Anda di halaman 1dari 20

DAKWAH ISLAM MASA

KHULAFAUR RASYIDIN
Sejarah Kebudayaan Islam

Guru Mata Pelajaran:


Jar’anah, S.Pd.I

Disusun Oleh :
Kelompok III
Muzib
Muhammad Royani
Ahmad Aziz
Andriano

MADRASAH ALIYAH (MA)


DARUL HUDA
TAHUN AJARAN SEMESTER GENAP
MEI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang. telah
Melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Sejarah kebudayaan Islam tentang Dakwah Islam
Masa Khulafaur Rasyidin
Makalah Dakwah Islam Masa Khulafaur Rasyidin ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Makalah Dakwah Islam Masa
Khulafaur Rasyidin ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Mataraman, Mei 2023

Penulis
Kelompok III

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………. i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………… i

BAB I PENDAHULUAN………………………..…………………….………. 1

A. Latar Belakang………………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………….. 2

C. Tujuan Penulis………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………. 3

A. Strategi Dakwah Abu Bakar as-Siddiq ………………………………… 3

B. Strategi Dakwah Umar bin Khattab…………………………………….. 7

C. Strategi Dakwah Usaman bin Affan ………………………………… 10

D. Strategi Dakwah Ali bin Abi Talib ……………………………………. 11

BAB III PENUTUP…………………………………………………………… 15

A. Simpulan……………………………………………………………….. 15

B. Saran……………………………………………………………………. 16

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 17

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamin, agama yang


menghendaki ketenteraman bagi umat manusia. Sejalan dengan prinsip
tersebut, dalam Islam digariskan bahwa pemeluknya dilarang memaksa
orang lain untuk menjadi muslim. Hal itu berarti penganut agama Islam
diwajibkan berdakwah atau mengajak masyarakat untuk masuk Islam
dengan sukarela, tanpa paksaan. Tugas seorang muslim dalam berdakwah
adalah mengenalkan agama dan ajarannya. Selanjutnya, apakah
masyarakat akan masuk Islam atau tidak bergantung pada mereka sendiri.
Pada mulanya perang yang dilancarkan kaum muslimin bertujuan
untuk melindungi diri dan dakwah Islam. Jika yang diperangi menyatakan
takluk, maka wilayahnya dimasukkan ke dalam kekuasaan Islam. Pada
tahap selanjutnya, perang bisa bertujuan ganda, yaitu pengembangan
wilayah dan pengamanan dakwah. Dakwah Islam dilakukan di daerah-
daerah taklukan, tetapi pelaksanaannya tidak dengan paksaan. Penduduk
diberi kebebasan untuk masuk Islam atau tetap dalam agamanya.
Berdasarkan pada pemikiran tersebut maka pada zaman al-Khulafa’ al-
Rasyidin penyebaran dakwah Islam lebih banyak dilakukan dalam rangka
perluasan wilayah kekuasaan. Dalam makalah ini akan diuraikan strategi
dakwah yang dilakukan oleh Abu Bakar, Umar bin khattab, Usman bin
affan, dan Ali bin Abi Talib saat menjabat sebagai khalifah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi Dakwah Abu Bakar as-Siddiq ?
2. Bagaimana Strategi Dakwah Umar bin Khattab ?
3. Bagaimana Strategi Dakwah Usaman bin Affan ?
4. Bagaimana Strategi Dakwah Ali bin Abi Talib ?

C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui perjuangan dakwah para khalifah masa dulu
2. Untuk menambah pengetahuan
3. Untuk Mengenang tentang Dakwah para khalifah dulu
4. Untuk menambah wawasan para pembaca dan pendengarnya

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Strategi Dakwah Abu Bakar as-Siddiq

Strategi dakwah yang dilakukan Abu Bakar adalah menjaga stabilitas


negara dan pengembangan Kekuasaan Islam.

1. Abu Bakar Melanjutkan Ekspedisi Pasukan Usamah

Sebenarya, pengiriman pasukan Usamah bin Zaid ke Romawi


merupakan keputusan Rasulullah saw. Karena beliau wafat, Usamah
menunda keberangkatannya dan kembali ke Madinah. Meskipun banyak
sahabat lainnya yang tidak setuju dengan keputusannya. Abu Bakar tetap
mengirimkan Usamah bin Zaid ke Romawi.
Abu Bakar mengumpulkan kaum Ansar dalam menyikapi
permasalahan yang diperselisihkan itu. Pasukan Usamah selama 40 hari
meninggalkan Madinah dalam rangka mengemban tugas untuk
menghadapi para pembangkang terhadap negara yang tidak mau
membayar zakat. Pasukan Usamah pulang dengan membawa kemenangan
dan berhasil menumpas para pemberontak.

