DI DUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK 3:
WIDI ANGRIANI
NABILA AZIZAH
PRIYO AJI LAKSONO
FAREL ABDAN MUJAHID
Puji dan syukur hanya bagi Allarh Swt, Rabb semesta alam.Tidak ada daya dan upaya selain
darinya.semoga kita selalu di limpihkan rahmat dan karunianya dalam mengarungi kehidupan
ini.
Salawat dan salam selalu dilimpahkan kepada nabi muhammad Saw. beserta keluarga
sahabat dan orang-orang mengikutinya samapi akhir zaman di manapun mereka berada.
Alhamdulillah dari izin dan kehendak darinyalah, sehingga dapat kami selesaikan. Makalah
ini berjudul”Khulafaur Rasyidin”.
Dalam makalah ini dijelaskan tentang pengertian Khulafaur Rasyidin, siapa sajakah yang
termasuk Khulafaur Rasyidin serta penjelasan-penjelasan lainnya. Dengan penjelasan dalam
makalah ini Insya Allah kami dapat memahami tentang apakah yang dimaksud dengan
Khulafaur Rasyidin dan dapat menjadi nilai tambahan dalam mempelajari Sejarah Peradaban
Islam.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
LATAR BELAKANG.....................................................................................................................1
RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................2
TUJUAN PENULISAN.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
tersebut.................................................................................................................................4
KESIMPULAN............................................................................................................................13
SARAN-SARAN..........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H atau tanggal 8
Juni 632 M. Sesaat setelah beliau wafat, situasi di kalangan umat Islam sempat kacau. Hal ini
disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya secara pasti. Dua
kelompok yang merasa paling berhak untuk dicalonkan sebagai pengganti Nabi Muhammad
SAW adalah kaum Muhajirin dan Anshar.
Terdapat perbedaan pendapat antara Kaum Muhajirin dan Anshar karena kaum
Muhajirin mengusulkan Abu Bakar as Shiddiq, sedangkan kaum Anshar mengusulkan Sa’ad bin
Ubadah sebagai pengganti nabi Muhammad SAW. Perbedaan pendapat antara dua kelompok
tersebut akhirnya dapat diselesaikan secara damai setelah Umar bin Khatab mengemukakan
pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan bahwa yang paling berhak memegang pimpinan
sepeninggal Rasulullah adalah orang-orang Quraisy. Alasan tersebut dapat diterima oleh kedua
belah pihak.
Melihat dari masalah itu kami dari penulis mencoba untuk membahas tentang Khulafaur
Rasyidin. Tidak terlepas dari hal ini semoga makalah ini bisa membantu kesulitan teman-teman
dalam memahami tentang Khulafaur Rasyidin.
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini akan membahas mengenai
beberapa masalah, antara lain :
1. Apa pengertian dari Khulafaur Rasyidin?
2. Siapa sajakah yang termasuk Khulafaur Rasyidin?
3. Bagaimana pemerintahan dan metode dakwah dari masing-masing khalifah tersebut?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Khulafaur Rasyidin.
2. Untuk mengetahui Siapa sajakah yang termasuk Khulafaur Rasyidin.
3. Untuk mengetahui Bagaimana pemerintahan dan metode dakwah dari masing-masing
khalifah tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Rasulullah SAW meninggal dunia tidak hanya sebagai seorang Nabi yang diutus Allah
SWT untuk menyampaikan risalah agama Islam, namun lebih dari itu Beliau juga seorang kepala
negara yang memimpin suatu negara. Oleh karena itu, jabatannya sebagai kepala pemerintahan
harus ada yang menggantikannya.
3
C. Pemerintahan dan Metode Dakwah Dari Masing-Masing Khalifah
Dia termasuk Assabiqunal awwalun yaitu orang yang mula-mula masuk agama Islam.
Mendapat julukan as Shiddiq karena dialah yang selalu membenarkan apa yang ada pada diri
Rasulullah SAW. Diantara para sahabat Nabi, dialah yang tertua dan yang paling dekat
hubungannya dengan Nabi. Dialah yang menemani Nabi saat berhijrah dari Mekkah menuju
Madinah. Usianya 3 tahun lebih muda daripada Nabi.
Melihat kedekatan hubungan dengan Nabi tersebut, maka para sahabat baik sahabat
Muhajirin (orang yang ikut hijrah bersama Nabi atau penduduk asli Mekkah) dan sahabat Anshor
(penolong / penduduk asli Madinah) semuanya sepakat untuk mengangkat Abu Bakar sebagai
khalifah yang pertama.
