Disusun Oleh:
Nama : Siti Hanipah
Kelas : PAI 1A
CIKARANG- BEKASI
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan
cukup baik.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh Kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang.
Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari pihak lain, akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan. Karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada
kami setiap saat.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif,
guna penulisan makalah yang lebih baik lagi. Harapan kami, semoga makalah
yang sederhana ini dapat berguna bagi kita semua.
November 2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang…………………………………………………………………………………………..
B. Rumusan masalah……………………………………………………………………………………..
C. Tujuan penulisan……………………………………………………………………………………….
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................
BAB I
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H atau tanggal 8 Juni
632 M. Sesaat setelah beliau wafat, situasi di kalangan umat Islam sempat kacau. Hal ini
disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya secara pasti. Dua
kelompok yang merasa paling berhak untuk dicalonkan sebagai pengganti Nabi Muhammad
SAW adalah Kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
Terdapat perbedaan pendapat antara Kaum Muhajirin dan Anshar karena kaum Muhajirin
mengusulkan Abu Bakar as Shiddiq, sedangkan kaum Anshar mengusulkan Sa’ad bin Ubadah
sebagai pengganti nabi Muhammad SAW.
Perbedaan pendapat antara dua kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikan secara damai
setelah Umar bin Khatab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan bahwa
yang paling berhak memegang pimpinan sepeninggal Rasulullah adalah orang-orang Quraisy.
Alasan tersebut Dapat diterima oleh kedua belah pihak.
Melihat dari masalah itu kami dari penulis mencoba untuk membahas tentang Khulafaur
Rasyidin. Tidak terlepas dari hal ini semoga makalah ini bisa membantu kesulitan teman-teman
dalam memahami tentang Khulafaur Rasyidin.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Khulafaurrasyidin?
2. Bagaimana perkembangan islam pada masa Khalifah Abu Bakar As-Shidiq?
3. Bagaimana perkembangan Islam pada masa Khalifah Umar bin Khattab ?
4. Bagaimana perkembangan Islam pada masa Khalifah Utsman bin Affan ?
5. Bagaimana perkembangan Islam pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khulafaurrasyidin
Khulafaur Rasyidin berasal dari dua kata yaitu Khulafaur dan Ar-Rasyidin. Kata Khulafa
adalah bentuk jamak dari kata Khalifah yang artinya pengganti. Sedangkan kata Ar-Rasyidin
artinya mendapat petunjuk. Adapun kata Ar-Rasyidin itu berartiarif dan bijaksana. Jadi
Khulafaur Rasyidin mempunyai arti pemimpin yang bijaksana sesudah Nabi Muhammad SAW
wafat. Mereka itu terdiri dari para sahabat Nabi Muhammad SAW yang berkualitas tinggi dan
baik, adapun sifat-sifat yang dimiliki Khulafaur Rasyidin sebagai berikut:
1. Arif dan bijaksana
2. Berilmu yang luas dan mendalam
3. Berani bertindak
4. Berkemauan yang keras
5. Berwibawa
6. Belas kasihan dan kasih sayang
7. Berilmu agama yang sangat luas serta melaksanakan hukum-hukum Islam.
Para sahabat yang disebut Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat orang Khalifah, yiatu:
1. Abu Bakar As-Shidiq (11-13 H/632-634 M)
2. Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M)
3. Usman bin Affan (23-35 h/644-656 M)
4. Ali bin Abi Thalib (35-40 H/656-661 M)[1]
Setelah Rasulullah SAW wafat, kaum muslimin dihadapkan sesuatu problema yang berat,
karena Nabi sebelum meninggal tidak meninggalkan pesan apa dan siapa yang akan mengganti
sebagai pimpinan umat. Suasana wafatnya rasul tersebut menjadikan umat Islam dalam
kebingungan. Hal ini karena mereka sama sekali tidak siap kehianagn beliau baik sebagai
pemimpin, sahabat, maupun sebagai pembimbing yang mereka cintai.
Di tengah kekosongan pemimpin tersebut, ada golongan sahabat dari Anshar yang berkumpul
di tempat Saqifah Bani Sa’idah, sebuah tempat yang biasa digunakan sebagai pertemuan dan
musyawarah penduduk kota Madinah. Pertemuan golongan Anshar di Saqifah Bani Sa’idah
tersebut dipimpin seorang sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah SAW, ia adalah Saad bin
Ubadah tokoh terkemuka suku Khazraj.