2. Penumpasan terhadap Kaum Riddah dan Nabi Palsu

Pada masa awal pemerintahan Abu Bakar, ada tiga masalah besar yang
dihadapi. yaitu adanya kaum murtadin (kaum riddah), munculnya nabi-
nabi palsu, dan kelompok yang ingkar membayar zakat. Untuk
mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar
membentuk sebelas pasukan dengan pemimpinnya masing-masing. Setiap
panglima pasukan mendapat perintah untuk mengembalikan keamanan
dan stabilitas daerah yang ditentukan.
Adapun kesebelas panglima dan tugasnya adalah sebagai berikut.

a. Khalid bin Walid diperintahkan untuk memerangi Tulaihah bin


Khuwailid yang mengaku sebagai nabi dan Malik bin Nuwairah yang
memimpin pemberontakan di al-Battah, suatu daerah di Arab bagian
tengah.

3
b. Ikrimah bin Abu Jahal diberi tugas untuk memerangi Musailamah al-
Kazzab, seorang kepala suku yang mengaku sebagai nabi, Gerakan itu
muncul di daerah Bani Hanifah yang terletak di pesisir timur Arab
(masih termasuk wilayah Yamamah).
c. Syurahbil bin Hasanah mendapat tugas membantu Ikrimah. sebagai
pasukan cadangan. Jika tugasnya selesai, ia dan tentaranya
diperintahkan langsung menuju pusat wilayah Yamamah.
d. Muhajir bin Umayyah diutus untuk menundukkan sisa-sisa pengikut
Aswad al-Ansi (orang pertama yang mengaku sebagai nabi) di Yaman.
Selanjutnya, ia harus menuju ke Hadramaut untuk menghadapi
pemberontakan yang dipimpin Kais Di Maksyuh di Jazirah Arab
bagian selatan.
e. Huzaifah bin Muhsin al-Galfani diperintahkan untuk mengamankan
daerah Daba yang terletak di wilayah tenggara, dekat Oman sekarang.
juga karena pemimpin mereka mengaku sebagai nabi.
f. Arfajah bin Harsamah ditugaskan untuk mengembalikan stabilitas
daerah Muhrah dan oman yang terletak di pantai selatan Jazirah Arab.
Mereka membangkang terhadap membangkang kepemimpinan Islam
di bawah Khalifah Abu Bakar.
g. Suwaib bin Muqarin diperintahkan untuk mengamankan daerah
Tihamah yang terletak di sepanjang pantai Laut Merah. Mereka juga
membangkang terhadap kepemimpinan Abu Bakar.
h. Al-Alla' bin Hadrami mendapat tugas ke daerah kekuasaan kaum
Riddah yang terletak di wilayah Bahrain. Mereka memberontak
terhadap kepemimpinan Islam di Madinah
i. Amru bin Ash diutus ke wilayah suku Kuda’ah dan Wadi' ah yang
terletak di barat laut Jazirah Arab. Mereka pun membelot terhadap
kepemimpinan Islam.
j. Khalid bin Sa’id mendapat tugas menghadapi suku-suku besar bangsa
Arab yang ada di wilayah tengah bagian utara sampai ke perbatasan
Suriah dan Irak yang juga menunjukkan pembangkangan terhadap
kekuasaan Islam.
k. Ma'an bin Hijaz mendapat tugas untuk menghadapi kaum Riddah yang
berasal dari suku Salim dan Hawazin di daerah Ta'if yang
membangkang terhadap kepemimpinan Islam.

Dengan sikap yang teguh, pendirian yang kuat, keberanian, dan


keyakinan pada kebenaran misi tersebut, kesebelas pasukan itu
melaksanakan tugas dengan baik. Sebagian dari pasukan ekspedisi tersebut
dapat menyelesaikan tugas dengan damai tanpa pertumpahan darah.
Namun, sebagian terpaksa menggunakan kekerasan terhadap para
pembangkang. Akhirnya, suku-suku yang memberontak dapat
dikembalikan pada ajaran Islam.

4
3. Perluasan Wilayah Islam

Pemerintahan Abu Bakar sebagai khalifah sangat singkat, hanya 2 tahun 3


bulan. tetapi ia mampu mengamankan negara dari perpecahan dan kehancuran,
baik dikalangan sahabat mengenai persoalan pengganti Nabi Muhammad saw.
maupun tekanan-tekanan yang datang dari luar dan dalam.
Setelah dapat mengembalikan stabilitas keamanan Jazirah Arab, Abu Bakar
beralih pada permasalahan luar negeri. Pada saat itu, di luar kekuasaan Islam
terdapat dua kekuatan adidaya yang dinilai dapat mengganggu keberadaan
Islam, baik secara politis maupun agama. Kedua kerajaan itu adalah Persia
dan Romawi.

