Anda di halaman 1dari 13

Nama : Sinta Asanah

NPM : 10060119052
Kelas :B

Tugas 3 SPI : Peradaban Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW

A. Strategi Dakwah Rasulullah dalam Mengembangkan Masyarakat Mekah

Masyarakat mekah dahulu dilanda krisis ketuhanan yang mana mereka meninggalkan

agama tauhid yang telah diajarkan oleh Nabi Ibrahim a.s. dan anak-anak keturunannya.

Penduduk mekah menjadi menyembah berhala, patung-patung dari tanah liat, batu-batu besar

dan benda-benda tertentu yang dianggapnya dapat menyampaikan hajatnya kepada Allah Swt.

Berhala yang paling banyak disembah dan diyakini dapat mewakili tuhan adalah latta, uzza,

hubal, dan manat.

Keyakinan masyarakat mekah tersebut disebut syirik (menyekutukan Allah), dan membuat

nabi Muhammad Saw. merasa prihatin. Hingga kemudian Rasulullah berdakwah di mekah

selama ±12 tahun. Materi yang di sampaikan dalam dakwah beliau langsung terfokus kepada

substansinya, yaitu mengenai Tauhidullah (mengesakan Allah SWT.).

1. Dakwah Rasulullah pada Periode Mekah dan Mengembangkan Islam

Menjelang usia 40 tahun, Rasulullah sering berkhalwat di Gua Hira selama berhari-hari

bahkan lebih dari satu bulan untuk memohon petunjuk kepada Allah Swt. Tepat pada malam

Senin, tanggal 17 Ramadhan tahun 610 M yang dijadikan sebagai peringatan “Nuzulul

Qur`an”, datang malaikat Jibril kepada Rasulullah di Gua Hira untuk menyampaikan wahyu

pertama berisi perintah membaca (iqra), yaitu Q.S. Al-`Alaq ayat 1-5. Setelah penantian yang

cukup lama dari rasa kebingungan tentang apa yang harus dilakukan sebagai rasul Allah.

Akhirnya wahyu kedua mulai diterimanya, yaitu Q.S. Al-Muddatsir ayat 1-7. Setelah turun

wahyu kedua tersebut, Rasulullah Saw. memulai untuk berdakwah.


2. Metode Dakwah Rasulullah

a. Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi

Metode dakwah ini dilakukan selama tiga tahun lebih yang membawa hasil beberapa

orang masuk agama islam yang dikenal dengan as-sabiqunal-awwalun (orang-orang

yang pertama kali masuk islam), antara lain adalah:

1) Khadijah binti Khuwailid (Istri Rasulullah Saw)

2) Ali bin Abi Thalib (Saudra sepupu Rasulullah Saw)

3) Abu Bakar Ash-Shiddiq (Sahabat karib Rasulullah Saw)

4) Zaid bin Haritsah

5) Utsman bin Affan

6) Zubair

7) Sa`ad bin Abi Waqqash

8) Thalhah bin Ubaidillah

9) Abdurrahman bin Auf

10) Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, dll

b. Metode Secara Terang-Terangan

Rasulullah melakukan dakwah secara terang-terangan setelah menerima wahyu dari

Allah Swt. agar menjalankan dakwah secara terang-terangan yaitu Q.S. Al-Hijr ayat 94.

Dalam metode dakwah ini Rasulullah ditentang oleh kaum kafir Quraisy.

c. Dakwah dengan Membaca Al-Quran sebagai mukjizat terbesar Rasulullah Saw.

Subhi Al-Shalih (1999:5) dalam “Mabahits fi Ulum Al-Qur`an” merumuskan definisi

Al-Qur`an yang dipandang dapat diterima oleh mayoritas ulama terutama ahli Bahasa,

ahli fiqih dan ushul fiqih, sebagai berikut: “Al-Qur`an adalah firman Allah SWT yang
bersifat atau berfungsi sebagai mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

SAW.

