BAB III
Gerakan Keagamaan Secara Umum
3. Hasan al-Basri
Kehidupan dan Sikap Politiknya
Abu Sa’id Al-Hasan lahir di Madinah tahun 642, dan meninggal di Basrah pada bulan
Oktober tahun 728. Al-Hasan tidak tampak banyak terlibat dalam persoalan peperangan dan
perdebatan politik yang mengantarkan kematian Yazid tahun 648. Al-Hasan bersikap royal,
ia secara khusus membantu menjelaskan nash-nash al-qur’an yang diprakarsai oleh Al-Hajjaj.
Hasan bukan sekedar mempertahankan loyalitasnya, tapi mendorong temannya untuk
bergabung dalam pembrontakan tersebut. Ketika khalifah Umar ibnu Abdull Aziz meninggal
dan diganti oleh Yazid II, al-Hasan mendukung gubernur berkaitan dengan masalah
pembrontakan kelompok Muhallab. Dihadapan umum dia mengkritik Yazid setelah ia
mengadakan kontrol di Basrah dan menyerukan orang-orang untuk memperjuangkan bani
Umaiyah.
Posisi Doktrinnya Secara Umum
Ketika al-Hasan menjadi seorang ulama terbaik dikalangan para ulama dan intelektual
pada zamannya, ajaran-ajaran asketik dan mistiknya yang telah dpelihara dengan baik.
Meskipun ajaran-ajaran itu tidak dikaitkan dengan posisi doktrinnya secara khusus, mereka
menampilkan beberapa pencerahan.
Satu kritiknya terhadap Khawarij telah disebutkan. Kritik yang lain terdapat dalam
doktrinnya bahwa orang yang melakukan dosa besar adalah seorang munafik. Ini
bertentangan dengan khawarij yang menyatakan bahwa orang yang berdosa besar adalah
kafir dan harus dikeluarkan dari komunitas maupun doktrin Murjiah yang menyatakan bahwa
orang tersebut masih beriman dan harus diperlakukan sebagaimana orang yang masih
beriman. Munafik yang asli adalah orang-orang yang tinggal di Madinah selama masa Nabi
Muhammad dan memeluk Islam tapi secara politis menentang Nabi.
Al-Hasan menyakini penting bahwa orang yang meninggal dunia seharusnya
mengulangi apa yang pertama kali diucapkan, yaitu ungkapan Syahadat, La Illaha Illallah
(tidak ada Tuhan selain Allah), dikabarkan bahwa ia sendiri mementahkan kalimah ini
sebagai kata yang terakhir dalam kehidupan.
Pemikiran Al-Hasan yang selalu menekankan bahwa sikap batin lebih penting
daripada sikap lahir. Bagi dia, tujuan pengulangan syahadat yang terakhir kali tampaknya
untuk memperkuat dan memperbaharui keyakinan dalam batin, tentunya ia tidak dapat
menunjukan bahwa perbuatan ini dapat menghapus dosa yang tidak ditaubati.
Persoalan hubungan Ali dan aliran Qadariyah merupakan hal yang sulit. Tapi satu hal
yang dapat dikatakan disini mengenai klaim Massignon bahwa dia “adalah orang pertama
yang memformulasikan solusi Sunni mengenai krisis pada tahun 656-661”. Partai moderat
dalam gerakan keagamaan uum merupakan perintis paham Sunni, dan al-Hasan adalah
contoh khas pada gerakan itu dan juga seseorang yang mempengaruhi perkembangan paham
ini, khususnya semangat untuk tidak memecah belah umat dan penerimaannya terhadap
khulafaurrasyidin dan bani Umaiyah sebagai pemerintahan yang syah.