1. Penaklukan Persia
Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan Persia. Pada bulan
Muharam tahun 12 H/633 M, ekspedisi ke luar Jazirah Arab dimulai.
Musanna dan pasukannya yang dikirim ke Persia menghadapi perlawanan
sengit dari tentara Kerajaan tersebut. Mengetahui hal itu, Abu Bakar
segera memerintahkan Khalid bin Walid yang sedang berada di Yamamah
untuk membawa pasukannya membantu Musanna. Gabungan kedua
pasukan itu segera bergerak menuju wilayah Persia. Kota yang menjadi
sasaran adalah Uballa. Kota Uballa terletak di pantai Teluk Persia, yang
merupakan pelabuhan penting bagi imperium Persia.
Pasukan Khalid menyerbu Kota Uballa dengan mengerahkan 18.000
personel. Dalam penyerangan itu pasukan Persia berhasil diporak-
porandakan. Perang itu dalam sejarah Islam disebut dengan Mauqi’ah Zat
as-Salasil, artinya Peristiwa Untaian Rantai.
Pada setiap wilayah yang berhasil ditundukkan itu, Khalid
mengangkat seorang amir (kepala wilayah) yang bertugas mengatur
pemerintahannya. Penduduk setempat diberi kebebasan untuk memeluk
Islam atau tetap dalam agama semula. Bagi mereka yang memilih dalam
keyakinannya diberi perlindungan keamanan. Sebagai imbalannya, mereka
diwajibkan membayar jizyah. Seluruh penduduk kota menuntut damai
dengan pasukan Khalid dengan syarat membayar jizyah sebanyah 1.000
dirham. Kesepakatan damai itu terjadi pada bulan Rajab, ditandatangani
oleh Busbuhra bin Saluba. Khalid menerima perdamaian itu serta
menuliskan untuk mereka sebagai jaminan keamanan.

2. Penaklukan Romawi

Setelah pasukan Islam menaklukkan Persia, pasukan Islam lalu


menunjukkan suatu kekuatan yang harus diperhitungkan oleh bangsa

5
Romawi. Oleh karena itu, Abu Bakar memutuskan untuk menaklukkan
Romawi.
Pada saat Kekuasaan Abu Bakar, Romawi menguasai daerah Suriah
dan Palestina. Padahal, wilayah Suriah dan Palestina berbatasan langsung
dengan kekuasaan Islam. Suriah dan Palestina letak geografisnya demikian
strategis dinilai dapat menjadi ancaman bagi keamanan kaum muslim.
Oleh karena itu, untuk menjaga keselamatan mereka, kekuatan asing
tersebut harus ditaklukkan. Dalam upaya penaklukkan itu maka jalan yang
harus ditempuh adalah dengan memerangi imperium Romawi tersebut.
Dalam rangka penaklukan Kerajaan Romawi itu, Abu Bakar
membentuk empat pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang
panglima dengan tugas menundukkan daerah yang ditentukan. Keempat
kelompok tentara dan panglimanya itu adalah sebagai berikut.
1) Abu Ubaidah bin Jarrah bertugas ke daerah Homs, Suriah Utara, dan
Antiokia.
2) Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah
Palestina yang saat itu berada di bawah kekuasaan Romawi Timur.
3) Syurahbil bin Hasanah diberi wewenang menundukkan Tabuk dan
Yordania.
4) Yazid bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan
Damaskus dan Suriah Selatan.

Pasukan Islam dalam penaklukan tersebut tanpa mengalami banyak


hambatan. Daerah demi daerah dapat ditundukkan oleh pasukan-pasukan
tersebut. Dalam waktu yang cukup singkat, masing-masing panglima dan
anak buahnya dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
Abu Bakar as-Siddiq memerintah selama 2 tahun 3 bulan. Setelah
menderita sakit selama 15 hari, ia pulang ke rahmatullah pada usia 62
tahun. Tepatnya, pada tanggal 2 Jumadilakhir 13 H. Jenazahnya
dimakamkan di samping makam Rasulullah saw.

6
B. Strategi Dakwah Umar bin Khattab

Strategi dakwah yang dilakukan Umar bin Khattab dengan Abu


Bakar pada prinsipnya mempunyai pola yang sama, yaitu perluasan
wilayah Islam. Namun. pola kepemimpinan Umar bin Khattab agak
berbeda dengan Abu Bakar, Setelah menerima baiat dari kaum muslimin,
hal pertama yang dilakukan Umar bin Khattab adalah memberhentikan
Khalid bin Walid dari jabatan tertinggi pasukan Islam. Sebagai gantinya,
ia menunjuk Abu Ubaidah bin Jarrah. Penggantian itu dilakukan pada saat
tentara Islam sedang bertempur melawan pasukan Romawi di Yarmuk.
Alasan utama pemberhentian itu adalah adanya kecenderungan tentara
Islam untuk mengagungkan panglimanya. Pada saat itu, ia dikenal sebagai
panglima yang pandai mengatur pasukannya.

