KHULAFAURRASYIDIN
Disusun Oleh :
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah nabi Muhammad SAW wafat, Situasi dikalangan umat islam sempat
kacau. Hal ini disebabkan nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya
secara pasti. Dua kelompok yang merasa paling berhak untuk menggantikan posisi
nabi Muhammad untuk menjadi pemimpin pemerintahan umat Islam adalah kaum
Ansor dan kaum Muhajirin. Diantara kedua kelompok tersebut memiliki perbedaan
pendapat tentang siapa yang pantas menggantikan posisi nabi Muhammad sebagai
kepala negara. Kaum ansor mengusulkan Sa'ad bin ubadah, sedangkan kaum
Muhajirin menunjuk abu bakar sebagai calon yang lebih pantas. Hingga akhirnya
Umar mengemukakan bahwa yang paling berhak memegang kepemimpinan adalah
orang orang Quraisy, dan pendapat tersebut diterima oleh semua pihak. Dan disitulah
awal mula masa pemerintahan umat Islam dibawah kepemimpinan Khulafaur
Rasyidin di mulai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Khulafaurrasyidin?
2. Bagaimana masa pemerintahan Khulafaurrasyidin?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Khulafaurrasyidin
2. Untuk mengetahui bagaimana pemerintahan Khulafaurrasyidin
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khulafaurrasyidin
Menurut bahasa Khalifah merupakan Masdar dari fiil madhi khalafa, yang
berarti menggantikan atau menempati tempatnya. Sedangkan kata Rasyidin memiliki
arti " yang mendapat petunjuk". Jadi arti Khulafaur Rasyidin secara bahasa ialah para
pengganti yang mendapat petunjuk. Sedangkan menurut istilah yaitu para khalifah
(pemimpin umat Islam) yang melanjutkan kepemimpinan RasulullahSAW sebagai
kepala negara (pemerintah) setelah Rasulullah wafat. Rasulullah meninggal dunia
tidak hanya sebagai seorang Nabi yang diutus Allah SWT untuk menyampaikan
risalah agama Islam, namun lebih dari itu. Beliau juga seorang kepala negara yang
memimpin suatu negara. Oleh karena itu, jabatannya sebagai kepala pemerintahan
harus ada yang menggantikannya. Maka setelah Rasulullah wafat, para sahabat
Muhajirin maupun sahabat Anshor berkumpul untuk bermusyawarah mengangkat
seorang pemimpin diantara mereka. Pengangkatan seorang pemimpin atas dasar
musyawarah yang dilakukan secara demokratis sesudah wafatnya Nabi inilah yang
disebut Khulafaurrasyidun. Jumlahnya ada 4 orang, yaitu:
a. Abu Bakar as Shiddiq
b. Umar bin Khatab
c. Usman bin Affan
d. Ali bin Abu Thalib
Sesudah Ali bin Abu Thalib, para pemimpin umat Islam (khalifah) tidak
termasuk Khulafaur Rasyidin karena mereka merubah sistem dari pemilihan secara
demokratis menjadi kerajaan, yaitu kepemimpinan didasarkan atas dasar keturunan
seperti halnya dalam sistem kerajaan.
2
1. Masa Kepemimpinan Abu Bakar Ash Shiddiq
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin „Amir bin „Amr bin
Ka‟ab bin Taim bin Murrah At-tamimi, yang lebih dikenal dengan Abd al-Ka‟bah
di masa jahiliyyah kemudian ditukar Nabi menjadi Abdullah. Gelar Abu Bakar
diberikan Nabi Muhammad kepadanya karena dia seorang yang paling cepat
masuk Islam. Sedangkan gelar Shiddiq diberikan orang kepadanya karena dia
sangat membenarkan Rasullullah dalam berbagai peristiwa, terutama peristiwa
Isra‟Mi‟raj. Dia dilahirkan di Kota Makkah dua tahun beberapa bulan setelah
tahun gajah, berarti beliau lebih muda dua tahun dari Rasulullah Dia dikenal
sebagaiseorang yang berprilaku terpuji, tidak pernah minum khamar, dan selalu
menjaga kehormatan dirinya.
