KHULAFAUR RASYIDIN
Sejarah Kebudayaan Islam
Disusun Oleh :
Kelompok III
Muzib
Muhammad Royani
Ahmad Aziz
Andriano
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang. telah
Melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Sejarah kebudayaan Islam tentang Dakwah Islam
Masa Khulafaur Rasyidin
Makalah Dakwah Islam Masa Khulafaur Rasyidin ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Makalah Dakwah Islam Masa
Khulafaur Rasyidin ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Penulis
Kelompok III
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… i
BAB I PENDAHULUAN………………………..…………………….………. 1
A. Latar Belakang………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….. 2
C. Tujuan Penulis………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………. 3
A. Simpulan……………………………………………………………….. 15
B. Saran……………………………………………………………………. 16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 17
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi Dakwah Abu Bakar as-Siddiq ?
2. Bagaimana Strategi Dakwah Umar bin Khattab ?
3. Bagaimana Strategi Dakwah Usaman bin Affan ?
4. Bagaimana Strategi Dakwah Ali bin Abi Talib ?
C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui perjuangan dakwah para khalifah masa dulu
2. Untuk menambah pengetahuan
3. Untuk Mengenang tentang Dakwah para khalifah dulu
4. Untuk menambah wawasan para pembaca dan pendengarnya
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada masa awal pemerintahan Abu Bakar, ada tiga masalah besar yang
dihadapi. yaitu adanya kaum murtadin (kaum riddah), munculnya nabi-
nabi palsu, dan kelompok yang ingkar membayar zakat. Untuk
mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar
membentuk sebelas pasukan dengan pemimpinnya masing-masing. Setiap
panglima pasukan mendapat perintah untuk mengembalikan keamanan
dan stabilitas daerah yang ditentukan.
Adapun kesebelas panglima dan tugasnya adalah sebagai berikut.
3
b. Ikrimah bin Abu Jahal diberi tugas untuk memerangi Musailamah al-
Kazzab, seorang kepala suku yang mengaku sebagai nabi, Gerakan itu
muncul di daerah Bani Hanifah yang terletak di pesisir timur Arab
(masih termasuk wilayah Yamamah).
c. Syurahbil bin Hasanah mendapat tugas membantu Ikrimah. sebagai
pasukan cadangan. Jika tugasnya selesai, ia dan tentaranya
diperintahkan langsung menuju pusat wilayah Yamamah.
d. Muhajir bin Umayyah diutus untuk menundukkan sisa-sisa pengikut
Aswad al-Ansi (orang pertama yang mengaku sebagai nabi) di Yaman.
Selanjutnya, ia harus menuju ke Hadramaut untuk menghadapi
pemberontakan yang dipimpin Kais Di Maksyuh di Jazirah Arab
bagian selatan.
e. Huzaifah bin Muhsin al-Galfani diperintahkan untuk mengamankan
daerah Daba yang terletak di wilayah tenggara, dekat Oman sekarang.
juga karena pemimpin mereka mengaku sebagai nabi.
f. Arfajah bin Harsamah ditugaskan untuk mengembalikan stabilitas
daerah Muhrah dan oman yang terletak di pantai selatan Jazirah Arab.
Mereka membangkang terhadap membangkang kepemimpinan Islam
di bawah Khalifah Abu Bakar.
g. Suwaib bin Muqarin diperintahkan untuk mengamankan daerah
Tihamah yang terletak di sepanjang pantai Laut Merah. Mereka juga
membangkang terhadap kepemimpinan Abu Bakar.
h. Al-Alla' bin Hadrami mendapat tugas ke daerah kekuasaan kaum
Riddah yang terletak di wilayah Bahrain. Mereka memberontak
terhadap kepemimpinan Islam di Madinah
i. Amru bin Ash diutus ke wilayah suku Kuda’ah dan Wadi' ah yang
terletak di barat laut Jazirah Arab. Mereka pun membelot terhadap
kepemimpinan Islam.
j. Khalid bin Sa’id mendapat tugas menghadapi suku-suku besar bangsa
Arab yang ada di wilayah tengah bagian utara sampai ke perbatasan
Suriah dan Irak yang juga menunjukkan pembangkangan terhadap
kekuasaan Islam.
k. Ma'an bin Hijaz mendapat tugas untuk menghadapi kaum Riddah yang
berasal dari suku Salim dan Hawazin di daerah Ta'if yang
membangkang terhadap kepemimpinan Islam.
