Sedangkan dalam bentuk verbal, hijrah berarti berpindah atau menyingkir untuk
sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan
tertentu (keselamatan, kebaikan, dan sebagainya).
Dalam sudut pandang Islam, hijrah tidak hanya dimaknai sebagai perpindahan
tempat semata, melainkan juga dipahami sebagai perpindahan dari satu situasi yang
tidak baik ke situasi yang lebih baik.
Sejarah hijrah Rasulullah ke Madinah memiliki hikmah yang dapat dipetik. Semua ini
bermula dari perjalanan Rasulullah berdakwah di Kota Mekkah. Setelah tiga tahun
berdakwah sembunyi-sembunyi, Rasulullah mengumumkan syiar Islam di Mekkah.
Dakwah adalah perjalanan panjang, tidak selalu berjalan mulus hingga Rasulullah
melangsungkan hijrah. Berikut ini adalah sejarah hijrah rasulullah ke Madinah.
Berbagai upaya dilakukan oleh kaum kafir Quraisy untuk menghentikan dakwah
Rasulullah, dari cara yang paling halus sampai menggunakan kekerasan. mengusik
umat muslim, menyiksa para budak, melemahkan ekonomi umat muslim, hingga
membuat Mekkah menjadi tempat yang tidak aman untuk bermukim.
Rasulullah mengirimkan Mush’ab bin ‘Umair dan ‘Amr bin Ummi Maktum untuk pergi
ke Yatsrib, dengan tujuan mensyiarkan Islam, mengajarkan shalat dan nilai-nilai
Agama Allah. Pada tahun kenabian ke-13, Rasulullah kembali melakukan bai’at
aqabah yang kedua, kepada 73 orang pria dan dua orang wanita dari Yastrib saat
tengah malam. Dalam perjanjian kedua, perjanjian tersebut menyatakan bahwa
penduduk Yastrib bersedia untuk melindungi Nabi Muhammad SAW, ikut
memajukan dan menyiarkan agama Islam, serta menerima segala risiko.
Setelah Bai’at Aqabah kedua, Rasulullah memerintahkan umat muslim untuk hijrah
secara sembunyi-sembunyi dan berkelompok secara bergantian, agar tidak
diganggu oleh kaum kafir Quraisy. Hanya Umar bin Khattab saja yang hijrah secara
terang-terangan.
Kota Yastrib merupakan nama yang digunakan sebelum ‘Madinah’. Kota di mana
terdapat dua suku yang besar, yang selalu bertengkar selama puluhan tahun. Oleh
sebab itu disebut sebagai kota Yastrib yang memiliki arti mencela dan menghardik.
Saat hijrah, Nabi Muhammad mengganti nama Yastrib menjadi al-Madinah al-
Munawwarah, yang artinya ‘Kota yang Bercahaya’.
Ketika seluruh umat muslim telah keluar Mekkah, tinggal Nabi Muhammad dan Abu
Bakar yang belum keluar dari Mekkah. Kaum kafir Quraisy berencana menghentikan
syiar Islam dengan membunuh Nabi Muhammad.
Pada suatu malam, orang Quraisy hendak menghampiri rumah Nabi Muhammad
untuk membunuhnya. Namun, sebelum itu terjadi, Nabi Muhammad telah meminta
Ali bin Abi Thalib untuk pura-pura berbaring menggunakan mantelnya di Rumah
Nabi Muhammad, dan kemudian pergi diam-diam ke rumah Abu Bakar. Sebelumnya
Abu Bakar telah menyiapkan dua ekor unta untuk mereka pergi ke Madinah. Namun,
Nabi Muhammad lebih memilih cara lain untuk pergi ke sana.
Pada malam hari, Rasulullah dan Abu Bakar pergi bertolak ke arah selatan menuju
Gua Tsur, tempat persembunyiannya. Tidak ada seorang pun yang tahu tempat
persembunyian mereka kecuali Abdullah bin Abu Bakar, Aisyah dan Asma binit Abu
Bakar, serta Amir bin Fuhairah.
Salah satu dari orang Quraisy mendekati mulut Gua Tsur dan kembali turun lagi.
Kawan-kawannya bertanya, kenapa tidak melihat masuk ke dalam gua.
Orang tersebut menjawab, “Ada sarang laba-laba di gua itu yang masih utuh, tidak
rusak, dan memang sudah ada sejak Muhammad lahir. Aku juga melihat dua ekor
burung di gua, jadi aku tahu tidak ada orang di dalam gua.”
Kaum Quraisy sama sekali tidak tahu, bahwa di dalam Gua Tsur ada Rasulullah
yang sedang berdoa dan Abu Bakar yang sedang ketakutan, mendekatkan dirinya
ke Nabi Muhammad. “La Tahzan Innallaha Ma’ana”, bisik Rasulullah di telinga Abu
Bakar yang artinya “jangan bersedih, Allah bersama kita”.
Sarang laba-laba dan dua ekor burung tersebut merupakan kuasa Allah yang telah
dijelaskan dalam firman-Nya Quran Surat Al-Anfaal ayat 30 yang berbunyi, "Dan
(ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu
untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu.
Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah
sebaik-baik Pembalas tipu daya."
Allah memberikan tipu daya yang kepada Kaum Quraisy, sehingga mereka tidak
dapat menangkap Nabi Muhammad dan Abu Bakar. Melalui peristiwa ini, Allah
juga menguatkan mental Nabi Muhammad dan Abu Bakar untuk melanjutkan hijrah
ke Madinah.
Pada hari ke-3, Asma puteri Abu Bakar datang menemui mereka untuk memberikan
perbekalan. Kemudian Rasulullah dan Abu Bakar berangkat ke Madinah melalui
jalan yang tidak biasa dilalui orang, bersama Abdullah bin Uraiqit, sebagai penunjuk
jalan. Mereka menuju Tihama, daerah dekat laut merah. Berjalan siang malam tanpa
kenal lelah hingga tiba di Madinah dan disambut dengan penuh kerinduan oleh Umat
Muslim.
Ketika tiba di Madinah, banyak orang yang meminta Rasulullah untuk tinggal di
rumahnya. Namun Rasulullah membiarkan untanya memilih rumah. Hingga berhenti
di sebuah rumah punya dua anak yatim, Sahl dan Suhail bin Amr. Di situlah
Rasulullah tinggal dan membangun Masjid pertama di Madinah.
5. Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah
Masjid itu kelak dikenal sebagai Masjid Nabawi, sebagai pusat dakwah, selain
untuk melaksanakan ibadah, dan mengajarkan nilai-nilai persaudaraan. Tidak
hanya itu, Masjid Nabawi juga menjadi sarana penting untuk merundingkan
masalah-masalah yang dihadapi umat Islam.
Perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW sejatinya bukan sekedar perjalanan dari
satu tempat ke tempat lainnya, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang memiliki
hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik sebagai umatnya. Beberapa pelajaran
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jika di suatu tempat terjadi kemunkaran dan umat Islam tidak mampu untuk
mengubah kemunkaran tersebut, maka hendaknya ia tidak berdiam diri dan segera
meninggalkan tempat itu. Namun, bila upaya perbaikan masih bisa diusahakan
walaupun sedikit demi sedikit, maka tidak mengapa untuk bertahan di tempat
tersebut dan beriktiar menumpas kemunkaran.
3. Kegigihan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah terlihat jelas melalui usaha
Beliau dalam mencoba berbagai inovasi baru dalam berdakwah.dan disertai dengan
alasan-alasan yang relevan yang melatar-belakanginya.