Proses turunnya Al-Qur`an dan kemukjizatannya:

Al-Qur`an turun dari Lauhul Mahfuzh secara sekaligus ke langit dunia (Baitul Izzah),

kemudian dari baitul izzah turun secara berangsur-angsur kepada nabi Muhammad

SAW dengan perantara malaikat Jibril. Hal ini sesuai dengan Hadist yang ditegaskan

oleh sahabat Rasul bernama Abdullah bin Abbas (HR. An-Nasai)

Al-Qur`an turun selama 22 tahun, 2 bulan dan 12 hari, sebanyak 114 surat dan 6.236

ayat dengan rincian : Periode Mekah 12 tahun, 5 bulan dan 13 hari, terdiri atas 86

surat, 4.780 ayat (± 2/3 jumlah ayat turun di Mekah). Periode Madinah selama 9 tahun,

9 bulan dan 9 hari, sebanyak 28 surat, 1.456 ayat (1/3 ayat turun di Madinah).

d. Rasulullah SAW Berhijrah dari Mekah ke Madinah

Terdapat dua macam arti hijrah yang harus di ketahui umat islam. Pertama, hijrah

berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT untuk

melakukan perbuatan-perbuatan yang baik yang di perintahkan Allah SWT dan di

ridhai-Nya. Kedua, hijrah ialah berpindah tempat dari suatu negeri kafir ke negeri

islam.

Rasulullah SAW dan umat islam berhijrah dari Mekah ke Yatsrib (Madinah) pada

tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah (28 Juni 622 M).

Beberapa hal yang terjadi pada saat menuju hijrah :

1) Rasulullah bersama Abu Bakar Shiddiq bersembunyi di Gua Tsur (sekitar 3 mil dari

Mekah) selama tiga hari tiga malam.


2) Keluar dari Gua kemudian menyewa seorang kafir yang dapat di percaya yaitu

Abdullah bin Uraiqit sebagai petunjuk jalan.

3) Tiba di tempat dengan nama Quba kemudian membangun masjid dengan nama

masjid Quba (Q.S. 9:108)

4) Di Bani Salim Nabi SAW mengadakan shalat jumat yang diimaminya untuk

pertama kali.

5) Tinggal dirumah Abu Ayyub Al-Ansari selama tujuh bulan (karena unta nabi

berhenti dan berlutut tepat di rumahnya).

6) Dibangun masjid Nabawi di tanah kosong milik Sahl dan Suhail.

Tujuan dari hijrah tersebut adalah :

1) Menyelamatkan umat islam dari tekanan, ancaman dan tekanan dari kaum kafir

quraisy.

2) Agar umat islam memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta

beribadah (Menegakkan dan meninggikan agama islam, Q.S. An-Nahl 16:41-42).

B. Strategi Dakwah Rasulullah dalam Mengembangkan Masyarakat Madinah

Setelah kedatangan Rasulullah SAW, kota Yatsrib namanya diubah menjadi Madinatun

Nabi (kota Nabi) atau Madinatu al-Munawwarah (kota yang penuh cahaya terang).

Factor-faktor penyebab masyarakat Madinah mudah menerima agama Islam :

1) Kesederhanaan pribadi Nabi Muhammad SAW

2) Sikap sopan santun dalam masyarakat Madinah

3) Rela berkorban untuk orang lain

4) Islam mengajarkan perdamian antar bangsa dan melarang persaingan tidak sehat

5) Di dalam islam, kedudukan setiap umat islam sama di hadapan Allah SWT

6) Nabi Muhammad SAW adalah seorang pemaaf, rendah hati dan tidak pendendam
1. Ciri-Ciri Dakwah Rasulullah SAW :

a. Menjaga kesinambungan tarbiyah (proses pengembangan dan bimbingan) dan tazkiyah

bagi sahabat yang telah memeluk agama islam. Programnya : membacakan,

mengajarkan ayat-ayat Al-Quran dan sunah; membangun masjid; dan

mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshor.

b. Mendirikan Daulat Islamiyah (saran dakwah)

c. Serius menerapkan hokum syariat untuk seluruh lapisan masyarakat seperti

melaksanakan syiar-syiar islam.

d. Hidup berdampingan dengan musuh islam yang menyatakan ingin hidup

berdampingan.

e. Hadapi secara tegas pihak yang pilihannya perang

f. Realisasi universalitas dakwah islam dengan merambah ke kawasan dunia

g. Melalui surat, duta, rombongan, menerima utusan yang datang dst.

2. Strategi Dakwah Rasulullah SAW di Madinah

a. Membangun Masjid

Fungsi masjid yakni sebagai pusat politik dan pemerintahan, pusat kegiatan pendidikan,

mengajar keagamaan, mengadili berbagai perkara, dan pertemuan-pertemuan.

b. Menciptakan Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar

Berikut yang dipersaudarakan Rasulullah (Afzalur Rahman, 2009:14) :

1) Rasulullah SAW dengan Ali bin Abi Thalib

2) Hamzah bin Abdul Muthalib dengan Zaid bin Haritsah

3) Abu Bakar dengan Kharijah bin Zuhair

4) Umar bin Khatab dengan Itban bin Malik Al-Khazraj

5) Utsman bin Affan dengan Aus bin Tsabit

6) Abdurrahman bin Auf dengan Sa`ad bin Rabi


7) Ja`far bin Abi Muthalib dengan Mu`az bin Jabal, dll

c. Membuat Piagam/Konstitusi Madinah (Upaya meningkatkan hubungan antara kaum

muslim dan nonmuslim)

Piagam Madinah ditulis pada tahun ke satu hijriah atau 622 M, piaga Madinah adalah

sebagai titik tolak pembentukan negara yang demokratis. Isi piagam Madinah secara

ringkas adalah :

1) Kaum muslim dan kaum yahudi hidup secara damai (bebas memeluk agama

masing-masing)

2) Jika salah satu di perangi musuh dari luar, maka mereka wajib membantu pihak

yang diserang.

3) Kaum muslim dan kaum yahudi wajib saling menolong dan melaksanakan

kewajiban untuk kepentingan bersama.

4) Nabi Muhammad adalah pemimpin untuk seluruh penduduk Madinah, jadi bila

terjadi perselisihan di antara kaum muslim dan kaum yahudi penyelesaiannya

dikembalikan pada keadilan Nabi Muhammad sebagai pemimpin tertinggi di

Madinah.

d. Menyepakati Berbagai Perjanjian

Suku-suku yang menjalin perjanjian diantaranya suku Buwar, Bani Mujlid, Bani

Dumrah Jahannah, Bani Giffar, Khuz`ah, dll, termasuk perjanjian dengan suku Quraisy

yang kini dikenal dengan perjanjian Hudaibiyah. (Afzalur Rahman, 2009:16-17)

Perjanjian Hudaibiyah

Pada tahun 6 hijriyah (628 M) Nabi Muhammad beserta 1.000 kaum muslim pergi ke

Mekah untuk mengerjakan umrah dan berziarah ke Baitulharam, Namun di tengah

perjalanan mereka di halangi oleh kaum Quraisy yang dipimpin oleh Khalid bin Walid

karena di duga akan melakukan peperangan. Setelah di beri penjelasan oleh Utsman bin
Affan lunaklah hati mereka. Akhirnya setelah sampai di tempat bernama Hudaibiyah

mereka mengadakan perundingan yang disebut perjanjian Hudaiibiyah. Nabi

Muhammad sebagai wakil dari kaum muslimin dan Suhail bin Amir sebagai utusan dari

kaum Quraisy. Penulis perjanjian ini adalah Ali bin Abi Thalib.

Isi perjanjian Hudaibiyah ini antara lain :

1) Tahun ini kaum muslimin yang bersama rombongan Rasulullah harus kembali ke

Madinah dan tidak boleh meneruskan maksudnya ke kota Mekah.

2) Tidak boleh melakukan peperangan antar kedua belah pihak selama 10 tahun.

3) Kaum Quraisy yang datang kepada Nabi Muhammad dan tidak seizin walinya harus

dikembalikan dan pengikut Nabi Muhammad yang datang kepada kaum Quraisy

tidak dikembalikan.

4) Kaum Quraisy di Mekah harus menjauhkan diri dari kota Mekah selam kaum

muslim berada di kota Mekah untuk melakukan ibadah.

5) Pada tahun berikutnya harus diperbolehkan untuk kaum muslim melakukan ibadah

haji dan umrah selama tiga hari tidak diperbolehkan membawa senjataperang selain

pedang di dalam sarungnya.

6) Barang siapa yang hendak membuat perjanjian dengan Nabi Muhammad

diperbolehkan begitu pula kepada kaum Quraisy.

e. Futuh (Pembebasan) dan Penaklukan Kota Mekah

Setelah perjanjian Hudaibiyah berlangsung, Bani Khuzaah bergabung dengan umat

islam di Madinah sedangkan Bani Bakar bergabung dengan kaum Quraisy Mekah.

