Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DAKWAH NABI MUHAMMAD PERIODE MADINAH

Mata kuliah : Siroh Nabawiyah

Dosen: Dr.Ahmad Fudhaili, M.Ag

Disusun oleh

Kelompok 6
Fika Malia 11190360000076

FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2021
Daftar isi

A. Sejarah Dakwah Rasulullah Periode Madinah .................................................................................... 3


B. Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah ............................................................................................. 4
1. Membangun Masjid ........................................................................................................................ 5
2. Menciptakan Persaudaraan Baru.................................................................................................... 5
3. Perjanjian dengan masyarakat Yahudi Madinah ............................................................................ 5
C. Rintangan dakwah Nabi Muhammad di madinah ............................................................................ 7
1. permusuhan orang orang yahudi terhadap Rasulullah saw ........................................................... 7
2. Orang orang yahdi munafik yang mengaku muslim ....................................................................... 8
3. Perang Badar ................................................................................................................................... 8
4. Perang Uhud................................................................................................................................... 8
5. Perang Khandak ............................................................................................................................. 9
6. Perjanjian Hudaibiyah dan Fathul Makkah .................................................................................... 9
D. Respon Masyarakat Madinah Terhadap Dakwah Nabi Muhammad Saw ....................................... 10
Daftar pustaka....................................................................................................................................... 12

2
A. Sejarah Dakwah Rasulullah Periode Madinah

Perjalanan dakwah Rasulullah saw yang membawa syari’at Islam dan yang dijadikannya
sebagai landasan operasional dakwah dan sebagai pikajakan oleh umat manusia dewasa ini,
semua ini berawal dari pejalanan dakwah Nabi Muhammad saw. Risalah yang beliau bawakan
adalah dari ajaran Ilahi yang merupakan lanjutan dari risalah sebelumnya. Risalah tersebut
diperuntukkan kepada seluruh umat manusia.
Hijrah berasal dari bahasa Arab yang artinya “Meninggalkan suatu perbuatan atau menjauhkan
diri dari pergaulan atau berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain.” Terjadinya hijrah ke
Madinah berawal dari ketidakamanan kaum Muslimin Makkah dari tindasan dan ancaman
kaum kafir Quraisy, sehingga Rasululllah SAW meminta para shahabat-sahabatnya supaya
menyusul kaum Anshar ke Yatsrib.1
Rasulullah SAW, dan Abu Bakar berangkat pada hari Kamis tanggal 1 Rabiul Awwal tahun
kelima puluh tiga dari kelahiran Nabi SAW, hanya Ali bin Abi Thalib dan keluarga Abu Bakar
yang tahu keberangkatan beliau berdua. Sebelumnya Aisyah dan Asma binti Abu Bakar telah
menyiapkan bekal-bekal perjalanan Rasulullah selama diperjalanan. Beliau berangkat
menelusuri jalan Madinah-Yaman hingga sampai di Gua Tsur dan bermalam disana selama
tiga malam. Di Gua Tsur Abu Bakar dan Rasulullah SAW meminum susu kambing dari
pengembara Amir bin Fuhairah. Sebelum berangkat Rasulullah bersama Abu Bakar sudah
diketahui oleh Kafir Quraisy, bermusyawarahlah mereka (kafir Quraisy) di Dar al-Nadwah
untuk merumuskan cara yang akan diambil untuk membunuh Rasulullah SAW.
Setelah Nabi Muhammad Saw, dan Abu Bakar mengetahui orang kafir Quraisy telah tiba di
Gua tsur hendak mencari dan membunuh mereka berdua maka Nabi Muhammad SAW, makin
sungguh-sungguh berdoa, dan Abu Bakar juga makin ketakutan. Setelah situasi aman
Rasulullah SAW meneruskan perjalanan ke Madinah sesampainya di Quba, sebuah desa yang
jaraknya sekitar 5 kilometer dari Yatsrib Nabi beristirahat beberapa hari lamanya.
Sebelum memasuki Yatsrib, Nabi Muhammad SAW singgah terlebih dahulu di Quba. Di Quba,
Ali bin Abi Thalib menyusul dan bergabung dengan Nabi SAW setelah menyelesaikan
urusannya di Makkah. Dari Quba Nabi melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib bersama
pengikutnya. Rombongan Nabi SAW tiba di Madinah pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal
bertepatan pada 17 September 622 M. Peristiwa ini menjadi awal permulaan dari dakwah
sebelumnya. Dimana di Makkah kurang mendapatkan respon positif dari penduduknya, hingga
Allah menjanjikan kegembiraan dan kemenangan dengan hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke
Madinah.
Madinah dianggap sebagai kelahiran baru agama Islam setelah ruang dakwah di Mekah terasa
sempit bagi kaum muslimin. Allah SWT memilih Madinah sebagai pilot project pembentukan
masyarakat Islam pertama. Madinah memang layak dijadikan kawasan percontohan. Berawal
dari respon orang-orang Yastrib yang datang ke Mekah pada bulan haji terhadap seruan nabi,
juga tidak terlepas dari pribadi nabi yang dikenal sebagai orang yang tak pernah berbohong.
Keberhasilan dakwah nabi dapat dilihat pada sikap orang-orang Yastrib di perjanjian Aqabah