Pada waktu Saad bin Ubadah mengajukan wacana dan gagasan tentang siapa yang pantas
untuk menjadi pemimpin sebagai pengganti Rasulullah ia menyatakan bahwa kaum Ansharlah
yang pantas memimpin kaum muslimin. Ia mengemukakan demikian sambil berargumen bahwa
golongan Ansharlah yang telah banyak menolong Nabi dan kaum Muhajirin dari kejaran dan
penindasan orang-orang kafir Quraisy. Tentu saja gagasan dan wacana ini disetujui oleh para
sahabat dari golongan Anshar. Pada saat beberapa tokoh Muhajirin seperti Abu Bakar, Umar bin
Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah dan sahabat Muhajirin yang lain mnegetahui pertemuan
orang-orang Anshar tersebut, mereka segera menuju ke Saqifah Bani Sa’idah. Dan pada saat
orang-orang Muhajirin datang ke Saqifah Bani Sa’idah, kaum Anshar nyaris bersepakat untuk
mengangkat dan membaiat Saad bin Ubadah menjadi khalifah. Karena pada saat tersebut para
tokoh Muhajirin juga datang maka mereka juga diajak untuk mengangkat dan membaiat Saad bin
Ubadah. Namun, kaum Muhajirin yang diwakili Abu Bakar menolaknya dengan tegas membaiat
Saad bin Ubadah. Abu Bakar mengatakan pada golongan Anshar bahwa jabatan khalifah
sebaiknya diserahkan kepada kaum Muhajirin. Alasan Abu Bakar adalah merekalah yang lebih
dulu memeluk Agama Islam. Kaum Muhajirin dengan perjuangan yang berat selama 13 tahun
menyertai Nabi dan membantunya mempertahankan Islam dari gangguan dan penindasan kaum
kafir Quraisy di Mekah. Dengan usulan Abu Bakar, golongan Anshar tidak dapat membantah
usulannya. Pada saat yang bersamaan Abu BAkar menunjuk dua orang Muhajirin di sampingnya
yang dikenal sangat dekat dengan Nabi, yaitu Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah.
Abu Bakar mengusulkan agar memilih satu diantara keduanya untuk menjadi khalifah. Demikian
kata Abu Bakar kepada kaum Anshar sembari menunjuk Umar dan Abu Ubaidah. Namun
sebelum kaum Anshar merespon usulan Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah justru menolaknya
dan keduanya justru balik menunjuk dan memilih Abu Bakar. Secara cepat dan tegas Umar
mengayungkan tangannya ketangan Abu Bakar dan mengangkat tangan Abu Bakar dan
membaiatnya. Lalu apa yang dilakukan Umar segera diikuti oleh Abu Ubaidah, dan akhirnya
diikuti kaum Anshar untuk membaiat Abu Bakar kecuali Saad bin Ubadah.
Sifat dan sikap Abu Bakar As-Shidiq tidak berubah meski beliau sudah menjadi khalaifah.
Ketika beliau memerintah, beliau menunjukkan sebagai khalifah besar. Beberapa prestasi yang
ditorehkan sebagai hasil usaha keras beliau dapat diperhatikan pada uraian di bawah ini.
2. Kodifikasi Al-Qur’an
Kodifikasi Al-Qur’an merupakan upaya keras Khalifah Abu Bakar As-Shidiq sehingga dapat
memberi manfaat sampai sekarang. Dengan usaha itu kita akhirnya dapat mengenal adanya
mushaf Al-Qur’an. Sebelum dilakukan pengumpulan, mushaf Al-Qur’an berserakan di berbagai
tempat dan tertulis di berbagai benda. Khalifah Abu Bakar As-Shidiq melakukan upaya
pengumpulan wahyu Allah itu setelah mendapatkan saran dari Umar bin Khattab, yang ketika itu
beliau menjadi penasihat utama khalifah Abu Bakar As-Shidiq.
Memang mulanya saran Umar bin Kahttab ini ditolak oleh khalifah Abu Bakar As-Shidiq,
namun dengan alasan yang kuat dari Umar bin Khattab, khalifah Abu Bakar As-Shidiq bersedia
mewujudkan pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an. Umar bin Khattab ketika itu menyatakan bahwa
para penghafal Al-Qur’an banyak yang gugur dalam pertempuran perang Yamamah, juga
mengkhawatirkan akan hilangnya mushaf-mushaf yang berserakan itu.
