Anda di halaman 1dari 5

Resume Studi Islam

BAB III
Gerakan Keagamaan Secara Umum

1. Aspek-aspek Intelektual Gerakan


Pandangan Muslim Standar dan Kritisisme Oksidental
Pandangan Muslim standar periode awal pemikiran Islam didominasi oleh konsepsi
absolutisme kebenaran agama, khususnya konsepsi Arab dan Islam mengenai hakikat ilmu
pengetahuan. Menurut pandangan Islam, ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang penting
untuk menjalani kehidupan, pengertian ini merupakan pengertian ilmu pengetahuan yang
sebenarnya, yang terkandung dalam firman Tuhan yang diwahyukan dan terkandung dalam
sabda nabi serta orang-orang yang diberikan keistimewaan.
Pada periode Umaiyah terdapat sekelompok orang saleh dan terpelajar yang
menghabiskan banyak waktu di masjid dan tempat jamaah lainnya untuk menyampaikan
kisah mengenai Muhammad dan penafsiran Al-Qur’an secara otoritatif dari orang-orang
seperti Ibnu Abbas, mereka mempertimbangkan relevansi persoalan hukum kontemporer dari
hukum-hukum yang ada dalam Al-Qur’an.
Konsepsi Islam dan konsepsi Al-Qur’an mendominasi semua pemikiran kaum
muslimin. Kebanyakan mereka yang sangat mendalam terlibat dalam persoalan-persoalan
politik dan administratif memang tidak secara khusus berkaitan dengan ilmu keagamaan,
tetapi pandangan intelektual Islam merupakan latar belakang semua pemikiran praktis
mereka. Kekuasaan Bani Umaiyah adalah tempat untuk membedakan tiga aspek : hukum
(fiqh), al-Qur’an, hadis, sekalipun tidak ada derajat yang tinggi antara satu dengan yang
lainnya.
Pemikiran Fiqh Awal
Fiqh merupakan disiplin inti dari kajian keislaman. Pasca wafatnya Muhammad 632,
kaum muslimin meneruskan sistem hukum yang sudah berjalan. Para khalifah itu telah
mewarisi suatu sistem yang sebagian berdasarkan al-Qur’an dan sebagian berdasarkan
praktek-praktek tradisional Arab. Perhatian mereka yang utama adalah pemerintahan yang
efisien, dan keputusan-keputusan yang judisial dipandang sebagai bagian dari pemerintah
baik di ibukota (Madinah/Damaskus) dan di provinsi-provinsi.
Baik dibawah khulafurrasyidin maupun dibawah bani Umayaiah, ada upaya serius
untuk meneruskan praktek judisial negara Islam. Seiring berjalannya waktu, kelompok-
kelompok ini memperoleh stabilitas khusus dalam doktrin dan keanggotaan, sehingga layak
memberikan justifikasi terhadap pemberiaan nama madzhab hukum salaf.
Akhir periode Umaiyah pengajaran madzhab Madinah diproyeksikan kembali pada
tujuh orang ahli hukum Madinah : Sa’id Ibnu Musaiyab, Urwah Ibnu Zubair, Abu Bakar Ibnu
Abdurrahman, Ubaidillah Ibnu Abdullah Ibnu Utbah, Kharijah Ibnu Zaid Ibnu Tsabit,
Sulaiman Yasar dan Qasim Ibnu Muhammad Ibnu Abi Bakar.
Gerakan keagamaan umum disini untuk menggambarkan se,ua aktivitas orang-orang
yang ahli dalam bidang agama pada periode Umaiyah. Pada tahun 750 gerakan keagamaan
umum tidak terpengaruh oleh bani Umaiyah dan merasa simpatik kepada bani Abbasiyah.
Kajian-Kajian Al-Qur’an
Sejak masa nabi Muhammad, banyak orang Islam dengan sepenuh hati menyakini
seluruh atau sebagian besar kandungan Al-Qur’an. Ketika persoalan politik, sosial, hukum
atau yang lain dibicarakan, secara alamiah seseorang akan menggunakan ayat-ayat al-Qur’an
untuk mendukung pandangannya.
Seorang terkemuka yang mempunyai otoritas dalam menafsirkan al-Qur’an pada
generasi wafatnya nabi adalah saudara sepupunya sendiri yaitu Absullah Ibnu Abbas. Tafsir
Al-Qur’an yang disampaikan oleh Ath-Thabari mencangkup interpretasi mengenani
kebanyakan bagian al-Qur’an yang dianggap berasal dari Ibnu Abbas melalui muridnya
seperti Zubair, Mujahid, dan Ikrima.
Kajian Hadis
Kata hadis dibatasi pada riwayah-riwayah tentang nabi Muhammad yang dalam bahasa
Arabnya disebut hadits atau akhbar. Sebagian besar yang muncul dalam kumpulan resmi
standar pada akhir abad 19 sangat sedikit menerangkan tentang bigrafi nabi Muhammad, tapi
cakupannya sangat penting pada persoalan hukum dan teologi.