1
Bukhori Abdul Shomad, ‘PIAGAM MADINAH DAN RESOLUSI KONFLIK’, Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama,
8.2 (2013), 53–66.

3
I dan II, dimana mereka mau mengubah sikap dan perilaku mereka, bahkan bersedia menjadi
pelindung nabi.
Suasana Yastrib yang begitu kondusif merupakan berita gembira bagi Nabi Muhammad SAW
sebelum melakukan hijrah. Hal ini karena suku Aus dan Khazraj di Yatsrib telah masuk Islam
dan bersedia menerima Nabi dan ajarannya. Dua suku tersebut masuk Islam dalam tiga
gelombang.2
Gelombang pertama terjadi pada tahun ke-10 kenabian. Saat itu beberapa orang dari mereka
datang ke Makkah untuk melakukan ziarah ke Baitullah. Mereka di sambut oleh Nabi
Muhammad SAW dan beliau memperkenalkan diri kepada mereka. Kemudian Nabi
mengadakan pertemuan di Aqabah dengan mereka.
Gelombang kedua terjadi pada tahun ke-12 kenabian (621 M). Jumlahnya 12 laki-laki dan satu
wanita. Saat itu mereka mengadakan pertemuan dan membuat perjanjian dengan Rasulullah
SAW yang di kenal dengan perjanjian Aqabah pertama. Perjanjian ini dalam sejarah Islam juga
terkenal dengan sebutan perjanjian wanita.
Gelombang ketiga terjadi pada tahun ke-13 kenabian (622 M). Sebanyak 73 penduduk Yatsrib
berkunjung ke Makkah dan mengajukan permohonan kepada Nabi Muhammad SAW agar
beliau hijrah ke Yatsrib. Perjanjian ini terkenal dengan perjanjian Aqabah kedua. Mereka
berjanji kepada rasulullah akan patuh dan setia kepada beliau, akan konsisten membela Nabi
Muhammad SAW dengan segenap kemampuan mereka, baik harta benda bahkan nyawa
mereka sekalipun yang menjadi taruhannya.

B. Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah

Sebelum membahas tentang strategi dakwah Rasulullah SAW, sejenak melihat kondisi yang
membuat Islam mudah masuk ke kota Madinah, terdapat beberapa faktor internal selain faktor
adanya bai’at. Di antara faktor-faktor yang paling penting adalah sebagai berikut:

1. Penduduk Yatsrib adalah orang yang paling dekat dengan agama samawi, karena
mereka banyak mendengar dan berdekatan dengan orang- orang Yahudi.
2. Kelompok Yahudi Yatsrib sering mengancam orang-orang Arab (suku-suku di Yatsrib
terutama) tentang kabar akan kemunculan seorang Nabi yang semakin dekat, dan
Yahudi akan mengikutinya kemudian mengusir orang-orang Arab tersebut. Oleh sebab
itulah, orang-orang Arab Yatsrib menjadi orang yang paling awal mengikuti Nabi
dibandingkan dengan Yahudi.

2
Ummu Salamah Ali, ‘Peradaban Islam Madinah (Refleksi Terhadap Primordialisme Suku Auz Dan Khazraj)’,
Kalimah, 15.2 (2017), 191 <https://doi.org/10.21111/klm.v15i2.1495>.