Kemudian khalifah Abu Bakar As-Shidiq menunjuk Zaid bin Tsabit untuk memimpin
pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an. Alasan khalifah Abu Bakar As-Shidiq menunjuk Zaid bin
Tsabit karena beliau ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup adalah sekretaris pribadi yang
dengan bimbingan Nabi SAW selalu menulis wahyu yang turun kepada Rasulullah SAW.
Setelah dituls oleh Zaid bin Tsabit kemudian dihafalkan oleh para sahabat. Adapula beberapa
sahabat yang menulis lagi ke pelepah kurma, bebatuan, atau tulang belulang utuk diajarakan atau
disampaikan kepada kaum muslimin yang jauh dari jangkauan informasi.
Setelah proyek besar itu selesai, mushaf ayat-ayat Al-Qur’an tersebut disimpan khalifah Abu
Bakar As-Shidiq. Mushaf itu menjadi pedoman utama pembelajaran Al-Qur’an bagi seluruh
kaum muslimin. Sepeninggal khalifah Abu Bakar As-Shidiq, mushaf tersebut disimpan oleh
Hafsah bin Umar, putri Umar bin Khattab, yang juga salah satu istri Nabi SAW.
3. Perluasan Wilayah Islam
Setelah kondisi dalam negeri menunjukan tanda-tanda aman dan terkendali, maka khalifah
Abu Bakar As-Shidiq mulai dengan misi dakwahnya yaitu menyebarkan ajaran Islam ke daerah
lain. penyebaran Islam sebagai rahmat bagi segenap alam itu dilakukan dengan upaya
pendekatan damai sehingga bukan bentuk dari penjajahan.
Khalifah Abu Bakar As-Shidiq menekankan kepada para panglima untuk menghindari
peperangan sebelum upaya damai dilakukan. Hal-hal yang ditekankan oleh khalifah Abu Bakar
As-Shidiq kepada para da’i atau tentara Islam ketika berdakwah di daerah baru, yaitu sebagai
berikut:
a. Diajak untuk memeluk Isam, sehingga mendapatkan perlindungan jiwa serta hartanya.
b. Tidak memaksa untuk memeluk Islam, kalau tidak mau maka harus membayar jizyah (pajak
perlindungan yang snagat ringan). Dengan begitu mereka mendapat perlindungan jiwa dan
hartanya pula.
c. Apabila dengan jalan damai tidak mau, maka akan mereka perangi.
Dengan ketiga pedoma itu, para pendakwah atau kaum Muslimin mendapat sambutan yang
menggembirakan dari penduduk daerah baru tersebut. Tak dipungkiri, sebenarnya banyak rakyat
dari daerah lain yang sangat mengharapakan kedatangan kaum Muslimin karena kepenatan
terhadap keadaan mereka. Hal itu membuktikan bahwa Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam
benar-benar menjadi kenyataan.
Daerah baru yang menjadi sasaran dakwah kaum muslimin adalah daerah yang berada di
bawah kekuasaan Persia dan Bizantium.
Kekaisaran Persia meliputi daerah yang luas dari Irak bagian barat, Suriah (Syam), hingga
bagian utara Jazirah Arab. Banyak kabilah Arab yang tunduk di bawah kekuasaan mereka.
Melihat cahaya Islam belum menyentuh daerah itu maka Khalifah Abu Bakar As-Shidiq
mengirimkan dua panglima yaitu Khalid bin Walid dan Musanna bin Harisah untuk mengajak
daerah tersebut masuk dalam kekuasaan Islam.
Seluruh daerah Hirah, Anbar, Daumatul Jandal, dan Fars dapat mereka kuasai. Peperangan di
wilayah kekuasaan Persia itu berhenti setelah Abu Bakar meminta Khalid bin Walid berangkat
ke Suriah, untuk menambah kekuatan pasukan muslim yang menghadapi pasukan sangat besar
dari Bizantium. Pemegang pimpinan pasukan kemudian dialihkan kepada Musanna bin Harisah.
Kekaisaran Bizantium memusatkan pemerintahannya di kota Damaskus, Suriah untuk
mengendalikan daerah jajahan di Arab dan sekitarnya.