Setelah dua tahun perjanjian Hudaibiyah, Bani Bakar dibantu kekuatan kaum kafir

Quraisy menyerang Bani Khuzaah dan membantainya dan menjadikan tercorengnya

perjanjian Hudaibiyah. 40 orang perwakilan Bani Khuzaah menghadap Rasulullah

SAW di Madinah mengadukan penyerangan dan minta bantuan pasukan untuk


menggempur kekuatan Bani Bakar yang dibantu kaum Quraisy. Ketika wahyu yang

ditunggu tiba, Nabi Muhammad mengirimkan utusan kepada pemuka Quraisy dengan

membawa perdamaian dan mengajukan usulan. Usulannya sebagai berikut :

1) Orang Quraisy harus mengganti rugi terhadap para korban dari Bani Khazaah

2) Orang Quraisy Mekah harus menghentikan persekutuan mereka dengan Bani Bakar

3) Orang Quraisy harus melakukan pembatalan terhadap perjanjian Hudaibiyah

Orang Quraisy oun memilih alternative yang ke-3 yakni pembatalan perjanjian

Hudaibiyah. Akhirnya Nabi Muhammad meyiapkan pasukan untuk melawan pasukan

kafir Quraisy.

Nabi Muhammad berhasil mengerahkan 10.000 pasukan tempur bergerak meuju

mekah. Tepat tanggal 1 Januari 630 M kota Mekah dapat dikuasai oleh umat islam.

Peristiwa Pembebasam Kota Mekah

Proses awal Nabi Muhammad memerintahkan sahabat dan pasukannya untuk berkemah

di depan kota Mekkah. Lalu pamannya yang bernama Abbas bin AbdulMuthalib datang

menemui Rasulullah dan menyatakan keislamannya. Abu Sufyan pun juga datang dan

menyatakan keislamannya. Kemudian Rasulullah memberikan kepercayaan kepada

Abu Sufyan menjadi perantara terhadap masyarakat lainnya. Terutama dalam persoalan

keselamatan mereka di kota Mekah dari kemungkinan terjadi serangan oleh umat islam.

Masyarakat Quraisy lainnya mengikuti jejak langkah Abu Sufyan dan menyatakan diri

masuk islam.

Abu Sufyan menyampaikan pesan perdamaian yang di bawanya dari Rasulullah dan

memerintahkan agar tidak melawan Rasulullah dan pasukannya ketika memasuki

Mekah. Setelah Mekah ditaklukan, Rasulullah memaafkan semua kesalahan kemudian


Rasulullah barulah menghancurkan 360 berhala yang mengelilingi kabah dari yang

kecil sampai yang paling besar.

f. Keteladanan Dakwah Rasulullah pada Periode Mekah

1) Menjunjung tinggi rasa hormat dan saling tolong menolong sesama manusia

2) Berkewajiban mendakwah mengajak orang lain untuk beribadah, mendirikan

masjid, dan memakmurkannya.

3) Hidup bermasyarakat dengan baik

4) Tidak membeda-bedakan ras, suku, atau golongan.

5) Menjadi pemimpin yang adil, datang melindungi serta mengayomi masyarakatnya.

6) Mengutamakan persatuan dan kesatuan

7) Sabar dan tabah bila menghadapi segala halangan dan rintangan serta bersyukur

bila diberi nikmat ataupun berkah.

C. Profil Negara Madinah

Pada periode Madinah islam merupakan kekuatan politik. Ajaran islam yang berkaitan

dengan kaidah kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Dalam rangka

memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, beliau meletakkan dasar-dasar kehidupan

bermasyarakat.

Dasar pertama, yaitu pembanguna masjid, selain untuk tempat shalat, masjid juga sarana

penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka. Selain itu,

juga sebagai tempat berunding masalah-masalah yang dihadapi dan juga berfungsi sebagai

pusat pemerintahan.

Dasar kedua, yaitu ukhuwah Islamiyah, persaudaran sesame muslim. Nabi

mempersaudarahan antara golongan muhajirin dengan penduduk madinah yang sudah

masuk islam dan ikut membantu kaum muhajirin tersebut. Dengan demikian diharapkan

setiap muslim mereka terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan.


Dasar ketiga, yaitu hubungan persahabatan dengan pihak pihak lain yang tidak beragama

islam.di Madinah,di simpan orang orang arab islam, juga terdapat golongan masyarakat

yuhudi dan orang orang arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka.

Untuk itu, beliau mengeluarkan sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama

orang-orang yahudi sebagai suatu komunitas.

Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa rasulullah SAW menjadi kepala pemerintahan

memiliki wewenang yang menyangkut peraturan dan tata tertib umum. Dalam bidang

sosial, Rasulullah saw. juga meletakkan dasar persamaan antar sesama manusia. Perjanjian

ini, dalam pandangan ketatanegaraan, sering disebut dengan konstitusi atau piagam

Madinah.

1. Sistem Pemerintahan Madinah

a. Mengamalkan pemerintahan demokrasi melalui konsep syura dan musyawarah

b. Pemerintahan tertinggi ialah Rasulullah (zaman nabi Muhammad SAW) dan

Khalifah (pada zaman Khulafaur Rasyidin)

c. Badan pemerintah tertinggi ialah majlis syura (dibakukan secara resmi pada zaman

Umar bin Khattab)

d. System perundangan dilaksanakan melalui konstitusi / sahifah Madinah

2. Bentuk Pemerintahan

Majlis Syura (Majelis Permusyawaratan)

a. Terdiri atas semua umat islam dan sahabat Rasulullah

b. Tidak ada waktu persidangan tetapi mengikuti kepentingan negara dan situasi

politik

c. Seluruh rakyat bebas mengemukakan pendapat dari pandangannya untuk kemajuan

negara (kecuali bidang agama)


d. Khalifah Umar bin Khattab telah menyempurnakan majlis syura ini dengan

mewujudkan dua jenis majlis syura yaitu Majlis Syura Tertinggi dan Majlis Syura

`Am.

3. Sumber Perundungan

Piagam Madinah

a. Disusun pada satu dan dua hijriah yang merupakan sumber perundungan di

Madinah

b. Konstitusi tertulis yang pertama di dunia juga dikenal sebagai konstitusi atau

Piagam Madinah.

c. Memuat atas 47 pasal

d. Hukum berdasarkan Al-Quran yaitu hudud, qishash, dan takzir.

e. Pada zaman Umar bin Khattab, jabatan kehakiman dipisahkan dari jabatan-jabatan

lain dan membentuk mahkamah kehakiman tertentu (qadi-qadi khas) yang

mengurus berbagai masalah dan peraturan-peraturan kehakiman.

4. Negara Madinah dan Konstitusi Madinah

Sistem pemerintahan negara Madinah secara keseluruhan dengan konstitusinya

menganut paham desentralisasi. Masalah intern kelompok diselesaikan oleh kelompok

masing-masing, kecuali menyangkut masalah yang berhubungan dengan kelompok

lain. Masalah tersebut ditangani oleh Rasulullah. Munawir Syazali menyimpulkan

prinsip dasar Piagam ini sebagai berikut:

a. Semua pemeluk islam, meskipun berasal dari banyak suku, tetapi merupakan satu

komunitas.

b. Hubungan antara anggota komunitas Islam dengan anggota komunitas yang lain

didasarkan atas prinsip-prinsip.

c. Bertetangga baik
d. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama

e. Membela mereka yang teraniaya

f. Saling menasehati

g. Menghormati kebebasan beragama (Munawir Sjadzali, 1993)

Muhammad Thahir Azhari, mengemukakan konsep Negara dalam Islam Nomokrasi

(negara hukum) bukan teokrasi. Beliau mengemukakan negara hukum Islam memiliki

prinsip umum sebagai berikut:

a. Prinsip kekuasaan sebagai amanah

b. Prinsip keadilan

c. Prinsip persamaan

d. Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap HAM

e. Prinsip peradilan bebas

f. Prinsip perdamaian

g. Prinsip kesejahteraan

h. Prinsip ketaatan rakyat.

Adapun menurut Rasyid Ridha tahapan-tahapan menuju gagasan negara Islam :

a. Negara Teokrasi yang berdasarkan atas hukum Tuhan bukan atas kontrak sosial dan

bukan pada rasio (akal) sebagaimana yang dinyatakan kaum Mu`tazilah.

b. Memeriksa semua kesulitan praktis yang menghambat rehabilitasi kekhalifahan

(kesulitan mencari orang yang tepat menjadi khalifah dan tempat yang tepat

menjadi ibu kotanya)

D. Damai dan Perang dalam Islam

Umat islam diizinkan berperang dengan dua alasan :

1. Untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya


2. Menjaga keselamatan dalam penyebaran kepercayaan dan mempertahankannya dari orang-

orang yang menghalang-halangi.

Beberapa peperangan penting yang terjadi pada masa Rasulullah seperti perang Badar,

Uhud, Khandaq, dan Khaibar adalah bukti bahwa perang merupakan keniscayaan yang harus

dihadapi muslimin, karena pilihan perdamaian tidak mungkin lagi tercapai.

Wahiddun Khans menyatakan bahwa perdamaian selalu menjadi kebutuhan dasar bagi

setiap umat manusia yang apabila perdamaian itu terwujud maka ia hidup dan apabila

perdamaian itu tiada, maka ia mati.

Anda mungkin juga menyukai