1. Memilih Panglima Pasukan Islam yang Tepat


Pada saat kaum muslimin berada di medan perang yang bergejolak,
para jagoan tengah bertempur, berperang tanding dan berdatangan dari
segala penjuru, tiba-tiba datang seorang kurir, yang bernama Mahmiyah
bin Zunaim. la datang dari Madinah dengan membawa dua berita yang
mengejutkan. Pertama adalah informasi tentang wafatnya Abu Bakar dan
pengangkatan Umar bin Khattab sebagai Khalifah yang menggantikannya.
Dengan semangat tinggi Khalid memimpin pasukannya untuk
memenangkan perang. Khalid menyerbu ke tengah-tengah pasukan
Romawi. Ketika itu kuda-kuda pasukan Romawi lari tunggang langgang
ke padang pasir sehingga menyebabkan pasukan Romawi banyak
terbunuh. Menurut Imam at-Tabari jumlah pasukan Romawi yang
terbunuh mencapai 200.000 orang. Kegigihan tentara Islam yang disertai
dengan kepemimpinan yang tangguh dan strategi yang tepat menghasilkan
kemenangan gemilang. Pihak Romawi yang diperkuat dengan personel
dalam jumlah besar dapat dikalahkan secara telak.
Pada suatu hari, ketika ditanya tentang penggantian dan partisipasi
mereka dalam perang selanjutnya, Khalid menjawab, “'Saya berjihad
bukan karena Umar, tetapi karena Allah.”
Pada musim semi 638 M, sebuah delegasi keluar dari kota dengan
misi damai. Dalam perundingan antara kedua belah pihak disepakati
penyerahan Yerussalem dengan tiga syarat. Pertama, disepakati adanya
gencatan senjata antara kedua belah pihak. Kedua, Yerussalem hanya akan
diserahkan kepada penguasa tertinggi dari pihak Islam. Ketiga, sisa
pasukan Romawi yang ada dizinkan pergi menuju Mesir tanpa hambatan
dari pihak Islam.
Khalifah Umar bin Khattab menyetujui perjanjian itu dan segera
berangkat ke Palestina. Penyerahan kota suci itu dilakukan oleh Patriach
Sophorius kepada Khalifah Umar bin Khattab.
Strategi kepemimpinan Umar bin Khattab lebih menitikberatkan pada
perluasan wilayah kekuasaan Islam. Khalifah Umar bin Khattab

7
melanjutkan perluasan Islam yang telah dilakukan oleh Abu Bakar. Pada
masa Umar bin Khattab kekuasaan Islam terbentang dan Tripoli (Afrika
Utara) di barat sampai ke Persia di timur dan dari Yaman selatan hingga
Armenia di utara. Dalam kurun waktu 10 tahun, daerah yang dikuasai
umat Islam bertambah secara spektakuler.

2. Perluasan Wilayah Islam

Setelah memangku jabatan kekhalifahan. Umar bin Khattab


melanjutkan kebijakan dakwah yang telah dilaksanakan oleh Abu Bakar.
Kebiiakan itu dalam rangka dakwah dan perluasan wilayah kekuasaan
Islam.
Ada beberapa sebab mengapa Umar bin Khattab melakukan ekspansi
ke wilayah-wilayah tersebut, di antaranya sebagai berikut.
Letak geografis Persia, Syam, Irak, ataupun Mesir yang merupakan
wilayah perbatasan dengan pemerintahan Islam,
Dengan demikian, pada masa Khalifah Umar bin Khattab,
pemerintahan semakin kuat. Akhirnya, memunculkan kecemburuan yang
tinggi di kalangan Sasania dan Byzantium. Khalifah Umar bin Khattab
menekankan bahwa perjuangan Islam sesungguhnya dilandasi dengan
semangat dakwah Islam sehingga ia menekankan pada setiap prajurit
untuk lebih mendahulukan dakwah Islam daripada hanya untuk
penaklukan dan mendapatkan ganimah atau harta rampasan perang.
Masyarakat lokal yang ditemui oleh pasukan Islam merasa mendapat
pertolongan, karena pada umumnya mereka hidup di bawah tekanan
kekuasaan hegemoni Sasania dan Byzantium. Bahkan, tidak jarang
masyarakat bingung dengan ajaran yang diyakininya. Contohnya, ajaran
Mazdaisme di Persia membingungkan rakyat, yaitu mengakui tuhan baik
dan buruk. Demikian pula, di Byzantium ada ajaran Nestorian. Oleh
karena itu, Islam datang sebagai jalan tengah untuk meluruskan ajaran
yang ada dengan keyakinan tauhid. Keyakinan tauhid mengakui adanya
Tuhan Yang Maha Esa.
Strategi dakwah Islam lain yang dilakukan oleh Umar bin Khattab
adalah melaKukan reformasi dalam pemerintahan. la termasuk pemimpin
yang berhasil untuk menyejahterakan rakyat dan peraturan Islam yang
semakin kukuh. Dalam pemerintahannya, terdapat Majelis Syura. Bagi
Umar bin Khattab, tanpa musyawarah maka pemerintahan itu tidak dapat
berjalan.
Dakwah Islam pada masa kekuasaan Umar bin Khattab telah melebar
ke seluruh wilayah Persia bahkan menyentuh sebagian India dan Sentral
Asia seta wilayah kekuasaan Byzantium, Syam, dan Mesir. Dakwah Umar
mendapat apresiasi positif, karena setiap kata dan perbuatan Umar bin
Khattab selalu mengikuti Nabi Muhammad saw.

