Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH KELOMPOK 2

MATAKULIAH SEJARAH SOSIAL ISLAM


Studi Tentang Dari Dakwah ke Khalifah

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Machasin, M. A.

Oleh:
Halimah Nur Febriyani (20201021004)
Hidayatul Syarifah (20201021005)
Nadia Peggy Despy (20201021006)
Nafita Amelia Nur Hanifah (20201021012)

PROGAM STUDI MAGISTER


SEJARAH PERADABAN ISLAM (SPI)
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2021
Poin-Poin Penting Hasil Bacaan

1. Adanya perdebatan mengenai penganti Rasullah SWT.


2. Muncul kelompok-kelompok yang membicarakan calon penganti Muhammad.
3. Pembai’atan Abu Bakar sebagai pimpinan kaum muslimin.
4. Sebelum pembai’atan tercetus ada tiga pendapat tentang siapa yang
menggantikan. Pendapat pertama, dari golongan Anshar. Pendapat kedua, dari
golongan Muhajirin. Pendapat ketiga, dari Bani Hasyim. Sehingga ada golongan
yang berpendapat bahwa bani Hasyim lebih berhak karena lebih dekat dengan
nabi Muhammad
5. Terjadinya peristiwa Saqifah Bani Sa’idah yang mana dalam peristiwa ini
perdebatan antara golongan Anshar dan Muhajirin.
6. Alasan terpilihnya Abu Bakar sebagai pemimpin umat Islam.
7. Abu Bakar melakukan tindakan politik ketika menjadi pemimpin.
8. Terdapat perbedaan dalam pengambilan kebijakan antara Bani Umayyah dan bani
Abbas.
9. Dalam kekuasaannya, Bani Umayyah menyandarkan kekuasaannya pada
solidaritas Arab, sedangkan Bani Abbas lebih mengandalkan dukungan dari
mawali.
10. Jika Bani Umayyah memerintah atas nama persatuan dan umat, maka Bani Abbs
menyatakan diri sebagai wakil tuhan.
11. Kekuasaan para Khalifah tidak dapat menguasai seluruh keagamaan umat, maka
dakwah dan perumusan ajaran Islam ditangani oleh para ulama yang kebanyakan
terdiri dari para mawali.
12. Wasil bin Ata, yakni seorang pendiri aliran Mu’tazilah mengirim para muridnya
ke berbagai wilayah guna untuk menyebarkan ajaran Islam dan pemahamannya
mengenai akidah Islam.
13. Wasil dan para pengikutnya walaupun hidup dekat dengan khalifah Abbas,
namun mereka tidak bekerja untuk mereka dan tidak mendapat bantuan dari para
khalifah dalam menyebarkan pikiran-pikirannya.
14. Pada awal Islam, pemimpin keagamaan juga sekaligus menjalankan peran
pemimpin politik. Dimana Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali merupakan seorang
pemimpin politik dan juga memegang tindakan keagamaan.
15. Pandangan rakyat dan kelompok Sunni bahwa penguasa dan perangkat wajib
ditaati oleh rakyatnya.
16. Penguasa diperlukan untuk berjalannya tatanan dan aturan.
17. Keempat klalifah dianggap mewakili ke kuasaan keagamaan dan tidak ada
persaingan di bidang dakwah.
18. Bani Umayyah berkuasa dan mengubah keadaan di Syam dengan ibu kota
Damaskus.
19. Muawiyah menekankan evdusi pemerintahan ke arah kebebasan dan mengambil
pandangan yang lebih luas mengenai persoalan pembuat hukum, sehingga
sekularisme terlihat sangat jelas.
20. Terbentuknya kelas serjana tidak puas dengan pemerintahan Bani Umayah.
Kelompok serjana ini mengabdikan diri mereka kepada studi Al-Quran dan
tradisi keagamaan.
21. Penjelasan sebuah ayat (at-Thaubah:122) tentang orang-orang yang mendalami
agama dan tidak takut berperang. Dalam ayat ini disebutkan terdapat dua hal
yang harus di perhatikan. Pertama, mendalami agama. Kedua, orang yang pulang
dari berperang harus hati-hati.
22. Orang tang mengkhususkan kegiatan dalam mendalami ilmu agama sudah dapat
dilihat sejak masa nabi.
23. Ahli Al-Qurr’a merupakan gerakan moral ke agamaan ada masa nabi Muhammad
dan Khulafaur Rasyidin. Namun, pada masa Bani Umayah gerakan ini lebih
menonjol pada gerakan politik yang pada akhirnya gerakan politik lebih
mendominasi
24. Pada masa aktif Bani Umayyah, mereka mendapatkan sekutu dari dua kelompok
besar yaitu orang arab non Siriah dan orang-orang Islam non Arab.
25. Para khalifah dan gubenur Bani Umayyah mengangkat para Qadi untuk
kepentingan administrasi sebagai pembantu kaum muslim dalam urusan hukum,
namun kekuasaan para Qadi dibatasi oleh garis-garis yang lebih di tentukan oleh
khalifah dan gubenur yang mengankat mereka. Bahkan para Qadi dapat di ganti
kapan saja.