Pada masa kepemimpinannya, usaha-usaha yang telah dilakukannya adalah menghadapi para
pemberontak yang terdiri atas orang-orang yang murtad (keluar dari agama Islam) serta orang-
orang yang tidak mau membayar zakat. Menghadapi orang-orang yang mengaku dirinya sebagai
Nabi (nabi palsu) seperti: Musailamah Al Kazab, Al Aswad, Tulaihah dan Sajjah Tamamiyah.
Mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Qur’an menjadi 1 kumpulan, mengingat banyak para sahabat
penghafal Al-Qur’an yang gugur dalam peperangan menghadapi orang-orang yang murtad Abu
Bakar hanya memimpin selama 2 tahun, karena pada tahun 13 H Abu Bakar meninggal dunia
karena sakit yang dideritanya dalam usia 63 tahun dan dikubur di samping makam Rasulullah.
4
Kurikulum yang di gunakan pada zaman Abu Bakar, selain berisi materi pelajaran yang
berkaitan dengan pendidikan keagamaan, isi Al-Qur’an, Al-Hadits, hukum islam,
kemasyarakatan, ketatanegaraan, pertahanan, keamanan, dan kesejahteraan. Pesrta
didiknya di zaman Khalifaurrasyidin terdiri dari masyarakat yang tinggal di Meekah dan
Madinah.Yang menjadi pendidik di zaman khulafaurrasyidin antara lain adalah Abdullah
bin Umar, Abu Hurairah, Ibn Abbas, Siti Aisyah, Anas bin Malik, Zaid bin Tsabit, Abu
Dzar Al-Ghifari. Adapun metode yang di gunakan dalam mengajar selain dengan bentuk
halaqah, dan lembaga pendidikannya yaitu di mesjid, suffah, kuttab dan rumah.
a. Pembagian wilayah kekuasaan islam menjadi beberapa bagian (propinsi) yang masing-
masing propinsi di pimpin oleh seseorang Amirul mukminin. Hal ini mengingat semakin
luasnya daerah kekuasaan Islam.
b. Pembentukan dewan-dewan pemerintahan seperti dewan perbendaharaan negara (Baitul
maal), dewan peradilan (Qadhil Qudhah), dewan pertahanan dsb.
c. Penetapan tahun Hijriyah yang dimulai penanggalannya dari hijrah nabi dari Mekkah ke
Madinah.
d. Pembemtukan urusan kehakiman dan pembangunan Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Masjid
Aqsha, dll.
e. Memperluas daerah kekuasaan Islam dan penyebaran agama Islam ke beberapa daerah
seperti: Damaskus, Mesir, Babilonia dan beberapa bekas jajahan Romawi Timur.
Melihat keberhasilan Umar bin Kathab ini, banyak musuh dari negara lain hendak
membunuh khalifah. Maka seorang tahanan perang Nahawan yang bernama Fairus( Abu Lu’lu’)
dari bangsa Persia dan menjadi hamba atau budak dari Mughiroh bin Syu’bah sakit hati dan
dendam kepada khalifah atas hancurnya kekaisaran Persia. Maka pada suatu hari tepatnya pada
tahun 23 H khalifah Umar meninggal dunia karena dibunuh oleh Abu Lu’lu.
5
1) Proses Pengangkatan Umar bin Khattab
Pengangkatan Umar sebagai khalifah sangat lancer tanpa ada pertentangan di kalangan
kaum muslimin. Hal tersebut terjadi karena menjelang ajal, Abu Bakar telah mengajukan
Umar bin Khattab sebagai pemimpin kaum muslimin untuk penggantinya. Di antara sahabat
yang dimintai pertimbangan adalah Usman binAffan, Ali bin Abi Thalib, Abdurahman bin
Auf, Talhah bin Ubaidillah dan Usaid bin Kundur . dan Meskipun peristiwa diangkatnya
Umar sebagai khalifah itu merupakan fenomena yang baru, tetapi haruslah dicatat bahwa
proses peralihan kepemimpinan tetap dalam bentuk musyawarah, yaitu berupa usulan atau
rekomendasi dari Abu Bakar yang diserahkan kepada persetujuan umat Islam. Untuk
menjajaki pendapat umum, khalifah Abu Bajkar melakukan serangkaian konsultasi terlebih
dahulu dengan beberapa orang sahabat, antara lain ialah Abdurrahman ibn Auf dan Usman
ibn Affan.
Pada awalnaya terdapat berbagai keberatan mengenai rencana pengangkatan Umar ini,
sahabat thalhah misalnya segera menemui Abu Bakar untuk menyampaikan rasa kecewanya.
