebatan. Namun, yang jelas, -berdasarkan catatannya yang terdapat
dalam kitab Risalah ini ia percaya bahwa manusia dapat memilih secara bebas antara baik dan
buruk. Hasan yakin bahwa manusia bebas memilih antara berbuat baik atau berbuat buruk. (B)

SUMBER LAINNNNN LAGIIIII

Sejarah lahirnya aliran Qadariyah tidak dapat diketahui secara pasti dan masih merupakan
sebuah perdebatan. Akan tetapi
Ahmad Amin, ada sebagian pakar teologi yang mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali
dimunculkan oleh Ma'bad al-Juhaini dan Ghailan al-Dimasyqi sekitar tahun 70 H/689M.

Ibnu Nabatah menjelaskan dalam kitabnya dalam Syahr al-Ujum, aliran Qadariyah pertama kali
dimunculkan oleh orang Irak. " Pada mulanya beragama Kristen, kemudian masuk Islam dan
kembali lagi ke agama Kristen. Namanya adalah Susan, demikian juga pendapat Muhammad
Ibnu Syu'ib. Sementara W. Montgomery Watt menemukan dokumen lain yang menyatakan
bahwa paham Qadariyah terdapat dalam kitab al-Risalah dan ditulis untuk Khalifah Abdul Malik
oleh Hasan al-Basri sekitar tahun 700M.

Ditinjau dari segi politik, kehadiran mazhab Qadariyah sebagai isyarat menentang politik Bani
Umayyah. Karena itu, kehadiran Qadariyah dalam wilayah kekuasaanya selalu mendapat
tekanan, bahkan pada zaman Abdul Malik bin Marwan pengaruh Qadariyah dapat dikatakan
lenyap tapi hanya untuk sementara saja, sebab dalam perkembangan selanjutnya ajaran
Qadariyah itu tertampung dalam Muktazilah. (C).

2. MENTAHAN ( Aliran Qodariyah)

Istilah Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar at au kadar
Tuhan. Dalam bahasa Inggrisnya paham ini dikenal dengan namafree will dan ffee act. "Secara
bahasa berasal dari Qadr yang artinya kuasa atau berkuasa.Maksudnya manusia kekuasaan untuk
mengatur dan menent ukan berbuat annya sendiri.

Qadariyah adalah orang-orang yang meyakini bahwa manusia mampu mencipt akan perbuat
annya sendiri, baik perbuatan terpuji maupun berbuatan buruk, dan tidak ada intervensi Allah.
Dengan kata lain bahwa paham Qadariyah tidak mempercayai adanya takdir (ketent uan) Allah
yang telah ditet apkan pada zaman azali, karena seluruh perbuatan, tingkah laku baik atau buruk
secara totalit as dinisbat kan pada manusia itu sendiri. Senada juga dengan statemen yang
dilontarkan oleh sebagaimana yang dinukil olehAbu Lubabah Husein dalam Hadis al-Sari bahwa
kaum Qadariyah adalah orang yang berkeyakinan bahwa perbuat an jelek seorang hamba adalah
dirinya sendiri." Ibnu Hajar

Penganut Qadariyah menganut paham kebebasan berkehendak dengan meniadakan kekuasaan


Tuhan baik dalam perbuatan moral manusia, keadilan maupun dalam men anggapi pemaafan
terhadap pelaku dosa.Jadi paham Qadariyah menolak penisbat an kepada Tuhan terlepas apakah
yang berhubungan dengan dasar hukum dan perbuatan

Orang yang pertanma kali mengeluarkan pendapat tentang takdir dalam dunia Islam adalah
seorang Nasrani dari Iraq yang masuk Islam, namun kemudian kembali pada agamanya
semula.la bernama Abū Y ūnus Sansawaih. Pendapatnya membuat Ma'bad al-Juhani terinspirasi
unt uk kemudian mengikuti pendapat-pendapatnya. Selanjut kan diteruskan oleh Ghulaim al-
Damashqi, sehingga dalam sejarah ketiga orang tersebut dinyatakan sebagai tiga serangkai yang
menjadi pioner berkembangnya paham Qadariyah.

Menurut Qadariyah bahwa segala tingkah laku manusia dilakuk atas kehendak sendiri.Manusia
mempunyai kewenangan untuk melakuk segala perbuat anny a at as kehendaknya sendiri baik itu
perbuat an baik maupun berupa perbuat an jahat Karena itu manusia berhak mendapat kan pahala
atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak memperoleh hukuman atas kejahat an yang
dilakukannya.Pahala atas kebaikan yang dilakukan tersebut berupa surga dan hukuman atau
balasan atas pelaku kejahatan adalah neraka.Hal ini merupakan manifestasi dari pilihan manusia
itu sendiri tidak ada hubungannya dengan takdir Allah Swt.

Faham takdir dalam pandangan Qadariyah adalah ketentuan Allah yang dicipt akan-Nya untuk
alam semesta beserta seluruh isinya, dan segala sesuatu yang terjadi merupakan wujud dari
hukum alam yang lumrah disebut dengan Sunnatullah. Pandangan Qadariyah tentunya sangat
berlawanan dengan pandangan bangsa Arab saat itu bahwa segala sesuatu yang terjadi pada
manusia sebelumnya telah tercatat dalam ketentuan Allah. (G)

SUMBER LAINNNBB

Qadariyah berasal dari bahasa Arab yaitu *qodara" yang artinya memutuskan dan kemampuan
dan memiliki kekuatan, sedangkan sebagai aliran dalam ilmu kalam. Qadariyah adalah nama
yang dipakai untuk salah satu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan
kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham Qadari yah
manusia Qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari
pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada Qadar atau pada Tuhan.

Adapun menurut pengertian terminologi Qodariyyah adalah suatu aliran yang mempercayai
bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Aliran ini juga berpendapat bahwa
tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau
meninggalkannya atas kehendak sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, qodariyyah
merupakan nama suatu aliran yang memberikan suatu penekanan atas kebebasan dan kekuatan
manusia dalam mewujudkan perbuatannya. Harun Nasution menegaskan bahwa kaum
qodariyyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qodrat atau kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya, akan tetapi bukan berarti manusia terpaksa tunduk paada qodrat
Tuhan. Kata qadar dipergunakan untuk menamakan orang yang mengakui qadar digunakan
untuk kebaikan dan keburukan pada hakekatnya kepada Allah. (F)

HIDUPPPP LAINN.

Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta hagi segala perhuatannya, ia dapat
berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Aliran ini lebih menekankan
atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Harun
Nasution menegaskan bahwa aliran ini berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia
terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Scbab itulah faham seperti ini dinisbatkan dengan istilah
Qadariyah.

Kaum Qadariyah berpendapat bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam
menentukan perjalanan hidupnya. Menurut faham Qadariyah, manusia mempunyai kebebasan
dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dengan demikian nama
Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia lerpaksa tunduk t pada qadar atau kadar
Tuhan. Namun tentunya pada pembahasan ini lebih difokuskan pada kajian hadis, apalagi hadis
sebagaiman dijelaskan Prof. Dr. H. Nawir Yuslem, MA merupakan penjelas dan penafsir
terhadap ayat-ayat alqur'an yang bersifat umum, penjabaran dan petunjuk pelaksanaan ayat-ayat
alqur'an trutama yang menyangkut lata cara pelaksnaan berbagai ibadałh yang disyari'atkan di
dalam islam dan berbagai sumber hukum dan dapal dijadikan pedoman perumusan hukum dan
Pelaksanaan ibadah serta sebagai sumber aiaran islam termasuk di dalumnya akidah, pelaksanaan
ibadah serta sebagai sumber ajaran islam, 2 termasuk di dalamnya akidah, khususnya yang
berkaiatan dengan aliran Qodariyah. (H)

SUMBER LAINNNNNNNNN

Pengertian Qadariyah secara etimologi, berasal dari bahasa Arab, yaitu qadara yang bemakna
kemampuan dan kekuatan. Adapun secara termenologi istilah adalah suatu aliran yang percaya
bahwa segala tindakan manusia tidak diinrvensi oleh Allah. Aliran-aliran ini berpendapat bahwa
tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau
meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Aliran ini lebih menekankan atas kebebasan dan
kekuatan manusia dalam mewujudkan perbutan-perbutannya. Harun Nasution menegaskan
bahwa aliran ini berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengerti an bahwa manusia terpaksa tunduk
pada qadar Tuhan.

Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh Hadariansyah, orang-orang yang berpaham
Qadariyah adalah mereka yang mengatakan bahwa manusia memiliki kebebasan berkehendak
dan memiliki kemampuan dalam melakukan perbuatan. Manusia mampu melakukan perbuatan,
mencakup semua perbuatan, yakni baik dan buruk. (C)

3. MENTAHAN ( Tokoh2)
Ma'bad al-Jauhani adalah orang pertama yang menyerukan paham Qodariyah. Ia lahir di Basrah,
kemudian berkunjung ke Damaskus dan Madinah. Di dua kota inilah ia menantang kejahatan dan
kezaliman yang dilakukan oleh sebagian Khalifah Bani Umayyah. Akhirnya ia terbunuh oleh al-
Hajaj. Adapun pendapatnya yaitu ia mengatakan bahwa semua tentukan oleh dirinya sendiri.
Kalau Tuhan adil maka Tuhan akan menghukum orang yang bersalah dan memberi pahala orang
yang berbuat baik, karena itu manusia harus bebas dalam menentukan nasibnya dengan memilih
perbuatan yang baik atau buruk (free wil).

Seiring perjalanan penyebaran paham ini, Ma'bad al-Juhani terlibat dalam gerakan politik
menentang pemerintahan Umayyah. Beliau memihak kepada Abdurrahman ibn al-Asy'as,
Gubernur Sajistan wilayah kekuasann Bani Umayyah. Pada satu pertempuran, Ma'bad al-Juhani
terbunuh pada tahun 80 H. Ghailan ad-Dimasyqi menjadi penerus aliran Qadariyah pasca
terbunuhnya Ma'bad al-Juhani. Paham ini menyebar luas ke wilayah Damaskus, namun
mendapat larangan dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Setelah Umar bin Abdul Aziz wafat,
penyebaran paham ini dapat berlangsung lama, tapi Ghailan dihukum mati oleh Khalifah Hisyam
bin Malik (724-743 M). Ada dialog singkat sebelum dia dibunuh: "Manusia berkuasa atas
perbuatan-perbuatannya, manusia sendirilah yang melakukan perbuatan-perbuatan baik atas
kehendak dan kekuasaannya sendiri Dan manusia sendii yang melakukan atau menjauhi
perbuatan-perbuatan jahat atas kemauan dan dayanya sendir

b. Ghilan al-Dimasyaqy

Ghilan ini seorang orator yang handal, juru debat yang mahir. la hidup di Damaskus dekat
dangan Bani Umayyah, tetapi hal ini tidak menghalanginya untuk menentang pemerintahan
Umayyah. Paham ini segera mendapat pengikut, sehingga terpaksa Khalifah Hisyam bin Abdul
Malik mengambil tindakan kekerasan dengan membunuhnya.

Dalam Q.S Al-Kahfi:29

Menurut paham aliran Qadariyah, ayat di atas dipahami bahwa manusia sendirilah yang berbuat
dosa, tidak ada campur tangan Tuhan di dalamnya, jika Tuhan ikut campur di dalamnya, maka
Tuhan sudah menganiaya hambanya. Dalam sejarah teologi Islam selanjutnya, paham Qadariyah
banyak diadopsi oleh aliran Mu'tazilah yang sangat memberi otoritas tinggi terhadap akal. (D)

3. MENTAHAN DOKTRIN2 QODARIYAH

Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal, pembahasan masalah Qadariyah disatukan dengan


pembahasan tentang doktrin-doktrin Mutazilah, sehingga perbedaan antara kedua aliran ini
kurang begitu jelas.

Ahmad Amin juga menjelaskan bahwa doktrin qadar lebih luas di kupas oleh kalangan
Mutazilah sebab faham ini juga menjadikan salah satu doktrin Mutazilah akibatnya, orang
menamakan Qadariyah dengan Mutazilah karena kedua aliran ini sama-sama percaya bahwa
manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tindakan tanpa campur tangan tuhan.