Kesimpulan
Setelah wafatnya Nabi Muhammad terjadilah perdebatan mengenai peganti
Rasulullah. Muncul kelompok-kelompok yang membicarakan calon penganti
Muhammad, kelompok-kelopok itu berasal dari kaum Anshar dan kaum
Muhajirin. Pada Balai pertemuan (Saqifah) ada tiga pendapat tentang siapakah
yang akan menggantikan Nabi Muhammad. Golongan pertama berpendapat
bahwa pengganti itu harus dari golongan Anshar yaitu Sa’ad Ibnu Ubadah,
golongan kedua berpendapat bahwa ia harus dari kaum Muhajirin yaitu Abu
Bakar dan ada pula yang mengatakan bahwa Ali bin Abi Ṭhaliblah yang paling
berhak untuk itu. Di luar itu ada golongan lain yang berpendapat bahwa Bani
Hasyimlah yang paling berhak. Dalam peristiwa Saqifah Bani Sa’idah terpilihlah
Abu Bakar sebagai peganti Rasulullah. Selain berasal dari kaum Quraisy Alasan
terpilihnya Abu Bakar sebagai pemimpin umat Islam karena Abu Bakar
mempunyai hubungannya yang dekat dengan Rasulullah, kesetiannya kepada
beliau, ketuaan dan kearifannya. Satu hal lagi yang memperkuat kedudukannya
adalah perannya sebagai imam salah jama’ah pada saat Rasulullah. sakit sehingga
Umar mengatakan, kalau Rasulullah sudah mempercayai Abu Bakr untuk
menggantikan memimpin umat dalam urusan keagamaan, apalagi urusan
keduniaan, padahal sholat itu urusan agama yang paling utama. Sedangkan pada
masa Bani Umayyah dan Bani Abbas memiliki pengambilan kebijakan yang
berbeda, Bani Umayyah menyandarkan kekuasaannya pada solidaritas Arab,
sedangkan Bani Abbas lebih mengandalkan dukungan dari mawali. Jika Bani
Umayyah memerintah atas nama persatuan dan umat, maka Bani Abbs
menyatakan diri sebagai wakil tuhan. Pada awal Islam, pemimpin keagamaan
juga sekaligus menjalankan peran pemimpin politik. Dimana Abu Bakar, Umar,
Usman dan Ali merupakan seorang pemimpinb politik dan juga memegang
tindakan keagamaan. Namun pada masa bani Umayyah dan Bani Abbas dakwah
dan perumusan ajaran Islam ditangani oleh para ulama yang kebanyakan terdiri
dari para mawali.
Pada Bani Umayyah mengubah keadaan di Syam dengan ibu kota di
Damaskus dan Muawiyah menekankan evdusi pemerintahan ke arah kebebasan
dan mengambil pandangan yang lebih luas mengenai persoalan pembuat hukum,
sehingga sekularisme terlihat sangat jelas. Pada masa aktif Bani Umayyah,
mereka mendapatkan sekutu dari dua kelompok besar yaitu orang arab non Siriah
dan orang-orang Islam non Arab. Sehingga berupayah memperkuat kekuasaannya
dengan membuat kebijakan salah satunya mengangkat para Qadi untuk
kepentingan administrasi sebagai pembantu kaum muslim dalam urusan hukum,
namun kekuasaan para Qadi dibatasi oleh garis-garis yang lebih di tentukan oleh
khalifah dan gubenur yang mengankat mereka. Bahkan para Qadi dapat di ganti
kapan saja.

Anda mungkin juga menyukai