Pada abad ke-5 sejarah dakwah Rasulullah SAW di Mekah, bangsa Quraisy dengan segala upaya berusaha melumpuhkan gerakan Muhammad SAW. Hal ini dibuktikan dengan pemboikotan terhadap Bani Hasyiim dan Bani Muthalib (keluarga besar Muhammad SAW.). beberapa pemboikotan tersebut antara lain : 1. Memutuskan hubungan perkawinan. 2. Memutuskan hubungan jual beli. 3. Memutuskan hubungan ziarah-menziarahi. 4. Tidak ada tolong menolong. Pemboikotan itu tertulis di atas selembar sahitah atau plakat yang digantungkan di Kabah dan tidak akan dicabut sebelum Muhammad SAW menghentikan gerakannya. Selama tiga tahun lamanya Bani Hasyim dan Bani Muthalib menderita kemiskinan akibat pemboikotan itu. Banyak pengikut Rasulullah yang menyingkir ke luar kota Mekah untuk mempertahankan hidup untuk menyelamatkan diri. Ujian bagi Rasulullah SAW juga bertambah berat dengan wafatnya dua orang yang sangat dicintainya, yaitu pamannya, Abu Thalib dalam usia 87 tahun dan istrinya, yaitu Khadijah. Peristiwa tersebut yang terjadi pada tahun ke-10 dari masa kenabian (620 M) dalam sejarah disebut Amul Huzni (tahun kesedihan atau tahun duka cita). Dengan meninggalnya dua tokoh tersebut orang Quraisy makin berani dan leluasa mengganggu dan menghalangi Rasulullah SAW. Mereka berani melempar kotoran ke punggung Nabi, bahkan Beliau hampir meninggal karena ada orang yang hendak mencekiknya. Nabi Muhammad SAW merasakan bahwa dakwah di Mekah tidak lagi sesuai sebagai pusat dakwah Islam. Oleh karena itu, Beliau bersama Zaid bin Haritsah pergi hijrah ke Thaif untuk berdakwah. Ajaran Rasulullah itu ditolak dengan kasar. Bahkan mereka pun mengusir, menyoraki dan mengejar Rasulullah sambil di lempari dengan batu. Saat itu Rasulullah SAW sempat berlindung di bawah kebun anggur di kebun Utba dan Syaiba (anak Rabia). Meski demikian terluka, Rasulullah SAW tetap sabar dan berlapang dada serta ikhlas. Kesulitan dan hambatan yang terus- menerus menimpa Muhammad SAW dan pengikutnya dihadapi dengan sabar dan tawakal. Rencana pembunuhan Nabi saw oleh kaum Quraisy yang hasil kesepakatannya diputuskan oleh pemuka-pemuka Quraisy di Darun Nadwah. Mereka menyatakan bahwa mereka sangat khawatir jika Muhammad dan pengikutnya telah berkuasa di Yatsrib. Pasti Muhammad akan menyerang kafilah-kafilah dagang Quraisy yang pulang pergi ke Syam. Hal itu akan mengakibatkan kerugian bagi perniagaan mereka. Karena itu mereka berencana membunuh Nabi saw sebelum beliau ikut pindah ke Yatsrib dengan cara setiap suku Quraisy mengirimkan seorang pemuda tangguh sehingga apabila Rasulullah SAW terbunuh, keluarganya tidak akan mampu membela diri di hadapan seluruh suku Quraisy, kemudian mengepung rumah Nabi SAW dan akan membunuhnya di saat fajar, yakni ketika Rasulullah SAW akan melaksanakan sholat Subuh. Rencana-rencana tersebut diketaui oleh Nabi SAW. Malam itu beliau menyuruh Ali agar mau tidur menggantikan Nabi untuk mengecoh kaum Quraisy. Malam itu juga Nabi Muhammad Saw bersama mertuanya Abu Bakar dan sahabat Nabi yang tertua berangkat ke Gua Tsur, yang jaraknya kira-kira 3 mil arah utara Mekkah. Di sana mereka bersembunyi selama tiga hari tiga malam tanpa diketahui oleh kaum Quraisy. Selama beberapa hari lamanya para pemburu Nabi mencium keberadaan Nabi beserta sahabatnya bersembunyi di dalam gua, tetapi setelah sampai di gua tersebut mereka meragukan keberadaan nabi dikarenakan di pintu Gua Tsur adanya merpati yang bertelur dan sarang laba-laba. Pada hari keempat rombongan kecil itu meninggalkan kota menuju Yastrib dengan menyusur pantai laut merah. Perjalanan itu memakan delapan hari delapan malam. Pada hari kedelapan perjalanan mereka sampai di Quba, 5 km ke arah selatan Yastrib, tepatnya pada hari senin, 12 Rabiul Awal, yang juga merupakan hari kelahiran dan wafatnya Nabi Muhammad SAW. Dengan berpindahnya Nabi SAW dari Mekkah maka berakhirlah periode pertama perjalanan dakwah beliau di kota Mekkah. Lebih kurang 13 tahun lamanya, Beliau berjuang antara hidup dan mati menyerukan agama Islam di tengah masyarakat Mekkah dengan jihad kesabaran, harta benda, jiwa dan raga. Sebelum memasuki Yatsrib, Nabi saw singgah di Quba selama 4 hari beristirahat, Nabi mendirikan sebuah masjid quba dan masjid pertama dalam sejarah Islam. Tepat pada hari Jumat 12 Rabiul awal tahun 1 Hijrah bertepatan pada 24 September 6 M. Mereka mendapat sambutan penuh haru, hormat, dan kerinduan diiringi puji-pujian dari seluruh masyarakat Madinah. Nabi saw mengadakan shalat Jumat yang pertama kali dalam sejarah Islam dan Beliaupun berkhotbah di hadapan muslimin Muhajirin dan Anshar. Sejak Saat itu, Kota Yastrib berubah namanya menjadi Madinah Nabi (Madinah Rasul) selanjutnya kota itu disebut Madinah. Orang-orang yang pindah atau hijrah mendapat sebutan kaum Muhajirin artinya pendatang. Adapun penduduk asli disebut Anshar artinya pembela. Adapun penduduk kota Madinah itu sendiri terdiri dari dua golongan yang berbeda, yaitu golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj dan golongan Yahudi, yaitu orang-orang Israel yang berasal dari utara (Palestina). B. Perjuangan Rasulullah Pada Periode Madinah Setelah tiba di Madinah Nabi mulai meletakkan dasar-dasar pembangunan masyarakat Madinah. Dalam Fiqhus Sirah Muhammad Al-Ghazaly disebutkanada 3 hal yang dibangun Nabi Muhammad SAW dalam rangka penegakan daulah Islamiyah: 1. Memperkokoh hubungan umat Islam dengan Allah, hal ini ditandai dengan membangun masjid sebagai pusat peribadatan dan penggemblengan ruhani. 2. Memperkokoh hubungan intern ummat Islam, yakni dengan mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar. Dengan ini jamaah muslimin semakin solid dan kuat. 3. Mengatur hubungan umat Islam dengan non muslim. Untuk itu Rasulullah SAW melakukan penandatanganan Piagam Madinah (sulhul Madinah), berisi kesepakatan untuk hidup berdampingan secara damai antara umat Islam dengan kaum Yahudi serta musyrikin dengan hak dan kewajiban yang sama. Dengan 3 pilar tersebut kedudukan kaum muslimin semakin mantap. Hal lain yang perlu dicatat adalah Rasulullah SAW mendirikan pasar Madinah sebagai pembangunan basis perekonomian. Selain itu, dalam rangka menjaga keamanan daulah Islamiyah, Rasulullah mengirim sariyyah dengan tugas patroli mengawasi lalu lintas kafilah yang bergerak dari Mekkah ke Syam dan sebaliknya. Hal ini menurut Muhammad Al-Ghazaly untuk memperlihatkan kekuatan kaum muslimin dan memberi peringatan kepada musyrikin Quraisy. Setelah beberapa tahun nabi Muhammad SAW mendirikan masyarakat madani di Madinah, tetap saja ada kaum yang tidak suka akan hal tersebut yakni diantaranya kaum Yahudi, meskipun mereka telah terikat untuk hidup berdampingan dengan umat muslimin. Alasan utama kaum Yahudi adalah khawatirnya tergeser kedudukan kaum elite Yahudi dalam masyarakat baru tersebut. C. Peperangan Yang Di Hadapi Kaum Muslimin Dalam perjalanan dakwahnya , Nabi Muhammad SAW banyak menemui rintangan. Rintangan itu muncul sebagai akibat adanya masyarakat Madinah yang tidak dapat menerima kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Dibawah pimpinan Abdullah bin Ubay bin Salul, mereka menjalin hubungan rahasia dengan kaum kafir Qurasiy di Mekkah. Mereka selalu melaporkan perkembangan umat Islam di Madinah dengan Maksud menekankan kekuasaan Nabi Muhammad SAW. Hal ini merupakan awal terjadinya peperangan dengan kaum kafir quraisy. Peperangan yang kemudian terjadi adalah Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandak. 1) Perang Badar Terjadinya Perang Badar dipicu oleh rasa iri orang-orang kafir Quraisy terhadap keberhasilan Nabi Muhammad SAW, menguasai dan mempersatukan masyarakat Madinah. Peperangan ini terjadi pada 17 Ramadhan tahun ke -2 H atau 8 Januari 623 M disalah satu sumber mata air yaitu Badar. Dalam Perang Badar kaum muslimin hanya berjumlah 313 orang yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW, sedangkan pasukan kafir Quraisy berjumlah 1.000 orang yang dipimpin oleh Abu Sufyan. Sebelum perang dimulai, terjadi perang tanding antara kedua belah pihak. Pihak umat Islam diwakili Ubaidah bin Harits, Hamzah bin Abdul Muttalib dan Ali bin Abi Thalib. Pasukan Quraisy diwakili Syaibah bin Rabi'ah dan Utbah bin Rabi'ah dan Walid bin Utbah. Dalam perang ini pasukan kaum muslimin mengalami kemenangan dengan gemilang. Abu Jahal terbunuh dan 14 muslimin gugur sebagai syahid. 2) Perang Uhud Setelah mengalami kekalahan dalam perang Badar, Abu Sufyan menyiapkan pasukan dengan persenjataan lengkap. Bahkan mengundang pasukan Badui untuk bergabung. Terbentuklah pasukan kafir Quraisy dengan rincian 3.000 pasukan tempur yang didalamnya terdapat 700 pasukan bertameng dan 200 pasukan berkuda. Pada tahun 3 H, dibawah komando Abu Sufyan, pasukan itu bergerak menuju Madinah. Pada hari Kamis 21 Maret 625 M, mereka berada dihilir Lembah Uhud. Pasukan Islam berjumlah 1.000 orang, akan tetapi ditengah perjalanan, 300 orang membelot dibawah pimpinan Abdullah bin Ubay bin Salul. Kedua pasukan bertemu di Bukit Uhud, pada awal peperangan, tentara muslim memperoleh kemenangan. Akan tetapi, ketika perang hampir selesai pasukan Pemanah umat islam meninggalkan posisinya untuk mengambil harta rampasan. Akibatnya pasukan Islam mendapat serangan dari pasukan kafir yang dipimpin oleh Khalid bin Walid dari belakang. Akhirnya, pasukan Islam tidak mampu bertahan dan mengundurkan diri dari medan perang. Akibat perang ini, 70 orang pasukan Islam gugur, sedangkan 23 pasukan kafir tewas. Seusai perang, Hindun istri Abu Sufyan mengoyak-koyak isi perut Hamzah, paman Nabi Muhammad SAW, yang gugur dalam pertempuran itu. Ia melampiaskan dendam atas terbunuhnya ayahnya, Utbah bin rabi'ah, oleh Hamzah bin Abdul Muttalib dalam perang Badar. 3) Perang Khandak Setelah mengalami kekalahan dalam perang Uhud, pasukan Islam sekarang lebih kuat . Pada tahun 327 M, orang-orang kafir Quraisy, Yahudi dan Suku Badui mampu membentuk pasukan yang berkekuatan 10.000 personil. Diantaranya 600 pasukan berkuda yang dipimpin Abu Sufyan. Untuk menghadapi musuh, Nabi Muhammad SAW mengerahkan 3.000 pasukan tempur. Berdasarkan saran dari Salman Al Farisi, kaum muslimin membuat sistim pertahanan berupa parit yang mengitari perbatasan Kota Madinah. Penggalian dilakukan oleh pasukan Islam sendiri. Abu Sofyan sebagai pemimpin pasukan Quraisy memutuskan mundur karena tidak sanggup lagi menghadapi perang. Peperangan dimenangkan oleh Kaum muslimin. Kemenangan ini membuat nama umat Islam dan Kota Madinah makin harum. Hali in menyebabkan para pembesar negara tetangga tertarik untuk bekerja sama dengan pemerintah Kota Madinah. D. Perjanjian Hudaibiyah Setelah 6 tahun menetap di Kota Madinah, timbul keinginan kaum Muhajirin untuk menunaikan ibadah haji sekaligus mengunjungi tanah kelahiran mereka. Nabi Muhammad saw mengunjungi Mekkah bersama para sahabat pada bulan Zulkaidah tahun ke-6 H atau 628 M untuk menunaikan ibadah haji. Para pemuka kafir quraisy berusha menghadang rombongan umat Islam ,ketika mengetahui keberangkatan tersebut.Dalam tradisi Arab, bulan Zulkaidah diharamkan untuk mengadakan peperangan, kebencian telah membuat mereka mengabaikan tradisi itu. Ketika rombongan umat Islam sampai di sebuah tempat bernama Hudaibiyah yang berjarak sekitar 6 mil dari kota Mekkah ,mereka berhenti . Nabi Muhammad saw mengutus Usman bin Affan untuk mengabarkan kepada kaum kafir Quraisy maksud dan tujuan mereka. Kaum kafir quraisy bersikeras tidak mengizinkan rombongan umat Islam memasuki Mekkah. Walaupuun demikian ,mereka berhasil membuat kesepakatan yang dikenal dengan perjanjian Hudaibiyah. Diantaranya isinya sebagai berikut : 1. Kedua belah pihak mengadakan gencatan senjata selama 10 tahun. 2. Setiap orang diberi kebebasan untuk memilih menjadi pengikut Nabi Muhammad saw atau kaum kafir quraisy. 3. Kaum muslimin wajib mengembalikan orang Mekkah yang menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. di Madinah tanpa alasan yang benar kepada walinya,sedangkan kaum kafir qurasiy tidak wajib mengembalikan orang Madinah yang menjadi pengikut mereka. 4. Kunjungan rombongan umat Islam untuk menunaikan ibadah haji ditangguhkan pada tahun berikutnya. Lama kunjungan paling lama adalah 3 hari dan tidak boleh membawa senjata. Setelah perjanjian Hudaibiyah situasi menjadi aman dan tidak ada peperangan. Pengikut Nabi Muhammad SAW yang semula hanya berjumlah sekitar 1.400 orang bertambah menjadi hampir 10.000 orang. Hal ini disebabkan orang-orang Qurasisy banyak bersimpati terhadap Nabi Muhammad saw. Sebelumnya,para sahabat tidak menyetujui isi perjanjian Hudaibiyah. Mereka menganggap perjanjian itu hanya merugikan umat Islam. Tapi sebenarnya, perjanjian Hudaibiyah ini adalah kemenangan gemilang. Karenan langkah politis Nabi ini semakin memacu percepatan dakwah Islam. Jumlah kaum muslimin pasca perjanjian ini melonjak tajam. Sebagai gambaran tentang hal ini Ibnu Hisyam menyebutkan ungkapan Az-Zuhri bahwa pada saat keberangkatan ke Hudaibiyyah Rasulullah hanya diikuti sekitar 1400 orang. Tapi 2 tahun kemudian pada peristiwa futuh Makkah Nabi diikuti sekitar 10.000 orang.