Masalah yang pertama timbul dalam Islam sesudah Nabi wafat adalah
politik,yaitu mengenai pengganti Nabi sebagai kepala negara dalam kapasitasnya
sebagai kepala negara di Madinah, sedang kedudukannya sebagai Rasul tidak
dapat digantikan oleh siapapun. Rasul telah mengajarkan suatu prinsip, yaitu
musyawarah, sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri. Prinsip tersebut telah
dibuktikan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam setiap pergantian
pimpinan dari empat khalifah periode khulafa‟ur rasyidun. Abu bakar memangku
jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang berlangsung sangat demokratis di
muktamar Tsaqibah bani Sa‟adh, memenuhi tata cara perundingan yang di kenal
dunia modren ini. Orang-orang Muhajirin mengatakan mereka yang paling
berhak menjadi khalifah karena mereka lah yang mula-mulamasuk Islam dan
Nabi berasal dari kalangan mereka. Sementara orang-orang Anshor menyebutkan
mereka pula habat yang paling berhak karena mereka lahyang telah membantu
dan melindungi Nabi dari serangan kaum Quraisy pada waktu hijrah ke Madinah.
Sementara itu dari Ahlul Bait juga mengatakan bahwa dari merekalah yang
paling berhak karena mereka dari keluarga Nabi. Hampir saja perpecahan terjadi
bahkan adu fisik, melalui perdebatan dengan beradu argumentasi. Akhirnya Abu
Bakar disetujui jamaah kaum muslimin untuk menduduki jabatan Khalifah. Abu
3
Bakar adalah orang yang paling tepat menggantikan Nabi sebagai khalifah.
Mengingat prestasinya dalam tiga hal yang tidak dapat dimiliki oleh sahabat
lainnya. Pertama, sebagai orang yang pertama masuk Islam dari kalangan
dewasa. Kedua, menemani Nabi sewaktu hijrah ke Yatsrib (Madinah). Ketiga,
satu-satunya orang yang ditunjuk oleh Nabi menjadi imam sholat ketika beliau
sakit. Adapun kebijakan-kebijakan Abu Bakar, antara lain:
a. Memerangi Tiga Golongan yang Mengacaukan Islam
Pada Awal kepemimpinanya, Abu Bakar banyak menghadapi
gangguan dari berbagai golongan antara lain: orang-orang murtad, golongan
yang tidakmembayar zakat, dan golonagna yang megaku menjadi Nabi. Ada
nya orang-orang murtad karena mereka belum memahami Islam secara
mendalam. Mereka baru taraf pengakuan atau masuk Islam karena terpaksa.
Golongan yang tidak membayar zakat kebanyakan berasal dari kabilah yang
tinggal di madinah seperti Bani Qothfah dan Bani Bakr. Mereka beranggapan
bahwa membayar zakat hanya pada masa Rasulullah, apabila Rasulullah
meninggal maka tidak ada lagi kewajiban membayar zakat. Sedangkan orang-
orang yang mengaku sebagai Nabi telah muncul hari-hari terakhir kehidupan
Rasulullah. Mereka semakin berani melakukan kekacauan atasnama agama.
Diantara orang yang mengaku Nabi adalah Musailamah Al-Kadzab, Thulaikha
bin Khuwailid, saj‟ah Tamimiyah, Aswad Al-Ansi.
b. Pengumpulan Mushaf Al-Qur‟an
Perang yamamah merupakan perang dalam menumpas orang-orang
murtadyang mengkhawatirkan Umar bin Khattab. Dalam perang Yamamah
terdapat 1200tentara Islam yang gugur Syahid dan diantaranya adalah sahabat
yang hapal Al-Qur‟an. Kekhawatiran Umar mendorong untuk mengusulkan
kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan al quran dengan alasan agar
al quran tidak hilang dan tetapi Lestari. Pengumpulan lembaran lembaran al
quran diketahui oleh zaid bin tsabit.