Manusia Mempunyai Qudroh

Ali Mushthafa Al Gurobi antara menyatakan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan
manusia dan menjadikan baginya kekuatan agar dapat melaksanakan apa yang dibebankan oleh
Tuhan kepadanya, karena jika Allah memberi beban kepada manusia, maka beban itu adalah sia-
sia, sedangkan kesia-siaan itu bagi Allah itu adalah suatu hal yang tidak boleh terjadi.

Pemahaman yang dimiliki Qodariyah ditujukan kepada qudrat yang dimiliki manusia. Namun
terdapat perbedaan antara qudrat manusia dengan qudrat Tuhan. Qudrat Tuhan bersifat abadi,
kekal, berada pada zat Allah, tunggal, tidak berbilang. Sedangkan qudrat manusia adalah
sementara, berproses, bertambah dan berkurang, dapat hilang.

Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghailan tentang doktrin Qadariyah bahwa manusia
berkuasa atas perbuatan-perbuatannya. Manusia sendiri pula melakukan atau menjauhi perbuatan
atau kemampuan dan dayanya sendiri. Salah seorang pemuka Qadariyah yang lain, An-Nazzam,
mengemukakan bahwa manusia hidup mempunyai daya dan ia berkuasa atas segala
perbuatannya.

Dari beberapa penjelasan diatas, dapat di pahami bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan
atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakun segala perbuatan
atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak
mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak mendapatkan pahala atas
kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula memproleh hukuman atas kejahatan yang
diperbuatnya.

Pendapat Aliran Qodariyah Tentang Taqdir

Faham takdir dalam pandang  Qadariyah  bukanlah dalam pengertian  takdir yang umum di pakai


bangsa Arab ketika itu, yaitu faham yang mengatakan bahwa nasib manusia telah di tentukan
terlebih dahulu. Dalam perbuatan-perbuatannya, manusia hanya bertindak menurut nasib yang
telah di tentukan sejak azali terhadap dirinya. Dalam faham Qadariyah, takdir itu ketentuan Allah
yang di ciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruh isinya, sejak azali, yaitu hukum yang
dalam istilah Al-Quran adalah sunatullah. Seseorang diberi ganjaran baik dengan balasan surga
kelak di akhirat dan diberi ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak di akhirat, itu berdasarkan
pilihan pribadinya sendiri, bukan akhir Tuhan. Sungguh tidak pantas, manusia menerima siksaan
atau tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya sendiri.

Secara alamiah, sesungguhnya manusia telah mailiki takdir yang tidak dapat diubah. Manusia
dalam dimensi fisiknya tidak dapat berbuat lain, kecuali mengikuti hukum alam. Misalnya,
manusia ditakdirkan oleh Tuhan tidak mempunyai sirip atau ikan yang mampu berenang dilautan
lepas. Demikian juga manusia tidak mempunyai kekuatan. Seperti gajah yang mampu mambawa
barang beratus kilogram, akan tetapi manusia ditakdirkan mempunyai daya pikir yang kreatif,
demikian pula anggota tubuh lainnya yang dapat berlatih sehingga dapat tampil membuat
sesuatu, dengan daya pikir yang kreatif dan anggota tubuh yang dapat dilatih terampil. Manusia
dapat meniru apa yang dimiliki ikan. Sehingga ia juga dapat berenang di laut lepas. Demikian
juga manusia juga dapat membuat benda lain yang dapat membantunya membawa barang seberat
barang yang dibawa gajah. Bahkan lebih dari itu, disinilah terlihat semakin besar wilayah
kebebasan yang dimiliki manusia. Suatu hal yang benar-benar tidak sanggup diketahui adalah
sejauh mana kebebasan yang dimiliki manusia? siapa yang membatasi daya imajinasi manusia?
Atau dengan pertanyaan lain, dimana batas akhir kreativitas manusia?

Dengan pemahaman seperti ini, kaum Qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat
untuk menyadarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan tuhan.

Hampir semua paham-paham Qadariyah bertentangan dengan apa yang dipahami ahlu al-sunnah
wa al-jamaah. Adapun paham yang dikembangkan kaum qadariyah diantaranya adalah:

Meletakkan posisi manusia sebagai makhluk yang merdeka dalam tingkah laku dan semua
perbuatan, baik dan buruknya. Mereka meyakini bahwa manusia mempunyai kekuatan untuk
menentukan nasibnya tanpa ada intervensi dari Allah Swt. Jadi manusia mendapatkan surga dan
neraka karena kehendak mereka sendiri bukan karena taqdir. Paham ini merupakan ajaran
terpenting dalam keyakinan qadariyah.