Namun oleh karena Umar adalah orang yang paling tepat untuk menduduki kursi
kekhalifahan, maka pengangkatan Umar mendapat persetujuan dan baiat dari semua anggota
Islam. Dan Ketika Umar telah menjadi khalifah, ia berkata kepada umatnya :”Orang-orang
seperti halnya seekor unta yang keras kepala dan ini akan bertalian dengan pengendara
dimana jalan yang akan dilalui, dengan nama Allah, begitulah aku akan menunjukkan kepada
kamu ke jalan yang harus engkau lalui
Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/ 634-644 M). Masa jabatannya
berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu
Lu’lu’ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan abu
Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah
seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah,
Zubair, Sa’ad ibn Abi Waqqas, dan Abdurrahman ibn Auf. Setelah Umar wafat, tim ini
bermusyawarah dan berhasil menunjuk nUsman sebagai khalifah, melalui persaingan yang
agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib.
6
3. Usman bin Affan (23 – 35 H = 644 – 656 M)
Usman bin Affan adalah putra Abdu Syam bin Abdi Manaf, lahir pada tahun ke-5
Miladiyah di Mekkah. Dia merupakan bangsaan Quraisy yang sangat kaya raya namun sangat
dermawan. Oleh Rasulullah diberi gelar ZUN NURAIN yang artinya orang yang mempunyai
dua cahaya. Hal ini disebabkan karena Usman menikah dengan dua puteri Rasulullah SAW yaitu
dengan Siti Ruqayah dan kemudian setelah meninggal dunia, Rasulullah SAW kembali
menikahkannya dengan puterinya yang lain yang bernama Umi Kulsum.
Saat diangkat menjadi khalifah Usman telah berusia70 tahun, namun demikian usaha
dan jasa-jasanya selama menjadi khalifah sangat besar sekali bagi umat Islam khususnya yang
menyangkut usaha pembukuan Al quran menjadi satu mushaf.
Kepada panitia khalifah Usman berpesan agar berpedoman kepada hafalan para sahabat
penghafal Al Quran dan jika terjadi perbedaan dalam dialek, maka dikembalikan kepada bahasa
atau dialek Quraisy karena Al Quran diturunkan dengan dialek suku Quraisy. Panitia menyusun
sebanyak lima buah, masing-masing dikirim ke beberapa daerah seperti: Syam, Kufah, Basrah,
dan Mesir. Sedangkan yang satu tetap berada di Madinah untuk khalifah sendiri yang disebut
Mushaf Al Imam.
7
a. perjuangan dalam dakwah islam
1) Utsman menjadi khalifah
Pembai’atan Utsman sebagai khalifah berdasar kesepakatan enam orang sahabat
termasuk dirinya yang telah ditunjuk langsung oleh Umar ibn Khattab untuk menjadi
penggantinya yang akan melanjutkan kepemimpinan dan perjuangannya dalam
menyebarkan islam ke penjuru dunia. Dari masa inilah awal pengangkatan seorang
khalifah secara demokratis dengan jalan musyawarah yang diwakili oleh keenam orang
sahabat sepanjang sejarah manusia
Satu dekade pertama kepemimpinan Ustman adalah masa yang dipenuhi dengan
prestasi penting dan kesejahteraan ekonomi yang tiada duanya, terkecuali pada dua tahun
terakhir yang berbanding terbalik dengan sebelumnya kondisi serba sulit akibat
merebaknya fitnah dan kedengkian musuh – musuh Islam yang diarahkan padanya
sehingga beliau syahid Beliau wafat pada bulan haji tahun 35 H. dalam usia 82 tahun
setelah menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi
di Madinah
8
3) Pembentukan Armada laut Islam pertama
Ide atau gagasan untuk membuat sebuah armada laut islam sebenarnya telah ada
sejak masa kekhalifahan Umar Ibn khattab namun beliau menolaknya lantaran khawatir
akan membebani kaum muslimin pada saat itu. Setelah kekhalifahan berpindah tangan
pada Utsman maka gagasan itu diangkat kembali kepermukaan dan berhasil menjadi
kesepakatan bahwa kaum muslimin memang harus ada yang mengarungi lautan meskipn
sang khalifah mengajukan syarat untuk tidak memaksa seorangpun kecuali dengan
sukarela. Berkat armada laut ini wilayah islam bertambah luas setelah menaklukkan pulau
Cyprus meski harus melewati peperangan yang melelahkan.