4
3. Suku Aus dan Khazraj ketika itu dalam permusuhan yang akut. Maka, setiap kelompok
dari mereka bersegera untuk memasuki Islam sehingga mereka bisa lebih kuat dari yang
lain.

Inilah yang dilakukan Nabi terhadap masyarakat Yastrib, membentuk suatu masyarakat baru,
dan meletakkan dasar-dasar untuk suatu masyarakat yang besar yang sedang ditunggu oleh
sejarah. Dalam mewujudkan semua ini, nabi menempuh langkah-langkah dakwah sebagai
berikut:

1. Membangun Masjid

Waktu Rasulullah saw masuk Madinah, penduduk Madinah yang sudah memeluk Islam (kaum
Anshar) banyak yang mengundang serta menawarkan rumah untuk beristrahat. Setelah nabi
sampai di tanah milik kedua orang anak yatim bernama Sahal dan Suhail keduanya anak Amr
bin Amarah dibawah asuhan Mu‟adz bin Afra, berhentilah unta yang ditunggangi nabi,
kemudian beliau dipersilahkan oleh Abu Ayub Anshari untuk tinggal di rumahnya. Setelah
beberapa bulan nabi di situ maka beliau membangun Masjid Nabawi pada sebuah tanah milik
kedua anak yatim tersebut, tanah itu dibeli oleh nabi untuk pembangunan masjid, juga untuk
tempat tinggal. Masjid yang di bangun tersebut berfungsi sebagai tempat melaksanakan ibadah
shalat, mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, di samping sebagai
tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi, masjid pada masa Nabi
bahkan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.

2. Menciptakan Persaudaraan Baru

Nabi Muhammad saw menciptakan persaudaraan baru antara kaum muhajirin dengan kaum anshor.
Ali ibn Abi Thalib dipilih menjadi saudara nabi sendiri. Abu Bakar nabi saudarakan dengan Kharijah
ibnu Zuhair. Ja‟far ibnu Abi Thalib dengan Mu‟az ibnu Jabal. Rasulullah telah mempertalikan keluarga-
keluarga Islam. Masing-masing keluarga mempunyai pertalian yang erat dengan keluarga-keluarga
yang banyak, karena ikatan persaudaraan yang diadakan rasulullah. Persaudaraan ini pada
permulaannya mempunyai kekuatan dan akibat sebagai yang dipunyai oleh persaudaraan nasab,
termasuk diantaranya hal pusaka, hal tolong menolong dan lain-lain.

3. Perjanjian dengan masyarakat Yahudi Madinah

Setelah mempersaudarakan antara kaum muhajirin dengan anshor, selanjutnya nabi menjalin
hubungan antara kaum muslim dengan golongan Yahudi penduduk Madinah. Jalinan hubungan ini
terwujud dalam bentuk perjanjian atau undang-undang yang kemudian dikenal sebagai
“Piagam Madinah” yang ditulis pada tahun 623 M atau tahun ke-2 H.3
Nabi berhasil membangun sebuah Negara baru yakni Negara Madinah, secara aklamasi nabi diangkat
sebagai kepala Negara yang diberikan otoritas untuk memimpin dan melaksanakan ketatanegaraan yang
telah disepakati bersama. Jadi, di Madinah beliau seorang penguasa, yang menjalankan kekuasaan
politik dan militer dan juga keagamaan. di antara dictum perjanjian paling penting adalah sebagai
berikut:

3
Patmawati, ‘SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW DI MEKAH DAN MADINAH’, 2015, 1–17.

5
1) Kaum muslimin dan kaum Yahudi hidup secara damai, bebas memeluk dan
menjalankan ajaran agamanya masing-masing.
2) Orang-orang Yahudi berkewajiban memikul biaya mereka sendiri, dan kaum muslimin
wajib memikul biaya mereka sendiri.
3) Apabila salah satu pihak diperangi musuh, maka mereka wajib membantu pihak yang
diserang.
4) Di antara mereka saling mengingatkan, dan saling berbuat kebaikan, serta tidak akan
saling berbuat kejahatan.
5) Kaum muslimin dan Yahudi wajib saling menolong dalam melaksanakan kewajiban
untuk kepentingan bersama.
6) Bumi Yastrib menjadi tanah suci karena naskah perjanjian ini.
7) Nabi Muhammad adalah pemimpin umum untuk seluruh penduduk Madinah. Bila
terjadi perselisihan di antara kaum muslimin dengan kaum Yahudi, maka
penyelesaiannya dikembalikan kepada nabi sebagai pemimpin tertinggi di Madinah.

