Anda di halaman 1dari 24

DAKWAH ISLAM MASA KHULAFAUR RASYIDIN

SKI

(SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM)

Guru Mata Pelajaran:

Jar’anah, S.Pd.i

Disusun Oleh:

Kelompok I

M. Jainal Arifin

M. Sauqi aditya habibi

M.shalahudin

Siti Aminah

MADRASAH ALIYAH (MA) DARUL HUDA

MATARAMAN
SEMESTER GENAP

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt., yang maha pengasih
lagi maha penyayang, atas segala rahmat, hidayah, dan inayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Dakwah Islam
Masa Khulafaur Rasyidin dalam bentuk yang sederhana.

.Makalah Dakwah Islam Masa Khulafaur Rasyidin ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang turut berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih


ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya
mengingat minimnya kemampuan yang kami dimiliki. Maka dari itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari para
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah Dakwah Islam Masa
Khulafaur Rasyidin ini.

Akhir kata, kami berharap semoga Makalah Dakwah Islam Masa


Khulafaur Rasyidin dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca sekalian.

Mataraman, 11 Mei 2023


Kelompok I

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................ii

BAB I..........................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................2
C. Tujuan...................................................................................2

PEMBAHASAN..........................................................................

A. Strategi Dakwah Abu Bakar as-Siddiq..................................


B. Strategi Dakwah Umar bin Khattab.......................................
C. Strategi Dakwah Umar bin Affan...........................................
D. Strategi Dakwah Ali bin Abi Talib..........................................

BAB III........................................................................................

PENUTUP...................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................
B. Saran.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Khulafaur Rasyidin merupakan para pemimpin ummat Islam setelah Nabi
Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar
ibn Khattab, Utsman ibn Affan Radhiallahu Ta’ala anhum, dan Ali ibn Abi
Thalib Karamallahu Wajhahu dimana sistem pemerintahan yang diterapkan
adalah pemerintahan yang Islami karena berundang-undangkan dengan Al-
Qur’an dan As-Sunnah.
Nabi Muhammad Shallallahu’Alaihi Wasallam tidak meninggalkan wasiat
tentang siapa yang akan menggantikan Beliau Shallallahu’Alaihi Wasallam
sebagai pemimpin politik umat Islam setelah Beliau Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam wafat.
Nabi Muhammad SAW nampaknya menyerahkan persoalan tersebut
kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya.
Karena itulah, tidak lama setelah Beliau wafat, jenazahnya belum segera
dimakamkan. Sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar malah disibukkan
berkumpul di balai kota Bani Sa'idah, Madinah. Mereka menggelar
musyawarah siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin umat Islam
pengganti Nabi Muhammad SAW.
Musyawarah itu berjalan cukup alot, karena masing-masing pihak, baik
Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin
umat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi,
akhirnya, Abu Bakar Radhiallahu’anhu terpilih.
Tampaknya, semangat keagamaan Abu Bakar Radhiallahu’anhu mendapat
penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak
menerima dan membaiatnya.
Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu
disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul Allah) yang dalam
perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin
yang diangkat sesudah Nabi Muhammad SAW wafat, untuk menggantikan
Beliau dalam melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama, dan kepala
pemerintahan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi Dakwah Abu Bakar as-Sidiq
2. Bagaimana Strategi Dakwah Umar bin Khattab
3. Bagaimana Strategi Dakwah Umar bin Affan
4. Bagaimana Strategi Dakwah Ali bin Abi Talib

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan Strategi Dakwah Abu Bakar as-Sidiq
2. Untuk menjelaskan Strategi Dakwah Umar bin Khattab
3. Untuk menjelaskan Strategi Dakwah Umar bin Khattab
4. Untuk menjelaskan Strategi Dakwah Ali bin Abi Talib
BAB II

PEMBAHASAN

A. Strategi Dakwah Abu Bakar As-Sidiq

     Strategi dakwah yang dilakukan oleh Abu Bakar  adalah menjaga
stabilitas negara dan pengembangan agama islam. Hal pertama yang
dilakukan oleh Abu Bakar adalah mengirim pasukan hang dipimpin
Usamah bin Zaid. Pasukan ini bertugas memerangi pasukan Romawi
yang menguasai perbatasan Suriah.

1. Abu Bakar Melanjutkan Ekspedisi Pasukan Usamah

     Sebenarnya, pengiriman pasukan Usamah bin Zaid ke Romawi


merupakan keputusan Rasulullah saw. Karena beliau wafat, Usamah
menunda keberangkatannya. Meskipun banyak sahabat lainnya yang
tidak setuju dengan keputusannya. Abu Bakar tetap mengirimkan Usamah
bin Zaid ke Romawi. Abu bakar berkata "Pasukan Usamah akan tetap
diberangkatkan, sebab orang-orang Arab kembali murtad (keluar dari
agama islam), baik secara umum maupun secara khusus dalam tiap-tiap
kabilah. Kemunafikan telah menampakkan dirinya,  Yahudi ataupun
Nasrani bersiap-siap mengintai kaum muslimin. Ibarat domba kehujanan
di tengah malam gelap gulita setelah kehilangan Nabi dan minoritas di
tengah-tengah musuh mayoritas"

     Pasukan Usamah selama 40 hari meninggalkan  Madinah dalam


rangka mengemban tugas untu menghadapi para pembangkang terhadap
negara yang idak mau membayar zakat
2. Penumpasan Terhadap Kaum Riddah dan Nabi Palsu

     Pada masa awal pemerintahan Abu Bakar, ada tiga masalah besar
yang dihadapi, yaitu adanya kaum murtadin (kaum riddah), munculnya
nabi-nabi palsu, dan kelompok yang ingkar membayar zakat. Untuk
mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar
membentuk sebelas pasukan. Adapun kesebelas panglima dan tugasnya
adalah sebagai berikut.

a. Khalid bin Walid diperintahkan untuk memerangi Tulaihah bin


Khuwailid yang mengaku sebagai nabi dan Malik bin Nuwairah
yang memimpin pemberontakan di al-Battah.
b. Ikrimah bin Abu Jahal diberi tugas untuk memerangi Musailamah al
Kazzab, seorang kepala suku yang mengaku sebagai nabi.
c. Syurahbil bin Hasanah mendapat tugas membantu Ikrimah,
sebagai pasukan cadangan.
d. Muhajir bin Umayyah diutus untuk menundukkan sisa-sisa
pengikut Aswad al-Ansi (orang pertama yang mengaku sebagai
nabi) di Yaman.
e. Huzaifah bin Muhsin al-Galfani diperintahkan untuk mengamankan
daerah Daba yang terletak di wilayah tenggara, karena pemimpin
mereka mengaku sebagai nabi
f. Arfajah bin Harsamah ditugaskan untuk mengembalikan stabilitas
daerah Muhrah dan Oman. Karena mereka membangkang
terhadap kepemimpinan Islam di bawah Khalifah Abu Bakad.
g. Suwaib bin Muqarin diperintahkan untuk mengamankan daerah
Tihamah. Karena mereka juga membangkang terhadap
kepemimpinan Abu Bakar.
h. Al-Alla' bin Hadrami mendapat tugas kedaerah kekuasaan kaum
Riddah. Karena mereka memberontak terhasap kepemimpinan
Islam di Madinah.
i. Amru bin Ash diutus kewilayah suku Kuda'ah dan Wadi'ah. Mereka
pun membelot terhadap kepemimpinan Islam.
j. Khalid bin Sa'id mendapatkan tugas menghadapi suku-suku besar
bangsa Arab yang ada di wilayah tengah bagian utara sampai ke
perbatasan Suriah dan Irak yang juga menunjukkan
pembangkangan terhadap kekuasaan Islam.
k. Ma'an bin Hijaz mendapat tugas untuk menghadapi kaum Riddah
yang berasal dari suku Salim dan Hawazin Ta'if yang
membangkang terhadap kepemimpinan Islam.

     Dengan sikap yang teguh, pendirian kuat, keberanian, dan keyakinan
pada kebenaran misi tersebut, kesebelas pasukan itu melaksanakan
tugas dengan baik. Akhirnya, suku-suku yang memberontak dapat
dikembalikan keajaran Islam.