8
3. Jasa-Jasa Umar bin Khattab dalam perkembangan Islam

Jasa-jasa Umar bin Khattab pada saat menjabat sebagai khalifah


dalam perluasan penaklukan kekuasaan wilayah Islam dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Pada tahun 14 H. Umar bin Khattab menaklukkan Damaskus
dengan jalan damai dan peperangan. Pembukaan kota Hims
dan Baklabakka dengan cara damai, sedangkan. Basrah dan
Ablah melalui peperangan. Pada tahun ini pula Umar
mengumpulkan manusia untuk melakukan salat tarawih secara
berjamaah.
b. Pada tahun 15 H, Umar bin Khattab menaklukkan Yordania
dengan cara peperangan, kecuali wilayah Tabariyah yang
dibuka dengan jalan damai. Di samping itu, terjadinya Perang
Yarmuk dan Qadisiyah.
c. Pada tahun 16 H, Umar bin Khattab menaklukkan Kota al-
Madain, al-Ahwaz, dan Tikrit. Di samping itu terjadi Perang
Jalula' dan Yazajir III, anak Kisra, melarikan diri ke Ray
wilayah utara Iran. Pada saat itu, Sa'ad bin Abi Waqqas
melaksanakan salat Jum'at kali pertama di istana Kaisar Iran.
Pada tahun itu pula Umar bin Khattab membuka Kota
Qinnasrin dan Saruj dengan kekerasan. Adapun Kota Halb,
Antakiyah, Manjab, dan Qarqaisya' dilakukan dengan cara
damai.
d. Pada tahun 17 H. Umar bin Khattab menaklukkan Kota Ahwaz
dengan cara damai.
e. Pada tahun 18 H, Umar bin Khattab menaklukkan Jundisabur
dengan cara damai dan Kota Halwan melalui peperangan. Pada
tahun itu terjadi wabah penyakit pes sehingga Raha, Simsat,
Haran Nasibin, dan sebagian Jazirah Arab ditaklukkan dengan
jalan damai. Adapun penaklukan Kota Mosul dilakukan dengan
jalan peperangan.
f. Pada tahun 20 H, Umar bin Khattab menaklukkan Mesir
dengan cara damai, kecuali Alexandria dengan jalan perang.
Pada tahun itu, Tustar ditaklukkan dan Kaisar Romawi yang
agung tewas. Selain itu, Umar juga mengusir orang-orang
Yahudi dari Khaibar dan Najran.
g. Pada tahun 21 H, Alexandria, Nahawand, dan Bargah
ditaklukkan oleh Umar dengan peperangan.
h. Pada tahun 22 H, Umar bin Khattab berhasil menaklukkan
Azerbaijan dengan cara damai. Adapun Kota Daynawar,
Masibzan, Hamzan, Tripoli, Ray, Askar, dan Qaumas
ditaklukkan dengan jalan peperangan.
i. Pada tahun 23 H, Umar bin Khattab membuka Kota Karman,
Sajistan, Makran berupa daerah pegunungan, dan Asfahan

9
C. Strategi Dakwah Usman bin Affan
Dalam kebijakan politiknya, Usman bin Affan pada tahap awal
mengikuti jejak khalifah sebelumnya. Oleh karena itu, pada paruh pertama
masa pemerintahannya, keputusan-keputusan yang dibuat merupakan
kelanjutan dari kebijakan khalifah sebelumnya.
Namun, pada paruh kedua, Usman bin Affan mulai mengubah gaya
pemerintahannya. Hal itu tampak dengan penggantian hampir semua
guberur yang diangkat Umar bin Khattab. Akibatnya, timbul gejolak
masyarakat karena penguasa baru menetapkan peraturan yang
memberatkan mereka, terutama di Mesir. Selain Mesir, daerah yang
bergolak adalah Azerbaijan dan Armenia. Sikap Usman bin Affan sebagai
pemimpin yang baru ini justru telah menimbulkan pemberontakan ole
penduduk setempat.

