Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW


PERIODE MAKKAH

GURU PEMBIMBING
Ahmad Zahrony, S.PdI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2


1. Naila Kamelia Zamzami (20)
2. Risma Hidayatul Janah (25)
3. Siti Amaliah Fatmala (29)
4. Mutiara Fitri (17)
5. Calista Anindya Aurora (06)

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 GRESIK


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang sudah


melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun
makalah yang berjudul strategi dakwah Rasulullah Saw periode makkah ini
dengan baik serta tepat waktu. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan
dalam menyusun makalah ini. Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Guru mata pelajaran Sejarah kebudayaan
islam. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian makalah
ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

Gresik, Agustus 2023


Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar .................................................................................................. 1

Daftar isi ............................................................................................................ 2

Strategi dakwah Rasulullah Saw periode makkah

 Strategi dakwah periode makkah ............................................................ 3

 Sekitar baiat aqabah ................................................................................ 6

 Substansi dakwah periode makkah ......................................................... 9

 Tantangan dakwah Rasulullah Saw periode makkah ............................. 12

Penutup ............................................................................................................. 20
STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW
PERIODE MAKKAH

Strategi dakwah periode makkah


Islam pertama kali disampaikan oleh Rasulullah SAW. Kepada umatnya sejak
tahun 611 M. Pertama kali menerima wahyu di gua hira. Sejak itu Muhammad
diangkat sebagai nabi dan rasul.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Makkah adalah agar masyarakat
Arab mampu meninggalkan kejahiliyannya dalam bidang agama, moral dan
hukum, sehingga menjadi umat yang mempercayai kebenaran urusan Allah dan
ajaran agama islam. Rasulullah SAW berdakwah di Makkah selama 13 tahun.

1.Dakwah sembunyi-sembunyi
Allah memerintah Nabi Muhammad agar menyampaikan agama
kepada para kerabatnya, dan menyampaikan janji dan ancaman Allah
terhadap orang-orang yang mengingkari dan menyekutukan-Nya. QS. Asy
Suara:214-215.
Rasulullah SAW melaksanakan berdakwah sembunyi-sembunyi.
Mula-mula dakwah ditunjukkan kepada keluarga besar Bani Hasyim
dengan mengundangnya ke rumah Nabi SAW. Usaha ini tidak berhasil,
bahkan mereka meninggalkan tempat jamuan sebelum acara tersebut
berakhir. Dilain waktu acara jamuan diadakan kembali, kali ini para tamu
undangan mulai mendengarkan perkataan Rasulullah SAW, namun tidak
satu pun dari mereka yang meresponnya secara positif.
Suatu ketika Rasulullah SAW mengadakan khutbah terbuka di bukit
shafa. Dalam riwayat imam Bukhari dan imam Muslim dari abu Hurairah
menjelaskan bahwa Qs. Asy syuara:214-215 turun, Rasulullah SAW mula-
mula diperintahkan Allah agar menyeru keluarganya yang terdekat.
Kemudian memanggil orang- orang Quraisy berkumpul di bukit shafa.
Menurut pakar tarikh islam ibn ishaq, selama tiga tahun pertama
Rasulullah SAW berdakwah secara Sembunyi-sembunyi l. Rasulullah
SAW menyeru penduduk Makkah dengan memilih orang yang diyakini
dapat merahasiakan pesan suci dibawanya. Di antara mereka yang masuk
islam pada periode ini adalah Khadijah, ali bin Abi Talib, abu bakar, zaid
bin hari syah, saad bin Abi Waqqas, utsman bin affan, zubair bin awwam,
Abdurrahman bin auf, abdillah bin mas ud,abu ubaidah bin tsamit, abu
salamah, arqom bin Abi araqom dan bilal bin rabbah. Mereka yang
pertama kali masuk islam mendapat gelar ASSABIQUN AL
AWWALUN.

2.Dakwah terang-terangan
Pasca tiga tahun berdakwah secara Sembunyi-sembunyi, melalui
sebuah wahyu, Allah memerintahkan Rasulullah SAW untuk
menyampaikan dakwah secara terbuka QS. Hijr:94-95. Nabi SAW dan
islam menjadi bahan pembicaraan di kalangan masyarakat Makkah.
Sedangkan masyarakat Arab Quraisy menganggap ajaran Rasulullah SAW
tidak mempunyai dasar dan tujuan.
Sesungguhnya Kami memelihara engkau (Muhammad) dari
(kejahatan) orang yang memperolok-olokkan (engkau), Seruan dakwah
secara terang-terangan tersebut setelah Umar bin Khattab menerima islam
dan bersedia menjadi pembela Rasul SAW Allah memberi jaminan kepada
Nabi Muhammad bahwa Allah memeliharanya dari tindakan orang-orang
musyrik Mekah yang memperolok-olok dan menyakitinya serta
memelihara Al-Qur’an dari usaha-usaha orang-orang yang ingin
mengotorinya. Dengan seruan yang bersifat terbuka itu, Nabi SAW dan
Islam menjadi bahan pembicaraan di kalangan masyarakat Arab.
Sedangkan masyarakat Arab Quraisy menganggap bahwa ajaran
Rasulullah SAW tidak mempunyai dasar dan tujuan. Mereka sangat
memusuhi Nabi SAW, dan Islam yang dianggap merusak tradisi Arab.
Para pembesar Quraisy membentak dan memaki Rasulullah SAW dengan
keras. Mereka menganggap bahwa Muhammad SAW adalah orang gila.
Bahkan pamannya Abu Lahab mengancam Rasulullah SAW dengan keras.
Bersamaan dengan itu, perlawanan dari kalangan pembesar Quraisy seperti
Abu Sofyan, Ummayah, dan Utbah bin Rabi’ah semakin gencar.
Para penentang tersebut mulai melancarkan aksi permusuhan kepada
Rasulullah SAW, Para pengikut yang berasal dari kalangan lemah dan
tertindas sering mendapatkan siksaan yang berat. Mereka tidak lagi
memandang bahwa Muhammad SAW adalah anggota kabilah Bani
Hasyim, hanya saja tekanan-tekanan terhadap Rasulullah SAW tidak
mereka lakukan secara langsung, karena mereka masih menghargai Abu
Thalib dan para anggota Bani Hasyim lainnya.

Ahli tafsir dan sejarah Ath-thabari, menyampaikan riwayat dari Sa’id


bin Jubair bahwa orang-orang musyrik Mekah yang memperolok-olok Al-
Our’an dan Rasulullah SAW ialah Al-Walid bin Mugirah, Al-‘As bin
Wa’il, Al-‘Adi bin Oais, Aswad bin Abdu Yaguts, dan Aswad bin
Muththalib. Mereka terkenal dalam sejarah, dan sebab-sebab kematian
mereka adalah akibat tindakan mereka sendiri, yakni pada Perang Badar.
Menurut suatu riwayat diterangkan bahwa, bentuk pelindungan Allah
kepada Rasulullah SAW adalah ketika berada di hadapan orang-orang
kafir Mekah, mereka saling mengedipkan mata tanpa setahu Nabi SAW,
dan berkata sesamanya dengan maksud mengejek Nabi SAW. Kemudian
Jibril menusuk punggung pengolok dengan jarinya, sehingga
menimbulkan bekas, luka, dan .borok yang busuk baunya. Tiada seorang
pun yang mendekati mereka karena baunya itu.

SEKITAR BAIAT AQABAH


Pada musim haji tahun 620 M, Rasulullah SAW bertemu dengan 6 orang
peziarah dari Madinah yang menunaikan haji di sana. Keenam orang ini
menyambut dengan baik, dan mengucapkan syahadat pada saat itu juga.
Dalam waktu singkat risalah yang dibawa Rasulullah SAW menjadi buah bibir
masyarakat Madinah. Dalam setahun beberapa orang Madinah sudah ikut
menyatakan diri masuk islam. Menariknya, mereka tidak hanya berasal dari suku
khazraj tapi juga ada yang berasal dari suku Aus, musuh besar suku khazraj
1. Baiat Aqabah 1
Pada musim haji berikutnya, tahun 621 M, jumlah orang Madinah
yang menyambut seruan Rasullah SAW bertambah 2 kali lipat, yaitu 12
orang. Pada 9 Juli 621 M, mereka berjumpa dengan Rasulullah SAW
dijalan setapak di lereng terjal (Aqabah) antara Makkah ke Mina. Mereka
terdiri dari perwakilan suku Aus dan Khazraj.
Di antaranya nama-nama suku Aus dan suku Khazraj Yatsrib yang
menyatakan keislamnya dihadapan Rasulullah SAW adalah:
1) As’ad bin Zurarah bin Udas bin Ubaid bin Tsa’labah bin Ghanm An-
Najjar.
2) Auf bin Al-Harts bin Rifa’ah bin Savvad bin Malik bin Ghanm An-
Najjar.
3) Muadz bin Al-Harts bin Rifa’ah bin Savvad bin Malik bin Ghanm bin
An-Najjar.
4) Rafi’ bin Malik bin Al-Ajlan bin Amr bin Amir bin Zuraig.
5) Dzakwan bin Abdu Qais bin Khaldah bin Mukhlid bin Amir bin Zuraig.
6) Ubadah bin Ash-Shamit bin Oais bin Ahram bin Fihr bin Tsa’labahbin
Ghanm.
7) Yazid bin Tsa’labah bin Khazmah bin Ashram bin Amr bin Ammar.
8) Abbas bin ‘Ubadah
9) Uqbah bin Amir
10) Oathbah bin ‘Amir
11) Abu Haitsam bin Taihan
12) Uwaim bin Sa’idah
Dalam pertemuan bersejarah itu, 12 orang tersebut kemudian
mengikrarkan sumpah setia kepada Rasulullah SAW. Ikrar tersebut
dikenal Bai’at Aqabah I. Setelah mereka mengucapkan ikrar dan kembali
ke Madinah. Sehari setelahnya Rasulullah SAW mengirimkan Mush’ab
bin Umair bin Hasyim bin Abdul Manaf ke Madinah untuk mendidik
muslim Madinah, mengajarkan Al-Our’an dan pendidikan Islam.
Adapun isi Baiat Aqabah I adalah :
1) Tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apa pun
2) Melaksanakan apa yang Allah perintahkan
3) Meninggalkan apa yang Allah larang
2. Baiat Aqabah 2
Pada musim haji tahun 622 Masehi, jumlah penduduk Madinah yang
datang berbaiat pada Rasulullah SAW membengkak jumlahnya 6 kali
lipat. Bai’at ini dilakukan ditempat yang sama, sehingga dikenal sebagai
Bai’at Agabah II. Jumlah mereka yang berbai’at 75 orang. Terdiri atas 73
laki-laki dan 2 perempuan. Isi Bai’at Aqabah II ini hampir sama dengan isi
baiat pertama, dengan penambahan janji masyarakat Madinah membantu
kaum muslimin, bahkan mengangkat senjata melawan musuh.
Di antaranya kafilah Madinah yang turut menyetujui Baiat Aqabah II
adalah As’ad bin Zurarah bin Udas bin Ubaid bin Tsa’labah bin Ghanm
bin Malik bin An-Najjar atau Abu Umamah (pimpinan suku Khajraj) dan
Rafi” bin Malik bin Al-Ajlan bin Amr bin Amir bin Zuraiq (pimpinan
suku Aus).
Adapun isi Baiat Aqabah II adalah:
1) Untuk mendengar dan taat, baik dalam perkara yang disukai dan yang
dibenci
2) Untuk berinfak baik dalam keadaan sempit maupun lapang
3) Untuk beramar ma’ruf nahi munkar
4) Agar mereka tidak terpengaruh celaan orang-orang yang mencela di
jalan Allah.
5) Agar mereka melindungi Muhammad SAW sebagaimana mereka
melindungi wanita-wanita dan anak-anak mereka sendiri

Substansi Dakwah Periode Makkah


1. Menyeru Akidah/Tauhid
Pada awal dakwah islam, masyarakat Arab dijangkiti penyakit syirik.
Mereka menyembah banyak berhala apa yang mereka buat sendiri. Oleh
sebab itu, Rasulullah SAW menyerukan kepada masyarakat Makkah untuk
kembali ke ajaran tauhid. Menyembah hanya satu Tuhan, yaitu Allah.
Rasulullah SAW menyerukan tauhid kepada masyarakat Makkah
adalah dengan mengajak mereka untuk memperhatikan alam raya dan
keteraturannya. OS. Al Anbiya' ayat 22, Seandainya pada keduanya (di
langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah
binasa. Mahasuci Allah yang memiliki 'Arsy, dari apa yang mereka
sifatkan.
Rasulullah SAW juga menjelaskan kepada mereka bahwa kalau
seandainya di dunia dan langit ada tuhan-tuhan selain Allah, maka
keduanya tentu hancur berantakan. Sementara untuk mengajak mereka
meninggalkan sesembahannya, Rasulullah SAW mengingatkan bahwa
berhala yang mereka sembah tidak memiliki kekuatan apapun, seperti
firman Allah OS. Al-Hajj: 73, Hai manusia, telah dibuatkan
perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu.
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat
menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk
menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka
tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah
yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.

2. Iman kepada hari akhir


Materi yang ditekankan adalah soal hari kiamat, kebangkitan manusia
setelah kematian, dan hisab (pertanggungjawaban amal selama hidup di
dunia). Rasulullah SAW menyebutkan beberapa ayat Al-Qur’an yang
berkenaan dengan kebangkitan setelah kematian dan hari kiamat. Mereka
malah menuntut Nabi Muhammad SAW agar menghidupkan kembali
nenek moyang mereka yang sudah meninggal. Mereka juga menuntut
untuk diberi tahu tentang kedatangan hari kiamat.
Diantara orang yang tidak percaya akan hari kebangkitan adalah Ubay
bin Khalaf dan Al-Ash bin Wail. Mereka berkeyakinan bahwa kebangkitan
setelah kematian adalah sesuatu yang tidak logis dan menganggap hal itu
khayalan belaka. Kemudian Allah berfirman dalam QS. Yasin: 78-79, Dan
dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya,
dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang
telah hancur luluh?” Katakanlah (Muhammad), “Yang akan
menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan
Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.

3. Memperbaiki Akhlak Dan Syariat Masyarakat Makkah


Di masa jahilliyah, perempuan tidak mendapat penghormatan bahkan
menjadi Obyek penganjayaan. Di antara masyarakat Makkah ada yang
membunuh anaknya karena takut miskin dan ada yang membunuhnya
secara kejam, demi harga diri. Seperti yang dilakukan suku Rabiah,
Mudlar dan Tamim.
Masyarakat Arab memiliki kebiasaan meminum khamer. Masyarakat
Arab memproduksi minuman khamer dari fermentasi buah anggur dan
korma. Produk ini menjadi komoditas yang paling banyak dibutuhkan
masyarakat Arab.
Pada masa jahiliyah marak kegiatan perjudian. Orang yang berhasil
memenangkan permainan berhak mengambil harta dan istri dari pihak
yang kalah. Harta dan istri yang sudah menjadi milik pemenang itu dapat
diperlakukannya sekehendak hati.
Kebiasaan poligami masa jahiliyah dilakukan tanpa ada batasan
maksimal, berapa pun banyaknya istri yang dikehendaki. Mereka bisa
menikahi dua perempuan bersaudara. ‘ Mereka juga menikahi janda
bapaknya, baik karena dicerai atau karena ditinggal mati. Bahkan kegiatan
perzinaan tidak dianggap sebagai perbuatan tercela. Dan perbudakan
menjadi hal yang wajar bagi mereka.

Tantangan Dakwah Rasulullah SAW Periode Makkah


1. Diplomasi dengan Nabi Muhammad SAW
Setelah Umar bin Khattab masuk islam, kaum musyrikin Makkah
semakin khawatir terhadap dakwah Rasulullah SAW. Mereka telah
melakukan banyak cara untuk menghentikan dakwah Rasulullah SAW,
mulai dari harta dan kekuasaan, hingga berencana membunuh. Dan ketika
kaum Musyrikin Quraisy gagal dalam perundingan, hasutan, bujukan,
ancaman, intimidasi sampai kegagalan yang dialami Abu Jahal yang
hendak membunuh Rasulullah SAW, mereka kemudian mengajak untuk
mengambil jalan tengah yakni dengan berdiplomasi.
Ibnu Ishaq meriwayatkan, “Pada satu ketika datang orang-orang
Quraisy kepada Rasulullah SAW yang saat itu sedang thawaf di sekitar
Ka’bah, di antara mereka adalah Al Aswwad bin Muthallib bin Asad bin
Abdul Uzza, Al Walid bin Mughirah, Umayyah bin Khalaf dan Al Ash bin
Wa’il, mereka semua termasuk sesepuh dari kaumnya, mereka berkata,
“Wahai Muhammad, bagaimana kalau kita bekerja sama dalam ibadah
kita. Kami akan menyembah apa yang engkau sembah, tetapi engkau
harus menyembah apa yang kami sembah. Jika yang engkau sembah lebih
baik, kami akan menyembah Tuhanmu, tetapi jika yang kami sembah
ternyata lebih baik maka engkau harus menyembah tuhan kami. Kemudian
turunlah wahyu QS. Al Kafirun, sebagai jawaban melaui Rasulullah SAW.
Merasa gagal dengan cara tersebut, kaum Quraisy kemudian mengutus
Walid bin Mughirah dangan membawa Umarah bin Walid, seorang
pemuda yang gagah dan tampan, untuk dipertukarkan dengan Rasulullah
SAW. Walid bin Mughirah berkata kepada Abu Thalib: Ambillah dia
menjadi anak Saudara, tetapi serahkan Muhammad kepada kami untuk
kami bunuh. Usul tersebut langsung ditolak Abu Thalib. Berikutnya,
mereka langsung menemui Rasulullah SAW. Mereka mengutus Utbah bin
Rabiah untuk membujuk Rasulullah SAW, Mereka menawarkan tahta,
wanita, dan harta asal Rasulullah SAW bersedia menghentikan
dakwahnya. Semua tawaran itu ditolak Rasulullah SAW dengan
mengatakan: Demi Allah, biarpun mereka meletakan matahari di tangan
kananku dan bulan ditangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini,
hingga agama ini memang atau aku binasa karenanya.
2. Tindakan Teror Kepada Kaum Muslimin
a. Penyiksaan keluarga Yasir
  Ammar bin Yasir adalah pria miskin yang tinggal di Makkah.
Keislamannya termasuk golongan Assabigunal Awwalun (generasi
pertama). ' Tokoh-tokoh Quraish memerintahkan Bani Makhzum
untuk menyiksa Ammar bin Yasir dan kedua orang tuanya (Yasir
bin Ammar dan Sumayyah). Setiap hari keluarga Ammar dibawa
ke padang pasir yang sangat panas, lalu di siksa selayaknya azab
pedih. Dipukuli, disulut dengan besi panas, dan lainnya. Namun
siksaan tersebut tidak membuat Ammar menjadi takluk dan
berpindah agama.

b.  Penyiksaan Bilal bin Rabbah


Bilal bin Rabbah adalah budak milik Umayyah bin Khalaf.
Ketika mengetahui bahwa Bilal telah mengikuti agama Rasulullah
SAW, Bilal diikat lehernya kemudian diseret ke padang pasir untuk
dipanggang dibawah terik matahari dan dijadikan permainan
lempar batu oleh anak-anak saat itu.
Bilal menerima cambukan yang keras dan di atas atas dadanya
ditindih batu besar. Bilal tidak bergeming untuk mempertahankan
keyakinan tauhid. Ketika tuannya menawari duapilihan apakah
tetap mengikuti ajaran Rasulullah SAW atau menyembah Latta dan
Uzza, Bilal tetap menyatakan keimananya kepada Allah. Ketika
Umayyah bin Khalaf menyiksa Bilal, Abu Bakar berniat
memerdekakan berapapun permintaan tebusanya. Setelah harga
tebusan disepakati Umayyah bin Khalaf, Abu Bakar
memerdekakan Bilal bin Rabbah.

c. Penyiksaan Khabbab bin Al Arat


Khabbab bin Al Arat adalah budak milik Ummi Ammar.
Khabbab disiksa dengan besi yang dipanaskan. Ditusuknya dari
belakang badannya agar mengingkari Nabi, tetapi tidak
menggoyahkan keimanan kepada Allah dan Rasulnya.

3.Hijrah Ke Abbesenia
Rasulullah SAW menganjurkan kepada para sahabat dan para
pengikutnya untuk menghindar dari gangguan tersebut dengan berhijrah ke
negri habasyah (ethiopia). Karena Rasulullah SAW telah mengetahui
bahwa ashhimah an najasyi, raja habasyah adalah seorang yang adil dan
bijaksana.
Rombongan pertama yang membawa para sahabat bergerak pada bulan
rajab tahun ke-5 dari kenabian. Rombongan ini terdiri dari 12 orang laki
laki dan 4 orang wanita, dipimpin utsman bin affan yang ditemani
ruqayyah binti Rasulullah SAW. Peristiwa dikenal dengan sebutan Hijrah
ke Habasyah I. Sekitar 3 bulan sebagian mereka kembali ke Makkah
karena mendengar kabar ada sikap melunak dari kaum musyrikin terhadap
kaum muslimin. Namun berita tersebut tidak benar, bahkan terjadi tekanan
yang lebih keras. Karena tekanan musyrikin Quraisy semakin keras, maka
sekitar 83 orang lelaki dan 18 orang perempuan berhijrah ke habbasyah .
Kepergian para sahabat yang kedua ini dikenal dengan sebutan hijrah ke
habbasyah II. Rombongan hijrah yang kedua ini dipimpin ja’far bin abi
thalib. Kepergian orang orang islam ke habbasyah menimbulkan
kemarahan kaum kafirin Quraisy. Mereka mengirim satu rombongan
khusus ke habbasyah dengan membawa bermacam macam hadiah untuk
membujuk raja najasyi dan orang orang penting di istana serta pendeta
pendeta Nasrani agar memulangkan mereka ke makkah tetapi ditolak oleh
raja najasy.

4. Pemboikotan Kepada Bani Hasyim


Upaya menghentikan dakwah Nabi SAW dirasa sangat sulit, maka
siasat yang dilakukan kelompok kafir makkah adalah memberlakukan
pemboikotan terhadap bani Hasyim. Tempat Rasulullah SAW berlindung.
Pemboikotan ini berlangsung selama 3 tahun dan merupakan tindakan
yang paling melemahkan umat islam di makkah. Mereka mengadakan
perjanjian bersama untuk memboikot bani hasyim dan bani Muthalib.
Harapannya Rasulullah SAW akan menghentikan dakwahnya.
Perjanjian itu digantung di ka’bah. Akibatnya ,selama tiga tahun
mereka menderita lapar, haus, dan kedinginan.
Akhirnya setelah tiga tahun berlalu, atas kehendak dan kemurahan
Allah, maklumat yang digantung di dinding ka’bah itu hancur dimakan
rayap, dan pemboikotan yang dilakukan terhadap Bani Hasyim dan
keluarganya tidak berlaku lagi.

5. Peristiwa Isra’ Mi’raj


Setelah boikotan dihentikan, Bani Hasyim seakan dapat bernafas
kembali. Namun tidak lama kemudian Abu Thalib, paman Rasulullah
SAW, yang merupakan pelindung utamanya, meninggal dunia dalam usia
87 tahun. Kemudian disusul Khadijah, istri tercinta Rasulullah SAW,
meninggal dunia pula. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-10 kenabiannya.
Tahun ini merupakan tahun kesedihan (‘am Al Huzn), bagi Rasulullah
SAW. Untuk menghiburnya Allah memperjalankan Nabi Muhammad
SAW dimalam hari (Isra’) dari masjidil haram di makkah menuju masjidil
aqsha di palestina dilanjutkan ke Sidratul Muntaha (mi’raj).
Berita tentang Isra’ dan Mi’raj ini menggemparkan masyarakat kota
makkak. Bagi orang kafir, peristiwa ini dijadikan bahan propoganda untuk
mendustakan Nabi Muhammad SAW. Sedangkan, bagi orang yang
beriman, peristiwa ini merupakan ujian keimanan. Dalam peristiwa ini
Abu Bakar mendapat gelar ash shiddiq, sebagai sahabat pertama yang
membenarkan peristiwa tersebut, tanpa ragu sedikitpun.

6. Misi ke Thaif
Melihat reaksi penduduk kota makkah yang keras dan kejam kepada
pemeluk islam, Rasulullah SAW ditemani Zaid bin Haritsah, pada tahun
ke-10 kenabian (620 M). Di Tha’if terdapat bani Tsaqif, suatu kabilah
yang cukup kuat dan besar jumlah penduduknya dipimpin Amruh bin
Umair Al Thaqafi. Rasulullah SAW berangkat ke Tha’if dengan harapan
bani Tsaqif untuk menerima islam. Dengan demikian, beliau dan
pengikutnya akan mendapatkan perlindungan dari gangguan kafir Quraisy.
Bani Tsaqif bukan saja menolak ajaran islam, bahkan mendengar
pembicaraan Nabi Muhammad SAW mereka tidak mau. Rasulullah SAW
diperlakukan secara kasar dan biadab.sikap kasar mereka itu sungguh
bertentangan dengan sikap bangsa arab yang selalu menghormati tamunya.
Dengan terus terang mereka mengatakan bahwa mereka tidak senang
dengan Rasulullah SAW dan pengikutnya tinggal di kota mereka. Sambil
berlumuran darah akibat lemparan batu penduduk, Nabi SAW keluar dari
wilayah Tha’if menuju Makkah.
PENUTUP

Tujuan dibuat nya makalah ini adalah agar kita lebih mengetahui tentang
strategi dakwah Rasulullah Saw periode makkah. Apabila ada kesalahan kami
mohon maaf dan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai