Anda di halaman 1dari 10

DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW.

DI MADINAH

Syifa Farakha Sari
X Aksel / 16







Pendahuluan
Puji syukur saya haturkan kepada Allah Swt., karena berkat limpahan rahmat dan
hidayahnya saya bisa menyusun dan menyelesaikan makalah tentang Dakwah Nabi
Muhammad saw. ke Madinah ini. Makalah ini saya susun berdasarkan sumber-
sumber terpercaya dan InsyaAllah dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membutuhkan.

A. Hijrah ke Madinah
Hijrah merupakan kepindahan Nabi Muhammad saw. dari Mekah ke
Madinah. Nabi Muhammad saw. dan kaum muslimin dengan ikhlas meninggalkan
kampong halamannya dan menetap di Madinah. Peristiwa hijrah membuka lembaran
baru dalam usaha dakwah Nabi Muhammad saw. untuk menyebarkan agama Islam.
Dalam melaksanakan tugas kerasulannya, Nabi Muhammad saw. menghadapi
tentangan yang amat berat. Meninggalnya Abu Talib dan Khadijah membuat kaum
kafir Quraisy makin berani menentang Nabi Muhammad saw. Sikap permusuhan
kaum kafir Quraisy yang semula hanya berani mencemooh dan mengolok-olok
sekarang berubah menjadi kekerasan. Mereka mulai berbuat kasar dan menganiaya
Nabi Muhammad saw. dan pera pengikutnya.
Keadaan di Mekah makin memburuk. Nabi Muhammad saw. kemudian
mengizinkan sebagian sahabatnya untuk hijrah ke Abessinia (Etiopia). Setelah itu,
Nabi Muhammad saw. mencoba berdakwah ke Taif. Namun, beliau mendapat
perlakuan buruk. Nabi Muhammad saw. diusir dan dilempari batu oleh penduduk
Taif.
Pada tahun 621 M, 10 orang suku Khazraj dan dua orang suku Aus menemui
Nabi Muhammad saw. di Aqabah. Mereka menyatakan diri masuk Islam dan
melakukan baiat kepada Nabi Muhammad saw. Peristiwa ini disebut Baiatul Aqabah
yang pertama. Pada musim haji berkutnya (622 M), sebanyak 75 orang rombongan
haji dari Madinah menemui Nabi Muhammad saw. di Aqabah. Mereka mengajak
Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah. Pada waktu itulah terjadi Baiatul Aqabah
yang kedua. Baiatul Aqabah yang kedua berisi kesanggupan mereka untuk
1. Mendengar dan menaati Nabi Muhammad saw., baik dalam keadaan
bersemangat maupun malas;
2. Menafkahkan harta, baik dalam keadaan mudah maupun sulit;
3. Melakukan amar maksuf dan nahi mungkar;
4. Tetap tabah menghadapi celaan kaum kafir;
5. Melindungi Nabi Muhammad saw. sebagaimana mereka melindungi diri
dan keluarganya, yang dengan hal itu mereka akan mendapatkan surga.
Setelah Baiatul Aqabah yang kedua tersebut, Nabi Muhammad saw.
mengizinkan kaum muslimin melakukan hijrah ke Madinah. Kaum muslimin pergi ke
Madinah dalam beberapa rombongan secara berangsur-angsur. Adapun Nabi
Muhammad saw. masih tinggal di Mekah sambil menunggu turunnya wahyu dari
Allah Swt. untuk berangkat hijrah.
Melihat kaum muslimin melakukan hijrah ke Madinah, kaum kafir Quraisy
menjadi gusar. Mereka menganggap bahwa kaum muslimin akan memiliki kekuatan
yang besar jika pergi ke Madinah. Oleh karena itu, mereka mencari cara untuk
melenyapkan Nabi Muhammad saw.
Setiap kabilah Quraisy kemudian memilih seorang pemuda yang kuat untuk
membunuh Nabi Muhammad saw. Pra pemuda pilihan itu kemudian mengepung
rumah Nabi Muhammad saw. sesuai rencana. Akan tetapi, Nabi Muhammad saw.
telah diberi tahu oleh Malaikat Jibril mengenai hal itu. pada malam itu, Nabi
Muhammad saw. berjaga-jaga dan bersiap-siap pergi ke Madinah. Nabi Muhammad
saw. kemudian digantikan Ali bin Abi Talib menempati tempat tidurnya.
Setelah mengatur segalanya, Nabi Muhammad saw. keluar dari rumah seraya
membaca Surah Yasin. Atas izin Allah Swt., para pemuda kafir itu tidak melihat Nabi
Muhammad saw. walaupun mereka berjaga-jaga sepanjang malam. Ketika fajar tiba,
mereka menyerbu masuk rumah. Akan tetapi, mereka sangat terkejut ketika hanya
menjumpai Ali bin Abi Talib. Dengan kesal, orang-orang Quraisy segera
menyebarkan algojonya untuk melacak jejak Nabi Muhammad saw. Mereka
menjanjikan hadiah seratus ekor unta bagi siapa pun yang dapat menangkap Nabi
Muhammad saw.
Setelah keluar dari rumahnya, Nabi Muhammad saw. pergi menemui Abu
Bakar as-Siddiq. Nabi Muhammad saw. memberi tahu Abu Bakar bahwa mereka
harus pergi ke Madinah saat itu juga. Abu Bakar kemudian menyiapkan perbekalan
bagi kepergian mereka. Selanjutnya, mereka bersembunyi di Gua Tsur selama tiga
hari tiga malam.
Pada malam keempat mereka keluar gua dan menyewa seorang kafir yang
dapat dipercaya, yaitu Abdullah bin Uraiqit. Perjalanan hanya dilakukan di malam
hari dan menghiindar dari jalan umum. Akhirnya, Nabi Muhammad saw. tiba di Quba
(dekat Madinah) pada hari Senin, 20 September 622 M setelah berjalan selama tujuh
hari. Di tempat ini, Nabi Muhammad saw. menetap selama empat hari. Beliau juga
membangun sebuah masjid yang diberi nama Masjid Quba.
Pada hari Jumat, 24 September 622 M, Nabi Muhammad saw. meninggalkan
Quba. Di perkampungan Bani Salim, Nabi Muhammad saw. mengimami salat Jumat
yang pertama kali dalam sejarah Islam. Seseampianya di Madinah, Nabi Muhammad
saw. disambut oleh bani Najjar. Bani Najjar masih memiliki kekerabatan dengan Nabi
Muhammad saw. dari pihak ibu.
Selanjutnya, Nabi Muhammad saw. memanggil istrinya, Saudah, kedua
putrinya, Ummu Kulsum dan Fatimah melalui anak angkatnya, Zaid bin Harisah.
Sejak itu, Nabi Muhammad saw. tinggal di Madinah serta mengembangkan ajaran
Islam di sana.