4. Piagam Madinah

Piagam Madinah, merupakan piagam perjanjian damai yang mampu menyatukan berbagai
perbedaan, suku, golongan, dan agama untuk hidup bersama dan saling melindungi satu dengan
yang lain. Terbentuknya Piagam Madinah, tidak bisa dilepaskan dari berbagai persoalan,
konflik, dan kepentingan dan tradisi masayarakat.

Ali Bulac mengutarakan bahwa terbentuknya Piagam Madinah, tidak bisa dilepaskan dari
adanya sensus terhadap komposisi penduduk Madinah yang masih sederhana. Adanya sensus
atau pemetaan ini menandakan bahwa perpindahan Nabi Muhammad SAW dan kebijakan-
kebijakan yang diterapkan telah dipertimbangkan secara matang. Kebijakan itu tidak lepas dari
adanya power (kekuatan) yang dapat digunakan dalam mengatur kehidupan masyarakat Madinah.4

Secara sosial-kultur, Piagam Madinah tidak bisa dilepaskan dari kebiasan masyarakat Arab.
Perjanjian intern kabilah ataupun yang bersifat ekstern antar kabilah menjadi kultur masyarakat
untuk perlindungan dari gangguan atau ancaman yang ada.

Piagam Madinah, bertujuan untuk mengatur dalam kehidupan masyarakat berkaitan dengan
keharusan-keharusan, etika hubungan, dan pembatasan hak dan kewajiban, bagi setiap individu
atau kelompok di Madinah. Adanya Piagam Madinah ini, mampu mempersatukan seluruh
penduduk dalam naungan Islam. Suku Aus dan Khazraj masuk dalam kelompok Anshor,
Kemudian kaum Muhajirin dan Ashor masuk dalam kelompok kaum muslim, dan seakan-akan
mereka dalam satu kesatuan umat, dimana mereka terikat bukan dalam ikatan darah tetapi
dalam ikatan akidah. Dalam sebuah Hadits yang diceritakan dari dari Anas ibn Basar,
Abdurahman, Sofyan, Ibrahim at-tammiyun dari Ali:
Artinya: “Tidak ada suatupun kecuali telah ada dalam kitab Allah dan Perjanjian ini. Dari Nabi
Saw. Al-Madinah adalah kota yang dimulian, Apa saja yang ada, siapa saja yang membuat
sesuatu baru, atau mengada-adakan suatu yang tidak ada. Maka dilaknat Allah, malaikat, dan
seluruh manusia. Tidak diterimanya sebuah transaksi (kesepatan) atau persamaan (keadilan):

4
Muhammad Burhanuddin, ‘Conflict Mapping Piagam Madinah (Analisa Latar Belakang Sosiokultural Piagam
Madinah)’, Jurnal AL-IJTIMAIYYAH: Media Kajian Pengembangan Masyarakat Islam, 5.2 (2019), 1–20
<https://doi.org/10.22373/al-ijtimaiyyah.v5i2.5233>.

6
Nabi Muhammad bersabda: darah seperjuangan orang-orang Islam satu (persatuan). Siapa saja
yang melanggar janjji maka dilaknat oleh Alllah, para malaikat, dan seluruh manusia. Tidak
boleh melakukan kesepkatan dan persamaan atau perjanjian damai. Suatu kaum dengan kaum
lain tidak boleh melakukan kesepaktan dan perjanjian damai kecuali telah mendapatkan izin.
Siapa yang melanggar maka dilaknat Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.”