4
3. Perluasan Wilayah Islam
1. Penaklukan Persia
Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan Persia. Pada bulan
Muharam tahun 12 H/633 M, ekspedisi ke luar Jazirah Arab dimulai.
Musanna dan pasukannya yang dikirim ke Persia menghadapi perlawanan
sengit dari tentara Kerajaan tersebut. Mengetahui hal itu, Abu Bakar
segera memerintahkan Khalid bin Walid yang sedang berada di Yamamah
untuk membawa pasukannya membantu Musanna. Gabungan kedua
pasukan itu segera bergerak menuju wilayah Persia. Kota yang menjadi
sasaran adalah Uballa. Kota Uballa terletak di pantai Teluk Persia, yang
merupakan pelabuhan penting bagi imperium Persia.
Pasukan Khalid menyerbu Kota Uballa dengan mengerahkan 18.000
personel. Dalam penyerangan itu pasukan Persia berhasil diporak-
porandakan. Perang itu dalam sejarah Islam disebut dengan Mauqi’ah Zat
as-Salasil, artinya Peristiwa Untaian Rantai.
Pada setiap wilayah yang berhasil ditundukkan itu, Khalid
mengangkat seorang amir (kepala wilayah) yang bertugas mengatur
pemerintahannya. Penduduk setempat diberi kebebasan untuk memeluk
Islam atau tetap dalam agama semula. Bagi mereka yang memilih dalam
keyakinannya diberi perlindungan keamanan. Sebagai imbalannya, mereka
diwajibkan membayar jizyah. Seluruh penduduk kota menuntut damai
dengan pasukan Khalid dengan syarat membayar jizyah sebanyah 1.000
dirham. Kesepakatan damai itu terjadi pada bulan Rajab, ditandatangani
oleh Busbuhra bin Saluba. Khalid menerima perdamaian itu serta
menuliskan untuk mereka sebagai jaminan keamanan.
2. Penaklukan Romawi
5
Romawi. Oleh karena itu, Abu Bakar memutuskan untuk menaklukkan
Romawi.
Pada saat Kekuasaan Abu Bakar, Romawi menguasai daerah Suriah
dan Palestina. Padahal, wilayah Suriah dan Palestina berbatasan langsung
dengan kekuasaan Islam. Suriah dan Palestina letak geografisnya demikian
strategis dinilai dapat menjadi ancaman bagi keamanan kaum muslim.
Oleh karena itu, untuk menjaga keselamatan mereka, kekuatan asing
tersebut harus ditaklukkan. Dalam upaya penaklukkan itu maka jalan yang
harus ditempuh adalah dengan memerangi imperium Romawi tersebut.
Dalam rangka penaklukan Kerajaan Romawi itu, Abu Bakar
membentuk empat pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang
panglima dengan tugas menundukkan daerah yang ditentukan. Keempat
kelompok tentara dan panglimanya itu adalah sebagai berikut.
1) Abu Ubaidah bin Jarrah bertugas ke daerah Homs, Suriah Utara, dan
Antiokia.
2) Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah
Palestina yang saat itu berada di bawah kekuasaan Romawi Timur.
3) Syurahbil bin Hasanah diberi wewenang menundukkan Tabuk dan
Yordania.
4) Yazid bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan
Damaskus dan Suriah Selatan.
6
B. Strategi Dakwah Umar bin Khattab
7
melanjutkan perluasan Islam yang telah dilakukan oleh Abu Bakar. Pada
masa Umar bin Khattab kekuasaan Islam terbentang dan Tripoli (Afrika
Utara) di barat sampai ke Persia di timur dan dari Yaman selatan hingga
Armenia di utara. Dalam kurun waktu 10 tahun, daerah yang dikuasai
umat Islam bertambah secara spektakuler.