3. Perluasan Wilayah Islam

    Setelah dapat mengembalikan stabilitas keamanan Jazirah Arab, Abu


Bakar beralih ada permasalahan luar negeri. Pada saat itu, di luar
kekuasaan Islam terdapat dua kekuatan adidayah yang di nilai dapat
mengganggu keberadaan Islam, baik secara politis maupun agama.
Kedua kerajaan itu adalah Persia dan Romawi.

a. Penaklukan Persia

     Abu bakar terlebih dahulu menaklukkan Persia. Pada bulan Muharam
tahun 12H/633 M, Kota yang menjadi sasaran adalah Uballa. Kota Uballa
terletak di pantai Teluk Persia, yang merupakan pelabuhan penting bagi
imperium Persia.

Pasukan Khalid menyerbu Kota Uballa dengan mengerahkan 18.000


personel. Perang itu dalam sejarah Islam disebut dengan Mauqi'ah Zat
as-Salasil, artinya peristiwa Untaian Rantai. Peristiwa bersejarah itu di
sebut Untaian Rantai, karena sebagian tentara Persia diikat dengan rantai
yang saling di hubungkan antara yang satu dan lainnya.

Selanjutnya, Khalid dengan dibantu Musanna menaklukkan daerah-


daerah Persia lainnya, seperti daerah al-Mazar, yang terletak di kota
Basrah, daerah al-Wa-lajah yang di ujung lembah tempat keluar di daerah
Kaskar (Irak), ataupun daerah Ullais, yakni sebuah perkampungan di al-
Anbar yang terletak di awal negar Irak dari arah gurun Sahara. Penduduk
setempat diberi kebebadan untuk memeluk islam atau tetap falam agama
semula. Bagi mereka yang memilih dalam keyakinannya di beri
perlindungan keamanan. Sebagai imbalannya, mereka diwajibkan
membayar jizyah. Seluruh penduduk kota menuntut damai dengan
pasukan khalid dengan syarat membayar jizyah sebanyak 1.000 dirham.
Kesepakatan itu terjadi pada bulan Rajab, ditandatangani oleh Busbuhra
bin Saluba.

Setelah memerintahkan Khalid bin Walid untuk membantu Musanna,


Abu bakar membentuk pasukan baru di bawah panglima Iyad bin Ganam.
Tentara ini mendapatkan tugas untuk menundukkan daerah Dumat al-
Jandal. Dinamakan Dumat al-Jandal karena salah seorang dari keturunan
Ismail membangun benteng di tempat itu dan membangun atapnya dari
jandal.

Selanjutnya, ekspedisi pasukan tersebut diperintahkan untuk


menaklukkan kerajaan Hirah, yang terletak di daerah Irak sekarang. Pada
tahun 633 M, setelah berhasil melaksanakan tugasnya, Panglima Iyad bin
Ganam bersiap menuju Hirah. Serbuan tentara Islam yang berasal dari
dua sisi yang berbeda tidak dapat ditahan pasukan Hirah.

b. Penaklukan Romawi

Setelah pasukan Islam menaklukkan Persia, pasukan Islam lalu


menunjukkan suatu kekuatan yang harus diperhitungkan oleh bangsa
Romawi. Pada saat kekuasaan Abu bakar, Romawi menguasai daerah
Suriah dan Palestina. Padahal, wilayah Suriah dan Palestina berbatasan
langsung dengan kekuasaan Islam. Letak geografisnga demikian dinilai
dapat menjadi ancaman bagi keamanan kaum muslim. Oleh karena itu,
kekuatan tersebut harus ditaklukkan. Dalam rangka penaklukan Kerajaan
Romawi itu, Abu Bakar membentuk empat pasukan. Keempat kelompok
tentara dan panglimanya adalah sebagai berikut.

1) Abu Ubaidah bin Jarrah bertugas kedaerah Homs, Suriah utara,


dan Antio-kia.
2) Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah
Palestina yang saat itu berada di bawah kekuasaan Romawi Timur.
3) Syurahbil bin Hasanah diberi wewenang menundukkan Tabuk dan
Yordania.
4) Yazid bin Abu Sufyan mendapatkan perintah untuk menaklukkan
Damaskus dan Suriah Selatan.

Sedikit demi sedikit daerah di sekitar Damaskus dapat dikuasai. Kaisar


Heraklius segera memerintahkan semua kepala daerah yang masih
berada dalam kekuasaannya untuk mengirim pasukan ke Damakus. Berita
tentang penyiapan pasukan besar Romawi tersebut menimbulkan
kekhawatiran di pihak Islam. Keempat panglima pun memutuskan untuk
menggabungkan semua kekuatan dalam satu daerah. Abu bakar
menyetujui kebijakan itu dan memerintahkan untuk mrnyatukan pasukan
di Yarmuk.