l. Memadamkan Api Pemberontak


Pemberontakan oleh kekuatan rakyat yang kecewa atas kebijakan
Usman pada awalnya mampu mengalahkan pasukan pemerintah.
Namun, akhirya mereka dapat ditundukkan kembali. Kebijakan Usman
bin Affan untuk menundukkan kaum pen-berontak dengan jalan
mengamankam Kota Azerbalan yang dipimpin Abdullat bin Suhail dan
al- Walid bin Ukbah, sedangkan Arzeenat an yang dipimpit fen
panglima Salman bin Rabi' ah.
Ditinjau dari strategi kepemimpinannya, Usman bin Affan tidak
jauh berbeda dengan Umar bin Khattab. Yang menjadi perbedaan
adalah penggantian beberapa gubernur sehingga menimbulkan gejolak
dan dinilai lebih mementingkan hubungan kerabat dalam
pengangkatannya.
Adapun para pejabat negara semasa Usman bin Affan yang
berasal dari sanak famili dan keluarga dekat, di antaranya, Muawiyah
bin Abi Sufyan, gubernur Syam. Selanjutnya, Basrah yang semula
dikepalai oleh Abu Musa al-Asy' ari, seorang sahabat yang termasuk
awal masuk Islam, banyak meriwayatkan hadis, diganti dengan sepupu
Usman, Abdullah bin Amir.
Kelemahan Khalifah Usman bin Affan dalam strategi
kepemimpinan adalah lanjut usia dan mudah ditundukkan pada
tuntutan para pembangkang. Seharusya sebagai khalifah lebih tegar
menghadapi situasi. Jika Usman bin Affan dapat memanfaatkan tentara
Islam yang mash setia kepadanya, tentu propaganda itu dapat diatasi.
Mereka di luar kontrol Usman bin Affan yang memang sudah berusia
lanjut sehingga rakyat menganggap hal tersebut sebagai kegagalan
Usman bin Affan sampai pada akhir ia wafat terbunuh.
Di sinilah perbedaan strategi kepemimpinan Umar bin Khattab
dengan kepemimpinan Usman bin Affan, di samping itu Abu Bakar
dan Umar berasal dari Bani Hasyim, sedangkan Usman bin Affan
berasal dari Bani Umayah, suku besar dan populis. Konflik antarsuku

10
mulai memanas pada masanya yang dimanfaatkan oleh kalangan
Umayah yang oportunis.

2. Perluasan Wilayah Islam

Berpijak dari strategi kepemimpinan Usman bin Affan di atas,


maka dari sisi ekwah dan perluasan wilayah kekuasaan Islam, Usman
bin Affan juga melanjutkan penaklukan Asia Tengah. la telah
memperiuas wilayah kekuasaan di Madinah.
Usman bin Affan yang menggantikan Umar bin Khattab sebagai
khalifah juga memerintahkan pengembangan wilayah. Daerah-daerah
yang berhasil ditaklukkan pada masa ini antara lain Barqah, Tripoli
bagian barat, Nubia (daerah di utara Sudan). dan Tunis, yang
semuanya terletak di Afrika.
Pada masa akhir pemerintahannya, kekuasaan Usman bin Affan
membentang dari Tripoli di barat sampai seluruh Asia Tengah di
Timur dan dari Yaman di selatan sampai Armenia Utara, Azerbaijan,
dan Turkistan Utara. la wafat pada bulan haji tahun 35 H. dalam usia
82 tahun setelah menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. la
dimakamkan di kuburan Bagi di Madinah.

D. Strategi Dakwah Ali bin Abi Talib

Setelah memangku jabatan Khalifah, Ali bin Abi Talib disibukkan oleh
perpecahan yang terjadi di kalangan umat Islam. Seluruh waktunya
dicurahkan untuk menyelesaikan masalah tersebut schingga perluasan
wilayah sangat sedikit sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah
sebelumnya.
Pengangkatan Ali bin Abi Talib sebagai khalifah dilaksanakan dalam
suasana yang masth Kacau karena terbunuhnya Usman bin Affan. Ketika
itu ibu kota negara berada dalam kendali para pemberontak. Ali bin Abi
Talib ditetapkan sebagai penguasa atas desakan dari para pemberontak.
Banyak sahabat terkemuka yang menyatakan persetujuannya dengan tidak
sepenuh hati.