Kaum qadariyah mengatakan bahwa Allah itu Esa, dalam artian bahwa Allah tidak memiliki
sifat-sifat Azaly, seperti ilmu, kudrah dan hayat. Menurut mereka Allah mengetahui semuanya
dengan zatNya, dan Allah berkuasa dengan zatNya, serta hidup dengan zatNya, bukan dengan
sifat-sifat qadimNya tersebut. Mereka juga mengatakan, kalau Allah punya sifat qadim tersebut,
maka sama dengan mengatakan bahwa Allah lebih dari satu.

Takdir merupakan ketentuan Allah SWT terhadap hukum alam semesta sejak zaman azali, yaitu
hukum yang dalam Al-Quran disebut sunnatullah, seperti matahari terbit dari timur, rotasi bumi
dll. Tidak termasuk perbuatan dan tingkah laku manusia.

Kaum qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang baik dan
mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama. Agama tidak menyebabkan sesuatu
menjadi baik karena diperintahkannya, dan tidak pula menjadi buruk karena dilarangnya. Bahkan
perintah atau larangan agama itu justru mengikuti keadaan segala sesuatu, kalau sesuatu itu
buruk, tentu saja agama melarangnya, begitu sebaliknya. (BARU)

LAENNNNNNN LAENNBBN
Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentang ajaran Qadariyah, bahwa manusia
berkuasa atas perbuatan-perbutannya. Manusia sendirilah yang melak ukan perb uatan baik atas
kehe ndak dan kekuasaan sendiri dan manusia sendiri pula yang melak ukan atau menjauhi
perbuatan-perbutan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.

Dalam kitab A-Milal wa An-Nihal, pembahasan masalah Qadariyah disatukan dengan


pembahasan tentang doktrin-doktrin Mu' tazilah, sehingga perbedaan antara kedua aliran ini
kurang begitu jelas. Ahmad Amin juga menjelaskan bahwa doktrin qadar lebih luas di kupas oleh
kalangan Mu'tazilah sebab faham ini juga menjadikan salah satu doktrin Mu'tazilah menjadi
doktrin mereka. akibatnya, seringkali orang menamakan Qadariyah dengan nama Mu'tazilah
karea kedua aliran ini sama-sama percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk
mewujudkan tindakan tanpa campur tangan tuhan.

Dengan demikian bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri.
Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas kehendak nya sendiri,
baik berbuat baik maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas
kebaikan yang dilak ukannya dan juga berhak pula mempero leh hukuman atas kejahatan yang
diperb uatnya. Ganjaran kebaikan di sini disamakan dengan balasan surga kelak di akherat dan
ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak di akherat, itu didasarkan atas pilihan pribadinya
sendiri, bukan oleh takdir Tuhan. Kare na itu sangat pantas, orang yang berbuat akan
mendapatkan balasannya sesuai dengan tindakannya.

Faham takdir yang dikembangkan oleh Qadariyah berbeda dengan konsep yang umum yang
dipakai oleh bangsa Arab ketika itu, yaitu paham yang mengatakan bahwa nasib manusia telah
ditentukan terlebih dahulu. Secara alamiah sesungguhnya manusia telah memiliki takdir yang
tidak dapat diubah. Manusia dalam dimensi fisiknya tidak dapat berbuat lain, kecuali mengik uti
huk um alam Misalnya manusia ditakdirkan oleh Tuhan tidak mempunyai sirip seperti ikan yang
mampu berenang di lautan lepas. Demikian juga manus ia tidak me mpunyai kek uatan seperti
gajah yang mampu me mbawa barang dua ratus kilogram Dengan pemahaman seperti ini tidak
ada alasan untuk menyandarkan perbuatan kepada Allah. (B)