2. Sikap Politik dalam Gerakan


Partai Zubairiyah
Perang civil atau fitnah terhadap Ibnu Zubbair bermula sejak kematian pertama
khalifah bani Umaiyah. Pertempuran berlanjut hingga tahun 962. Mulai sekitar tahun 684 –
691 Ibnu Zubbair juga memerintah sebagian besar daerah Iraq. Pemerintah Zubbair yang
termasuk didalam sejumlah anggota kelompok gerakan keagamaan umum beberapa diantara
mereka paling tidak ada yang mendukung Ibnu Zubbair.
Ulama yang mendukung Zubbair adalah Ibnu Abi Mulaikah yang menjadi qadli di
Mekah saat anti khalifah. Ia keberatan Abu bakar sebagai khalifah Tuhan melainkan hanya
sebgai khalifah pengganti Rasulullah. Selain itu terdapat Urwah ibnu Zubbair anaknya
Hisyam ibnu Urwah.
Pendukung Setia Umaiyah
Selama abad ke 18, orang-orang yang sebelumnya berhubungan dengan partai
Zubbair menjadi pendukung Umaiyah meskipun mungkin dengan dukungan yang kurang
serius. Namun para ulama dan sastrawan yang lain membantu berkarya dan menyampaikan
kepada publik atas justifikasi Umaiyah dan pembelaan terhadap pemerintahan mereka.
Mereka itulah pendukung setia Umaiyah.
Bid’ah Qodriyah merupakan gerakan politik yang menentang Umaiyah dengan tujuan
untuk melakukan pembrontakan secara aktif, ulama-ulama Umaiyah didapati sedang
menyampaikan argumentasi untuk melawan doktrin Qodriyah. Khalifah Umar ibnu Abdul
Aziz adalah seorang yang menyampaikan sanggahan terhadap Qodriyah.
Penentang-Penentang Umaiyah
Banyak pembrontakan menentang Umaiyah yang disinyalir berdasarkan doktrin
Khawarij. Beberapa golongan proto-Syiah merupakan revoluionaris yang potensial. Banyak
pembrontakan lain yang memiliki dasar doktrinal yang kurang jelas, namun menjadi penting
bagi perkembangan doktrin.
Pembrontakan yang dipimpin oleh Ibnu Al-Asy’ath merupakan pembrontakan yang
paling menonjol diantara pembrontakan lain yang berlangsung sekitar tahun 701-704.
Persoalan Partai Moderat atau Partai Tengah
Pemikiran yang ada selama periode Umaiyah adalah pemikiran partai moderat atau
partai tengah, yang kebanyakan anggotanya berasal dari gerakan keagamaan umum. Orang
yang sering disebut sebagai representatisi kelompok netral adalah Abdullah ibnu Umar. Dia
netral dalam menghadapi perebutan kekuasaan antara Ali dan Mu’awiyah setelah Usman
meninggal. Ia menolak memberikan sumpah setia terhadap anaknya Yazid sebagai pewaris
sesungguhnya, ia konsisten dengan kenetralannya terutama dalam urusan politik.
Asy-Sya’bi merupakan representasi paling awal dari tradisi kesejarahan kufah.
Pandangan asy-sya’bi mengenai peristiwa-peristiwa bertentangan dengan pandangan yang
berkembang di Syiria dan Madinah yang diwakili oleh az-Zuhri dan Shalih Ibnu Kaisan.
Ada partai yang tidak terorganisir, ada suatu pendapat besar yang menganggap bahwa
negara Islam harus didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Khwarij berbeda karena
mereka berusaha untuk mendasarkan tingkah laku mereka pada Al-Qur’an saja. Proto Syiah
ekstrem banyak yang cenderung mengabaikan Al-Qur’an dan menjadikan imam yang
kharismatik sebagai sumber perilaku.
Bisa dikatakan bahwa gambaran dasar yang menyakinkan mengenai partai moderat
adalah sikap mengenai komunitas dan negara. Kecintaannya terhadap negara dan
menegakkan prinsip-prinsip Islam.
Usmaniyah
Dikelompokkan diantara orang-orang yang mendukung bani Umaiyah, tapi karena
mereka memunculkan persoalan khusus, mereka menguraikan secara terpisah, mereka
bukanlah sebuah sekte. Istilah usmani berarti orang yang mengakui bahwa usman merupakan
khalifah yang syah dan pembunuhnya harus dihukum, dan tidak menundukung Ali. Usmani
selalu bertentangan dengan Alawi atau pendukung Ali.

3. Hasan al-Basri
Kehidupan dan Sikap Politiknya
Abu Sa’id Al-Hasan lahir di Madinah tahun 642, dan meninggal di Basrah pada bulan
Oktober tahun 728. Al-Hasan tidak tampak banyak terlibat dalam persoalan peperangan dan
perdebatan politik yang mengantarkan kematian Yazid tahun 648. Al-Hasan bersikap royal,
ia secara khusus membantu menjelaskan nash-nash al-qur’an yang diprakarsai oleh Al-Hajjaj.
Hasan bukan sekedar mempertahankan loyalitasnya, tapi mendorong temannya untuk
bergabung dalam pembrontakan tersebut. Ketika khalifah Umar ibnu Abdull Aziz meninggal
dan diganti oleh Yazid II, al-Hasan mendukung gubernur berkaitan dengan masalah
pembrontakan kelompok Muhallab. Dihadapan umum dia mengkritik Yazid setelah ia
mengadakan kontrol di Basrah dan menyerukan orang-orang untuk memperjuangkan bani
Umaiyah.
Posisi Doktrinnya Secara Umum
Ketika al-Hasan menjadi seorang ulama terbaik dikalangan para ulama dan intelektual
pada zamannya, ajaran-ajaran asketik dan mistiknya yang telah dpelihara dengan baik.
Meskipun ajaran-ajaran itu tidak dikaitkan dengan posisi doktrinnya secara khusus, mereka
menampilkan beberapa pencerahan.
Satu kritiknya terhadap Khawarij telah disebutkan. Kritik yang lain terdapat dalam
doktrinnya bahwa orang yang melakukan dosa besar adalah seorang munafik. Ini
bertentangan dengan khawarij yang menyatakan bahwa orang yang berdosa besar adalah
kafir dan harus dikeluarkan dari komunitas maupun doktrin Murjiah yang menyatakan bahwa
orang tersebut masih beriman dan harus diperlakukan sebagaimana orang yang masih
beriman. Munafik yang asli adalah orang-orang yang tinggal di Madinah selama masa Nabi
Muhammad dan memeluk Islam tapi secara politis menentang Nabi.
Al-Hasan menyakini penting bahwa orang yang meninggal dunia seharusnya
mengulangi apa yang pertama kali diucapkan, yaitu ungkapan Syahadat, La Illaha Illallah
(tidak ada Tuhan selain Allah), dikabarkan bahwa ia sendiri mementahkan kalimah ini
sebagai kata yang terakhir dalam kehidupan.
Pemikiran Al-Hasan yang selalu menekankan bahwa sikap batin lebih penting
daripada sikap lahir. Bagi dia, tujuan pengulangan syahadat yang terakhir kali tampaknya
untuk memperkuat dan memperbaharui keyakinan dalam batin, tentunya ia tidak dapat
menunjukan bahwa perbuatan ini dapat menghapus dosa yang tidak ditaubati.
Persoalan hubungan Ali dan aliran Qadariyah merupakan hal yang sulit. Tapi satu hal
yang dapat dikatakan disini mengenai klaim Massignon bahwa dia “adalah orang pertama
yang memformulasikan solusi Sunni mengenai krisis pada tahun 656-661”. Partai moderat
dalam gerakan keagamaan uum merupakan perintis paham Sunni, dan al-Hasan adalah
contoh khas pada gerakan itu dan juga seseorang yang mempengaruhi perkembangan paham
ini, khususnya semangat untuk tidak memecah belah umat dan penerimaannya terhadap
khulafaurrasyidin dan bani Umaiyah sebagai pemerintahan yang syah.

Anda mungkin juga menyukai