C. Rintangan dakwah Nabi Muhammad di madinah

Meskipun telah hijrah ke Madinah, Rasulullah dan kaum Muslim mengemban tugas dakwah
begitu berat, karena mereka tetap menerima penentangan dari kaum kafir Quraisy. Kaum kafir
Quraisy tetap berusaha keras untuk menghentikan dakwah dan menghancurkan kaum Muslim.
Pertentangan dari mereka pun menimbulkan beberapa peperangan.
Setelah hijrah ke Madinah, tugas Nabi Muhammad Saw dan kaum muslimin begitu berat. Hal
itu disebabkan makin kerasnya penentangan kaum Quraisy. Mereka tetap berusaha keras untuk
menghancukan kaum muslimin dengan berbagai cara. Perlawanan dari oang-orang diluar Islam
khususnya kaum kafir Quraisy Mekkah menghasilkan beberapa peperangan dan peristiwa
besar
Perang yang dilakukan Rasulullah saw. bukanlah dalam rangka dakwah, tetapi perang adalah
rangka membela dakwah. Dalam berbagai fakta sejarah menunjukkan bahwa umat Islam tidak
pernah memerangi suatu kaum sebelum dakwah sampai kepadanya, dan tidak menghina umat
Islam
Diantara rintangan rintangan dakwah nabi Muhammad yang terjadi di madinah yaitu antara
lain

1. permusuhan orang orang yahudi terhadap Rasulullah saw

Ibnu ishaq berkata, ketika itulah para rahib yahudi melancarkan permusuhan terhadap
rasulullah karena dengki dan dendam, sebab Allah mengistimewakan orang orang arab dengan
memilih salah seorang dari mereka menjadi Rasul. Para rahib yahudi di dukung orang orang al
aus dan al khazraj yang tetap bertahan pada kejahiliyahnya. Orang orang al aus dan al khazraj
tersebut adalah orang orang munafik dan menganut agama nenek moyang mereka, syirik dan
mendustakan hari kebangkitan, namun islam mengalahkan mereka dan menjadikan islam
sebagai tameng dari pembunuhan, padahal mereka munafik dalam hati mereka. Hati nurani
mereka bersatu dengan orang orang yahudi karena pendustaan mereka kepada rasulullah,
menyakiti beliau, dan datang kepada beliau membawa kerancuan karena mereka ingin
mencampur aduk kebenaran dan kebatilan. Kemudian Al quran turun mengisahkan tentang
mereka, tentang apa yang mereka tanyakan kepada rasulullah sedikit tentang hal hal halal dan
hal hal haram yang di tanyakan kepada kaum muslimin
Di antara rahib rahib yahudi tersebut adalah sebagai berikut:
- Huyai bin Akhtab
- Saudara Huyai bin Akhtab yang bernama Abu Yasir bin Akhtab
- Saudara Huyai bin Akhtab yang lain yaitu judal bin Akhtab
- Salam bin Misykam
- Kinanah bin Ar Rab’i bin Abu Al Haqiq
- Salam bin Abi Al Haqiq

7
- Saudara Salam bin Abi Al Haqiq yang bernama Salam bin Ar Rabi. Salam bin Ar Rabi
adalah anak Rafi Al a’war yang di bunuh sahabt sahabat rasulullah di khaibar
- Ar Rabi bin Ar Rabi bin Abu Al Haqiq
- Amar bin Jauhasy5

2. Orang orang yahdi munafik yang mengaku muslim

Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam berkata bahwa ziyad bin abdullah al bakhari berkata
kepadaku, Muhammad bin ishaq al muthalibi berkata kepadanya, “Di antara orang orang yang
bertameng dengan islam masuk islam bersam kaum muslimin, dan menampakkan keislamanya,
padahal mereka orang orang munafik, maka dari rahib rahib yahudi bani qainuqa adalah
sebagai berikut
- Sa’ad bin Hunaif
- Zaid bin Al Kushait
- Nu’man bin aufa bin amr
- Utsman bin aufa
- Rafi bin Harimalah
Semua orang orang munafik di atas hadir di masjid rasululllah saw, mendengarkan seluruh
pembicaraan kaum muslimin, mencaci maki kaum muslimin, dan melecehkan agama kaum
muslimi

3. Perang Badar

Perang pertama yang menentukan masa depan negara Madinah adalah perang Badar, perang
antara kaum muslimin dengan musyrik Quraisy. Pada tanggal 17 Ramadhan 2 H. Kaum
Quraisy pada saat itu yang sedang melakukan perniagaan ke Syam. Untuk menuju syam,
mereka harus melewati Madinah. Keberadaan kaum muslimin di Madinah membuat kaum
Quraisy terancam, oleh karena itu pemimpin kafilah, Abu Sufyan mengirim berita ke Mekkah
untuk meminta bantuan. Pertempuran antara orang-orang Mekkah dan Madinah, kebanyakan
kaum Muhajirin berada di Badar, 144,5 km sebelah barat daya Madinah. Berkat kepemimpinan
Nabi Muhammad umat Islam yang berjumlah tigaratus orang berhasil mengalahkan seribu
orang Mekkah. Perang Badar telah menjadi landasan kekuatan kepemimpinan Muhammad.
Islam telah memperoleh kemenangan militer yang pertama dan menentukan. Peristiwa ini
menjadi asas yang kuat bagi umat Islam. Oleh karena itulah, Al qur’an menyebut peristiwa itu
dengan ” Yaumul Furqan” karena ia membedakan antara kebenaran dan kebatilan. hari yang
menjadikan umat muslim merasa tinggi dan orang-orang yang berakidah batil menjadi rendah.

4. Perang Uhud

Bagi kaum Quraisy Makkah, kekalahan mereka di perang Badar merupakan pukulan berat.
Mereka bersumpah akan membalas dendam. Pada tahun ke 3 Hijriah mereka bberangkat
menuju Madinah membawa pasukan tidak kuran dari 3000 pasukan berkendaraan unta, 200
pasukan berkuda dibawah pimpina Khalid bin Walid, 700 orang diantaranya memakai baju
besi. Nabi Muhammad menyongsong pasukan mereka dengan seribu pasukan, namun baru saja

5
Sirah nabawiyah ibnu hisyam

8
melewati batas kota Abdullah bin Ubay bersama dengan 300 orang yahudi membelot dan
kembali ke Madinah. Mereka melanggar perjanjian dan disiplin perang.

Meskipu demikian, dengan 700 pasukan yang tertinggal nabi melanjutkan perjalanan.
Beberapa kilometer dari Madinah tepat nya di bukit Uhud, kedua pasukan bertemu. Perang
dahsyat pun berkobar. Pertama-tama pasukan Islam dapat memukul mundur pasukan musuh
yang lebih besar. Pasukan berkuda yang di pimpin Khalid bin Walid gagal menembus benteng
pasukan umat muslim. kemenanagan yang sudah di depan mata gagal akibat godaan harat
peninggalan musuh. Prajurit Islam mulai memungut harta rampasan perang tanpa
menghiraukan gerakan musuh, termasuk didalamnya anggota pasukan pemanah yang telah
diperintahkan nabi agar tidak meninggalkan posnya. Kelengahan kaum muslimin ini
dimanfaatkan dengan baik oleh musuh. Khalid bin Walid dapat melumpuhkan pasukan
pemanah Islam dan pasukan Quraisy yang tadinya sudah kabur berbalik menyerang. Pasukan
Islam menjadi porak poranda dan tak mau menangkis serangan tersebut. Satu persatu pahlawan
Islam gugur, bahkan nabi sendiri terkena serangan musuh. 70 orang pejuang Islam syahid di
medan perang.

5. Perang Khandak

Pengkhianatan Abdullah bin Ubay dan pasukan yahudi diganjar dengan tindakan tegas. Bani
nadir, satu dari dua suku Yahudi di Madinah yang berkomplot dengan abdullah bin Ubay, di
usir ke luar kota. Kebanyakan mereka mengungsi ke Khaibar. sedangkan suku lainnya, yaitu
bani Quraizah, masih tetap di madinah.

Masyarakat Yahudi yang mengungsi ke Khaibar itu kemudian mengadakan kontak dengan
masyarakat Mekkah untuk menyusun kekuatan bersama guna menyerang madinah. Mereka
membentuk pasukan gabungan yang berjumlah 24.000 orang tentara. Di dalamnya juga
beberapa suku Arab lain. Mereka bergerak ke Madinah pada tahun 5 Hijriah. Atas Usul Salman
al Farisi nabi Muhammad memerintahkan umat islam untuk menggali parit untuk pertahanan.
Setelah tentara musuh tiba mereka tertahan oleh parit itu. Namun, mereka mengepung Madinah
dengan mendirikan kemah-kemah diluar parit hampir sebulan lamanya. Perang ini disebut
perang Ahzab (sekutu beberapa suku) atau perang Khandaq (parit). Dalam suasana kritis itu,
orang-orang bani Quraizah di bawah pimpinan Ka’ab bin Asad berkhianat. Hal ini membuat
Islam makin terjepit. Setelah sebulan pengepungan, angin dan badai turun amat kencang,
menghantam dan menerbangkan kemah-kemah dan seluruh perlengkapan musuh. Mereka
terpaksa menghentikan pengepungan dan kembali ke negri mereka masing-masing tanpa hasil
apapun.

6. Perjanjian Hudaibiyah dan Fathul Makkah

Pada tahun ke-6 H ketika ibadah haji sudah disyariatkan, nabi memimpin sekitar seribu
kaum Muslimin berangkat ke Makkah,bukan untuk berperang, melainkan untuk melakukan
ibadah Umrah. Karen itu, mereka mengenakan pakaian ihram tanpa membawa senjata.
Sebelum tiba di Makkah, mereka berkemah di Hubaidiyah, beberapa kilometer dari Makkah.
Penduduk Makkah tidak mengizinkan mereka masuk kota. Akhirnya, diadakan perjanjian yang
dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah yang isinya antara lain:

a. kaum Muslimin belum boleh mengunjungi Ka’bah tahun ini tetapi ditangguhkan
sampai tahun depan
b. lama kunjungan dibatasi sampai tiga hari saja,

9
c. kaum Muslimin wajib mengembalikan orang-orang Makkah yang melarikan diri ke
Madinah, sedang sebaliknya, pihak Quraisy tidak harus menolak orang-orang
Madinah yang kembali ke Makkah,
d. selama sepuluh tahun diberlakukan gencatan senjata antara masyarakat Madinah dan
Makkah
e. tiap Kabilah yang ingin masuk kedalam persekutuan kaum Quraisy atau kaum
Muslimin,bebas melakukannya tanpa mendapat rintangan.

Kesediaan orang-orang Makkah untuk berunding dan membuat perjanjian dengan kaum
Muslimin itu benar-benar nerupakan kemenangan diplomatic yang besar bagi umat Islam.
Dengan perjanjian ini, harapan untuk mengambila alih Ka’bah dan menguasai Ka’bah sudah
semakin terbuka. Nabi memang sudah sejak lama berusaha merebut dan menguasai Makkah
agar dapat menyiarkan Islam ke daerah daerah lain. Ini merupakan target utama beliau. Ada
dua faktor pokok yang mendorong kebijaksanaan ini: pertama, Makkah adalah pusat
keagamaan bangsa Arab dan melalui konsilidasi bangsa Arab dalam Islam, Islam bisa tersebar
keluar. Kedua, apabila suku nabi sendiri dapat diislamkan, Islam akan memperoleh dukungan
yang kuat karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar.
Setahun kemudian, ibadah haji ditunaikan sesuai rencana. Banyak orang Quraisy yang masuk
Islam setelah menyaksikan kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh masyarakat Islam Madinah.

Gencatan senjata telah memberi kesempatan kepada nabi untuk menoleh berbagai negeri lain
sambil memikirkan bagaimana cara mengislamkan mereka. Salah satu cara yang ditempuh nabi
adalah mengirim utusan dan surat kepada kepala-kepala Negara dan pemerintahan. Diantara
raja-raja yang dikirimi surat ialah raja Ghassan, Masir, Abesinia, Persia, dan Romawi. Namun
tak seorang pun yang masuk Islam. Ada yang menolak dengan baik dan simpati, tetapi ada juga
yang menolak dengan kasar, seperti yang diperlihatkan oleh raja Ghassan.

Utusan yang dikirim nabi dibunuh dengan kejam oleh raja Ghassan. Untuk membalas
perlakuan ini ,nabi mengirim perang sebanyak 3000 orang. Peperangan terjadi di Mu’tah,
sebelah utara jazirah Arab. Pasukan Islam mendapat kesulitan menghadapi tentara Ghassan
yang mendapat bantuan dari Romawi. Beberapa pahlawan gugur melawan pasukan
berkekuatan ratusan ribu orang itu. Melihat kenyataan yang tidak berimbang ini, Khalid ibn
Walid, yang sudah masuk Islam, mengambil alih komando dan memerintahkan pasukan untuk
menarik diri dan kembali ke Madinah.

