SKI
Jar’anah, S.Pd.i
Disusun Oleh:
Kelompok I
M. Jainal Arifin
M.shalahudin
Siti Aminah
MATARAMAN
SEMESTER GENAP
Syukur alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt., yang maha pengasih
lagi maha penyayang, atas segala rahmat, hidayah, dan inayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Dakwah Islam
Masa Khulafaur Rasyidin dalam bentuk yang sederhana.
.Makalah Dakwah Islam Masa Khulafaur Rasyidin ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang turut berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................ii
BAB I..........................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................2
C. Tujuan...................................................................................2
PEMBAHASAN..........................................................................
BAB III........................................................................................
PENUTUP...................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................
B. Saran.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Khulafaur Rasyidin merupakan para pemimpin ummat Islam setelah Nabi
Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar
ibn Khattab, Utsman ibn Affan Radhiallahu Ta’ala anhum, dan Ali ibn Abi
Thalib Karamallahu Wajhahu dimana sistem pemerintahan yang diterapkan
adalah pemerintahan yang Islami karena berundang-undangkan dengan Al-
Qur’an dan As-Sunnah.
Nabi Muhammad Shallallahu’Alaihi Wasallam tidak meninggalkan wasiat
tentang siapa yang akan menggantikan Beliau Shallallahu’Alaihi Wasallam
sebagai pemimpin politik umat Islam setelah Beliau Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam wafat.
Nabi Muhammad SAW nampaknya menyerahkan persoalan tersebut
kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya.
Karena itulah, tidak lama setelah Beliau wafat, jenazahnya belum segera
dimakamkan. Sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar malah disibukkan
berkumpul di balai kota Bani Sa'idah, Madinah. Mereka menggelar
musyawarah siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin umat Islam
pengganti Nabi Muhammad SAW.
Musyawarah itu berjalan cukup alot, karena masing-masing pihak, baik
Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin
umat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi,
akhirnya, Abu Bakar Radhiallahu’anhu terpilih.
Tampaknya, semangat keagamaan Abu Bakar Radhiallahu’anhu mendapat
penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak
menerima dan membaiatnya.
Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu
disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul Allah) yang dalam
perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin
yang diangkat sesudah Nabi Muhammad SAW wafat, untuk menggantikan
Beliau dalam melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama, dan kepala
pemerintahan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi Dakwah Abu Bakar as-Sidiq
2. Bagaimana Strategi Dakwah Umar bin Khattab
3. Bagaimana Strategi Dakwah Umar bin Affan
4. Bagaimana Strategi Dakwah Ali bin Abi Talib
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan Strategi Dakwah Abu Bakar as-Sidiq
2. Untuk menjelaskan Strategi Dakwah Umar bin Khattab
3. Untuk menjelaskan Strategi Dakwah Umar bin Khattab
4. Untuk menjelaskan Strategi Dakwah Ali bin Abi Talib
BAB II
PEMBAHASAN
Strategi dakwah yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah menjaga
stabilitas negara dan pengembangan agama islam. Hal pertama yang
dilakukan oleh Abu Bakar adalah mengirim pasukan hang dipimpin
Usamah bin Zaid. Pasukan ini bertugas memerangi pasukan Romawi
yang menguasai perbatasan Suriah.
Pada masa awal pemerintahan Abu Bakar, ada tiga masalah besar
yang dihadapi, yaitu adanya kaum murtadin (kaum riddah), munculnya
nabi-nabi palsu, dan kelompok yang ingkar membayar zakat. Untuk
mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar
membentuk sebelas pasukan. Adapun kesebelas panglima dan tugasnya
adalah sebagai berikut.
Dengan sikap yang teguh, pendirian kuat, keberanian, dan keyakinan
pada kebenaran misi tersebut, kesebelas pasukan itu melaksanakan
tugas dengan baik. Akhirnya, suku-suku yang memberontak dapat
dikembalikan keajaran Islam.
a. Penaklukan Persia
Abu bakar terlebih dahulu menaklukkan Persia. Pada bulan Muharam
tahun 12H/633 M, Kota yang menjadi sasaran adalah Uballa. Kota Uballa
terletak di pantai Teluk Persia, yang merupakan pelabuhan penting bagi
imperium Persia.
b. Penaklukan Romawi
Pada tahun 639 M, satu demi satu daerah yang berada di baeah
kekuasaan Mesir ditundukkan. Dengan jatuhnya Iskandariyah, ibu kota
Mesir waktu itu. Mukaukis, penguasa wilayah tersebut menyatakan takluk
dan bersedia membayar jizyah dalam posisinya sebagai ahluz zimmah.
Peristiwa penaklukan itu terjadi pada tahun 642 M.
Pada tahun 637 M, perang besar terjadi antara pasukan Islam dan
Persia. Peristiwa itu terjadi Qadisiyyah, suatu daerah yang terletak di
Hirah.
2. Perluasan Wilayah
Strategi dakwah Islam lain yang dilakukan oleh Umar bin Khattab
adalah melakukan reformasi dalam pemerintahan. Dalam
pemerintahannya, terdapat Majelis Syura. Bagi Umar bin Khattab, tanpa
musyawarah maka pemerintahan itu tidak akan Berjalan.
Strategi dakwah Usman bin Affan pada tahap awal mengikuti jejak
Khalifah sebelumnya. Oleh karena itu, pada paruh pertama masa
pemerintahannya, keputusan-keputusan yang dibuat merupakan
kelanjutan dari kebijakan Khalifah sebelumnya, namun, pada paruh
kedua, Usman bin Affan mulai mengubah gaya pemerintahannya, yakni
penggantian hampir semua gubernur yang di angkat Umar bin Khattab.
Akibatnya, timbul gejolak masyarakat karena penguasa baru menetapkan
peraturan yang memberatkan mereka, terutama Mesir. Selain Mesir,
daerah yang bergolak adalah Azerbaijan dan Amernia.
2. Fenomena Syiah
3. Fenomena Khawarij
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perlu dijelaskan bahwa khilafah yang timbul setelah wafatnya Rasulullah
tidak berbentuk kerajaan, dalam arti kepala negara dipilih, dan tidak
didasarkan turun-temurun.
Tampilnya Abu Bakar al-Shidiq sebagai khalifah (11 H/632 vM-13 H/634 M)
merupakan awal terbentuknya pemerintahan model khilafah dalam sejarah
Islam yang berpusat di Madinah.
Sepeninggal Abu Bakar al-Shidiq, Umar bin al-Khattab mendapat
kepercayaan sebagai khalifah kedua. Tampilnya Umar sebagai khalifah kedua
(13 H/634 M-23 H/644 M) tidak melalui pemilihan dalam satu forum
musyawarah terbuka, tetapi melalui penunjukkan atau wasiat oleh
pendahulunya.
Sementara itu, Usman bin Affan menjadi khalifah ketiga (23 H/644M-
35H/656M) dipilih oleh sekelompok orang yang terdiri dari 6 orang yang
ditentukan Umar sebelum wafat. Pasca wafatnya Umar, keenam orang
tersebut berkumpul untuk bermusyawarah. Atas inisiatif Abdurrahman ibn
Auf, terjadilah permusyawarahan yang akhirnya sepakat memilih Usman bin
Affan sebagai pengganti Umar bin Khattab dengan pertimbangan lebih tua
dan lebih lunak sifatnya. Pasca pembunuhan Usman oleh para pemberontak,
Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah melalui pemilihan. Tetapi proses
pemilihan itu menurut Munawir Syadzali jauh dari sempurna. Semasa
kepemimpinannya Ali memerintah selama 5 tahun (35 H/656 M-40 H/660 M)
dan di akhir kepemimpinannya ia pun terbunuh oleh para pemberontak.
Ciri yang menonjol dari sisitem pemerintahan yang mereka jalankan
terletak pada mekanisme musyawarah bukan dari turun temurun. Tidak ada
satupun dari 4 khalifah tersebut yang menurunkan kekuasannya pada sanak
kerabatnya. Musyawarah menjadi cara yang ditempuh dalam menjalankan
kekuasaan sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah SAW.
DAFTAR PUSTAKA