4
c. Perluasan Wilayah
Pada tahun 12 setelah hijrah, Abu Bakar mengirim pasukan ke Irak
yang dipimpin oleh Kholid bin Walid dan dibantu oleh Al-Mustsanna bin
Haritsah dan Qo‟qok bin Amr. Irak pada waktu itu adalah jajahan kerajaan
Persia (Iran). Dalam peperangan ini pasukan Islam Mendapat Kemenangan.
Daerah-daerah yang dikuasai pasukan Islam adalah Majar, Walajah, Allis,
Hirrah, Anbar, Annuttamar,dan Daumatul Jandal. Untuk menaklukkan Syiria
(Suriah) Abu Bakar mengirim pasukan yang dipimpin oleh Utsman bin Zaid
bin Haritsyah. Pasukan Islam berhasil Menguasai Negeri Qudho‟ah.
Sedangkan untuk perluasan daerah syiria lainnya, Abu Bakar Mengirim
Pasukan lainnya. Ke daerah Palestina oleh Amr bin Ash, ke Roma oleh Ubaid
bin Jarroh, ke Damaskus oleh Yazid bin Mu‟awiyah dan ke Yordania oleh
Syurahbil bin Hasanah.
d. Wafatnya Abu Bakar
Pada saat pasukan Islam sedang berada diluar kota menghadapi
pasukan Romawi (Itali,Roma). Abu Bakar sedang dalam keadaan sakit. Pada
saat sakit itu,dia bermusyawarah dengan para sahabat terkemukam, yang
berhasil menetapkan Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua. Abu Bakar
meninggal dunia dalam usia 63 tahun bebarapa bulan, setelah memerintah
selama 2 tahun beberapa bulan.
5
kecil dia mengembala kambing ayahnya dan berdagang ke negeri Syam. Jika
terjadi perang antara suku, dia selalu diutus sebagai penengah. Umar masuk
Islam pada tahun kelima dari kerasulah Nabi Muhammad s.a.w. Setelah masuk
Islam dia menolak menyembunyikan ke-Islamannya. Ia masuk Islam bersamaan
dengan Islamnya paman nabi Hamzah bin Abdul Muthalib.
Ketika Abu Bakar sakit dia memperhatikan diantara sahabatnya siapa
yang cocok untuk menggantikan nya sebagai Khalifah. Ia mempertimbangkan
diantara Umar atau Ali. Tapi kemudian pilihannya pun jatuh kepada Umar bin
Khattab. Kemudian Abu bakar meminta pendapat Asid bin Hudair Al Anshari
dan mengadakan musyawarah kalangan Ansor dan Muhajirin. Dengan demikian
ditulislah pada suatu piagam pengangkatan tentang terpilihnya Umar sebagai
Khalifah berikutnya. Ia dilantik pada usia 53 tahun dan lebih dikenal dengan
julukan Amirul mukminin.
Hal pertama yang dilakukan Umar bin Khattab setelah resmi menjadi
Khalifah adalah memecat Khalid bin Walid sebagai komandan 4 pasukan di
Utara yang kemudian digantikan oleh Abu Ubaidah bin jarroh. Pemecatan ini
bukanya tanpa alasan, ia khawatir jikalau orang orang muslim terlalu
mengagungkan Khalid. Adapun sejarahwan berpendapat bahwa Abu Ubaidah
lebih mampu membenahi administrasi dibandingkan Khalid. Berikut ini beberapa
hal yang dilakukan Umar sewaktu menjabat sebagai Khalifah ke dua;
a. Perluasan wilayah
Umar melakukan perluasan wilayah kepada tiga arah. Di arah Utara
menuju wilayah Syria dibawah pimpinan abu Ubaidah bin jarroh. Setelah
Syria jatuh dilanjutkan kearah barat menuju Mesir di bawah pimpinan Amr
ibn Ash, dan menuju ke timur ke arah Irak di bawah pimpinan Surahbil bin
Hasanah. Yang ke arah timur selanjutnya disempurnakan oleh Sa‟ad bin Abi
Waqqash. Iskandariyah pelabuhan besar Mesir, AlQadisiyah sebuah kota di
Irak, Al-Madain ibukota Persia, serta kota Mosul dapat dikuasai. Sehingga
pada Zaman pemerintahan Umar sampai tahun 641 M, wilayah kekuasan
6
Islam telah meliputi Jazirah Arab, Syria, Palestina, Irak, Mesir, dan sebagian
wilayah Persi.
b. Mengatur administrasi negara
Karena perluasan wilayah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur
administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang
terutama di Persia. Pemerintahannya diatur menjadi 8 wilayah propinsi:
Makkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir.
Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan administrasi negara,
sebagai berikut: Menertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah,
Mendirikan Pengadilan Negara , kepala negara dalam rangka menjalankan
tugas eksekutifnya dibantu oleh pejabat yang disebut al-Katib(sekreteris
negara), membentuk Jawatan Kepolisian untuk menjaga keamanan dan
ketertiban, mendirikan baitul Mal, Menempa/mencettak mata uang sebagai
alat tukar yang resmi dari negara, dan Menciptakan kelender Islam atau tahun
Hijrah.
Adapun wafatnya Umar bin Khattab terjadi ditangan budak Persia,
bernama Abu Lu‟lu‟ (Abd Mughiroh). Karena orang-orang Persia sangat
merasa dendam kepada Umar yang menaklukkan dan telah menghancurkan
negeri mereka, dan sebab itu mereka mempergunakan budak tersebut untuk
membunuhnya. Umar meninggal dunia dalam usia 63 tahun, setelah
memerintah selama sepuluh tahun.
7
Para sahabat terkemuka meminta Umar agar menetapkan penggantinya Khalifah
bila dia meninggal dunia. Maka di bentuklah “Kepanitiaan yang Enam (Ashabus
sittah), dan diberi tugas untuk memilih penggantinya. Mereka ituadalah Ustman
bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair binAwwam, Abd
Rahman bin Auf, dan Sa‟ad bin Abi Waqash. Mereka bersidang sesudah Khalifah
Umar bin Khattab meninggal dunia. Berdasarkan hasil sidang da pendapat di
kalangan masyarakat, Abd Rahman sebagai ketua menetapkan Ustman bin Affan
sebagai Khalifah ke 3 dalam usia 70 tahun setelah empat hari Umar bin Khattab
Wafat. Adapun kebijakan-kebijakan Ustman bin Affan antara lain:
a. Pemerintahan
Kepemimpinan Ustman bin Affan sangat berbeda dengan
kepemimpinanUmar bin Khattab. Ustman mengambil beberapa kebijaksanaan
yang menimbulkan keresahan masyarakat yang berlanjut pada kerusuhan.
Pertama, dia mengangkat kaum kerabatnya pada jabatan-jabatan
tinggi negara atau yang dikenal dengan politik Nepotisme.
Kedua, Membubarkan dewan pengelola Baitul Mal yang dulu
dibentuk padamasa Khalifah Umar. Kini badan itu dihapuskan sehingga
pengelola Baitul Mallangsung berada di tangan Khalifah. Akibatnya orang
yang dulu mendapat tunjangan dari negara kini tidak ada lagi.
Ketiga, tanah-tanah rampasan perang atau ditinggalkan pemiliknya
padawaktu perluasan wilayah dimasa Khalifah Umar dulu dijadikan milik
negara.Tanah itu di olah oleh rakyat, dan negara memperoleh bagian dari hasil
tanah itu. Kini, di maa Ustman tanah-tanah itu diperjual-belikan. Seperti tanah
Basrah dan Kufah yang dijual kepada Talhah dan Zubair.
Akibatnya, banyak keluarga Bani Umaiyah dan sahabat-sahabat
tertentu yang mendadak menjadi kaya, sebaliknya sangat banyak pula rakyat
yang menjadi miskin mendadak karena lahan kehidupan mereka terputus,
hilang mata pencaharian meraka.
8
Dari tiga kebijaksanaan yang dilakukan oleh Khalifah Ustman di atas
menimbulkan kekecewaan dan kemarahan rakyat, terutama di Mesir, Kufah,
dan Basrah.
b. Pembukuan Al-Quran
Pekerjaan yang paling berat yang dirasakan oleh Ustman pada masa
pemerintahannya adalah Pengumpulan Al-Quran (Pembukuan Al-quran) yang
merupakan lanjutan kerja yang di awali oleh Khalifah Abu Bakar atas inisiatif
Umar bin Khattab. Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya bahwa
pengumpulan Al-Quran pada masa Abu Bakar dilatar belakangi oleh
Syahidnya 70 orang sahabat Rasulullah yang hafal Al-Quran Pada saat perang
Zamamah. Sedangkan yang melatar belakangi pengumpulan Al-Quran pada
zaman Ustman bin Affan adalah perbedaan Qiroat (bacaan) Al-Quran yang
menimbulkan percekcokan antara murid dan gurunya.
c. Membentuk Angkatan Laut
Pada masa pemerintahan Ustman bin Affan, daerah Islam telah sampai
ke Afrika, Mesir, Cyprus, dan Turki. Daerah-daerah ini banyak di kelilingi
olehlautan. Atas usulan Muawiyah bin Abi Sofyan, Gubernur Damaskus,
Khalifah Ustman Menyetujui Pembentukan Armada laut yang di lengkapi
personil yang memadai.
d. Merehab Masjid Nabawi di Madinah
Pada zaman Khalifah Ustman bin Affan, mesjid Nabawi dibongkar,
kemudian dibangun kembali dengan ukuran yang lebih luas. Bentuk dan corak
bangunannya di perindah.
Ustman bin Affan wafat pada tahun 35 H pada pertengahan tasyriq.
Rumah Khalifah dikepung oleh pemberontak selama 40 hari. Khalifah Ustman
diberi dua pilihan yaitu mengundurkan diri dari Jabatan Khalifah atau di bunuh.
Meskipun Khalifah Ustman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan
pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam.
Khalifah Ustman Akhirnya Wafat pada bulan Dzulhijjah ketika para pemberontak
berhasi memasuki rumanya dan membunuh Ustman ketika sedang membaca Al-
9
Quran. Beliau wafat pada hari Jum‟at dan di makamkan dikuburan Baqi di
Madinah.
10
Ali akhirnya menerima jabatan itu dengan ketentuan dia diberi kesempatan
memerintah sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul. Ia memangku jabatan
khalifah itu mulai 24 Juni 656 M. atau tahun 35 H dalam usia 58 tahun. Kaum
pemberontak kembali mendesak Ali supaya bersedia diangkat menjadi khalifah.
Ali akhirnya menerima jabatan itu dengan ketentuan dia diberi kesempatan
memerintah sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul. Ia memangku jabatan
khalifah itu mulai 24 Juni 656 M. atau tahun 35 H. dalam usia 58 tahun.
Setelah Ali diangkat menjadi khalifah, dia mengambil dua kebijaksanaan.
Pertama, memecat gubernur yang diangkat Utsman termasuk Muawiyah yang
sudah menjadi gubernur Syam semenjak khalifah Umar. Kedua, mengambil
kembali tanah-tanah negara yang sudah diperjual-belikan kroni-kroni khalifah
Utsman. Banyak pendukung dan penasehat Ali serta kaum kerabatnya,
menasehatinya agar tidak melakukan perubahan dulu atau menangguhkan
tindakan radikal seperti itu sampai keadaan stabil. Akan tetapi Ali tidak
mengindahkan nasehat itu. Mereka merasa tidak diindahkan Ali, akibatnya
Mughirah bin Syu‟bah dan Abdullah bin Abbas meninggalkan Ali.