Selama dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah menjangkau
seluruh jazirah Arab, termasuk suku-suku paling selatan, menggabungkan diri dlam Islam. Hal
ini membuat orang-orang Makkah merasa terpojok. Perjanjian Hudaibiyah ternyata menjadi
senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya. Oleh karena itu secara sepihak orang-orang
kafir Quraisy membatalkan perjanjian tersebut. Melihat kenyataan ini, Rasulullah segera
bertolak ke Makkah dengan sepuluh ribu orang tentara untuk melawan mereka. Nabi
Muhammad tidak mengalami kesukaran apa-apa dan memasuki kota Makkah tanpa
perlawanan. Beliau tampil sebagai pemenang. Patung-patung berhala diseluruh negri
dihancurkan. Setelah itu, nabi berkhotbah menjanjikan ampunan Tuhan terhadap kafir Quraisy.
Sesudah khotbah disampaikan, mereka dateng berbondong-bondong memeluk agama Islam.
Sejak itu, makkah berada dibawah kekuasaan nabi.

D. Respon Masyarakat Madinah Terhadap Dakwah Nabi Muhammad Saw

10
Sesudah peristiwa hijrah, penduduk Madinah terdiri atas tiga golongan yaitu kaum muslimin,
bangsa Yahudi (Banu Nadhir dan Bani Quraizhah) dan bangsa Arab yang belum menganut
agama Islam. Kepada ketiga golongan tersebut, nabi terus berusaha menyebarkan agama Islam.
Hal itu dilakukan nabi saw selain karena kewajiban yang harus dilaksanakannya, juga karena
ia melihat mayoritas masyarakat Madinah menyambut dengan baik saat beliau dan umat Islam
tiba di kota tersebut.

Dakwah yang dilakukan nabi mendapat sambutan beragam, ada yang menerima kemudian
masuk Islam dan ada pula yang menolak secara diam- diam, misalnya, orang-orang Yahudi
yang tidak senang atas kehadiran nabi dan umat Islam. penolakan ini mereka lakukan secara
diam-diam dan tidak berani berterus terang untuk menantang nabi dan umat Islam yang
mayoritas tersebut. Kedengkian orang-orang Yahudi semakin menjadi-jadi, sewaktu mereka
menyaksikan sendiri perkembangan pesat agama yang dibawa nabi, seakan- akan jalan untuk
mencapai kemenangan telah terhampar datar.

Akhirnya Yahudi Madinah menggalang koalisi dengan kafir Quraisy Mekah, untuk
menghancurkan kekuatan umat Islam. bahkan peperangan terjadi antara kaum muslim
Madinah dengan musyrik quraisy Mekah. Perang pertama yang sangat menentukan masa depan
negara Islam ini adalah perang Badar pada tanggal 8 Ramadhan tahun ke 2 Hijriah, nabi
bersama 305 orang muslim bergerak keluar kota membawa perlengkapan yang sederhana. Di
daerah Badar, kurang lebih 120 kilometer dari Madinah, pasukan nabi bertemu dengan pasukan
quraisy yang berjumlah sekitar 900 sampai 1000 orang. Nabi sendiri yang memegang
komando. Dalam perang ini kaum muslimin keluar sebagai pemenang.

11
Daftar pustaka

Bukhori Abdul Shomad, ‘PIAGAM MADINAH DAN RESOLUSI KONFLIK’, Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama, 8.2
(2013), 53–66.

Ummu Salamah Ali, ‘Peradaban Islam Madinah (Refleksi Terhadap Primordialisme Suku Auz Dan Khazraj)’,
Kalimah, 15.2 (2017), 191 <https://doi.org/10.21111/klm.v15i2.1495>.

Patmawati, ‘SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW DI MEKAH DAN MADINAH’, 2015, 1–17.

Muhammad Burhanuddin, ‘Conflict Mapping Piagam Madinah (Analisa Latar Belakang Sosiokultural Piagam
Madinah)’, Jurnal AL-IJTIMAIYYAH: Media Kajian Pengembangan Masyarakat Islam, 5.2 (2019), 1–20
<https://doi.org/10.22373/al-ijtimaiyyah.v5i2.5233>.

Sirah nabawiyah ibnu hisyam

12

Anda mungkin juga menyukai