4) Kodifikasi Al – Qur’an
Masa penyusunan Al – qur’an memang telah ada pada masa Khalifah Abu Bakar
atas usulan Umar bin Khaththab yang kemudian disimpan ditangan istri Nabi Hafsah binti
Umar. Berdasar pertimbangan bahwa banyak dari para penghafal Al – Qur’an yang gugur
usai peperangan Yamamah. Kini setelah Ustman memegang tonggak kepemimpinan dan
bertambah luas pula wilayah kekuasaan Islam maka banyak ditemukan perbedaan lahjah
dan bacaan terhadap Al – Qur’an. Inilah yang mendorong beliau untuk menyusun
kembali Al – Qur’an yang ada pada Hafsah dan menyeragamkannya kedalam bahasa
Quraisy agar tidak terjadi perselisihan antara umat dikemudian hari. Seperti halnya kitab
suci umat lain yang selalu berbeda antar sekte yang satu dengan yang lainnya. Maka
diutuslah beberapa orang kepercayaannya untuk menyebarkan Al – Qur’an hasil
kodifikasinya ke beberapa daerah penting antara lain Makkah, Syiria. Kuffah, Syam,
Bashrah dan Yaman. Kemudian Beliau menginstruksikan untuk membakar seluruh
mushaf yang lain dan berpatokan pada mushaf yang baru yang diberi nama Mushaf Al-
Iman.
9
dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat
mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Ali lahir di Mekkah pada tahun 661 H. Termasuk Assabiqunal awalun dan orang yang
paling muda dari beberapa orang yang pertama kali masuk agama Islam, karena pada waktu itu
usianya baru 8 tahun. Dia merupakan seorang pemimpin yang cerdas, jujur, pemberani, adil, dan
pandai dalam strategi perang karena setiap peperangan yang dihadapi oleh umat Islam, Ali selalu
mengikutinya dan berada di barisan paling depan sebagai panglima yang mengatur strategi
pasukan Islam. Setelah dewasa, Rasulullah SAW menikahkannya dengan salah satu puterinya
yang bernama Siti Fatimah.
Proses pengangkatan Ali sebagai khalifah melalui musyawarah di kalangan umat Islam,
namun demikian keadaan umat Islam pada waktu itu sudah mengalami perpecahan yang hebat.
Banyak bermunculan golongan-golongan yang disebabkan oleh perbedaan pandangan mereka
dalam hal kepemimpinan umat Islam.
Banyak peperangan yang terjadi ketika masa pemerintahan khalifah Ali, dan yang
terpenting adalah peperangan Jamal dan Shiffin.
a. Peperangan Jamal
Dinamakan peperangan Jamal (unta) karena Siti Aisyah, istri Rasulullah SAW dan
puteri Abu Bakar as Shiddiq ikut dalam peperangan ini dengan mengendarai unta. Ikut
campurnya Aisyah memerangi Ali terpandang sebagai hal yang luar biasa sehingga orang
menghubungkan peperangan ini dengan Aisyah dan untanya, walaupun peranan yang
dipegang Aisyah tidak begitu besar
10
Sesungguhnya peperangan ini adalah peperangan yang pertama kali terjadi antara
dua laskar dari kaum Muslimin, di mana seorang Muslim menghadapi seorang Muslim
dengan amarahnya hendak menumpahkan darah saudaranya seagama
Peperangan Jamal terjadi karena keinginan dan nafsu perseorangan yang timbul pada
diri Abdullah bin Zubair dan Thalhah serta perasaan benci Aisyah terhadap Ali. Dosa Thalhah
agak ringan dibanding dosa Abdullah karena Thalhah tidak sampai mempengaruhi kaum
Muslimin. Dan tak ada pengaruhnya terhadap Aisyah yang dapat mendorong Aisyah agar
mempengaruhi kaum Muslimin dengan menggunakan kedudukannya sebagai Ummul
Mukminin
Akan tetapi, Abdullah bin Zubair sangat bernafsu untuk menduduki kursi khalifah
dan berupaya dengan sungguh-sungguh menghasut Aisyah menghidupkan api peperangan
agar keinginannya menduduki kursi khalifah dapat tercapai.
Ali disalahkan karena dia dipandang tidak dapat menguasai laskarnya seluruhnya.
Ketika ada usahanya hendak mencari perdamaian, diantara pengikut-pengikutnya ada yang
membuat komplotan untuk menyalakan api peperangan. Andai kata beliau berwibawa penuh
terhadap laskarnya, mungkin peperangan dapat dihindarkan. Yang memikul tanggung jawab
atas terjadinya peperangan Jamal yang telah menelan korban puluhan ribu umat manusia
adalah Abdullah bin Zubair dan Aisyah.
b. Peperangan Shiffin
Peperangan Shiffin adalah peeprangan antara khalifah Ali dan Mu’awiyah. Ali dan
pengikut-pengikutnya mulanya mengira bahwa peperangan yang pertama dan itu pun akan
merupakan peperangan penghabisan haruslah untuk menundukkan Mu’awiyah bin Abu
Sufyan yang didukung penduduk Syam.
Mu’awiyah adalah anak Abu Sufyan (paman Usman) pemuka Bani Umayah yang
amat disegani dan dipatuhi oleh laskarnya. Thalhah dan Zubair sebelumnya tidak dipandang
musuh oleh Ali, terlebih sesudah keduanya memberikan bai’ah dan sumpah setianya kepada
Ali. Begitu pula tidak seorang pun menyangka bahwa kebencian Aisyah terhadap Ali akan
sampai sedemikian rupa sehingga Aisyah menceburkan diri ke dalam peperangan memimpin
bala tentara melawan Ali.
11
Peperangan Jamal mengakibatkan gugurnya ribuan tentara Ali. Sementara itu,
Mu’awiyah memperkuat laskarnya dengan membagi-bagi uang kepada mereka dan
pengikutnya sehingga ikatan kesatuan mereka menjadi kuat.
Pertempuran terjadi antara kedua laskar beberapa hari lamanya. Ali dengan
keberanian pribadinya dapat membangkitkan semangat dan kekuatan laskarnya, sehingga
kemenangan sudah membayang baginya. Ahli-ahli sejarah yang mempelajari sejarah
kehidupan Ali di bidang kemiliteran menemukan bahwa dalam setiap pertempuaran Ali selalu
menang. Menang dalam peperangan Jamal, Shiffin dan beberapa peperangan dengan
Khawarij. Akan tetapi, beliau kalah dalam diplomasi dan tak dapat mengelak dari tipu daya.
Ketika akhir hayat khalifah Usman bin Affan menghadapi berbagai kelompok
pemberontak, maka demikian pula dengan keadaan yang dialami oleh khalifah Ali bin Abu
Thalib. Oleh karena itu, pada masa pemerintahannya Ali lebih banyak menghadapi para
pemberontak ini terutama pemberontakan yang dilakukan oleh gubernur Mesir yang bernama
Muawiyah bin Abu Sufyan.
Dengan wafatnya khalifah Ali, maka masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin telah
selesai karena sesudah itu pemerintahan Islam dipegang oleh khalifah Muawiyah bin Abu
Sufyan secara turun-temurun, sehingga disebut Daulat / Bani Umayyah.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khulafaur Rasyidin menurut bahasa artinya para pemimpin yang mendapatkan petunjuk
dari Allah SWT. Sedangkan menurut istilah yaitu para khalifah (pemimpin umat Islam) yang
melanjutkan kepemimpinan Rasulullah SAW sebagai kepala negara (pemerintah) setelah
Rasulullah SAW wafat.
Pengangkatan seorang pemimpin atas dasar musyawarah yang dilakukan secara
demokratis sesudah wafatnya Nabi inilah yang disebut Khulafaur Rasyidin. Jumlahnya ada 4
orang, yaitu:
1. Abu Bakar as Shiddiq ( 11 – 13 H = 632 – 634 M )
2. Umar bin Khatab ( 13 – 23 H= 634 – 644 M)
3. Usman bin Affan (23 – 35 H = 644 – 656 M)
4. Ali bin Abu Thalib ( 35 – 40 H = 656 – 661 M)
Sesudah Ali bin Abu Thalib, para pemimpin umat Islam (khalifah) tidak termasuk
Khulafaur Rasyidin karena mereka merubah sistem dari pemilihan secara demokratis menjadi
kerajaan, yaitu kepemimpinan didasarkan atas dasar keturunan seperti halnya dalam sistem
kerajaan.
Dengan wafatnya khalifah Ali, maka masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin telah
selesai karena sesudah itu pemerintahan Islam dipegang oleh khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan
secara turun-temurun, sehingga disebut Daulat / Bani Umayyah.
B. Saran-Saran
Kami selaku penyusun menyadari masih jauh dari sempurna dan tentunya banyak sekali
kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya
kemampuan kami.
Oleh karena itu, kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan makalah ini sangat bermanfaat untuk
kami khususnya dan pembaca pada umumnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam “Dirasah Islamiyah”, PT. Raja Grapindo
Persada, Jakarta, 2007.
Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M. Ag. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Era
Rasulullah Sampai Indonesia, Prenada Media Group, Jakarta, 1999.
file:///C:/Users/UDIN/Documents/perkembangan-agama-islam-pada-masa-nabi.html
file:///C:/Users/UDIN/Documents/pertumbuhan-islam-masa-nabi.htm
14