Abu bakar memerintahkan Khalid bin Walid untuk membawa sebagian


anak buahnya guna membantu mereka. Pada saat itu, pasukan islam
berjumlah 39.000 orang. Adapun tentara Romawi diperkuat oleh sekitar
240.000 orang. Pada bulan jumadilakhir 13 H, bertepatan dengan bulan
Agustus 634 M, pecahlah Perang Yarmuk antara pasukan Islam dan
Romawi. Dengan strategi yang jitu, Khalid mengatur anak buahnya
sehingga jumlah besar dari tentara Romawi dapat ditandingi dan dapat
diredam kehebatannya.
Pengembangan wilayah pada masa Abu Bakar berlangsung dari 12-13
H. Wilayah-wilayah yang dapat ditaklukkan pada masa khalifah pertama
ini antara lain, Ubullah, Lembah M esopotamia, Hirah, Dumat al-Jandal.
Sebagian daerah yang berbatasan dengan Palestina, perbatasan Suriah,
dan sekitarnya.

Abu Bakar as-Siddiq merintah selama 2 tahun 3 bulan. Setelah


memderita sakit selama 15 hari, ia pulang kerahmatullah pada usia 62
tahun. Tepatnya, pada tanggal 2 jumadilakhir 13 H. Jenazahnya
dimakamkan di samping makam Rasulullah saw.

B. Strategi Dakwah Umar Bin Khattab

1. Memilih Panglima Pasukan Islam Yang Tepat

Pada saat kaum muslimin berada di medan perang yang bergejolak,


tiba-tiba datang seorang kurir, yang bernama Mahmiyah bin Zunaim. Ia
datang dari Madinah dengan membawa dua berita yang mengejutkan.
Pertama adalah informasi tentang wafatnya Abu bakar dan pengangkatan
Umar bin Khattab sebagai khalifah yang menggantikannya. Kabar kedua
memberitakan bahwa pemimpin Islam yang baru tersebut memutuskan
untuk memberhentikan Khalid bin Walid dari jabatan panglima tertinggi
dan sebagai penggantinya ditunjuk Abu Ubaidah bin Jarrah. Alasan utama
pemberhentian itu adalah adanya kecenderungan tentara Islam untuk
mengagungkan panglimanya.

Setelah perang usai, jabatan panglima tertinggi pasukan islam


diserahterimakan dari Khalid bin Walid kepada Abu Ubaidah bin Jarrah.
Khalid bin Walid tetap ikut dalam ekspedisi dan bertempur sebagai tentara
biasa. Pada suatu hari ketika ditanya tentang penggantian dan partisipasi
mereka dalam perang selanjutnya, Khalid menjawab “Saya berjihad bukan
karena Umar, tetapi karena Allah”
Di bawah Pimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah, satu demi satu wilayah
kekuasaan Romawi dapat ditundukkan. Kota Damaskus pun segera dapat
dikuasai. Kota-kota lain, seperti Hims, Qinnisrin, Laziqiyah, Halb, yang
semua terletak di Suriah utara dan Akka, Yaffa, serta Khazzah, yang
terletak dibagian selatan dari wilayah Asia Kecil jatuh ke tangan pasukan
Islam.

Gerak maju tentara itu selanjutnya diarahkan untuk merebut palestina.


Pada musim semi 638 M, sebuah delegasi keluar dari kota dengan misi
damai. Dalam perundingan antara kedua belah pihak disepakati
penyerahan Yerussalem dengan tiga syarat. Pertama, disepakati adanya
gencatan senjata antara kedua belah pihak. Kedua, Yerussalem hanya
akan diserahkan kepada penguasa tertinggi dari pihak Islam. Ketiga,, sisa
pasukan Romawi yang ada diizinkan pergi menuju Mesir taanpa
hambatan dari pihak Islam.

Khalifah Umar bin Khattab menyetujui perjanjian itu dan segera


berangkat ke Palestina. Penyerahan kota suci itu dilakukan oleh Patriach
Sophorius kepada Khalifah Umar bin Khattab.