Dengan kekuatan tentara Bizantium yang sangat besar itu maka untuk menghadapi mereka,
Khalifah Abu Bakar mengirimkan pasukan kaum Muslimin yang dikirim tersebut adalah:
Pada tahun 16 H/ 636 M. Kota Basrah dibangun setelah tentara Islam pimpinan Sa’ad bin
Abi Waqash menguasai Irak. Pemilihan tempat tersebut dilakukan sendiri oleh Umar bin Khattab
yaitu sebuat tempat dekat dengan kota pelabuhan Ubullah di Teluk Persia.
Selama pemerintah Umar bin Khattab kota Basrah dijadikan markas tentara Islam. Untuk
mengajarkan Islaam pada penduduk Basrah, khalifah Umar mengirimkan ulama. Ulama dari
Madinah ke kota Basrah diantaranya Hasan Al Basri. Sejak saat itu Basrah menjadi salah satu
pusat pendidikan di dunia Islam.
Masjid ini adalah masjid yang pertama dibangun di Mesir dan di Afrika tahun 21 H/642
M. ketika itu letaknya di kota Fusthat ditengah-tengah perumahan kaum muslimin. Masjid ini
digunakan untuk beribadah dan berkumpul membahas urusan dunia dan agama.[7]
Dalam ketetapan itu sering seakan-akan bertentangan dengan sunnah atau ketetapan Abu
Bakar pendahulunya. Namun apabila diteliti lebih mendalam, ternyata Umar memiliki jangkauan
yang menyeluruh mencakup keseluruhan ajaran Islam. Misalnya, mengenai ghanimah (harga
rampasan perang), surat al-anfal mengajarkan bahwa harta rampasan perang, termasuk tanah
harus dibagikan dengan cara tertentu, sebagian untuk para tentara yang berperang. Demikian
juga Nabi pernah membagi-bagikan tanah pertanian di Khaibar stelah dibebaskan dari bangsa
Yahudi yang memusuhi Nabi. Namun, demi kepentingan umum dan Negara, Umar tidak
melaksanakan sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi, bahkan Umar
membagi-bagikannya kepada para petani kecil setempat, sekalipun belum muslim. Tindakan ini
menimbulkan protes keras sebagian sahabat dipimpin bilal dan menimbulkan ketegangan di
Madinah.
Akhirnya Umar mantap dengan kebijakannya itu setelah musyawarah dan mendapat
dukungan sementara para pembesar sahabat, setelah mengemukakan interpretasinya sendiri yang
meyakinkan tentang keseluruhan semangat ajaran Al-Qur’an dan kebijaksanaan Nabi.
[8] Masalah baru yang dihadapi Umar yang kemudian dipecahkan seperti ini adalah masalah
potong tangan pencuri, mengawini ahli al-kitab, cerai tiga kali yang diucapkan sekaligus dan
lain-lain.
Pada masa Rasul, sesuai dengan keadaanya, organisasi Negara masih sederhana. Tetapi
ketika masa khalifah Umar dimana umat Islam sudah terdiri dari bermacam-macam bangsa dan
urusannya makin meluas, maka disusunlah organisasi Negara sebagai berikut :
a. Organisasi politik
1) Al-Khilafaat, kepala negara ; dalam memilih kepala Negara berlaku system “bai’ah.” Pada
masa sekarang mungkin sama dengan system demokrasi. Hanya waktu itu sesuai dengan al-
amru syuro bainahum sebagaimana yang digariskan Allah dalam Al-Qur’an.
2) Al-Wizaraat, sama dengan meteri pada zaman sekarang. Khaifah Umar menetapkan Usma
sebagai pembantunya untuk mengurusi pemerintahan umum dan kesejahteraan, sedangkan Ali
untuk mengurus kehakiman, surat menyurat dan tawanan perang.
3) Al-Kitabaat, sekertaris Negara. Umar bin Khattab mengangkat Zaid bin Tsabit dan Abdullah
bin Arqom menjadi sekertaris penting. Usman bin Affan juga mengangkat Marwan bin Hakam.
b. Administrasi Negara
Sesuai dengan kebutuhan, khalifah Umar bin Khattab menyusun administrasi Negara
menjadi :
1) Dewan-dewan (departemen-departemen)
· Dewan al-Jundiy (dewan Harby): badan peratahnan keamanan. Orang muslim pada Rasul dan
Abu Bakar semuanya adalah prajurit. Ketika Rasul atau Abu Bakar menyeru untuk berperang
siaplah semua mengikuti perintah Nabi. Kemudian ketika perang telah selesai kembalilah mereka
menjadi pendidik sipil setelah menerima ghanimah. Masa Umar keadaan telah berubah,
disusunlah satu badan yang mengurusi tentara. Disusunlah angakatan besenjata khusus, asrama,
latihan militer, kepangkatan, gaji, persen-jataan dan lain-lain. mulai juga angkatan laut oleh
Muawiyah gubernur Syam dan oleh Ala bin Hadharamy gubernur Bahrain.
· Dewan al-Kharaj (dewan al-Maaly)/Bait al-Maal yang mengurusi keuangan Negara,
pemasukan dan pengeluaran anggaran belanja Negara.
· Dewan al-Qadla : departemen kehakiman. Umar mengangkat hakim-hakim khusus untuk tiap
wilayah dan menetapkan persyaratannya.
2) Al-Imarah ‘ala al-buldan : administrasi pemerintahan dalam negeri.
· Negara dibagi menjadi beberapa propinsi yang dipimpin oleh seorang gubernur (amil).
· Al-Barid : perhubungan kuda pos memakai kuda pos.
· Al-Syurthah : polisi menjaga keamanan Negara.
3) Mengadakan undang-undnag “Husbah” (tim pengawasan dan pengontrolan) yaitu peraturan
mengawasi urusan passer, menjaga tata tertib dan kesopanan, mengawasi timbangan dan ukuran,
begitu juga memperhatikan keberhasilan jalan umum.[9]
Nama lengkapnya dalah Usman bin Affan bin Abdil-as bin umayyah dari bani Quraisy.
Usman bin Affan dilahirkan di makkah pada tahun 576 M. Ia memeluk agam Islam lantaran
ajakan dari Abu bakar, dan menjadi salah satu seorang sahabat dekat Nabi Muhammad SAW. Ia
sangat kaya tetapi berperilaku sederhana dan sebabagian kekayaannya digunakan untuk kejayaan
Islam. Ia mendapat julukan dzun nurain karena Nabi Muhammad mengawinkannya dengan dua
orang putrinya, yang pertama Ruqayah dan yang kedua adalah Umi Kulsum. Ia menyumbang
950 ekor unta dan 1000 dirham dalam ekspedisi untuk Byzantium di perbatasan palestina. Ia
juga membeli mta air orang-orang romawi yang terkenal dengan harga 20.000 dirham untuk
selanjutnya diwakafkan bagi kepentingan umat Islam dan pernah meriwayatkan hadits kurang
lebih 150 hadits. Seperti halnya Umar, Ustman naik menjadi khalifah melalui pemilihan.
Bedanya, jika Umar dipilih atas penunjukkan langsung sedangkan Ustman diangkat atas
menunjukkan tidak langsung yaitu melewati badan syura yang dibentuk oleh Umar menjelang
wafatnya.[10]
Ustman bin Affan menjadi khalifah pada umr 70 tahun. Beliau menjadi khalifah selama
12 tahun. Selama masa pemerintahannya prestasi, usaha-usaha dan kebijakan khalifah Utsman
bin Affan antara lain :
1. Pembukuan (kodifikasi) Al-Qur’an
Di antara usaha khalifat Utsman bin Affan adalah menyalin dan membukukan Al-Qur’an
menjadi beberapa mushaf, yang kemudia dikirimkan ke berbagai daerah seperti Makkah, Syiria,
Basrah dan Kuffah. Sedangkan satu buah lagi ditinggalkan di Madinah untuk pegangan khalifat
Utsman bin Affan sendiri.
Dari mushaf inilah adanya Al-Qur’an yang kita lihat sekarang ini. Khalifah Utsman menetapkan
pembacaannya dengan satu logat saja, yaitu logak Quraisy. Sedangkan sebelumnya dengan
bermacam-macam logat, seperti logat Tamim, Majed dan sebagainya.
Mushaf yang disusun pada masa khaifah Utsman bin Affan ini disebut mushaf Usmani. Mushaf
dikerjakan oleh Zaid bin Tsabit dan dibantu oleh Abdullah bin zubair, Said bin Ash dan
Abdurrahman bin Harits bin Hisyam.
2. Membangun gedung pengadilan
Pelaksanaan pengadilan pada masa Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar, Umar bin khattab selalu
diadakan di masjid dan terbuka untuk umum seluruh masyarakat bisa menyaksikan jalannya
pengadilan. Tetapi masa khalifah Ustman bin Affan dilakukan di gedung khusus untuk
pengadilan, sehingga pengadilan itu tidak dilakukan di masjid lagi.
3. Membentuk armada Islam
Atas usulan Mu’awiyah bin Abu Sufyan sebagai gubernur Syiria, khalifah Ustman bin Affan
telah membentuk armada Islam (angkatan laut). Hal ini disebabkan adanya peperangan dengan
bangsa Romawi (Bizantium).
Dengan adanya angkatan laut tersebut maka Mu’awiyah gubernur Syiria dapat mengalahkan dan
menguasai pulau Cyprus dan Rhoddus. Begitu juga Abdullah bin Sa’ad telah membentuk
Armada Islam di Mesir.
4. Ronovasi masjid nabawi
Masjid nabawi muulai dibangun pada masa khalifah Umar bin Khattab diperluas oleh khalifah
Utsman bin Affan. Selain diperluas, bentuk dan coraknya juga diperindah.
5. Perluasan wilayah
Pada masa khalifah Utsman bin Affan, wilayah Islam makin luas. Wilayah Azerbaijan berhasil
ditaklukkan pasukan muslim di bawah pimpinan Said bin Ash dan Rabi’ah Bahity. Sebagian
besar rakyat Armenia saat itu menyambut kedatangan tentara Islam dengan suka cita. Pada
umumnya, mereka lebih suka berada di bawah pemerintahan Islam daripada dikuasai kekaisaran
Romawi.[11]
Ali bin Abi Thalib adalah orang yang paling awal memeluk agama Islam (Assabiqunal
Awwalun), sepupu Rasullullah SAW, dan juga khalifah terakhir dalam kekhalifahan Kulafaur
Rasyidin menurut pandangan Sunni. Namun bagi Islam Syiah, Ali adalah khalifah pertama dan
juga imam pertama dari 12 imam Syiah. Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab,
pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya
kenabian Muhammad, sekitar tahun 600 Masehi. Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib.
Namun Rasullullah SAW tidak menyukainya dan memanggilnya Ali yang berarti memiliki
derajat yang tinggi di sisi Allah.
Setelah wafatnya Utsman bin Affan, kaum muslimin mendapat kesulitan untuk
mengangkat khalifah pengganti Utsman bin Affan. Tokoh-tokoh yang dianggap layak menjadi
khalifah seperti Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Umar, Sa’ad bin Abi Waqash, dan Zubair bin
Awwam menolak menjadi khalifah. Maka di Madinah terjadilah diskusi yang diadakan oleh para
tokoh kaum muslimin untuk menunjuk khalifah baru. Dari hasil diskusi yang dilaksanakan
mereka tidak menemukan orang yang lebih layak daripada Ali bin Abi Thalib. Dia putra paman
Nabi dan sekaligus menantu beliau, dia pula lah anak muda yang pertama kali masuk islam dan
banyak membantu perjuangan Nabi. Maka, mayoritas yang hadir memilihnya dan membaiatnya
sebagai khalifah keempat. Peristiwa tersebut terjadi enam hari setelah Utsman bin Affan wafat.
Dari uraian di atas, maka dalam kesempatan ini penulis ingin memberikan
saran khususnya kepada penulis sendiri umumnya kepada kaum muslim untuk
senantiasa mengambil pelajaran dari sejarah Khulafaur Rasyidin, yang dipimpin
oleh sahabat-sahabat Rasulullah.
DAFTAR PUSTAKA
http://anshar-mtk.blogspot.co.id/2013/05/makalah-khulafaur-rasyidin.html
http://mudirulachmad.blogspot.co.id/2016/06/makalah-masa-khulafaur-
rasyidin.html
http://riski-gastroid.blogspot.co.id/2015/05/makalah-sejarah-peradaban-Islam-
khulafar-rasyidin.html
https://nadinsani.blogspot.co.id/2015/11/makalah-khulafaur-rasyidin.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Khulafaur_Rasyidin