D. Tokoh-Tokoh dan sekte dalam Aliran Qadariyah

1. Ajaran Ma'bad al-Juhani

Perbuatan manusia diciptakan atas kehendaknya sendiri oleh karena itu la bertanggung jawab
atas segala perbuatannya. Tuhan sama sekali tak ikut berperan serta dalam perbuatan manusia,
bahkan Tuhan tidak tahu apa yang akan dilakukan manusia, kecuali setelah perbuatan itu
dilakukan, barulah Tuhan mengetahuinnya.
2. Ajaran Ghailan al-Dimasqi

a. Manusia menentukan perbuatannya dengan kemauannya dan mampu berbuat baik dan buruk
tanpa campur tangan Tuhan.iman ialah mengetahui dan mengakui allah dan rasulnya, sedangkan
amal perbuatan tidak mempengaruhi iman.

b. Allah tidak memiliki sifat

c. Al Qur'an itu makhluk

d. Iman adalah hak semua orang bukan dominasi Quroisy,asal cakap berpegang teguhpada Al-
Qur'an dan al-Sunnah. (E)

Perkembangan

Akar Qadariah bersumber dari ketidak mampuan akal mereka dalam memahami qadar Allah,
perintah dan larangannya, janji dan ancamannya, serta mereka mengira hal-hal seperti itu
dilarang untuk difikirkan. Latar belakang timbulnya firqoh Qadariyah ini sebagai isyarat
enentang kebijaksanaan politik Bani Umayyah yang dianggap kejam dan dzalim.

Apabila firqoh Jabariyah berpendapat bahwa khalifah Bani Umayyah membunuh orang, hal itu
karena sudah ditakdirkan Allah dan hal ini berarti merupakan "legitimasi" kekejaman Bani
Umayyah, maka firqoh Qadariyah mau memb atas i masalah takdir tersebut. Mereka mengatakan
bahwa kalau Allah itu adil, maka Allah akan menghuk um orang yang bersalah dan memberi
pahala kepada orang yang berbuat kebajikan.

Manusia harus bebas memilih dalam menentukan nasibnya sendiri dengan memilih perbuatan
yang baik atau yang buruk. Jika Allah telah menentukan takdir manusia dan memaksakan
berlakunya, maka Allah itu zalim. Mengapa Allah menyiksa manusia karena sesuatu yang telah
ditakdirkan dan dipaksakan terjadi oleh-Nya? Karena itu manusia harus merdeka memilih atau
ikhtiar bebas atas perbuatannya. Orang-orang yang berpendapat bahwa amal perbuatan dan nasib
manusia hanyalah tergantung pada takd ir Allah saja, selamat atau celaka sudah dite ntukan oleh
takdir Allah sebelumnya, pendapat tersebut adakh keliru menurut mereka. Sebab pendapat
tersebut berarti menentang keutamaan Allah dan berarti menganggap-Nya puh yang menjadi
sebab terjadinya kejahatan-kejahatan. Mustahil Allah melakukan kejahatan. Jadi firqoh
Qadariyah meno lak adanya takdir Allah dan berpendapat bahwa manusia bebas merdeka
menentukan perbuatannya.(B)

DOKTRIN
Beberapa ayat al-Qur'an yang telah dipaparkan di atas secara tekstual mengandung pengertian
bahwa manusia mempunyai daya dan kekuatan yang dominan, art inya memiliki kebebasan
mutlak dalam bertindak. Namun kebebasan tersebut akan memunculkan konsekuensi logis
sebagai akibat dari tindakan yang telah dipilih atau dilakukan sendiri. Jika manusia memilih
perbuatan mendapatkan kebaikan, sebaliknya bilamana manusia memilih jalan keburukan maka
nantinya akan memperoleh keburukan pula. Inilah inti ajaran dari golongan Qadariyah.

Berkait an dengan hal di atas menurut aliran Qadariyah Allah membekali manusia sejak lahirnya
dengan qudrat dan iradat, suatu kemampuan untuk mewujudkan perbuat annya sendiri dengan
akal dan ajaran agama sebagai pedoman dalam melakukan perbuat an-perbuat an Sehingga
dengan demikian manusia memperoleh balasan dari apa yang telah diperbuat."

Aliran Qadariy ah menempatkan porsi rasio di atas ketent uan takdir Allah, sehingga segala
sesuatu yang terjadi pada diri manusia adalah sesuai dengan kehendak manusia itu sendiri, maka
akibatnya akan kembali pada manusia yang melakukan perbuat an tersebut sebagai
konsekuensinya. Tidak hanya itu, aliran Qadariyah juga melegitimasi pemikirannya pada teks al-
Qur' an sebagai landasan legal formal untuk memperkuat pendapat-pendapatnya, sebagaimana
yang telah disebutkan di atas. Dapat dinyatakan bahwa golongan Qadariyah tidak hanya sekadar
memperioritaskan akal akan tetapi juga menempatkan wahyu sebagai legit imasi. Oleh karena itu
apapun pemikiran yang dihembuskan oleh aliran Qadariyah tidak bisa dipersalahkan secara serta
merta, karena argumentasi yang diberikan sungguh berlandaskan pada wahyu ilahi, terlepas dari
pendapatnya yang sepihak.(G)

DOKKKKKKKTRINNNNN

Adapun corak pemikiran paham Qadariyah lebih mengedepankan sikap rasionalitas, otoritas akal
yang sangat berperan dalam segala perbuatan atau aktivitas manusia tanpa adanya campur tangan
Tuhan. Dalam filsafat, paham Qudariyah disebut paham indeterminisme sebagai lawan
determinisme (Jabariyah). Paham indeterminisme memiliki beberapa argumen yang
membuktikan kebebasan kehendak manusia dalam berbuat, antara lain:

1. Kehendak merupakan salah satu bentuk keinginan. Sebagai umumnya, keinginan, kehendak
itu mempunyai tujuan tertentu dan karena itu menghendaki terjadinya tindakan untuk
mencapainya.

2. Keinginan merupakan suatu tindak lanjut dari pengetahuan, dengan demikian kehendak itu
disebut juga keinginan rasional. Hal ini menentukan adanya hubungan konsekuensi antara
kehendak dengan pengetahuan sebelumnya.
3. Oleh karena kehendak itu bersifat rasional maka biasanya selalu mengarah kepada nilai
kebaikan umum termasuk keinginan yang bersifat parsial. Akibatnya, seseorang tidak pernah
menghendaki sesuatu kecuali jika mengandung nilai baik menurut pandangan orang tersebut.

4. Tidak ada hubungan kemestian antara tujuan umum (dalam perbuatanTuhan) dan tujuan
parsial (dalam perbuatan manusia), sebaliknya manusia yakin bahwa terdapat ruang perbedaan
antara kebaikan transenden dan kebaikan terestial (alam); kebaikan terestial dapat saja bersifat
bebas sebagai anugerah dari Yang Maha Baik.

5. Ketika kehendak itu mengarah kepada suatu objek, dasar ketergantungannya adalah dirinya
sendiri. Dengan demikian, ruang lingkup kosmologi tentang objek yang bergerak dan diam,
wujud pasif dan aktif adalah mencakup pengertian tentang pengaruh yang sangat menentukan
dari kekuatan manusia terhadap perbuatannya sendiri.

Jadi perbuatan manusia menurut paham Qadariyah adalah manusia mempunyai kebebasan untuk
memilih, dalam hal memilih perbuatan yang baik dan buruk, sebab Allah telah menciptakan
keduanya. Jika manusia berbuat baik maka ia akan mendapatkan pahala karena telah
mempergunakan kodrat yang diberikan oleh Allah dengan sebaik-baiknya dan sebaliknya.

Adapun ciri-ciri corak pemikiran paham Qadariyah adalah:

1. Kedudukan akal lebih tinggi.

2. Kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan.

3. Percaya adanya sunnatullah dan kausalitas.

4. Kebebasan berpikir hanya diikat oleh ajaran-ajaran dasar dalam Alquran dan hadis

5. Mengambil metaforis dari wahyu

6. Dinamika dalam sikap dan berpikir.

Qadariyah sangat menghargai akal dengan member porsi sangat besar dalam berpikir sehingga
manusia diberi kebebasan dalam berkeinginan dan berbuat. Kebebasan berpikir sangat dijunjung
tinggi, tetapi tetap berdasar pada Alquran dan Sunnah Rasulullah saw. (A)

Anda mungkin juga menyukai