B. Dakwah Nabi Muhammad saw. di Madinah
Peristiwa hijrah menjadi babak baru dalam perjuangan umat Islam. Setelah
mendapat tantangan yang hebat dari kaum kafir Quraisy di Mekah, kaum muslimin
mendapat semangat baru dengan dukungan dari penduduk Madinah. Mereka bersama
bahu-membahu dalam memperjuangkan Islam.
Setelah kedatangan kaum muslimin Mekah, penduduk Madinah terdiri dari
kaum Muhajirin (kaum muslimin yang berhijrah dari Mekah), kaum Ansar (penduduk
Madinah yang telah memeluk Islam), dan kaum nonmuslim. Sejak saat itu, kaum
Muhajirin dan kaum Ansar bersama-sama membangun Madinah dan
mengembangkan agama Islam.
Nabi Muhammad saw. dan kaum muslimin kemudian berusaha membangun
landasan-landasan utama bagi terbentuknya sebuah masyarakat/negara yang baru.
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. adalah membangun
masjid, mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Ansar, serta menyusun undang-
undang.
1. Membangun Masjid
Masjid yang pertama kali dibangun Nabi Muhammad saw. di Madinah adalah
Masjid Nabawi. Masjid ini dibangun pada Rabiulawal tahun 1 Hijriah (September
622 M). Masjid ini dibangun umat Islam dengan bergotong royong. Nabi Muhammad
saw. juga turut serta dalam pembangunan masjid ini.
Setelah Masjid Nabawi selesai dibangun, Nabi Muhammad saw.
menggunakannya sebagai
a. Pusat peribadahan;
b.Pusat perencanaan kegiatan masyarakat;
c. Pusat latihan dan pendidikan dari Nabi Muhammad saw.;
d.Menampung kaum Muhajirin dari Mekah yang kehabisan bekal;
e. Tempat mengadili perkara-perkara yang diselesaikan oleh Nabi Muhammad
saw.
Setelah membangun Masjid Nabawi, umat Islam berturut-turut membangun
beberapa masjid lainnya, yaitu Masjid Jumuah, Masjid Gamamah, dan masjid
lainnya.

2. Mempersaudarakan Kaum Ansar dan Muhajirin
Dengan dibangunnya beberapa masjid, Nabi Muhammad saw. dapat segera
melaksanakan kegiatannya untuk kembali menyebarkan agama Islam. Setealah itu,
Nabi Muhammad saw. mempersaudarakan orang-orang dari kaum Ansar dan kaum
Muhajirin. Sebagai contonya, Nabi Muhammad saw. mempersaudarakan Ibnu
Masud dengan Saad bin Muaz, kepala suku Aus. Hal itu dilakukan agar kaum
Muhajirin mendapat perlindungan yang kuat di Madinah.
3. Menyusun Dustur (Undang-Undang)
Berkaitan dengan telah terbentuknya masyarakat di Madinah, Nabi
Muhammad saw. kemudian menetapkan sebuah dustur atau undang-undang. Undang-
undang ini terkenal dengan sebutan Piagam Madinah. Piagam Madinah memuat
ketetapan mengenai hak dan kewajiban bagi kaum muslim dan nonmuslim. Secara
singkat, ketetapan-ketetapan dalam Piagam Madinah adalah sebagai berikut.
a. Dengan nama Allah, telah ditetapkan oleh Muhammad, Nabi Allah, bahwa
semua orang yang beriman, baik dari suku Quraisy, suku Madinah,
maupun dari mana saja, semuanya adalah satu negara.
b. Perdamaian dan peperangan akan mengikat semua umat Islam. Tidak
seorang pun di antara mereka berhak mengadakan perdamaian atau
menyatakan perang dengan musuh-musuh dari teman-teman seagamanya.
c. Orang Yahudi yang ikut serta menggabungkan diri dalam negara Islam
akan dilindungi dari semua gangguan, serta mempunyai hak-hak yang
sama.
d. Orang-orang Yahudi bersama umat Islam akan membentuk suatu bangsa
campuran dan mereka akan mengamalkan agama mereka sama bebasnya
dengan umat Islam.
e. Langganan dan sekutu orang Yahudi akan memperoleh keamanan dan
kebebasan yang sama.
f. Langganan dan sekutu orang Yahudi dan orang-orang Islam akan
dihormati sebagai penyokong.
g. Semua umat Islam yang sejati akan memandang rendah orang yang
berbuat kejahatan dan tidak akan melindunginya, meskipun dia adalah
saudara dekatnya.
h. Orang yang bersalah akan dituntut dan dihukum.
i. Orang Yahudi akan bergabung dengan umat Islam dalam
mempertahankan Kota Madinah.
j. Kota Madinah merupakan tempat yang suci dan aman bagi semua orang
yang mengakui piagam ini.
k. Orang-orang Yahudi dan sekutu umat Islam tidak akan mengadakan
persetujuan dengan musuh umat Islam untuk melawan umat Islam.
l. Semua perselisihan di masa depan akan diserahkan kepada Nabi
Muhammad saw.
Ditetapkannya Piagam Madinah merupakan peristiwa penting dalam sejarah
Islam. Piagam itu di kemudian hari membawa perubahan yang sangat besar dalam
kehidupan umat Islam.
Ada beberapa pelajaran berharga dari hijrahnya Rasulullah saw. yang dapat
kita petik dalam membangun kembali umat Islam ke depan, antara lain sebagai
berikut.
1. Hijrah merupakan langkah keluar dari krisis yang mengepung dan langkah
strategis menuju kepastian tegaknya Islam.
2. Pentingnya melakukan sebuah pengorbanan. Ketika Rasulullah saw.
menyampaikan kepada Abu Bakar r.a. bahwa Allah Swt.
memerintahkannya untuk berhijrah bersama para sahabat-sahabatnya, Abu
Bakar r.a. menangis kegirangan. Seketika itu, Abu Bakar r.a. membeli dua
ekor unta dan menyerahkannya kepada Rasulullah saw. untuk memilih
yang dikehendakinya. Rasulullah saw. tidak mau mengendarai unta yang
bukan miliknya, dan bersikeras untuk membayar unta itu.
Rasulullah ingin mengajarkan bahwa untuk mencapai suatu usaha besar,
dibutuhkan pengorbanan maksimal dari setipa orang. Beliau bermaksud
berhijrah dengan segala yang dimilikinya, tenga, pikiran, dan materi.
Bahkan, dengan jiwa dan raga beliau. Dengan membayar harga unta itu,
Rasulullah saw. mengajarkan kepada Abu Bakar dan kepada kita bahwa
dalam mengabdi kepada Allah Swt., janganlah mengabaikan sedikitpun
dari kemampuan, selama kita masih memiliki kemampuan itu.

Selanjutnya, ada empat pilar kekuatan yang dibangun Rasulullah saw. dan
para sahabatnya di Madinah. Keempat pilar tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kekuatan Akidah dan Ibadah.
Untuk menguatkan akidah dan meningkatkan ibadah umat Islam pada
zaman Rasul, dilakukan dengan cara membangun masjid. di zaman
Rasulullah saw. masjid benar-benar berfungsi sebagai kekuatan perekat
hubungan manusia dengan Allah Swt. dan dengan sesamanya. Masjid
menjadi tempat yang sangat dicintai dan dirindukan kehadirannya oleh
masyarakat pada saat itu.
Hal itu pula yang harus kita lakukan sekarang ini, menjadikan masjid
sebagai tempat yang nyaman dan menyejukkan, agar umat kembali
berbondong-bondong masuk ke dalamnya.
2. Kekuatan Ekonomi.
Dengan penguatan di bidang ekonomi, diharapkan melahirkan para pelaku
bisnis yang handal menguasai roda ekonomi, seperti menguasai pasar.
Tentu saja harus tetap memiliki integritas kepribadian yang utuh dan
tangguh berdasarkan nilai-nilai islami.
3. Kekuatan Sosial.
Kekuatan sosial ditandai dengan adanya al-muakhah (kegiatan
mempersaudarakan) sahabat Muhajirin yang berasal dari Mekah dan
berhijrah bersama Rasul.
4. Kekuatan Politik
Kekuatan politik dikuatkan dengan dilahirkannya Piagam Madinah.
Piagam tersebut merupakan piagam tertulis pertama di dunia, jauh
sebelum munculnya Declaration of Human Rights yang dilahirkan PBB
pada tahun 1948.

C. Akhir Hayat Rasulullah saw.
Rasulullah saw. melaksanakan dakwah secara sempurna kurang lebih 23
tahun. Pada saat dakwah Islam telah sempurna dan menguasai situasi, tanda-tanda
perpisahan dengan kehidupan dan orang-orang yang masih hidup mulai tampak terasa
dalam perasaan Rasulullah saw. Hal itu semakin diperjelas dari perkataan dan
perbuatan yang beliau lakukan.
Pada bulan Ramadhan tahun 10 H, Rasulullah saw. beriktikaf selama 20 hari.
Pada tahun-tahun sebelumnya, beliau tidak pernah beriktikaf kecuali sepuluh hari saja
dan ketika Malaikat Jibril bertadarus Al-Quran selama dua kali.
Pada tanggal 28 atau 29 Safar tahun 11 H, Rasulullah saw. menghadiri
pemakaman jenazah seorang sahabat di Baqi. Ketika kembali, di tengah perjalanan
beliau merasakan sakit kepala (pusing) dan panas badannya mulai merambat pada
sekujur tubuhnya, sampai-sampai para sahabat merasakan panasnya pada sorban yang
beliau pakai. Beliau sakit selama kurang lebih 14 hari.
Penyakit Rasulullah saw. semakin lama semakin berat. Hari Rabu, lima hari
sebelum wafat, demam menyerang seluruh tubuhnya. Sakit Rasulullah saw. semakin
hari semakin parah hingga beliau pingsan. Pada saat beliau sadar dan merasa
membaik, beliau masuk ke masjid dalam keadaan kepala diikat dengan sorban
berwarna hitam, lalu duduk di atas mimbar. Beliau berkhotbah di hadapan para
sahabatnya yang berkumpul di sekelilingnya. Setelah beliau turun dari mimbar untuk
melaksanakan salat Zuhur, beliau kemudian duduk di atas mimbar, dan mengulangi
perkataannya seperti semula.
Sehari sebelum wafat, tepatnya hari Ahad beliau memerdekakan budak dan
bersedekah dengan enam atau tujuh dinar yang dimilikinya, serta memberikan
senjata-senjatanya pada kaum muslimin.
Keesokan harinya, ketika beranjak waktu duha, Rasulullah saw. memanggil
Fatimah kemudian membisikkan kepadanya sesuatu dan Fatimah pun menangis.
Rasulullah saw. member tahu kepada Fatimah bahwa beliau akan meninggal pada
saat sakit yang dideritanya saat ini.
Selanjutnya, Rasulullah saw. memanggil Hasan dan Husain lalu mencium
kepadanya dan berwasiat kepada mereka untuk selalu berbuat baik. Kemudian, beliau
memanggil istrinya dan mengingatkannya.
Detik-detik kematian Rasulullah saw. telah tiba, Aisyah menyandarkan tubuh
Rasulullah saw. kepadanya. Tidak lama kemudian, Rasulullah saw. mengangkat
tangan atau jarinya dan menatapkan pandangannya ke atap, kedua bibirnya bergerak,
dan Aisyah mendengarkannya, beliau berkata, Bersama-sama dengan orang-orang
yang Engkau anugerahi nikmat, yaitu para Nabi, para siddiqin, orang-orang yang
mati syahid, dan orang-orang saleh. Ya Allah ampunilah aku dan kasihanilah aku,
pertemukan aku dengan kekasih yang Mahatinggi, ya Allah kekasih yang
Mahatinggi.
Beliau mengulangi kalimat tersebut yang terakhir hingga tiga kali.
Kemudian, tangannya miring dan beliau pun akhirnya bertemu dengan kekasih beliau
Yang Mahatinggi, inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.
Peristiwa tersebut berlangsung pada waktu duha, yakni 12 Rabiul Awal tahun
11 tahun Hijriah (8 Juni 632 M). Usia beliau pada saat itu telah mencapai 63 tahun.
Semua bersedih kehilangan sosok pemimpin umat, pemimpin negara yang
sempurna, suri tauladan alam yang agung.

Anda mungkin juga menyukai