Pada tahun 639 M, satu demi satu daerah yang berada di baeah
kekuasaan Mesir ditundukkan. Dengan jatuhnya Iskandariyah, ibu kota
Mesir waktu itu. Mukaukis, penguasa wilayah tersebut menyatakan takluk
dan bersedia membayar jizyah dalam posisinya sebagai ahluz zimmah.
Peristiwa penaklukan itu terjadi pada tahun 642 M.

Pada tahun 637 M, perang besar terjadi antara pasukan Islam dan
Persia. Peristiwa itu terjadi Qadisiyyah, suatu daerah yang terletak di
Hirah.

Pasukan Islam dapat merebut Kota Babilon, yang pernah menjadi


Kerajaan Babilon Kuno. Selanjutnya, ibu kota Persian, Ctesiphon, dapat
dikuasai setelah terjadinya pengepungan selama 3 bulan. Pada tahun 843
M, daerah al-Jibal, Merv, Ahwaz, Sussa, Nihawan, dan lainnya yang
terletak di Persia Utara dapat di taklukkan. Demikian juga wilayah
diseberang Sungai Amu Dariya, seperti Tabaristan dan Azerbaijan
berhasil ditundukkan. Begitupun dengan Khurasan, Balkan, Naisabur, Dan
daerah lainnya di Persia bagian timur.

Strategi kepemimpinan Umar bin Khattab lebih meminitikberatkan pada


perluasan willayah kekuasaan islam. Pada masa Umar bin Khattab
kekuasaan Islam terbentang dari Tripoli (Afrika barat) di barat sampai ke
Persia di timur dan dari Yaman selatan hingga Armenia di utara.

2. Perluasan Wilayah

Ia melanjutkan kebijakan perang yang telah dimulai oleh Khalifah Abu


Bakar untuk menghadapi tentara Sasania dan Byzantium, baik di Timur,
Utara, maupun di Barat, Ada beberapa sebab mengapa Umar bin Khattab
melakukan ekspansi kewilayah-wilayah tersebut di antaranya sebagai
berikut.

Letak geografis Persia, Syam, Irak, ataupun Mesir yang merupakan


wilayah perbatasan dengan pemerintahan Islam. Daerah Byzantium
terletak sebelah Barat laut dari Arab terdiri dari, Syiria, Palestina,
Yordania, dan Mesir. Sedangkan Kota Damaskus pada saat itu juga
merupakan tempat penting bagi jalur perdagangan Internasional. Mereka
memperebutkan pelabuhan yang kaya dan damai di Alexanderia dengan
Byzatium dan Romawi.

Strategi dakwah Islam lain yang dilakukan oleh Umar bin Khattab
adalah melakukan reformasi dalam pemerintahan. Dalam
pemerintahannya, terdapat Majelis Syura. Bagi Umar bin Khattab, tanpa
musyawarah maka pemerintahan itu tidak akan Berjalan.

Di sisi lain, Umar bin Khattab bukan hanya menekankan sikap


nasionalisme Arab, demi kekuasaan dan kesatuan negara, juga yang
paling utama bahwa di negeri Arab tidak akan ada kepercayaan atau
kesetiaan selain Islam. Dakwah Islam pada masa kekuasaan Umar bin
Khattab telah menyebar keseluruh wilayah Persia bahkan menyentuh
sebagian India dan Sentral Asia serta willayah kekuasaan Byzantium,
Syam, dan mesir.

3. Jasa-Jasa Umar bin Khattab dalam Perkembangan Islam

a. Pada tahun 14 H, Umar bin Khattab menaklukkan Damakus


dengan jalan damai dan peperangan.
b. Pada tahun 15 H, Umar bin Khattab menaklukkan Yordania dengan
cara peperangan kecuali wilayah Tabariyah yang di buka dengan
jalan damai.
c. Pada tahun 16 H, Umar bin Khattab menaklukkan kota al-Madain,
al-Ahwaz, dan Tikrit
d. Pada tahun 17 H, Umar bin Kattab menaklukkan kota Ahwaz
dengan cara damai.
e. Pada tahun 18 H, Umar bin Khattab menaklukkan jundisabur
dengan cara damai dan Kota Halwan melalui peperangan.
f. Pada tahun 20 H, Umar bin Khattab menaklukkan Mesir dengan
cara damai, kecuali Alexandria dengan cara perang.
g. Pada tahun 21 H, Alexandria, Nahawand, dan Barqah ditaklukkan
oleh Umar dengan cara peperangan
h. Pada tahun 22 H, Umar bin Khattab berhasil menaklukkan
Azerbaijan dengan cara damai. Adapun kota Daynawar, Masibzan,
Hamzan, Tripoli, Ray, Askar, dan Qaumas ditaklukkam dengan
jalan peperangan.
i. Pada tahun 23 H, Umar bin Khattab membuka kota Karman,
Sajistan, Makran, berupa daerah pegunungan, dan Asfahan.
C. Strategi Dakwah Usman bin Affan

Strategi dakwah Usman bin Affan pada tahap awal mengikuti jejak
Khalifah sebelumnya. Oleh karena itu, pada paruh pertama masa
pemerintahannya, keputusan-keputusan yang dibuat merupakan
kelanjutan dari kebijakan Khalifah sebelumnya, namun, pada paruh
kedua, Usman bin Affan mulai mengubah gaya pemerintahannya, yakni
penggantian hampir semua gubernur yang di angkat Umar bin Khattab.
Akibatnya, timbul gejolak masyarakat karena penguasa baru menetapkan
peraturan yang memberatkan mereka, terutama Mesir. Selain Mesir,
daerah yang bergolak adalah Azerbaijan dan Amernia.

a. Memadamkan Api Pemberontakan

Pemberontakkan oleh kekuatan rakyat yang kecewa atas kebijakan


Usman pada awalnya mampu mengalahkan pasukan pemerintahan. Di
tinjau dari strategi kepemimpinannya, Usmam bin Affan tidak jauh
berbeda dengan Umar bin Khattab. Yang menjadi perbedaan adalah
pengantian beberapa gubernur sehingga menimbulkan gejolak dan di
nilai mementingkan hubungan kerabat dalam pengangkatan. Benarkah
Usman bin Affan melakukan nepotisme?

Terdapat beberapa alasan yang dapat ditarik kesimpulan bahwa


Usman tidak nepotisme, yakni sebagai berikut
a. Para gubernur yang di angkat Usman bin Affan tidak semua
familinya. Ada yang saudara atau anak asuh, dan saudara susuan,
ada pula saudara tiri.
b. Usman bin Affan mengangkat familinya, tentu ia menghukum yang
bersalah setelah diberhentikan, mereka justru tidak di
pertahankan, bahkan Walid bin Uqbah setelah di berhentikan dan
dihukum, sebaliknya melakukan propaganda dan pembangkangan
terhadap negara, yang memobilitasasi massa yang di akhiri
dengan membunuh Usman bin Affan.
c. Usman bin Affan mengangkat Walid bin Abdullah menjadi amir
pada tahun ketika kekuasaannya.
d. Meskipun sebagian pejabat diangkat dikalangan keluarganya,
tetapi semuanya punya reputasi tinggi dan memiliki kemampuan.
Pengangkatan mereka itu berdasarkan pada profesionalisme
kinerja.

Kelemahan Khalifah Usman bin Affan dalam strategi kepemimpinan


adalah lanjut usia dan mudah ditundukkan pada tuntutan para
pembangkang. Di sinilah, perbedaan strategi kepemimpinan Usman bin
Affan, disamping itu Abu Bakar dan Umar berasal dari Bani Hasyim,
sedangkan Usman bin Affan berasal dari Bani Umayah, suku besar dan
suku populis.

2. Perluasan Wilayah Islam

Daerah-daerah yang berhasil ditaklukkan pada masa ini antara lain,


Barqah, Tripoli bagian barat, Nubia (daerah di utara Sudan), dan Tunis,
yang semuanya terletak di Afrika.

Adapun dalam perluasan kedaerah timur, pasukan Islam berhasil


menundukkan Armenia Utara, beberapa bagian dari Tabaristan yang
belum ditaklukkan sebelumnya, daerah-daerah diseberang Sungai Jihun,
Baktria, Kabul, Ghazna, dan Turkistan, yang semuanya terletak di Asia
Tengah. Pada masa ini pasukan Islam mulai membangun angkatan laut,
yang kemudian berhasil menaklukkan Pulau Cyprus dan Rhodes.

Dengan strategi yang tepat, penguasa ini berhasil membebaskan ibu


kota Mesir dari cengkeraman tentara Romawi. Peristiwa tersebut terjadi
pada tahun 25 H/645 M.

Pada tahun 27 H/647 M, pasukan Islam bergerak menuju Tripoli, yang


saat itu telah direbut pasukan Romawi. Dengan demikian, ekspedisi itu
lebih bersifat sebagai upaya untuk merebut kembali daerah yang telah
dikuasi sebelumnya.

Sejauh ini, pasukan Islam berjaya di daratan. Namun demikian, mereka


tidak memiliki armada laut sehingga kota-kota pantai sering diganggu
angkatan laut Romawi. Kenyataan tersebut telah mendorong Mu’awiyah
bin Abu Sufyan, Gurbernur Suriah, untuk membangun suatu armada yang
kuat. Atas izin khalifah, kekuatan laut yang dibentuknya digerakkan untuk
menggempur pasukan Romawi.

Dalam pertempuran laut yang hebat itu, armada muslim mampu


menunjukkan kekuatannya. Pada tahun 28 H/648 M, mereka berhasil
menaklukkan Pulau Cyprus. Setahun kemudian, Pulau Rhodes juga
berhasil direbut dari tangan Romawi.

Pada masa akhir pemerintahannya, kekuasaan Usman bin Affan


membentang dari Tripoli dari barat sampai seluruh Asia Tengah di Timur
dan dari Yaman di selatan sampai Armenia Utara, Azebaijan, dan
Turkistan Utara. Ia wafat pada bulan haji tahun 35 H. Dalam usia 82 tahun
setelah menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Ia dimakamkan
dikuburan Baqi di Madinah.

D. Strategi Dakwah Ali bin Abi Talib


Pada masa Ali bin Abi Talib dinobatkan sebagai khalifah
dikalangan muslimin tengah disibukkan oleh perpecahan.
Seluruh waktunya dicurahkan untuk menyelesaikan masalah
tersebut sehingga sangat sedikit perluasan wilayah,
sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah sebelumnya.

1. Takhim atau Arbitrase

Peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah kekhalifahan Ali


bin Abi Talib adalah Waqi’ah al-Jamal atau perang unta.
Dinamakan Waqi’ah al-Jamal atau perang unta karena
panglima perang itu mengendarai unta. Ia adalah Aisyah, salah
seorang istri Rasulullah saw.

Aisya dibantu oleh Zubair bin Awwam dan Talhah bin


Ubaidillah melancarkan serangan kepada Ali bin Abi Talib.
Ketiga tokoh itu menuntut kepada Ali bin Abi Talib untuk
mengusut tuntas atas pembunuhan Usman bin Affan sebelum
mereka memberi baiat.

Ali bin Abi Talib tidak segera menyelesaikan pengusutan


tersebut. Akhirnya, pasukan yang dipimpin Aisyah pada 36
H/657 M diberangkatkan dari Mekah menuju Basrah.

Bentrok antara pasukan Ali bin Abi Talib dan pasukan


Aisyah merupakan tragedi pertama dalam sejarah umat islam.
Talhah bin Ubaidillah terpanah dan meninggal dunia dalam
perjalanan mengundurkan diri. Zubair bin Awwam terbunuh
pada akhir pertempuran. Adapun Aisyah di kembalikan ke
Madinah dengan penuh penghormatan.
Tragedi tersebut adalah awal perpecahan yang terjadi dalam
sejarah Islam. Tragedi berikutnya adalah terjadinya Perang
Siffin. Perang Siffin terjadi kantara Khalifah Ali bin Abi Talib dan
Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Perang Siffin adalah perang kedua
pada masa Khalifah Ali bin Abi Talib. Perang itu di akhiri
dengan diadakannya tahkim atau arbitrase. Tahkim adalah
perjanjian damai antara kedua belah pihak yang sedang
berperang. Hasil arbitrase adalah untuk sementara waktu, tidak
ada kekhalifahan dan akan ditentukan berikutnya siapa yang
berhak menduduki jabatan khalifah.

2. Fenomena Syiah

Syiah menurut bahasa berarti golongan, kelompok, atau


pengikut suatu aliran. Adapun istilah Syiah mengandung arti
pengikut yang sangat mencintai Ali bin Abi Talib serta
keturunannya yang merupakan ahlubait.