Di masa Ali menjabat Terdapat beberapa konflik yang terjadi akibat dari
ketidakstabilan politik pada waktu itu.
a. Konflik dengan Aisyah
Konflik ini terjadi sebab Aisyah yang menuntut balas atas kematian
Usman serta keinginan Aisyah supaya anak dari saudarnya Abdullah bin
Zubair yang diangkat menjadi khalifah. Aisyah didukung Abdullah bin Amr
membawa sekitar 20.000 pasukan. Sedangkan Ali membawa sekitar 10.000
pasukan. Perang ini dinamakan perang Jamal dan dimenangkan oleh pihak
Ali.
b. Konflik dengan Muawiyah
Konflik ini terjadi disebabkan karena Muawiyah menuntut
pertanggung jawaban untuk mengadili pelaku atas peristiwa terbunuhnya
Usman. Peperangan terjadi disuatu tempat bernama shiffin. Ali bersama
50.000 pasukan berhasil memukul mundur pasukan Muawiyah yang
11
berjumlah 80.000. Tetapi peperangan terpaksa dihentikan karena Amr bin ash
melakukan tipu daya dengan mengangkat mushaf yang diangkat pada tombak.
c. Peristiwa Tahkim
Masing-masing pihak disetujui mengutus seorang perunding (hakam).
Dari pihak Ali diutus Abu Musa Al-Asy‟ari, Dari pihak Muawiyah, Amr bin
Ash.. Tahkim atau perundingan diselenggarakan pada bulan Ramadhan 37 H /
Januari 659 M, di suatu tempat bernama Dumat Al-Jandal, terletak antara
Madinah – Damaskus. Agenda perundingan ialah: pertama, Utsman terbunuh
secara zalim, kedua, siapa yang tepat untuk menjadi khalifah. Hasil dari
perundingan tersebut adalah pencopotan Ali dan muawiyah dari jabatannya.
Serta pengangkatan Muawiyah sebagai Khalifah yang baru secara sepihak.
Sementara itu kaum Khawarij berpendapat bahwa biang keladi
perpecahan umat Islam adalah Ali, Muawiyah dan Amr bin al-Ash. Oleh
sebab itu mereka sepakat membunuh ketiga tokoh itu pada waktu yang sama.
Abdurrahman bin Muljan berhasil menikam Ali dalam shalat subuh di mesjid
Kufah. Barak bin Abdillah al-Tamimi berhasil menikam Muawiyah tetapi
hanya terluka dan tidak membahayakannya. „Amr bin Bakr al Tamimi tidak
berhasil menikam „Amr karena sakit tidak keluar pada waktu subuh itu. Orang
yang terbunuh adalah yang menggantikannya sebagai imam shalat. Prristiwa
itu terjadi pada bulan Ramadhan 40 H (Januari 661 M). Dalam beberapa hari
setelah penikaman itu, Ali meninggal dunia dalam usia enam puluh tiga tahun,
setelah memerintah selama lima tahun. Dengan wafatnya khalifah keempat itu
berakhirlah pemerintahan al-Khulafa‟ al-Rasyidun.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khulafaurrasyidin diambil dari kata khulafa dari fiil madhi khalafa artinya
"pengganti" dan Rasyidin yang artinya "yang mendapat petunjuk". Jadi arti dari
Khulafaurrasyidin secara bahasa ialah para pengganti yang mendapat petunjuk.
Khulafaurrasyidin sendiri merupakan sahabat nabi yaitu Abu Bakar as Shidiq, Umar
bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Perkembangan sosial umat Islam pada masa khulafaurrasyidin mengalami
kemajuan yang pesat, hal tersebut ditandai dengan pembanguan di berbagai bidang.
Misalnya: perluasan wilayah kekuasaan, pertahanan militer, pembangunan armada
angkatan laut, pembentukan lembaga baitul mal, pembangunan sarana ibadah,
pembukuan al qur‟an, pengembangan ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Umat Islam
betul-betul masih berpegang kepada tali agama Allah yang lurus. Dalam artian ajaran
islam dijadikan sebagai dasar negara.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abrari syauqi dkk. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: AswajaPressindo
Dr. H. Syamruddin Nasution M. Ag. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Riau: Yayasan
Pusaka Riau
Syalabi, A. 1983.Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta Pusat : Pustaka Al Husna
14