8
3. Jasa-Jasa Umar bin Khattab dalam perkembangan Islam
9
C. Strategi Dakwah Usman bin Affan
Dalam kebijakan politiknya, Usman bin Affan pada tahap awal
mengikuti jejak khalifah sebelumnya. Oleh karena itu, pada paruh pertama
masa pemerintahannya, keputusan-keputusan yang dibuat merupakan
kelanjutan dari kebijakan khalifah sebelumnya.
Namun, pada paruh kedua, Usman bin Affan mulai mengubah gaya
pemerintahannya. Hal itu tampak dengan penggantian hampir semua
guberur yang diangkat Umar bin Khattab. Akibatnya, timbul gejolak
masyarakat karena penguasa baru menetapkan peraturan yang
memberatkan mereka, terutama di Mesir. Selain Mesir, daerah yang
bergolak adalah Azerbaijan dan Armenia. Sikap Usman bin Affan sebagai
pemimpin yang baru ini justru telah menimbulkan pemberontakan ole
penduduk setempat.
10
mulai memanas pada masanya yang dimanfaatkan oleh kalangan
Umayah yang oportunis.
Setelah memangku jabatan Khalifah, Ali bin Abi Talib disibukkan oleh
perpecahan yang terjadi di kalangan umat Islam. Seluruh waktunya
dicurahkan untuk menyelesaikan masalah tersebut schingga perluasan
wilayah sangat sedikit sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah
sebelumnya.
Pengangkatan Ali bin Abi Talib sebagai khalifah dilaksanakan dalam
suasana yang masth Kacau karena terbunuhnya Usman bin Affan. Ketika
itu ibu kota negara berada dalam kendali para pemberontak. Ali bin Abi
Talib ditetapkan sebagai penguasa atas desakan dari para pemberontak.
Banyak sahabat terkemuka yang menyatakan persetujuannya dengan tidak
sepenuh hati.
11
atau Perang Unta karena panglima perang itu mengendarai unta. la
adalah Aisvah, salah seorang istri Rasulullah saw.
Aisyah dibantu oleh Zubair bin Awwam dan Talhah bin
Ubaidillah melancarkan serangan kepada Ali bin Abi Talib. Ketiga
tokoh itu menuntut kepada Ali bin Abi Talib untuk mengusut tuntas
atas pembunuhan Usman bin Affan sebelum mereka memberi baiat.
Ali bin Abi Talib tidak segera menyelesaikan pengusutan
tersebut. Akhimya, pasukan yang dipimpin Aisyah pada 36 H/657 M
diberangkatkan dari Mekah menuju Basrah. Mendengar berita itu, Ali
bin Abi Talib segera mengerahkan pasukan untuk membendung
gerakan mereka. Bentrok kedua pasukan tersebut tidak dapat
dihindarkan.
Bentrok antara pasukan Ali bin Abi Talib dan pasukan Aisyah itu
merupakan tragedi pertama dalam sejarah umat Islam, sepeninggal
Nabi Muhammad saw. Talhah bin Ubaidillah terpanah dan meninggal
dunia dalam perjalanan mengundurkan diri. Zubair bin Awwam
terbunuh pada akhir pertempuran. Adapun Aisyah dikembalikan ke
Madinah dengan penuh penghormatan.
Tragedi tersebut adalah awal perpecahan yang terjadi dalam
sejarah Islam. Tragedi berikutnya adalah terjadinya Perang Siffin.
Perang Siffin terjadi antara Khalifah Ali bin Abi Talib dan Mu'awiyah
bin Abi Sufyan. Perang Siffin adalah perang kedua pada masa
Khalifah Ali bin Abi Talib. Perang itu diakhiri dengan diadakannya
tahkim atau arbitrase. Tahkim adalah perjanjian damai antara kedua
belah pihak yang sedang berperang.
Kesempatan itu justru digunakan Mu'awiyah bin Abi Sufyan
untuk mempro-klamasikan diri sebagai khalifah dengan alasan untuk
mengisi kekosongan jabatan khalifah. Hal itu membuat pengikut Ali
bin Abi Talib terpecah. Perpecahan di kalangan kaum muslimin itu
pada akhirnya memunculkan golongan Syi' ah dan Khawarij.
2. Fenomena Syiah
12
itu diperparah lagi dengan adanya pemberontakan untuk
menggulingkan kekhalifahan Usman bin Affan.
Adapun yang dimaksud dengan Gulat adalah berlebih- lebihan.
Syiah Gulat artinya adalah kelompok Syiah yang cenderung memiliki
keyakinan yang berlebihan terhadap Ali bin Abi Talib dan para imam
lainnya. Sementara itu, Syiah Zaidiah merupakan kelompok yang
menjadi pengikut Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husien bin Ali bin
Abi Talib.
Dalam masalah imamah mereka berpendapat bahwa imam harus
berasal dari Keturunan Ali bin Abi Talib dengan Fatimah binti
Rasulullah saw. Sedangkan yang dimaksud dengan Syiah Imamiyah
adalah kelompok yang sangat mengutamakan doktrin imamah.
Masalah imamah ini dianggap sebagai persoalan penting sehingga
disejajarkan dengan kenabian.
3. Fenomena Khawarij
13
Ali bin Abi Talib memerintah selama 4 tahun 9 bulan, yaitu dari
bulan Zulhijah tahun 36 H/656 M sampai bulan Ramadan tahun 41
H/661 M. la meninggal pada usia 63 tahun karena dibunuh oleh
Abdurrahman bin Muliam. Dengan wafatnya Ali bin Abi Talib,
berakhirlah masa kekhalifahan Khulafaur Rasyidin.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada masa awal pemerintahan Abu Bakar, ada tiga masalah besar yang
dihadapi, yaitu adanya kaum murtadin (kaum riddah), munculnya nabi-
nabi palsu, dan kelompok yang ingkar membayar zakat. Untuk
mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Abu Bakar membentuk sebelas
pasukan untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Di samping itu,
ia juga melanjutkan ekspedisi pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid ke
Romawi.
2. Strategi kepemimpinan Umar bin Khattab lebih menitikberatkan pada
perluasan wilayah kekuasaan Islam. Khalifah Umar bin Khattab
melaniutkan perluasan Islam yang telah dilakukan oleh Abu Bakar. Pada
masa Umar bin Khattab. kekuasaan Islam terbentang dari Tripoli (Afrika
Utara) di barat sampai ke Persia di timur dan dari Yaman selatan hingga
Armenia di utara.
3. Strategi dakwah Usman bin Affan pada tahap awal mengikuti jejak
khalifah sebelumnya.
Oleh karena itu, pada paruh pertama masa pemerintahannya, keputusan-
keputusan yang dibuat merupakan kelanjutan dari kebijakan khalifah
sebelumnya. Namun, pada paruh kedua, Usman bin Affan mulai
mengubah gaya pemerintahannya, yakni penggantian hampir semua
gubernur yang diangkat Umar bin Khattab. Akibatnya, timbul gejolak
masyarakat karena penguasa baru menetapkan peraturan yang
memberatkan mereka, terutama di Mesir. Selain Mesir, daerah yang
bergolak adalah Azerbaijan dan Armenia.
4. Pada masa Ali bin Abi Talib dinobatkan sebagai khalifah di kalangan
muslimin tengah disibukkan oleh perpecahan. Seluruh waktunya
dicurahkan untuk menyelesaikan masalah tersebut sehingga sangat sedikit
perluasan. wilayah, sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah
sebelumnya.
15
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Saleh, Muhammad dan Qasim A. Ibrahim. 2014. Buku Pintar Sejarah Islam Jejak
Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi hingga Masa Kini. Jakarta: Zaman.
Salimi, Ibnu. dkk. 1998. Studi Kemuhammadiyah: Kajian Historis, Ideologi, dan
Orginasasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Suharso dan Ana Retnoningsih. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:
Widya Karya.
Ismail, Faisal. 2003. Paradigma Kebudayaan Islam, Studi Kritis dan Refleksi
Historis. Yogyakarta: Titian Ilahi Press. Jurnal Pemikiran dan Peradaban Islam.
April 2012. Islamia: Jakarta.
17