1. Takhim atau Arbitrase


Konflik itu juga berakibat terjadi kontak fisik yang tak dapat
dielakkan antara umat Islam dan Ali bin Abi Talib. Peristiwa penting
yang terjadi dalam sejarah kekhalifahan Ali bin Abi Talib adalah
Waqi’ah al-Jamal atau Perang Unta. Dinamakan Waqi’ah al-Jamal

11
atau Perang Unta karena panglima perang itu mengendarai unta. la
adalah Aisvah, salah seorang istri Rasulullah saw.
Aisyah dibantu oleh Zubair bin Awwam dan Talhah bin
Ubaidillah melancarkan serangan kepada Ali bin Abi Talib. Ketiga
tokoh itu menuntut kepada Ali bin Abi Talib untuk mengusut tuntas
atas pembunuhan Usman bin Affan sebelum mereka memberi baiat.
Ali bin Abi Talib tidak segera menyelesaikan pengusutan
tersebut. Akhimya, pasukan yang dipimpin Aisyah pada 36 H/657 M
diberangkatkan dari Mekah menuju Basrah. Mendengar berita itu, Ali
bin Abi Talib segera mengerahkan pasukan untuk membendung
gerakan mereka. Bentrok kedua pasukan tersebut tidak dapat
dihindarkan.
Bentrok antara pasukan Ali bin Abi Talib dan pasukan Aisyah itu
merupakan tragedi pertama dalam sejarah umat Islam, sepeninggal
Nabi Muhammad saw. Talhah bin Ubaidillah terpanah dan meninggal
dunia dalam perjalanan mengundurkan diri. Zubair bin Awwam
terbunuh pada akhir pertempuran. Adapun Aisyah dikembalikan ke
Madinah dengan penuh penghormatan.
Tragedi tersebut adalah awal perpecahan yang terjadi dalam
sejarah Islam. Tragedi berikutnya adalah terjadinya Perang Siffin.
Perang Siffin terjadi antara Khalifah Ali bin Abi Talib dan Mu'awiyah
bin Abi Sufyan. Perang Siffin adalah perang kedua pada masa
Khalifah Ali bin Abi Talib. Perang itu diakhiri dengan diadakannya
tahkim atau arbitrase. Tahkim adalah perjanjian damai antara kedua
belah pihak yang sedang berperang.
Kesempatan itu justru digunakan Mu'awiyah bin Abi Sufyan
untuk mempro-klamasikan diri sebagai khalifah dengan alasan untuk
mengisi kekosongan jabatan khalifah. Hal itu membuat pengikut Ali
bin Abi Talib terpecah. Perpecahan di kalangan kaum muslimin itu
pada akhirnya memunculkan golongan Syi' ah dan Khawarij.

2. Fenomena Syiah

Syiah menurut bahasa berarti golongan, kelompok, atau pengikut


suatu aliran. Adapun istilah Syiah mengandung arti pengikut yang
sangat mencintai Ali bin Abi Talib serta keturunannya yang
merupakan ahlubait (keturunan Nabi Muhammad saw. yang berasal
dari Ali bin Abi Talib dan Fatimah).
Dengan adanya ketidakpuasan tersebut, Abdullah bin Saba dengan
doktrin wisayah, yang menyatakan bahwa sebelum Nabi Muhammad
saw, wafat telah berwasiat bahwa pengganti beliau adalah Ali bin Abi
Talib. Hal itu justru semakin memperburuk situasi politik. Keresahan

12
itu diperparah lagi dengan adanya pemberontakan untuk
menggulingkan kekhalifahan Usman bin Affan.
Adapun yang dimaksud dengan Gulat adalah berlebih- lebihan.
Syiah Gulat artinya adalah kelompok Syiah yang cenderung memiliki
keyakinan yang berlebihan terhadap Ali bin Abi Talib dan para imam
lainnya. Sementara itu, Syiah Zaidiah merupakan kelompok yang
menjadi pengikut Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husien bin Ali bin
Abi Talib.
Dalam masalah imamah mereka berpendapat bahwa imam harus
berasal dari Keturunan Ali bin Abi Talib dengan Fatimah binti
Rasulullah saw. Sedangkan yang dimaksud dengan Syiah Imamiyah
adalah kelompok yang sangat mengutamakan doktrin imamah.
Masalah imamah ini dianggap sebagai persoalan penting sehingga
disejajarkan dengan kenabian.

3. Fenomena Khawarij

Khawarij merupakan bentuk jamak dari kharij. artinya yang


keluar. Dengan demikian. istilah ini menurut bahasa artinya orang-
orang yang keluar. Adapun secara istilah, kata tersebut bermakna
orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Talib, karena mereka
tidak puas dengan hasil tahkim. Sejak saat itu, di kalangan umat Islam
telah terbentuk suatu kelompok politik yang terpisah dari golongan
yang sudah ada, yaitu pengikut Ali dan pengikut Mu'awiyah.
Kaum Khawarij sebagian besar berasal dari kabilah Tamimi,
termasuk suku Badui. Menurut kaum Khawarij. Ali bin Abi Talib dan
pendukungnya yang menerima tahkim dianggap berdosa besar, karena
ia ragu pada kebenaran yang diperjuangkannya yang menyebabkan
pengorbanan ribuan jiwa manusia melayang. Gugumya umat Islam
yang disertai Keraguan pemimpinnya berarti juga telah melakukan
dosa besar.
Kekisruhan politik sangat memprihatinkan kaum Khawarij, mereka
senantiasa mencari penyelesaian dengan kekerasan dan senjata.
Menurut Khawarij, sistem pemerintahan yang dapat diterima adalah
pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Pada perkembangan berikutnya, kelompok Khawarij banyak yang
melakukan hura-hura dan membuat kacau pemerintahan Ali bin Abi
Talib. Kelompok Khawari ini kemudian dihadapi oleh pasukan Ali bin
Abi Talib di Nahrwan yang melibatkan 65.000 orang. Dalam peristiwa
Nahrwan it menewaskan 30.000 orang Khawarij. Mereka beranggapan
bahwa peristiwa tersebut sepadan dengan peristiwa yang terjadi di
Karbala semasa Yazid bin Muawiyah.

13
Ali bin Abi Talib memerintah selama 4 tahun 9 bulan, yaitu dari
bulan Zulhijah tahun 36 H/656 M sampai bulan Ramadan tahun 41
H/661 M. la meninggal pada usia 63 tahun karena dibunuh oleh
Abdurrahman bin Muliam. Dengan wafatnya Ali bin Abi Talib,
berakhirlah masa kekhalifahan Khulafaur Rasyidin.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada masa awal pemerintahan Abu Bakar, ada tiga masalah besar yang
dihadapi, yaitu adanya kaum murtadin (kaum riddah), munculnya nabi-
nabi palsu, dan kelompok yang ingkar membayar zakat. Untuk
mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Abu Bakar membentuk sebelas
pasukan untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Di samping itu,
ia juga melanjutkan ekspedisi pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid ke
Romawi.
2. Strategi kepemimpinan Umar bin Khattab lebih menitikberatkan pada
perluasan wilayah kekuasaan Islam. Khalifah Umar bin Khattab
melaniutkan perluasan Islam yang telah dilakukan oleh Abu Bakar. Pada
masa Umar bin Khattab. kekuasaan Islam terbentang dari Tripoli (Afrika
Utara) di barat sampai ke Persia di timur dan dari Yaman selatan hingga
Armenia di utara.
3. Strategi dakwah Usman bin Affan pada tahap awal mengikuti jejak
khalifah sebelumnya.
Oleh karena itu, pada paruh pertama masa pemerintahannya, keputusan-
keputusan yang dibuat merupakan kelanjutan dari kebijakan khalifah
sebelumnya. Namun, pada paruh kedua, Usman bin Affan mulai
mengubah gaya pemerintahannya, yakni penggantian hampir semua
gubernur yang diangkat Umar bin Khattab. Akibatnya, timbul gejolak
masyarakat karena penguasa baru menetapkan peraturan yang
memberatkan mereka, terutama di Mesir. Selain Mesir, daerah yang
bergolak adalah Azerbaijan dan Armenia.
4. Pada masa Ali bin Abi Talib dinobatkan sebagai khalifah di kalangan
muslimin tengah disibukkan oleh perpecahan. Seluruh waktunya
dicurahkan untuk menyelesaikan masalah tersebut sehingga sangat sedikit
perluasan. wilayah, sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah
sebelumnya.

15
B. Saran

1. Bagi seluruh Siswa-Siswi Ma Darul Huda untuk terus menambah


wawasan pengetahuan mengenai Dakwah Islam Pada Masa
Khulafaur Rasyidin
2. Sebagai manusia, kita perlu menambah ilmu yang bermanfaat untuk
diri masing-masing agar tidak Jahil.
3. Semoga dengan adanya Makalah ini baik penyusun maupun
pembaca dapat memahami akan perjuangan Dakwah Islam Pada
Masa Khulafaur Rasyidin
4. Apa bila pembaca menemukan kata-kata yang kuran berkenan,
penyusun mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Saleh, Muhammad dan Qasim A. Ibrahim. 2014. Buku Pintar Sejarah Islam Jejak
Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi hingga Masa Kini. Jakarta: Zaman.

Salimi, Ibnu. dkk. 1998. Studi Kemuhammadiyah: Kajian Historis, Ideologi, dan
Orginasasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Suharso dan Ana Retnoningsih. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:
Widya Karya.

Husaini, Adian. 2005. Wajah Peradaban Barat dari Hegemoni Kristen ke


Dominasi Sekular-Liberal. Jakarta: Gema Insani Press.

Ismail, Faisal. 2003. Paradigma Kebudayaan Islam, Studi Kritis dan Refleksi
Historis. Yogyakarta: Titian Ilahi Press. Jurnal Pemikiran dan Peradaban Islam.
April 2012. Islamia: Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai