Disusun Oleh:
AHMAD ZUHDHI, S,Pd.I., M.S.I
1. Peta Geografis
Kota Madinah terletak di sebelah utara Hijaz, atau 300 mil (kurang lebih 485
KM) sebelum utara kota Makkah. Kota ini sebelum kedatangan Nabi Muhammad
SAW Bernama Yatsrib yang merupakan daerah penghasil kurma dan gandum.
Menurut para ahli Sejarah, menyebut kota Madinah sebagai kota formatif, yaitu
kota yang dibentuk dan dibangun oleh mereka yang eksodus dari tempat tinggal
mereka, baik karena alasan konflik maupun alasan ekonomi. Pada awalnya, kota
ini merupakan wilayah kosong sehingga datang sebuah rombongan dan
menamakannya sebagai kota Yatsrib.
Menurut kitab Lisan Al-Arab yang dikarang oleh Ibnu Manzhur, secara
Bahasa kata Yatsrib berasal dari akar kata tsaraba, yang artinya mencela, mencerca
dan menjelek-jelekan. Lalu kata itu pun dirubah menjadi ats-tsarbu yang berarti
lemak yang menutupi perut, yang dalam Bahasa Inggris dikenal istilah omentum.
Akan tetapi secara linguisti yang popular adalah makna aslinya, yaitu mencela,
mencerca, dan menkelek-jelekkan.
2. Peta sosial
Di kota Madinah terdapat lima kelompok suku yang saling berperang. Tiga
diantaranya adalah suku Yahudi, yakni Bani Nadlir, Bani Qainuqa’ dan Bani
Quraidhah. Dua lagi suku Arab yaitu suku Aus dan Suku Khazraj. Suku-suku
Yahudi menguasai wilayah yang luas dari perkebunan kurma dan menguasasi
beberapa kerajinan tangan. Sementara suku-suku Arab mengandalkan tanah
pertanian mereka sebagai sumber mata pencaharian utama. nSuku Auz dan
Khazraj saling berperang dalam waktu yang sangat panjang. Suku-suku Yahudi
juga bermusuhan satu sama lin, meskipun mereka mendukung Ketika berhadapan
dengan suku-suku Arab.
B. Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah
6. Perang Mu’tah
Dalam rangka menyebarkan Islam secara luas, maka Nabi Muhammad
SAW berkirim surat kepaada para raja di negeri-negeri tetangga. Di antara raja
yang dikirim surat oleh Nabi Muhammad SAW adalah raja Gassan, Mesir,
Abisinia, Persia, dan Romawi. Tidak satupun di antara raja-raja tersebut
menyambut dan menerima ajakan Nabi Muhammad SAW. Deangan kata lain
semua raja yang menolak dengan cara yang beragam. Ada yang menolak
dengan baik dan simpati, dan ada pula yang menolak dengan kasar. Penolakan
yang kasar dilakukan oleh Raja Gassan, yaitu membunuh dengan cara yang
kejam utusan Nabi tersebut.
Mendengar berita ini, maka Nabi Muhamad SAW menyiapkan pasukan
sebanyak 3000 orang. Peperanganpun berkobar di wilayah Mut’ah, yaitu yang
terletak di sebelah utara Jazirah Arab. Pasukan Islam mengalami kesulitan
menghadapi tentara Raja Gassan yang dibantu oleh Romawi. Banyak pasukan
Islam yang gugur sebagai syuhada’ dalam pertempuran tersebut. Melihat
kenyataan ini, komandan perang Khalid bin Walid menarik pasukannya dan
kembali ke Madinah.