Dalam perkembangan selanjutnya, Syiah terbagi menjadi


beberapa aliran, seperti Gulat, Imamiyah, dan Zaidiah. Namun
demikian, sebagai aliran Syiah, ketiganya mempunyai
kesamaan, yaitu mengakui Ali bin Abi Talib sebagai imam yang
memiliki kelebihan-kelebihan khusus.

Adapun yang dimaksud dengan Gulat adalah berlebih-


lebihan. Syiah Gulat artinya adalah kelompok Syiah yang
cenderung memiliki keyakinan yang berlebihan terhadap Ali bin
Abi Talib dan para imam lainnya. Sementara itu, Syiah Zaidiah
merupakan kelompok yang menjadi pengikut Zaid bin Ali Zainal
Abidin bin Huisen bin abi Ali bin Abi Talib.

3. Fenomena Khawarij

Khawarij merupakan bentuk jamak dari kharij, artinya yang


keluar. Dengan demikian, istilah ini menuurut bahasa artinya
orang-orang yang keluar. Adapun secara istilah, kata tersebut
bermakna orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi
Talib, karena mereka tidak puas dengan hasil tahkim.

Kelompok Khawarij ini kemudian dihadapi oleh pasukan Ali


bin Abi Talib di Nahrwan yang melibatkan 65.000 orang. Dalam
peristiwa Nahrwan itu menewaskan 30.000 orang Khawarij.
Mereka beranggapan bahwa peristiwa tersebut sepadan
dengan peristiwa yang terjadi di Karbala semasa Yazid bin
Muawiyah.

Ali bin Abi Talib memerintah selama 4 tahun 9 bulan, yaitu


dari bulan Zulhijah tahun 36 H/656 M sampai bulan ramadhan
tahun 41 H/661 M . Ia meninggal pada usia 63 tahun karena
dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam. Dengan wafatnya Ali
bin Abi Talib, berakhirlah masa kekhalifahan Khulafaur
Rasyidin.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perlu dijelaskan bahwa khilafah yang timbul setelah wafatnya Rasulullah
tidak berbentuk kerajaan, dalam arti kepala negara dipilih, dan tidak
didasarkan turun-temurun.
Tampilnya Abu Bakar al-Shidiq sebagai khalifah (11 H/632 vM-13 H/634 M)
merupakan awal terbentuknya pemerintahan model khilafah dalam sejarah
Islam yang berpusat di Madinah.
Sepeninggal Abu Bakar al-Shidiq, Umar bin al-Khattab mendapat
kepercayaan sebagai khalifah kedua. Tampilnya Umar sebagai khalifah kedua
(13 H/634 M-23 H/644 M) tidak melalui pemilihan dalam satu forum
musyawarah terbuka, tetapi melalui penunjukkan atau wasiat oleh
pendahulunya.
Sementara itu, Usman bin Affan menjadi khalifah ketiga (23 H/644M-
35H/656M) dipilih oleh sekelompok orang yang terdiri dari 6 orang yang
ditentukan Umar sebelum wafat. Pasca wafatnya Umar, keenam orang
tersebut berkumpul untuk bermusyawarah. Atas inisiatif Abdurrahman ibn
Auf, terjadilah permusyawarahan yang akhirnya sepakat memilih Usman bin
Affan sebagai pengganti Umar bin Khattab dengan pertimbangan lebih tua
dan lebih lunak sifatnya. Pasca pembunuhan Usman oleh para pemberontak,
Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah melalui pemilihan. Tetapi proses
pemilihan itu menurut Munawir Syadzali jauh dari sempurna.  Semasa
kepemimpinannya Ali memerintah selama 5 tahun (35 H/656 M-40 H/660 M)
dan di akhir kepemimpinannya ia pun terbunuh oleh para pemberontak.
Ciri yang menonjol dari sisitem pemerintahan yang mereka jalankan
terletak pada mekanisme musyawarah bukan dari turun temurun. Tidak ada
satupun dari 4 khalifah tersebut  yang menurunkan kekuasannya pada sanak
kerabatnya. Musyawarah menjadi cara yang ditempuh dalam menjalankan
kekuasaan sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah SAW.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai