Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terjadinya perlawanan yang menentang penyebaran agama Islam dari
Makkah, menyebabkan Nabi Muhammad Saw. melakukan hijrah dari Makkah
ke Madinah. Tetapi sebelum hijrah dilakukan, telah terjadi peristiwa yang
sangat penting, yaitu peristiwa Isra’ dan Mi’raj pada tanggal 27 Rajab tahun
621 M. Keadaan di Madinah sangat jauh berbeda dengan di Mekkah, kalau di
Makkah, Nabi Muhammad Saw. islam dimusuhi dan mendapat perlawanan
sehingga tidak mungkin untuk berkembang sedangkan di Madinah Nabi
Muhammad Saw. disambut dengan gembira, karena kedatangan Nabi sudah
lama diharapkan. Di Madinah perkembangan agama islam cukup pesat dan
penganutnya Dakwah Rasulullah yang dilakukan di Makkah baik secara
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan berlangsung selama 13 tahun.
Rintangan makin lama makin bertambah karena itu Allah Menyediakan
Tempat yang subur untuk da’wah yaitu Madinah. Disinilah membangun umat
untuk dijadikan duta keseluruh pelosok dunia.
Setelah hijrah ke Madinah Nabi Muhammad Saw. membangun masjid,
menjalinkan persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Kaum Anshar,
menjadikan pula Madinah sebagai pusat ekonomi terbesar. Dan terdapat
peristiwa-peristiwa yang mungkin bisa membuat kita semua sedih ketika
mendengar cerita beliau pada saat di Madinah.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana hijrah nabi alasan serta sebabnya?
b. Apa saja progam pada saat Nabi di Madinah?
c. Apa saja peristiwa Nabi pada saat hijrah ke Madinah dan sesudahnya?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui hijrah nabi alasan serta sebabnya.
b. Untuk mengetahui progam pada saat Nabi di Madinah.
c. Untuk mengetahui peristiwa Nabi pada saat hijrah ke Madinah dan
sesudahnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hijrah ke Yatsrib
Kata hijrah berasal dari Bahasa Arab, yang berarti meninggalkan,
menjauhkan dari dan berpindah tempat. Dalam konteks sejarah hijrah, hijrah
adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw.
bersama para sahabat beliau dari Makkah ke Madinah, dengan tujuan
mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syari’at
Islam.

1. Dari Yatsrib Menjadi Madinah


Sebelum Nabi Muhammad Saw. hijrah ke Madinah pada tanggal 22
September 622 M atau bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal, nama kota itu
adalah Yatsrib. Ada yang disetujui, nama “Yatsribu” dari bahasa Ibrani atau
Aram. Pendapat yang dinyatakan, nama itu adalah sebutan untuk masyarakat
Arab Selatan. Yang pasti, kota Oase sudah berdiri sejak zaman kuno.
Ptolemius pada abad ke-2 mencatat kota itu dalam karya geografinya dengan
nama Yethroba. Nama yang sama juga digunakan oleh Stephen dari Bizantium
(hidup pada abad ke-6) dalam kamus geografinya.
Sebelum dikuasai oleh masyarakat Arab Islam, penduduk Yatsrib
terdiri dari 2 suku dominan, yaitu Arab dan Yahudi. Kedua bangsa itu datang
ke Yatsrib setelah penduduk yang berasal dari suku Amaliqah Punah. Suku-
suku Yahudi yang menonjol di sana adalah Bani Quraizah, Bani Nadhir, Bani
Qunaiqah. Mereka itu membangun pemukiman, pusat-pusat kegiatan ekonomi,
dan benteng pertahanan untuk perlindungan suku Normad di sekitar Yatsrib.
Atas usaha mereka, secara bertahap Yatsrib menjadi kota penting. Sementara
itu penduduk Arab, seperti halnya dalam ensiklopedia Islam, diambil dari
wilayah selatan yang dipindahkan setelah jebolnya bendungan Maarib. Mereka
berasal dari suku Aus dan Khazraj.
Suku-suku di Yatsrib tidak mengenal persatuan. Masing-masing suku
dipimpin oleh kepala suku yng didukung kepentingan sukunya sendiri. Ini
adalah tantangan besar bagi wilayah ini. Tidak jarang terjadi diantara suku-
suku itu, bahkan peperangan. Dari segi ekonomi dan politik, masyarakat
Yahudi Yatsrib terglong yang paling kuat. Tanah-tanah subur di Taima, Fadak,
Wadi Al-Qurra berada di bawah kekuasaan mereka. Dari sekitar jumlahpun,
masyarakat Yahudi lebih banyak dari suku Arab.1
Pada sekitar tahun 610 M hingga 620 M, ketegangan antara suku-suku
Arab dan Yahudi meningkat tajam. Peperangan terbesar terjadi pada tahun 618
M yang dikenal dengan nama perang Bu’as. Peperangan tersebut menyadarkan
1
Muhyidin, Mumu. Sirah Nabawiyyah, (Pondok Kebon Jambu Al-Islamy dan Al-Jadid Kebon Melati,
Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, 2016), Hlm. 59

2
orang-orang Arab bahwa peperangan justru membawa kerugian. Sehingga
suku Aus dan Khazraj bersatu di bawah pimpinan Abdullah bin Muhammad.
Tahun 621 M, sebanyak 10 orang suku Khazraj dan 2 orang suku Aus
menemui Nabi di Makkah dan menyatakan diri masuk islam. Setelah Nabi
Hijrah ke Yatsrib tahun 622 M, Kota itu di ubah namanya menjadi Madinah
Al-Munawwarah. Nabi kemudian mempersaudarakan umat islam Makkah dan
Madinah berdasarkan ikatan aqidah islamiyah.
Rasulullah Saw. juga mempersatukan seluruh penduduk Madinah baik
Muslim, Yahudi, maupun penyembah berhala berdasarkan ikatan politik
kemanusiaan. Hal itu ditetapkan dalam piagam Madinah dengan prinsip
kebebasan beragama, toleransi, persamaan, persaudaraan, dan tolong
menolong.2

2. Alasan Pilih Hijrah ke Yatsrib


Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari, Rasulullah bercerita
bahwa suatu ketika dirinya pernah bermimpi berhijrah dari Makkah ke suatu
kota yang memiliki banyak pohon kurma. Pada saat itu Rasulullah mengira
bahwa kota tersebut adalah Yamamah atau Hajar. Namun dugaan Rasulullah
meleset, ternyata tempat yang dipilih untuk hijrah adalah Yatsrib. Lalu apa
sebetulnya yang menyebabkan Madinah dipilih sebagai tempat untuk berhijrah
Rasulullah dan umat islam secara keseluruhan? Perintah Allah sudah pasti
menjadi alasan utama. Rasulullah tidak akan berhijrah kecuali atas perintah
Allah. Bahkan Allah melalui malaikat Jibril juga sudah menentukan waktu
Rasulullah hijrah ke Madinah, yaitu tengah malam. Di saat para elite kaum
kafir Quraisy yang mengepung rumah Rasulullah untuk menghabisinya lengah.
Dipilihnya Madinah sebagai tempat berhijrah juga tidak lepas dari
beberapa penduduk Madinah yang sudah berbaiat kepada Rasulullah, dalam
baiat Aqabah pertama dan kedua. Tentu itu menjadi modal bagus bagi
Rasulullah dan umat islam. Namun selain dua hal itu, mungkin saja ada hal-hal
lainnya yang menyebabkan mengapa Madinah yang dipilih sebagai tempat
berhijrah. Mengapa tidak kota-kota lainnya, mengapa Madinah? Disebutkan
bahwa dipilihnya Madinah sebagai tempat hijrah karena kota tersebut memiliki
beberapa keistimewaan dibandingkan dengan kota lainnya.
Pertama, penduduknya memiliki sikap ramah. Suku Aus dan Khazraj
yang mukim di Madinah sebetulnya berasal dari Yaman. Sementara orang-
orang Yaman dikenal sebagai orang yang memiliki budi yang halus dan
perasaan yang lembut. Rasulullah pernah berkata ketika rombongan dari
Yaman mengunjunginya setelah perang Khaibar. “Penduduk Yaman datang
kepadamu, mereka itu lembut hati dan halus perasaannya”.
Kedua, penduduk Madinah memiliki pengalaman berperang. Suku Aus
dan suku Khazraj, ditambah komunitas Yahudi Madinah, mereka tidak pernah
akur. Dalam sejarahnya, mereka sering kali melancarkan peperangan antara
satu suku dengan yang lainnya. Peperangannya tidak hanya setahun atau dua
2
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam, (CV Pustaka Setia : Bandung, 2008), Hlm. 50

3
tahun. Tercatat ada sekitar sepuluh kali peperangan yang dilalui suku-suku
Madinah. Perang Samir menjadi perang yang awal, sedangkan perang Bu’ats
menjadi perang terakhir. Perang Bu’ats itu merupakan perang terbesar dan
terjadi lima tahun sebelum Rasulullah berhijrah. Ketika Rasulullah dan Islam
datang, masyarakat Madinah menjadi bersatu dan tidak perang saudara lagi.
Perlu kita ketahui, pengalaman berperang ini menjadi sesuatu yang penting
untuk menjaga ajaran agama islam.
Ketiga, Rasulullah memiliki hubungan darah dengan penduduk
Madinah. Pada saat kecil, Rasulullah pernah diajak ibundanya Sayyidatun
Aminah mengajak Rasulullah untuk berziarah ke makam Sayyidina Abdullah
suaminya dan sekaligus ayahanda dari Rasulullah. Di samping itu, Sayyidatun
Aminah juga mengajak Rasulullah berkunjung ke sana saudaranya di Madinah
Bani Najjar.
Keempat, letak Madinah yang strategis. Madinah memiliki letak
geografis yang strategis. Bagaimana tidak, di sebelah timur dan barat Madinah
merupakan sebuah wilayah yang terjal. Terdiri dari dataran tinggi, dataran
rendah yang penuh dengan bebatuan yang keras sehingga menyulitkan
siapapun terutama musuh untuk memasuki kota Madinah. Hanya dari sisi utara
Madinah yang menjadi wilayah terbuka. Maka tidak heran ketika terjadi
perang Khandaq, Salman Alfarisi mengusulkan agar umat islam membuat parit
disepanjang wilayah utara Madinah. Tujuannya adalah untuk menghalangi
musuh masuk ke kota Madinah.3
Adapun Madinah sendiri itu merupakan sebuah kota yang dibentuk
atau dibangun oleh orang-orang yang melarikan diri (eksodus) dari tempat
asalnya, entah disebabkan konflik ataupun ekonomi. Madinah memiliki sejarah
yang panjang. Konon, awal mula orang-orang datang ke wilayah Madinah
adalah pengikut Nabi Nuh As. yang selamat dari bencana banjir yang sungguh
maha dahsyat. Setelah 1 tahun 10 hari berada di atas kapal Nabi Nuh As. dan
banjir bandang akhirnya surut, mereka yang selamat ada yang berpergian ke
wilayah Madinah. Diantara dari mereka adalah Yatsrib bin Qaniyah bin
Mahlail bin Iram bin Abil bin Iwadh bin Iram bin Sam bin Nuh As.
diperkirakan kejadian itu terjadi pada tahun 2.600 SM. Maka akhirnya tempat
tersebut dikenal sebagai kota Yatsrib.

3. Hijrah Para Sahabat


Setelah terjadinya peristiwa Baiat Aqabah kedua atas penduduk Yastrib
yakni kaum Aus dan Khazraj, Islam berhasil mendapatkan wilayah untuk
mendirikan negara di tengah padang pasir yang saat itu tengah mengalami
masa Jahiliyah dan dipenuhi oleh paham Paganisme. Hal ini merupakan hasil
paling besar yang diperoleh islam semenjak dakwah dimulai. Rasulullah Saw
dan orang-orang Muslim pun berhijrah dari Makkah ke wilayah tersebut.
Hijrah kaum muslimin dilakukan secara bertahap. Mereka umumnya
pergi dengan berkelompok dan secara sembunyi-sembunyi. Setelah dua bulan
lebih dari perjanjian Aqabah dua, akhirnya semua umat muslim Makkah sudah
3
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam, (CV Pustaka Setia : Bandung, 2008), Hlm. 51

4
berhijrah ke madinah kecuali Rasulullah SAW., ‘Ali bin Abi Thalib, Abu
Bakar, dan beberapa orang yang ditawan dan disiksa oleh kafir Quraisy. Beliau
tidak ingin umat muslim Makkah disiksa lebih parah lagi oleh orang kafir
Makkah jika beliau meninggalkan mereka. Oleh sebab itu, Rasulullah saw
lebih memilih tinggal sementara dan menjadi orang terakhir yang berhijrah
sambil menunggu perintah Allah untuk berhijrah meskipun hal itu sangat
membahayakan dirinya sendiri.4
Adapun orang-orang yang pertama hijrah diantaranya;
 Orang pertama yang melakukan hijrah adalah Abu Salamah, dia hijrah
setahun sebelum Baiat Aqabah Kubra dilaksanakan, setelah Abu
Salamah, disusul oleh Istri dan anaknya.
 Setelah Rasulullah Saw, selanjutnya menyusul Suhaib bin Sinan Ar-
Rumi.
 Adapun Umar bin Khattab, dia berjanji dengan Iyasi bin Abu Rabi’ah
dan Hisyam bin Al-‘Ash bin Wa’il untuk bertemu disatu tempat dan
berangkat hijrah berbarengan.5

4. Parlemen Quraisy di Darul Nadwah


Ketika kaum Musyrikin mengatahui sahabat Rasulullah telah pergi
meninggalkan kota Makkah dengan membawa seluruh anak istri dan sebagian
harta mereka untuk bergabung dengan kabilah Aus dan Khazraj. Kaum
Musyrikin Quraisy dilanda ketakutan dan kekhawatiran yang tak terduga.
Mereka memikirkan dampak yang akan mengancam paganisme dan
perekonomian mereka atas bahaya besar yang sedang mereka hadapi.
Mereka sangat mengenal siapa Nabi Muhammad Saw. Pengaruh yang
ditebarnya melalui kesempurnaan pribadinya dan kehebatan bimbingannya
begitu besar. Para sahabat yang memiliki semangat membara, tangguh, dan
siap berkorban pun mendampingi beliau. Belum lagi kabilah Aus dan Khazraj
yang memiliki kekuatan yang cukup dapat diandalkan, mereka memiliki orang-
orang yang cerdas dan memiliki kecenderungan pada perdamaian dan
kebaikan.6
Kaum Muslim telah mendapat tempat yang aman untuk
mengembangkan Islam. Ini berbahaya karena akan membuat Islam semakin
berkembang dan itu berarti mengancam keberadaan agama kaum Quraisy.
Mereka berusaha mencegah agar kondisi itu tidak terjadi. Sebuah pertemuan
paling kritis dalam sejarah akhirnya digelar oleh Darun Nadwah (parlemen
makkah), hanya dua bulan setengah setelah peristiwa baiat Aqabah Kubra.
Semua perwakilan Quraisy hadir antara lain:
 Abu Jahal bin Hisyam, mewakili kabilah Bani Makhjum.
 Jubair bin Muth’im, Thu’Aimah bin Adi, dan Al-Harits bin ‘Amir,
(ketiganya mewakili Bani Naufal bin Abdu Manaf).

4
Mubarak Fury, Shafiyyurrahman. Sirah Nabawiyah terjemah Abdullah Haidir, (Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar, 2008), hal. 173.
5
Ibid, hal. 173-174.
6
Ibid, hal. 177.

5
 Saibah bin Rabi’ah, Uthbah bin Rabi’ah dan Abu Sufyan bin Harb
(ketiganya mewakili Bani Abdu Syam bin Abdu Manaf).
 An-Nadlar bin Al-Harits, mewakili Bani Abdul Ad-Dar
 Abdul Bakhtari bin Hisyam, Zam’ah bin Al-Aswad, dan Hakim bin Hizam
(ketiganya mewakili Bani Asad bin Abdul Uzza).
 Nabih bin Al-Hajaj dan Munabbih bin Al-Hajaj (keduanya mewakili Bani
Sahm).
 Umayyah bin Khallaf, mewakili Bani Jumah.
Ketika mereka telah berkumpul tiba-tiba datang seorang kakek tua
yang berpakaian tebal berdiri diambang pintu, dia adalah orang Nadj (menurut
beberapa sumber bahwa orang tersebut adalah iblis yang menyamar menjadi
seorang kakek tua) yang akan mendengarkan pendapat para wakil kabilah
Quraisy. Setelah semua berkumpul maka dimulailah penyampaian usulan
sehingga menimbulkan perdebatan yang cukup hebat.
Abdul Aswad berkata, “kita akan mengusirnya dari tengah-tengah kita
dan kita enyahkan dia dari negeri ini”. Lalu orang tua dari Ahli Nadj tidak
setuju dengan pendapat tersebut, setelah beberapa usulan ditolak, kemudian
muncul usulan yang keji yang akhirnya disetujui oleh seluruh anggota
parlemen. Usulan ini datang dari orang yang paling jahat di Makkah, yaitu
Abu Jahal bin Hisyam dia mengusulkan untuk menunjuk pemuda yang gagah
perkasa, berdarah bangsawan dan biasa menjadi penengah, dari setiap kabilah
satu orang. Masing-masing kita beri pedang yang tajam. Mereka harus
mengepung Muhammad dan menebas bersama-sama secara bersamaan
sehingga dia mati dengan mengenaskan. Dengan begitu, kita bisa tenang
karena tertumpah darahnya Muhammad akibat perbuatan setiap kabilah
sehingga Bani Abdul Manaf tidak mungkin bisa memerangi seluruh kabilah.
Dan mereka akan merelakannya dan kitapun dapat menerimanya.7
Quraisy berencana akan membunuh Nabi Muhammad pada malam
hari, karena dikhawatirkan ia akan hijrah ke Madinah dan memperkuat diri di
sana serta segala bencana yang mungkin menimpa Makkah dan menimpa
perdagangan mereka dengan Syam sebagai akibatnya, beritanya sudah sampai
kepada Nabi Muhammad. Memang tak ada orang yang menyaksikan, bahwa
Nabi Muhammad akan menggunakan kesempatan itu untuk hijrah. Akan
tetapi, karena begitu kuat ia dapat menyimpan rahasia itu, sehingga tiada
seorangpun yang mengetahui, juga Abu Bakar, orang yang pernah menyiapkan
dua ekor unta kendaraan tatkala ia meminta ijin kepada Nabi akan hijrah, yang
lalu ditangguhkan, hanya sedikit mengetahui soalnya.
Karena rencana itu merupakan rahasia maka mereka melewati hari-hari
seperti biasa, tidak menampakan gelagat apapun sehingga tidak ada orang yang
mencium rencana busuk tersebut. Ini adalah tipu daya dan muslihat orang-
orang kafir, tanpa mereka sadari bahwa mereka memasang muslihat bagi

7
Muhyidin, Mumu. Sirah Nabawiyyah, (Pondok Kebon Jambu Al-Islamy dan Al-Jadid Kebon Melati,
Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, 2016), Hlm. 55.

6
Allah, maka Allah akan menggagalkan rencana mereka. Allah mengutus Jibril
kepada Nabi SAW dengan membawa wahyu kepada Nabi memberitahu akan
rencana busuk orang-orang Quraisy itu. Allah telah mengizinkan beliau untuk
pergi serta menetapkan waktu kepergiannya, Jibril berkata kepada beliau,
“engkau jangan tidur ditempat tidurmu yang biasa engkau tempati”.
Pada siang harinya, Rasulullah Saw. berjalan ke rumah Abu Bakar
untuk merencanakan hijrah ke Madinah pada malam harinya dan memintanya
agar menemani beliau pergi hijrah. Setelah rencana hijrah disepakati, beliau
kembai ke rumahnya menanti datangnya malam. Beliaupun melaksanakan
rutinitas hariannya seperti biasa sehingga tidak ada seorangpun yang
mengetahui rencana kepergian beliau. Beliau memerintahkan Ali bin Abi
Thalib untuk menggantikannya tidur di tempat beliau serta mengembalikan
barang-barang titipan orang yang masih di simpan oleh Rasulullah Saw.8

5. Pengepungan Rasulullah Saw.


Siang hari para pemuka Quraisy tengah bersiap-siap melaksanakan apa
yang telah mereka sepakati dalam parlemen Mekah di Darun Nadwah, ditunjuk
sebelas orang terkemuka diantara mereka, antara lain:
 Abu Jahal bin Hisyam.
 Al-Hakam bin Abu ‘Ash.
 Uqbah bin Abu Muith.
 An-Nadhr bin al-Harits.
 Umayyah bin Khalaf.
 Jam’ah bin Al-Aswad.
 Thu’aimah bin Adi.
 Abu Lahab.
 Ubay bin Khalaf.
 Nubaih bin Khajjaj.
 Munabah bin Hajjaj.
Sebagaimana biasanya Rasulullah tidur diawal malam setelah shalat
isya, dan pada pertengahan malam beliau biasa keluar menuju Masjidil Haram
untuk melakukan Qiyamul Lail, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
bahwa pada malam itu beliau menyuruh Ali bin Abi Thalib Kwh. untuk
menggantikannya tidur di ranjang beliau. Ali mengenakan selimut hijau yang
biasa dipakai Rasulullah, beliau mengatakan bahwa tidak akan terjadi sesuatu
yang buruk kepada Ali.
Ketika malam sudah menutupi alam dengan kegelapan orang-orang
yang disebutkan tadi berkumpul mengepung rumah Rasulullah secara
sembunyi-sembunyi, mereka mengintip melalui daun pintu. Mereka mengira
Rasulullah sedang tertidur dan jika dia keluar, tinggal mereka tebas sehingga
rencana mereka akan berjalan mulus sesuai dengan yang mereka harapkan.9
8
Abu Fathan, Kumpulan Peta Sirah Nabi Muhammad Saw., (Asadudin Press, 2006), hal. 7.
9
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam, (CV Pustaka Setia : Bandung, 2008), Hlm. 53

7
Sebagaiman telah dibicarakan, mereka akan melaksanakan niat jahat
tersebut dipertengahan malam saat Rasulullah keluar seperti biasa. Maka
dengan sabar mereka terus terjaga menunggu waktnya tiba, tetapi Allah maha
berkuasa dan lebih tahu atas masalah ini. Sebagaimana Firmannya :

ۚ ‫َوِإ ۡذ يَمۡ ُك ُر ِب َك ٱلَّ ِذينَ َكفَ ُرو ْا لِيُ ۡثبِتُو َك َأ ۡو يَ ۡقتُلُوكَ َأ ۡو يُ ۡخ ِر ُج‬
َ‫وكَ َويَمۡ ُكرُونَ َويَمۡ ُك ُر ٱهَّلل ۖ ُ َوٱهَّلل ُ َخ ۡي ُر ۡٱل ٰ َم ِك ِرين‬

“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya


upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau
membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah
menggagalkan tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Q.S
Al-Anfal: 30).

ْ‫احبِ ِه اَل ت َْح َزن‬ ِ ‫ص‬ َ ِ‫ص َرهُ هَّللا ُ ِإ ْذ َأ ْخ َر َجهُ الَّ ِذينَ َكفَ ُروا ثَانِ َي ا ْثنَ ْي ِن ِإ ْذ ُه َما فِي ا ْل َغا ِر ِإ ْذ يَقُو ُل ل‬َ َ‫ص ُروهُ فَقَ ْد ن‬ ُ ‫ِإاَّل تَ ْن‬
ُّ ‫س ِكينَتَهُ َعلَ ْي ِه َوَأيَّ َدهُ ِب ُجنُو ٍد لَ ْم تَ َر ْوهَا َو َج َع َل َكلِ َمةَ الَّ ِذينَ َكفَ ُروا ال‬
ِ ‫س ْفلَ ٰى ۗ َو َكلِ َمةُ هَّللا‬ َ ُ ‫ِإنَّ هَّللا َ َم َعنَا ۖ فََأ ْن َز َل هَّللا‬
‫ِه َي ا ْل ُع ْليَا ۗ َوهَّللا ُ َع ِزي ٌز َح ِكي ٌم‬

Artinya: Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka


sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang
dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata
kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta
kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran
menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah
yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah:40).

6. Rasulullah Meninggalkan Rumahnya


Sedemikian matang kaum kafir merencanakan hal tersebut, tetapi tetap
mereka hanya memperoleh kegagalan. Pada saat-saat yang kritis itu,
Rasulullah keluar dari rumahnya, menyibakkan barisan mereka. Sementara Ali
tidur diranjang beliau. Beliau menggenggam pasir, lalu menaburkannya keatas
kepala mereka. Kemudian Allah menutup pandangan mata mereka sehingga
tidak bisa melihat beliau. Sebagaimana dalam Al-Qur’an:

ِ ‫س ٗ ّدا فََأ ۡغش َۡي ٰنَ ُهمۡ فَ ُهمۡ اَل يُ ۡب‬


َ‫صرُون‬ َ ۡ‫س ٗ ّدا َو ِم ۡن َخ ۡلفِ ِهم‬
َ ۡ‫َو َج َع ۡلنَا ِم ۢن بَ ۡي ِن َأ ۡي ِدي ِهم‬

“Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang


mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak
dapat melihat.” (QS. Yaasin: 9).
Setelah Rasulullah berhasil keluar dari rumahnya beliau berjalan ke
rumah Abu Bakar dan mengajaknya untuk segera pergi. Rasul pun segera pergi
bertolak keluar Makkah melalui pintu belakang sebelum terbit fajar. Rasulullah

8
menyadari bahwa kafir Quraisy mengetahui bahwa beliau akan hijrah ke
Madinah, sehingga beliau mengambil jalur yang tidak biasa ditempuh oleh
banyak orang. Mulanya, Rasul bertolak ke selatan menuju Negeri Yaman.
Beliau dan Abu Bakar berjalan hingga kemudian tiba di gua Tsur dan
beristirahat di dalamnya.
Sementara itu para pemuda yang mengepung rumah Rasul masih
menunggu Rasulullah keluar, namun mereka tidak juga mendapatinya.
Merekapun segera masuk ke rumah dan melihat ada seseorang yang tidur di
ranjang Rasul. Mereka merasa gembira karena menganggap bahwa itu adalah
Rasul. Namun setelah melihat kenyataannya, mereka pun terkejut karena yang
tidur tersebut bukanlah Rasul melainkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kwh.

7. Gua Tsur
Tiada seorang yang mengetahui tempat persembunyian mereka dalam
gua itu selain Abdullah bin Abu Bakar, dan kedua orang puterinya Aisyah dan
Asma, serta pembantu mereka ‘Amir bin Fuhairah. Sementara Abdullah
bertugas hari-hari berada di tengah-tengah Quraisy sambil mendengarkan
permufakatan mereka terhadap Muhammad, yang pada malam harinya
kemudian disampaikannya kepada Nabi dan kepada ayahnya. Sedang ‘Amir
tugasnya menggembalakan kambing Abu Bakar, sorenya diistirahatkan,
kemudian mereka memerah susu dan menyiapkan daging. Apabila Abdullah
bin Abu Bakar keluar kembali dari tempat mereka, datang ‘Amir mengikutinya
dengan kambingnya guna menghapus jejaknya.10
Kedua orang itu tinggal dalam gua selama tiga hari. Sementara itu
pihak Quraisy berusaha sungguh-sungguh mencari mereka tanpa mengenal
lelah. Betapa tidak, mereka melihat bahaya sangat mengancam mereka kalau
mereka tidak berhasil menyusul Muhammad dan mencegahnya berhubungan
dengan pihak Yatsrib. Selama kedua orang itu berada dalam gua, tiada
hentinya Muhammad menyebut nama Allah. Kepada-Nya ia menyerahkan
nasibnya itu dan memang kepada-Nya pula segala persoalan akan kembali.
Dalam pada itu Abu Bakar memasang telinga. Ia ingin mengetahui adakah
orang-orang yang sedang mengikuti jejak mereka itu sudah berhasil juga.
Kemudian salah satu dari kelompok pemuda Quraisy itu datang,
Mereka membawa pedang dan tongkat sambil mondar-mandir mencari ke
segenap penjuru. Tidak jauh dari gua Tsur itu mereka bertemu dengan seorang
gembala, yang lalu ditanya. “Mungkin saja mereka dalam gua itu, tapi saya
tidak melihat ada orang yang menuju ke sana.” Ketika mendengar jawaban
gembala itu Abu Bakar keringatan. Khawatir ia, mereka akan menyerbu ke
dalam gua. Dia menahan napas tidak bergerak, dan hanya menyerahkan
nasibnya kepada Tuhan. Lalu orang-orang Quraisy datang menaiki gua itu, tapi
kemudian ada yang turun lagi. “Kenapa kau tidak menjenguk ke dalam gua?”
tanya kawan-kawannya. “Ada sarang laba-laba di tempat itu, yang memang
10
Muhammad Husein Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, terjemah Ali Audah, (Jakarta: PT Mitra
Kejayaan Indonesia, 2013) hal. 183.

9
sudah ada sejak sebelum Muhammad lahir,” jawabnya. “Saya melihat ada dua
ekor burung dara hutan di lubang gua itu. Jadi saya mengetahui tak ada orang
di sana.”
Muhammad makin sungguh-sungguh berdoa dan Abu Bakar juga
makin ketakutan. Abu Bakar merapatkan diri kepada Nabi dan setelah terasa
olehnya bahwa mereka yang mencari itu sudah mendekat ia berkata dengan
berbisik: “Kalau mereka ada yang menengok ke bawah pasti akan melihat
kita.” “Abu Bakar, kalau kau menduga bahwa kita hanya berdua, ketiganya
adalah Allah,” kata Nabi Muhammad.
“Alhamdulillah, Allahu Akbar!” kata Muhammad kemudian. Sarang
laba-laba, dua ekor burung dara dan pohon. Inilah mujizat Nabi mengenai
masalah persembunyian dalam gua itu. Dan pokok mujizatnya ialah karena
segalanya itu tadinya tidak ada. Tetapi sesudah Nabi dan sahabatnya
bersembunyi dalam gua, maka cepat-cepatlah laba-laba menganyam sarangnya
guna menutup orang yang dalam gua itu dari penglihatan. Dua ekor burung
dara datang pula lalu bertelur di jalan masuk. Sebatang pohon pun tumbuh di
tempat yang tadinya belum ditumbuhi.
Orang-orang Quraisy makin yakin bahwa dalam gua itu tak ada
manusia tatkala dilihatnya ada cabang pohon yang terkulai di mulut gua. Tak
ada jalan orang akan dapat masuk ke dalamnya tanpa menghalau dahan-dahan
itu. Ketika itulah mereka lalu surut kembali. Kedua orang bersembunyi itu
mendengar seruan mereka supaya kembali ke tempat semula. Kepercayaan dan
iman Abu Bakar bertambah besar kepada Allah dan kepada Rasul.11

8. Berangkat ke Yatsrib
Pada hari ketiga, bila mereka berdua sudah mengetahui, bahwa orang
sudah tenang kembali mengenai diri mereka, orang yang disewa tadi datang
membawakan unta untuk Abu Bakar dan Muhammad serta untanya sendiri.
Juga Asma, puteri Abu Bakar datang membawakan makanan. Oleh karena
ketika mereka akan berangkat tak ada sesuatu yang dapat dipakai
menggantungkan makanan dan minuman pada pelana barang, Asma, merobek
ikat pinggangnya lalu sebelahnya dipakai menggantungkan makanan dan yang
sebelah lagi diikatkan. Karena itu ia lalu diberi nama “Dzatin Nitaqain” (yang
bersabuk dua).
Mereka berangkat, setiap orang mengendarai untanya sendiri-sendiri
dengan membawa bekal makanan. Abu Bakar membawa lima ribu dirham dan
itu adalah seluruh hartanya yang ada. Mereka bersembunyi dalam gua Tsur
begitu ketat. Karena mereka mengetahui pihak Quraisy sangat gigih dan hati-
hati sekali membuntuti, maka dalam perjalanan ke Yatsrib itu mereka
mengambil jalan yang tidak biasa ditempuh orang. Abdullah bin ‘Uraiqit dari
Banu Du’il sebagai penunjuk jalan, membawa mereka hati-hati sekali ke arah
selatan di bawahan Makkah, kemudian menuju Tihama di dekat pantai Laut
11
Mubarak Fury, Shafiyyurrahman. Sirah Nabawiyah terjemah Abdullah Haidir, (Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar, 2008), hal. 179.

10
Merah. Oleh karena mereka melalui jalan yang tidak biasa ditempuh orang, di
bawanya mereka ke sebelah utara di seberang pantai itu, dengan agak
menjauhinya, mengambil jalan yang paling sedikit dilalui orang.
Selama dalam perjalanan, Muhammad dan Abu Bakar beserta penunjuk
jalannya sama sekali tidak menemukan kesulitan maupun rasa lelah. Karna
kesulitan mana yang lebih mereka takuti daripada tindakan Quraisy yang akan
mernghalangi mereka mencapai tujuan yang hendak mereka capai demi jalan
Allah dan kebenaran itu. Tetapi apa yang disediakan Quraisy bagi barang siapa
yang dapat mengembalikan mereka berdua atau dapat menunjukkan tempat
mereka, akan diberi hadiah seratus ekor unta. Karena mengingat masyarakat
Quraisy itu memang sudah menganggap Muhammad musuh mereka.
Dugaan Muhammad dan Abu bakar itu tidak meleset, sudah ada orang
yang datang kepada Quraisy membawa kabar, bahwa ia melihat serombongan
kendaraan unta terdiri dari tiga orang. Mereka yakin itu adalah Muhammad
dan beberapa orang sahabatnya. Waktu itu Suraqah bin Malik bin Ju’syum,
ketua Banu Mudlij Hadir.
“Ah, mereka itu Keluarga si anu,” katanya dengan maksud mengelabui
orang itu, sebab dia sendiri ingin memperoleh hadiah seratus ekor unta.
Sebentar ia masih tinggal bersama orang-orang itu. Tetapi kemudian ia segera
pulang ke rumahnya. Disiapkannya senjatanya dan disuruhnya orang
membawakan kudanya ke tengah-tengah perjalanan supaya waktu ia keluar
nanti tidak dilihat orang. Selanjutnya dikendarainya kudanya dan dipacunya ke
arah yang disebutkan orang itu tadi. Sementara itu Muhammad dan kedua
temannya sudah beristirahat di bawah naungan sebuah batu besar, sekedar
menghilangkan rasa lelah sambil makan-makan dan minum untuk
mengembalikan tenaga dan kekuatan baru.12
Matahari sudah mulai bergelincir, Muhammad dan Abu Bakar pun
sudah pula mulai memikirkan akan menaiki untanya untuk melanjutkan
perjalanan. Sesampainya di dusun Qudaidin dekat Rabigh, beliau dikejar oleh
Suraqah bin Malik. Sebelum itu kuda Suraqah sudah dua kali tersungkur
karena terlampau dikerahkan. Tetapi setelah Suraqah melihat bahwa ia sudah
hampir berhasil dan menyusul Nabi ia lupa akan kudanya yang sudah dua kali
tersungkur karena saat kemenangan rasanya sudah di tangan. Akan tetapi kuda
itu tersungkur sekali lagi dengan keras sekali, sehingga penunggangnya
terpelanting dari punggung binatang itu dan jatuh terguling dengan senjatanya.
Lalu diramalkan oleh Suraqah bahwa itu suatu alamat buruk dan dia percaya
bahwa sang dewa telah melarangnya mengejar sasarannya itu dan bahwa dia
akan berada dalam bahaya besar apabila sampai keempat kalinya ia terus
berusaha juga. Sampai di situ ia berhenti dan hanya memanggil-manggil.
“Saya Suraqah bin Ju’syum! Tunggulah, saya mau bicara. Demi Allah,
kalian jangan menyangsikan saya. Saya tidak akan melakukan sesuatu yang
akan merugikan kalian,” sahut Suraqah. Setelah kedua orang itu berhenti
12
Muhammad Husein Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, terjemah Ali Audah, (Jakarta: PT Mitra
Kejayaan Indonesia, 2013) hal. 183.

11
melihat kepadanya, dimintanya kepada Muhammad supaya menulis sepucuk
surat kepadanya sebagai bukti bagi kedua belah pihak. Dengan permintaan
Nabi, Abu Bakar lalu menulis surat itu di atas tulang atau tembikar yang lalu
dilemparkannya kepada Suraqah. Setelah diambilnya oleh Suraqah surat itu ia
kembali pulang. Sekarang, bila ada orang mau mengejar Muhajirin Besar itu
olehnya dikaburkan, sesudah tadinya ia sendiri yang mengejarnya.
Muhammad dan kawannya itu kini berangkat lagi melalui pedalaman
Tihama dalam panas terik yang dibakar oleh pasir sahara. Mereka melintasi
batu-batu karang dan lembah-lembah curam. Dan sering pula mereka tidak
mendapatkan sesuatu yang akan menaungi diri mereka dari letupan panas
tengah hari tak ada tempat berlindung dari kekerasan alam yang ada di
sekitarnya, tak ada keamanan dari apa yang mereka takuti atau dari yang akan
menyerbu mereka tiba-tiba, selain dari ketabahan hati dan iman yang begitu
mendalam kepada Tuhan. Keyakinan mereka besar sekali akan kebenaran yang
telah diberikan Tuhan kepada Rasul-Nya itu.
Selama tujuh hari terus-menerus mereka dalam keadaan serupa itu.
berjalan di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang
malam mengarungi lautan padang pasir. Hanya karena adanya ketenangan hati
kepada Tuhan dan adanya kedip bintang-bintang yang berkilauan dalam gelap
malam itu, membuat hati dan perasaan mereka terasa lebih aman. Bilamana
kedua orang itu sudah memasuki daerah kabilah Banu Sahm dan datang pula
Buraida kepala kabilah itu menyambut mereka, barulah perasaan khawatir
dalam hatinya mulai hilang. Yakin sekali mereka pertolongan Tuhan itu ada.
Jarak mereka dengan Yatsrib kini sudah dekat sekali.

9. Muslimin Yatsrib Menantikan Kedatangan Nabi


Selama mereka dalam perjalanan yang sungguh meletihkan itu, berita-
berita tentang hijrah Nabi dan sahabatnya yang akan menyusul kawan-kawan
yang lain, sudah tersiar di Yatsrib. Penduduk kota ini sudah mengetahui,
betapa kedua orang ini mengalami kekerasan dari Quraisy yang terus-menerus
membuntuti. Oleh karena itu semua kaum Muslimin tetap tinggal di tempat itu
menantikan kedatangan Rasulullah dengan hati penuh rindu ingin melihatnya,
ingin mendengarkan tutur katanya.13
Banyak di antara mereka itu yang belum pernah melihatnya, meskipun
sudah mendengar tentang keadaannya dan mengetahui pesona bahasanya serta
keteguhan pendiriannya. Semua itu membuat mereka rindu sekali ingin
bertemu, ingin melihatnya. Orangpun sudah akan dapat mengira-ngirakan,
betapa dalamnya hati mereka itu terangsang tatkala mengetahui, bahwa orang-
orang terkemuka Yastrib yang sebelum itu belum pernah melihat Muhammad
sudah menjadi pengikutnya hanya karena mendengar dari sahabat-sahabatnya
saja, kaum Muslimin yang gigih melakukan dakwah Islam dan sangat
mencintai Rasulullah itu.

13
Abu Fathan, Kumpulan Peta Sirah Nabi Muhammad Saw., (Asadudin Press, 2006), hal. 9.

12
10. Tersebarnya Islam di Yatsrib
Sa’id bin Zurara dan Mush’ab bin ‘Umair sedang duduk-duduk dalam
salah sebuah kebun Banu Zafar. Beberapa orang yang sudah menganut Islam
juga berkumpul di sana. Berita ini kemudian sampai kepada Sa’d bin Mu’adh
dan ‘Usaid bin Hudzair, yang pada waktu itu merupakan pemimpin-pemimpin
golongannya masing-masing.
“Temui dua orang itu,” kata Said kepada ‘Usaid, “yang datang ke
daerah kita ini dengan maksud supaya orang-orang yang hina-hina di kalangan
kita dapat merendahkan keluarga kita. Tegur mereka itu dan cegah.
Sebenarnya Said bin Zurara itu masih sepupuku dari pihak ibu, jadi saya tidak
dapat mendatanginya.”
‘Usaid pun pergi menegur kedua orang itu. Tapi Mush’ab menjawab:
“Maukah kau duduk dulu dan mendengarkan?” katanya. “Kalau hal ini kau
setujui dapatlah kau terima, tapi kalau tidak kau sukai maukah kau lepas
tangan?
“Adil kau,” kata ‘Usaid, seraya menancapkan tombaknya di tanah. Ia
duduk dengan mereka sambil mendengarkan keterangan Mush’ab, yang
ternyata sekarang ia sudah menjadi seorang Muslim. Bila ia kembali kepada
Sa’d wajahnya sudah tidak lagi seperti ketika berangkat. Hal ini membuat Sa’d
jadi marah. Dia sendiri lalu pergi menemui dua orang itu. Tetapi kenyataannya
ia seperti temannya juga.
Sa’d lalu pergi menemui golongannya karena pengaruh kejadian itu
dan berkata kepada mereka: “Hai Banu ‘Abdul Asyhal. Apa yang kamu
ketahui tentang diriku di tengah-tengah kamu sekalian?” “Pemimpin kami,
yang paling dekat kepada kami, dengan pandangan dan pengalaman yang
terpuji,” jawab mereka. “Maka kata-katamu, baik wanita maupun pria bagiku
adalah suci selama kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Sejak itu
seluruh suku ‘Abd’l-Asyhal, pria dan wanita masuk Islam.14
Tersebarnya Islam di Yastrib dan keberanian kaum Muslimin di kota
itu sebelum hijrah Nabi ke tempat tersebut sama sekali di luar dugaan kaum
Muslimin Makkah. Beberapa pemuda Muslimin dengan tidak ragu-ragu
mempermainkan berhala-berhala kaum musyrik di sana. Seseorang yang
bernama ‘Amr bin’Jamuh mempunyai sebuah patung berhala terbuat dari pada
kayu yang dinamainya Manat, diletakkan di daerah lingkungannya seperti
biasa dilakukan oleh kaum bangsawan. ‘Amr ini adalah seorang pemimpin
Banu Salima dan dari kalangan bangsawan mereka pula. Sesudah pemuda-
pemuda golongannya itu masuk Islam malam-malam mereka mendatangi
berhala itu lalu di bawanya dan ditangkupkan kepalanya ke dalam sebuah
lubang yang oleh penduduk Yatsrib biasa dipakai tempat buang air.
Bila pagi-pagi berhala itu tidak ada ‘Amr mencarinya sampai
diketemukan lagi, kemudian dicucinya dan dibersihkan lalu diletakkannya
kembali di tempat semula, sambil ia menuduh-nuduh dan mengancam. Tetapi
pemuda-pemuda itu mengulangi lagi perbuatannya mempermainkan Manat
14
Ibid, hal. 11.

13
‘Amr itu, dan diapun setiap hari mencuci dan membersihkannya. Setelah ia
merasa kesal karenanya, diambilnya pedangnya dan digantungkannya pada
berhala itu seraya ia berkata: “Kalau kau memang berguna, bertahanlah, dan
ini pedang bersama kau.”
Tetapi keesokan harinya ia sudah kehilangan lagi, dan baru
diketemukannya kembali dalam sebuah sumur tercampur dengan bangkai
anjing. Pedangnya sudah tak ada lagi. Sesudah kemudian ia diajak bicara oleh
beberapa orang pemuka-pemuka masyarakatnya dan sesudah melihat dengan
mata kepala sendiri betapa sesatnya hidup dalam syirik dan paganisma itu,
yang hakekatnya akan mencampakkan jiwa manusia ke dalam jurang yang tak
patut lagi bagi seorang manusia, iapun masuk Islam.
Melihat Islam yang sudah mencapai martabat begitu tinggi di Yatsrib,
akan mudah sekali orang menilai, betapa memuncaknya kerinduan penduduk
kota itu ingin menyambut kedatangan Muhammad, setelah mereka mengetahui
ia sudah hijrah dari Makkah. Setiap hari selesai sembahyang Subuh mereka
pergi ke luar kota menanti-nantikan kedatangannya sampai pada waktu
matahari terbenam dalam hari-hari musim panas bulan Juli.
Dalam pada itu ia sudah di Quba’ dua Farsakh jauhnya dari Madinah.
Empat hari ia tinggal di tempat itu, ditemani oleh Abu Bakar. Selama masa
empat hari itu mesjid Quba’ dibangunnya. Sementara itu datang pula Ali bin
Abi Thalib ke tempat itu setelah mengembalikan barang-barang amanat - yang
dititipkan kepada Muhammad – kepada pemilik-pemiliknya di Makkah.
Setelah itu ia sendiri meninggalkan Makkah, menempuh perjalanannya ke
Yatsrib dengan berjalan kaki. Malam hari ia berjalan, siangnya bersembunyi.
Perjuangan yang sangat meletihkan itu ditanggungnya selama dua minggu
penuh, yaitu untuk menyusul saudara-saudaranya seagama.

11. Muhammad Memasuki Madinah


Rasulullah Saw. tiba di Quba pada senin, 12 Rabi’ul Awwal tahun ke-
13 kenabian. Beliau disambut oleh para sahabat dan kaum muslimin yang
sudah menanti-nantikannya dengan lantunan nasyid-nasyid yang diantaranya
adalah Thola’al Badru ‘Alaina. Rasulullah Saw. bersama Abu Bakar tinggal di
Quba selama kurang lebih 14 hari. Beliau tinggal di Quba sambil menunggu
kedatangan Ali serta keluarga Rasulullah Saw. dan keluarga Abu Bakar r.a..
Sambil menunggu keluarganya, beliau dan masyarakat Quba mendirikan
Masjid pertama yang kini dikenal dengan Masjid Quba’.15
Pada hari Jum’at pagi, berangkatlah beliau serta rombongan kaum
muslimin menuju kota Yatsrib (Madinah). Sementara kaum Muslimin Yastrib
pada suatu hari sedang menanti-nantikan seperti biasa tiba-tiba datang seorang
Yahudi yang sudah mengetahui apa yang sedang mereka lakukan itu berteriak
kepada mereka. “Hai, Banu Qailah (Aus dan Khazraj) ini dia kawan kamu
datang!” Kaum muslimin pun segera berbondong-bondong untuk menyambut
Rasulullah Saw beserta dua sahabatnya yang baru tiba.
15
Ibid, hal. 12.

14
Hari itu adalah hari Jum’at dan Muhammad berjum’at di Madinah. Di
tempat itulah, ke dalam masjid yang terletak di perut Wadi Ranuna itulah
kaum Muslimin datang. Masing-masing berusaha ingin melihat serta
mendekatinya. Mereka ingin memuaskan hati terhadap orang yang selama ini
belum pernah mereka lihat, hati yang sudah penuh cinta dan rangkuman iman
akan risalahnya, dan yang selalu namanya disebut pada setiap kali
sembahyang.
Maka Rasulullah pun mengerjakan sholat Jum’at, Inilah sholat Jum’at
yang pertama kali dalam sejarah. Setelah selesai sholat Jum’at datanglah dua
orang shahabat (‘Itban bin Malik dan ‘Abbas bin Ubbad) menawarkan untuk
mampir kerumah beliau, namun Rasulullah memerintahkan agar membiarkan
jalan untanya, sebab unta tersebut sudah diperintah oleh Allah swt. Selain
‘Itban bin Malik, orang-orang terkemuka di Madinah pun menawarkan diri
supaya ia tinggal pada mereka dengan segala persediaan dan persiapan yang
ada. Tetapi ia meminta maaf kepada mereka. Beliau melalui jalan-jalan di
Yastrib, di tengah-tengah kaum Muslimin yang ramai menyambutnya dan
memberikan jalan sepanjang jalan yang dilewatinya itu. Sesampai Nabi di
kampung Bani Bayadlah, maka menghadap pulalah Zayyad bin Lubaid dan
Farwah bin ‘Amr serta orang-orang Bayadlah, mereka kembali menawarkan
agar beliau mampir. Namun dijawab oleh Rasulullah seperti semula.16
Seluruh penduduk Yastrib, baik Yahudi maupun orang-orang pagan
menyaksikan adanya hidup baru yang bersemarak dalam kota mereka itu,
menyaksikan kehadiran seorang pendatang baru, orang besar yang telah
mempersatukan Aus dan Khazraj, yang selama itu saling bermusuhan, saling
berperang. Tidak terlintas dalam pikiran mereka pada saat ini, saat transisi
sejarah yang akan menentukan tujuannya yang baru itu akan memberikan
kemegahan dan kebesaran bagi kota mereka, dan yang akan tetap hidup selama
sejarah ini berkembang.
Unta itu dibiarkannya berjalan. Sesampainya ke sebuah tempat
penjemuran kurma kepunyaan dua orang anak yatim dari Banu Najjar, unta itu
berlutut (berhenti). Ketika itulah Rasul turun dari untanya dan bertanya,
“Kepunyaan siapa tempat ini?” tanyanya. “Kepunyaan Sahl dan Suhail bin
‘Amr,” jawab Ma’adh bin ‘Afra’. Dia adalah wali kedua anak yatim itu. Ia
akan membicarakan soal tersebut dengan kedua anak itu supaya mereka puas.
Dimintanya kepada Muhammad supaya di tempat itu didirikan mesjid.
Muhammad mengabulkan permintaan tersebut dan dimintanya pula supaya di
tempat itu didirikan masjid dan tempat-tinggalnya.17

B. Progam-Progam Awal Tiba di Yatsrib


1. Membangun Masjid
Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah itu adalah membangun
masjid. Tepat di tempat menderumnya unta itulah beliau membeli tanah
16
Ibid, hal. 13.
17
Ibid, hal. 14.

15
tersebut dari 2 anak yatim yang menjadi pemiliknya. Beliau terjun langsung
dalam pembangunan masjid itu, memindahkan bata dan bebatuan, seraya
bersabda : “Ya Allah tidak ada kehidupan yang lebih baik kecuali kehidupan
akhirat. Maka ampunilah orang-orang Anshor dan Muhajirin.” Beliau juga
bersabda : “Para pekerja ini bukanlah para pekerja khaibar, ini adalah pemilik
yang paling baik dan paling suci.” Sabda beliau ini semakin memompa
semangat para sahabat dalam berkerja, hingga salah seorang diantara mereka
berkata “Jika kita duduk saja sedangkan Rasulullah bekerja, itu adalah
tindakan orang yang tersesat.”
Sementara di tempat tersebut ada kuburan orang-orang Musyrik, puing-
puing reruntuhan bangunan, pohon kurma dan sebuah pohon lain. Maka beliau
memerintahkan untuk menggali kuburan-kuburan itu, meratakan puing-puing
bangunan, memotong pohon dan menetapkan arah kiblatnya yang saat itu
masih menghadap Baitul Maqdis. Dua pinggiran pintunya dibuat terlebih
dahulu dari batu, dindingnya dari batu bata yang disusun dari lumpur tanah,
atapnya dari daun kurma, tiangnya dari batang pohon, lantainya dibuat
menghampar dari pasir dan kerikil-kerikil kecil, pintunya ada tiga. Panjang
bangunannya ke arah kiblat hingga ke ujungnya ada 100 hasta dan lebarnya
juga hampir sama. Adapun pondasinya itu kurang lebih dari 3 hasta.
Beliau juga membangun beberapa rumah di sisi masjid, dindingnya
dari susunan batu dan bata, atapnya dari dari daun kurma yang disanggah
beberapa batang pohon. Itu adalah bilik-bilik untuk istri beliau. Setelah
semuanya beres, maka beliau pindah dari rumah Abu Ayyub ke rumah itu.
Masjid itu bukan tempat untuk sekedar tempat untuk melaksanakan
sholat semata, tetapi juga merupakan sekolahan bagi orang-orang muslim
untuk menerima pengajaran islam dan bimbingan-bimbingannya, yaitu sebagai
balai pertemuan dan tempat untuk mempersatukan berbagai unsur kekabilahan
dan sisa-sisa pengaruh perselisihan semasa jahiliyah, sebagai tempat untuk
mengatur segala urusan dan sekaligus sebagai gedung parlemen untuk
bermusyawarah dan menjalankan roda pemerintahan.
Di samping semua itu, masjid tersebut juga berfungsi sebagai tempat
tinggal orang-orang Muhajirin yang miskin, yang datang ke Madinah tanpa
memiliki harta, tidak mempunyai kerabat dan masih bujangan atau belum
berkeluarga.
Pada masa-masa awal hijrah juga disyariatkan adzan, sebuah seruan
yang menggema di angkasa, lima kali setiap harinya, yang suaranya memenuhi
seluruh pelosok. Kisah mimpi Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbah tentang
adzan ini sudah cukup terkenal.18

2. Muakhat Antara Muhajirin dan Anshar


Di samping membangun masjid sebagai tempat untuk mempersatukan
manusia, Rasulullah juga mengambil tindakan yang sangat monumental dalam
18
Mubarak Fury, Shafiyyurrahman. Sirah Nabawiyah terjemah Abdullah Haidir, (Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar, 2008), hal. 210.

16
sejarah, yaitu usaha untuk mempersaudarakan orang-orang antara Muhajirin
dan Anshar. Ibnul Qayyim menuturkan, Kemudian Rasulullah Saw.
mempersaudarakan antara orang-orang Muhajirin dan Anshor di rumah Anas
bin Malik. Mereka yang dipersaudarakan ada 90 orang, separuh dari Muhajirin
dan separuhnya lagi dari Anshar. Beliau mempersaudarakan mereka agar salin
tolong menolong, saling mewarisi harta jika ada yang meninggal dunia di
samping kerabatnya. Waris mewarisi ini belaku hingga perang Badar. Tatkala
turun ayat:

‫ض فِي‬ ُ ‫َاج ُروا َو َجا َهدُوا َم َع ُك ْم فَُأو ٰلَِئ َك ِم ْن ُك ْم ۚ َوُأولُو اَأْل ْر َح ِام بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُه ْم َأ ْولَ ٰى بِبَ ْع‬ َ ‫َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا ِمنْ بَ ْع ُد َوه‬
‫ب هَّللا ِ ۗ ِإنَّ هَّللا َ بِ ُك ِّل ش َْي ٍء َعلِي ٌم‬
ِ ‫ِكتَا‬

Artinya: Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian


berhijrah serta berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk
golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu
sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat)
di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(QS. Al-Anfal:75).
Maka hak waris mewarisi itu menjadi gugur, tetapi ikatan persaudaraan
masih tetap berlaku.
Makna persaudaraan ini sebagaimana yang dikatakan Muhammad Al-
Ghozaly, agar fanatisme jahiliyah menjadi cair dan tidak ada sesuatu yang
dibela kecuali islam. Di samping itu, agar perbedaan-perbedaan keturunan,
warna kulit dan daerah tidak mendominasi, agar seseorang tidak merasa lebih
unggul dan lebih rendah kecuali karena ketakwaannya.
Rasulullah menjadikan persaudaraan sebagai ikatan yang benar-benar
harus dilaksanakan, bukan sekedar isapan jempol dan omong kosong semata.
Persaudaraan itu harus merupakan tindakan nyata yang mempertautkan darah
dan harta, bukan sekedar ucapan selamat dibibir, lalu setelah itu hilang tak
berbekas sama sekali. Dan memang begitulah yang terjadi. Dorongan perasaan
untuk mendahulukan kepentingan yang lain, saling mengasihi antara satu sama
lain dan memberikan pertolongan benar-benar bersenyawa dalam persaudaraan
ini, mewarnai masyarakat yang baru di bangun dengan beberapa gambaran
yang mengundang decak kekaguman.19
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa tatkala mereka (Muhajirin) tiba di
Madinah, maka Rasulullah Saw. mempersaudarakan Abdurrahman bin Auf
dengan Sa’d bin Ar-Rabi’. Sa’d berkata kepada Abdurrahman :
“Sesungguhnya aku adalah orang yang paling banyak hartanya dikalangan
Anshar. Ambilah separuh hartaku itu menjadi dua. Aku juga mempunyai dua
istri. Maka lihatlah mana yang ingin engkau pilih, agar aku bisa
menceraikannya. Jika masa Iddahnya sudah habis, maka nikahilah ia”.

19
Muhyidin, Mumu. Sirah Nabawiyyah, (Pondok Kebon Jambu Al-Islamy dan Al-Jadid Kebon Melati,
Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, 2016), Hlm. 59.

17
Abdurrahman berkata: “Semoga Allah memberkahimu dalam keluargamu dan
juga hartamu. Lebih baik tunjukkan saja mana pasar kalian?”
Maka orang-orang menunjukkan pasar Bani Qainuqa. Tak seberapa
lama hal itu kemudian dia sudah mendapatkan sejumlah Samin dan Keju. Jika
pagi hari dia sudah pergi untuk berdagang. Suatu hari ia datang dan agak
pucat.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Rasulullah. “Aku sudah menikah”
jawabnya. “Berapa banyak mas kawin yang kau berikan kepada istrimu?”. Dia
menjawab “Beberapa keping emas”. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia
berkata,: “Orang-orang Anshar berkata kepada Nabi, bagilah kebun kurma
milik kami untuk diberikan kepada saudara-saudara kalian”. “Kami mendengar
dan kami taat” Kata mereka. “Tidak perlu,“ jawab beliau. “Cukuplah kalian
memberikan bahan makanan pokok saja, dan kami bisa bergabung dengan
kalian dalam memanen buahnya.”
Ini menunjukkan seberapa jauh kemuliaan Anshar terhadap saudara-
saudaranya mereka Muhajirin. Mereka mau berkorban lebih mementingkan
kepentingan saudaranya, mencintai dan menyayangi. sungguh besar
kehormatan yang dirasakan orang-orang Muhajirin. Mereka tidak menerima
dari saudaranya Anshar kecuali sekedar makanan yang bisa menegakkan
tulang punggungnya. Pertautan persaudaraan ini benar-benar merupakan
tindakan yang sangat tepat dan bijaksana, karena bisa memecahkan sekian
banyak problem yang sedang dihadapi orang-orang muslim.20

3. Membangun Pasar Sebagai Pusat Kegiatan Ekonomi Umat


Selama tinggal di kota Madinah, Rasulullah Muhammad Saw.
menjalankan pembangunan pada semua aspek. Tidak hanya berkaitan dengan
ibadah melainkan juga ekonomi. Pasar Madinah merupakan saksi sejarah
upaya Rasulullah membangun ekonomi umat. Pasar ini di bangun sendiri oleh
Rasulullah yang hingga saat ini masih beroperasi.
Di dalam Tarikh yang dituliskan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Shabah,
disajikan beberapa kisah perjalanan awal pembentukan pasar. Pertama-tama,
Nabi Saw. mensurvei pasar An-Nabit. Ternyata, pasar tidak sesuai dengan
kehendak Nabi. Beliau sampai bersabda: “Ini bukan pasar kalian”. Sabda ini
beliau tunjukan ke sahabat-sahabatnya saat ini.
Tidak cocok disatu lokasi, pindah lagi ke lokasi yang lain. Dalam
sebuah hadits disampaikan sebuah kompilasi ada seorang sahabat yang datang
kepada Nabi, lalu berkata: “Ya Rasul, saya sudah menemukan lokasi yang
cocok bila di bangun pasar, sudikah ya Rasul melihatnya?” kemudian Nabi-
pun pergi ke tempat itu, lalu beliau menerima dengan kaki beliau, sambil
bersabda: “Ini pasar kalian, jangan ada yang menindas orang lain jangan pula
dikenai pajak”.

20
Mubarak Fury, Shafiyyurrahman. Sirah Nabawiyah terjemah Abdullah Haidir, (Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar, 2008), hal. 213.

18
Ternyata kawasan yang dipilih sebagai pasar ini adalah kawasan
pekuburan dari Bani Sa’idah. Para sahabat awalnya memulai, bagaimana
mungkin membangun pasar didekat dengan pemakaman. Nabi kemudian
menjelaskan ia menekankan untuk kepada sahabatnya supaya selalu ingat mati.
Mati adalah salah satu yang menemukan segalanya, dengan mengingat mati
maka menantang pasar diharapkan untuk tidak berjuang bermain bebas.
Walhasil, para sahabat kemudian menyetujui akan hal itu. Barulah kemudian
dibangun pasar.
Dalam Tarikh yang disampaikan oleh Ibnu Shabbah, sebelum
menemukan pasar itu sebenarnya Nabi Saw. menemukan lokasi lain yang
dianggap sesuai model pasar yang dibangunnya. Kawasan itu adalah kawasan
Baqi’ Al-Zubair. Namun ternyata datang Nabi bergabung dengan rombongan
ke kawasan itu sudah terbaca oleh seorang pemimpin Yahudi kala itu, yang
bernama Ka’ab bin Ashraf. Batas penanda lokasi pasar yang didirikan Nabi
dirusaknya, dan dipotongnya.
Marah kah Nabi, kecewa kah Nabi, kesal kah Nabi? Ternyata beliau
tidak marah, kecewa, dan kesal sama sekali. Barulah kemudian beliau beralih
ke lokasi pekuburan Bani Saidah dan disitu pula beliau membangun pasar,
yang kemudian kita kenal sebagai lokasi pasar Madinah.
Dalam beberapa kesempatan, Nabi Saw. bahkan pernah
mengilustrasikan bahwa pasar itu merupakan medan tempur untuk melawan
Syaithan. Di dalam butir ayat Al-Qur’an-pun telah beberapa kali disebutkan
tentang bagaimana berperang menghadapi penindasan lewat pasar. Dengan
lokasi pekuburan yang dipilih setidaknya timbul spirit baru dalam membangun
tata kelola dan sistem ekonomi yang kuat bebas dari penindasan.
Adapun Baqi’ pernah dipilih dan direkomendasikan kepada Nabi
adanya karena catatan tersendiri dari Nabi. Baqi’ merupakan wilayah yang
berada di perkampungan Bani Qainuqa. Ketika sahabat Abdurrahman bin Auf,
salah seorang sahabat terkaya di Makkah sebelum dan setelah islam melakukan
hijrah ke Madinah, yang beliau tanyakan pertama kali adalah keadaan pasar.
Dan rekomendasi pertama yang beliau terima ternyata juga sama, yaitu pasar
tang berada di lokasi Bani Qainuqa itu.21
Daya tarik pasar yang mengikat kaum Muhajirin kala itu sehingga
mereka berbondong-bondong ke sana, disadari sebagai kekuatan yang
berpotensi akan menumbangkan penguasa lama perekonomian Madinah, yaitu
Ka’ab bin Ashraf. Menyadari daya kekuatan itu, akhirnya ka’ab bin Ashraf
mendahului dengan melakukan penolakan terhadap usaha pembangunan
ekonomi oleh Nabi Saw. tapi penolakan itu tidak ditanggapi secara emosional
oleh Nabi. Beliau justru mengalah dan beralih mendirikan pasar baru di
pekuburan Bani Sa’idah, disitu beliau tunjukan solidalitas muamalah kaum
muslim. Akhirnya, kekuatan ekonomi-pum bergeser ke umat islam. Saat ini
pasar tersebut semakin ramai, namanya adalah pasar Madinah.
21
Muhammad Husein Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, terjemah Ali Audah, (Jakarta: PT Mitra
Kejayaan Indonesia, 2013) hal. 187.

19
Awalnya tentu tidak mudah karena ketika kaum Muhajirin mulai aktif
berdagang di Madinah misalnya, mereka berdagang di pasar yang sudah ada
waktu itu yaitu pasar yang dikelola oleh Yahudi. Pengelolaan pasar oleh
Yahudi yang di Al-Qur’an digambarkan bahwa mereka menganggap halal
untuk mengambil harta orang lain ini tentu saja bermasalah. Allah berfirman:

َ‫ب َمنْ ِإنْ تَْأ َم ْنهُ بِقِ ْنطَا ٍر يَُؤ ِّد ِه ِإلَ ْي َك َو ِم ْن ُه ْم َمنْ ِإنْ تَْأ َم ْنهُ بِ ِدينَا ٍر اَل يَُؤ ِّد ِه ِإلَ ْي َك ِإاَّل َما ُد ْمت‬ ِ ‫َو ِمنْ َأ ْه ِل ا ْل ِكتَا‬
ٰ
َ‫سبِي ٌل َويَقُولُونَ َعلَى هَّللا ِ ا ْل َك ِذ َب َو ُه ْم يَ ْعلَ ُمون‬ َ َ‫س َعلَ ْينَا فِي اُأْل ِّميِّين‬ َ ‫َعلَ ْي ِه قَاِئ ًما ۗ َذلِ َك بَِأنَّ ُه ْم قَالُوا لَ ْي‬

Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan


kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara
mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar,
tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang
demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi kami
terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal
mereka mengetahui. (QS. Ali Imran: 75).
Oleh karena penguasaan pasar oleh kaum Yahudi tersebut pula maka
umat Islam semula tidak bisa sepenuhnya mengimplementasikan nilai-nilai
Islam di pasar maka kemudian Rasulullah SAW-pun memandang penting
untuk segera mendirikan pasar bagi kaum muslimin di awal-awal terbentuknya
masyarakat yang akan hidup dengan nilai-nilai islam yang menyeluruh di
Madinah.22
Di suatu tempat yang berjarak hanya beberapa rumah arah barat laut
dari Masjid Nabi yang telah didirikan terlebih dahulu, Rasulullah mendirikan
pasar dangan sabdanya “Ini pasarmu, tidak boleh dipersempit (dengan
mendirikan bangunan di dalamnya) dan tidak boleh ada pajak di dalamnya.”
(HR. Ibn Majah).
Pasar di area terbuka ini memiliki panjang sekitar 500 meter dan lebar
sekirat 100 meter (luas sekitar 5 H), jadi cukup luas untuk mengakomodasi
kebutuhan penduduk kota yang kemudian berkembang pesat pasca hijrah.
Lokasinya juga dipilih sedemikian rupa sehingga penduduk yang datang dari
berbagai wilayah mudah mencapai pasar tersebut. Pasar Madinah inilah yang
kemudian menjadi urat nadi perekonomian negara Islam yang pertama, yang
berpusat di Madinah.
Lokasinya yang tidak jauh dari Masjid Nabi tetapi juga tidak terlalu
dekat (selang beberapa rumah) juga memiliki nilai strategis sendiri. Nilai-nilai
yang terbawa dari ketaatan beribadah di masjid dapat mewarnai aktivitas
perdagangan di pasar, namun hal-hal yang buruk dari pasar seperti
keramaiannya tidak mempengaruhi aktivitas dan kekhusukan umat yang
beribadah di masjid.

22
Muhyidin, Mumu. Sirah Nabawiyyah, (Pondok Kebon Jambu Al-Islamy dan Al-Jadid Kebon Melati,
Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, 2016), Hlm. 63.

20
Bahkan cara-cara pengelolaan pasar pun memiliki kemiripan dengan
pengelolaan Masjid. Hal ini disampaikan oleh Umar bin Khattab yang menjadi
muhtasib (pengawas pasar) setelah Rasulullah SAW dengan perkataaannya
bahwa “Pasar itu menganut ketentuan masjid, barang siapa datang terlebih
dahulu di satu tempat duduk, maka tempat itu untuknya sampai dia berdiri dari
situ dan pulang ke rumahnya atau selesai jual belinya.23

C. Piagam Madinah
Piagam Madinah (Bahasa Arab: ‫صحیفة المدینه‬, Shahifatul Madinah) juga
dikenal dengan sebutan Konstitusi Madinah, ialah sebuah dokumen yang
disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suatu perjanjian formal
antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting di Yatsrib
(kemudian bernama Madinah) pada tahun 622. Dokumen tersebut disusun
sejelas-jelasnya dengan tujuan utama untuk menghentikan pertentangan sengit
antara Bani 'Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Untuk itu dokumen tersebut
menetapkan sejumlah hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kaum Muslim,
kaum Yahudi, dan komunitas-komunitas pagan Madinah; sehingga membuat
mereka menjadi suatu kesatuan komunitas, yang dalam bahasa Arab disebut
ummah.
Ash-Shahifah Al-Madinah adalah sebuah perjanjian yang telah
dirumuskan oleh Nabi Muhammad Saw. untuk mengatur hubungan antara
warga masyarakat di Madinah yaitu dari kalangan Muslim, Nashrani dan
Yahudi. Riwayat tentang piagam ini dicatat oleh Ibnu Ishaq dalam kitabnya, ia
menyebutkan mengenai Piagam Madinah: “Utusan Tuhan (Nabi Muhammad
SAW) telah menuliskan suatu ‘Piagam’ di antara orang-orang Muhajirin dan
Anshor, yang memuat juga akan perjanjian dengan kaum Yahudi, mengakui
dan melindungi akan agama mereka dan harta benda mereka.”

1. Sejarah Piagam Madinah


Dilihat dari sejarah, terbentuknya Piagam Madinah bermula pada
pertemuan Nabi Muhammad Saw. dengan enam orang dari suku Khajraj,
Yatsrib di Aqabah, Mina yang datang ke Makkah untuk menunaikan ibadah
haji. Selanjutnya, keenam tamu dari Yatsrib itu masuk islam; bersaksi bahwa
tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. Kepada Nabi
mereka menceritakan keadaan Yatsrib, bahwa kehidupan di sana selalu
diresahkan dengan permusuhan antar golongan dan antar suku, khususnya suku
Khajraj dan suku Aus, dan mereka mengharapkan semoga Allah
mempersatukan golongan-golongan dan suku-suku yang selalu bertikai itu
melalui perantaraan Nabi Muhammad Saw. Kemudian mereka berjanji untuk
mengajak penduduk Yatsrib lainnya masuk Islam.
Kemudian pada musim haji tahun kedua belas kenabian datang dua
belas orang laki-laki penduduk Yatsrib menemui Nabi di Aqabah. Mereka
23
Mubarak Fury, Shafiyyurrahman. Sirah Nabawiyah terjemah Abdullah Haidir, (Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar, 2008), hal. 216.

21
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Selain itu mereka juga berjanji kepada Nabi bahwa mereka tidak akan
mempersekutukan Allah, tidak akan mencuri, berbuat zina, tidak akan
berbohong dan tidak akan mengkhianati Nabi. Bai’at ini selanjutnya disebut
dengan Bai’at Aqabah Pertama.
Pada tahun selanjutnya tujuh puluh orang Yatsrib yang telah masuk
Islam berkunjung ke Makkah. Mereka mengundang Nabi untuk berhijrah ke
Yatsrib dan mereka menyatakan bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah Nabi
mereka dan pemimpin mereka. Pertemuan ini juga dilaksanakan di Aqabah. Di
tempat itu mereka mengucapkan baiat bahwa mereka tidak akan
mempersekutukan Allah, dan akan membela Nabi sebagaimana mereka
membela anak dan isteri mereka. Kemudian daripada itu, Nabi juga akan
memerangi musuh-musuh yang mereka perangi dan bersahabat dengan
sahabat-sahabat mereka. Nabi dan mereka adalah satu. Baiat ini dikenal
dengan Bai’at Aqabah Kedua. Oleh kebanyakan pemikir politik Islam, dua
bai’at itu, Bai’at Aqabah Pertama dan Bai’at Aqabah Kedua, disebut sebagai
batu-batu pertama dari bangunan negara Islam. Berdasarkan dua baiat itu maka
Nabi menganjurkan pengikut-pengikutnya untuk hijrah ke Yatsrib pada akhir
tahun itu juga, dan beberapa bulan kemudian nabi hijrah menyusul mereka.
Ada tiga hal yang mendasar yang menjadi pokok pemikiran Nabi
sehingga muncul Piagam Madinah, Pertama: Ketika Nabi Muhammad Saw.
datang ke Madinah, beliau mengetahui bahwa pihak Quraisy tidak akan
membiarkan hidup dengan tenang di sana dan akan melakukan apa pun
menghancurkannya beserta pengikutnya. Oleh karena itu beliau meningkatkan
kewaspadaan untuk memperkuat sistem pertahanan Yatsrib Madinah, sehingga
siapapun yang memeluk agama islam akan merasa aman dan selamat di kota
tersebut. Pertimbangan ini memperoleh prioritas tinggi dan merupakan dasar
kebijaksanaan pertahanan pada tahun-tahun berikutnya. Kesiapan Nabi
Muhammad Saw. ini didasarkan pada kenyataan yang terbukti benar.
Nabi Muhammad dan para sahabat belum bisa tenang di Madinah
ketika kaum Quraisy memulai suatu gangguan dan perampokan dan
mengancam sama sekali untuk menghancurkan mereka. Mereka juga
berkomplot dengan orang Yahudi dan orang Munafik dan menuntut pengusiran
Nabi Muhammad Saw. dari kota mereka. Abu Jahal bahkan menulis surat
kepada Abdullah bin Ubay pemimpin kaum munafik di Madinah, untuk
membunuh Nabi Muhammad Saw. dan mengusirnya dari kota tersebut, atau
mereka datang dan menghancurkan Abdullah bin Ubay sekalian dengan Nabi
Muhammad. Karena itu, Nabi Muhammad melakukan tindakan pengamanan
dan pertahanan Madinah melawan musuh dari luar dan dalam. Nabi
Muhammad membuat rencana pertahanan yang efektif bagi Madinah, baik
untuk menghadapi serangan dari luar maupun menghadapi subversi dari dalam.
Kedua: Sebagai pendatang, kaum Muhajirin itu datang ke Madinah dan
meninggalkan harta bendanya di Makkah. Mereka tidak memiliki sumber
pendapatan dan hidup amat miskin serta kelaparan. Oleh karena itu, Nabi

22
mendirikan suatu fakta persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar, dan
menurut kesepakatan tersebut mereka menjadi saudara dalam kepercayaan.
Kesepakatan ini akhirnya mengubah ikatan timbal balik menjadi suatu ikatan
darah dan persaudaraan yang sebenarnya. Dengan demikian timbulah
persaudaraan yang murni antara kaum Anshar dan Muhajirin yang mengikat
semua orang Muslim menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan kuat.
Ketiga: Kota Madinah mempunyai penduduk Yahudi yang besar
jumlahnya, yang tinggal di dalam kota di berbagai benteng suku yang
terpencar dan terlindung. Dari sudut pandang militer perlu dicapai suatu
bentuk perjanjian dengan mereka untuk mempertahankan kota bersama-sama.
Menyadari hal ini, Nabi Muhammad Saw. merundingkan suatu persetujuan
dengan Yahudi, dan ini dianggap sebagai satu dokumen politik terbesar dalam
sejarah. Perjanjian tersebut juga dapat dianggap sebagai sumbangannya yang
terbaik dan termulia pada konsep kebebasan manusia. Perjanjian tersebut
benar-benar satu piagam kebebasan bagi Yahudi dan warga Madinah lainnya.
Piagam Madinah mencakup perjanjian tiga pihak yaitu Muhajirin, Anshar dan
orang-orang Yahudi pada pihak lainnya. Piagam ini menjamin hak sosial
maupun hak beragama orang Yahudi dan Muslimin dan menetapkan tugas
mereka. Piagam ini sesungguhnya mengukuhkan status keagamaan, sosial dan
politik orang Yahudi dalam masyarakat.
Disebut piagam karena isinya mengakui hak-hak kebebasan beragama
dan berkeyakinan, kebebasan berpendapat, dan kehendak umum warga
madinah supaya keadilan terwujud dalam kehidupan mereka, mengatur
kewajiban-kewajiban kemasyarakatan dan kesatuan semua warga dan prinsip-
prinsip untuk mengatur kepentingan umum dan dasar-dasar sosial politik yang
bekerja untuk membentuk suatu masyarakat dan pemerintahan sebagai wadah
persatuan penduduk madinah yang majemuk tersebut. Baik disebut sebagai
“perjanjian” ataupun “piagam “ dan konstitusi bentuk dan muatan Shahifat
dapat mencakup semua pengertian ketiga istilah tersebut.
Piagam Madinah disebut sebagai konstitusi karena merupakan aturan
dasar dalam sebuah kehidupan bermasyarakat. Konstitusi menurut Budiarjo
adalah suatu piagam menyatakan cita-cita bangsa dan merupakan dasar
organisasi kenegaraan suatu bangsa, di dalamnya terdapat berbagai aturan
pokok yang berkaitan dengan kedaulatan, pembagian kekuasaan, lembaga-
lembaga Negara, cita-cita dan ideologi Negara, masalah ekonomi dan
sebagainya. Namun mengenai unsur ketetapannya tidak ada kesepakatan di
kalangan para ahli. Unsur-unsur yang lebih luas dikemukakan oleh Budiardjo
yaitu ketentuan tentang organisasi Negara, misalnya pembagian kekuasaan
antara badan legislatif, eksekutif, yudikatif, tentang hak asasi manusia, tentang
prosedur mengubah undang-undang dasar, tentang cita-cita rakyat dan asas
ideologi Negara.

2. Isi Piagam Madinah

23
‫صحيفة المدينة‬
)Piagam Madinah(

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫هذا كتاب من محمد النبي صلىاهلل عليه وسلم بين المؤمنين والمسلمين من قريش ويثرب ومن تبعهم‬
‫فلحق بهم وجاهد معهم‬

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Ini adalah piagam dari Muhammad Rasulullah SAW, di kalangan mukminin
dan muslimin (yang berasal dari) Quraisy  dan Yatsrib (Madinah), dan yang
mengikuti mereka, menggabungkan diri dan berjuang bersama mereka.

.‫ انهم امة واحدة من دون الناس‬.١

Pasal 1
Sesungguhnya mereka satu umat, lain dari (komunitas) manusia lain.

‫ المهاجرون من قر يش على ربعتهم يتعاقلون بينهم اخذالدية واعطائها وهم يفدون عانيهم‬.٢
‫بالمعروف والقسط بين المؤمنين‬

Pasal 2
Kaum Muhajirin dari Quraisy sesuai keadaan (kebiasaan) mereka bahu-
membahu membayar diyat di antara mereka dan mereka membayar tebusan
tawanan dengan cara baik dan adil di antara mukminin.

‫ وبنوعوف على ربعتهم يتعاقلون معاقلهم االولى وكل طائفة تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين‬.٣
‫المؤمنين‬

Pasal 3
Banu Auf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu-membahu
membayar diyat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

‫ وبنوساعدة علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم االولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط‬.٤
‫بين المؤمنين‬

Pasal 4
Banu Sa’idah sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu-membahu
membayar diyat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

‫ وبنو الحرث على ربعتهم يتعاقلون االولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين‬.٥
‫المؤمنين‬

Pasal 5

24
Banu Al-Hars sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu-membahu
membayar diyat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

‫ وبنوجشم علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم االولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط‬.٦
‫بين المؤمنين‬

Pasal 6
Banu Jusyam sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu-membahu
membayar diyat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

‫ وبنو النجار علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم االولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط‬.٧
‫بين المؤمنين‬

Pasal 7
Banu An-Najjar sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu-membahu
membayar diyat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

‫ وبنو عمرو بن عوف علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم االولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف‬.٨
‫والقسط بين المؤمنين‬

Pasal 8
Banu ‘Amr bin ‘Awf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu-
membahu membayar diyat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku
membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

‫ وبنو النبيت علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم االولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط‬.٩
‫بين المؤمنين‬

Pasal 9
Banu Al-Nabit sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu-membahu
membayar diyat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

‫ وبن¯¯و االوس عل¯¯ىربعتهم يتع¯¯اقلون مع¯¯اقلهم االولى وك¯¯ل طائف¯¯ة منهم تف¯¯دى عانيه¯¯ا ب¯¯المعروف‬.١٠
‫والقسط بين المؤمنين‬

Pasal 10
Banu Al-‘Aws sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu-membahu
membayar diyat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar
tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

‫ وان المؤمنين اليتركون مفرجا بينهم ان يعطوه بالمعروف فى فداء اوعقل‬.١١

25
Pasal 11
Sesungguhnya mukminin tidak boleh membiarkan orang yang berat
menanggung utang diantara mereka tetapi membantunya dengan baik dalam
pembayaran tebusan atau diyat.

‫ وال يحالـف مؤمن مولى مؤمن دونه‬.١٢

Pasal 12
Seorang mukmin tidak diperbolehkan membuat persekutuan dengan sekutu
mukmin lainnya tanpa persetujuan dari padanya.

‫ وان المؤمنين المتقين على من بغى منهم او ابتغى د سيعة ظلم اة اثم اوعدوان او فساد بين‬.١٣
‫المؤمنين وان ايديهم عليه جميعا ولو كان ولد احدهم‬

Pasal 13
Orang-orang mukmin yang Taqwa harus menentang orang yang diantara
mereka mencari atau menuntut sesuatu secara Dzalim, jahat, melakukan
permusuhan atau kerusakan di kalangan mukminin. Kekuatan mereka bersatu
dalam menentangnya, sekalipun ia anak dari salah seorang di antara mereka.

‫ وال يقتل مؤمن مؤمنا فى كافر وال ينصر كافرا على مؤمن‬.١٤

Pasal 14
Seorang mukmin tidak boleh membunuh orang beriman lainnya lantaran
membunuh orang kafir. Tidak boleh pula orang beriman membantu orang
kafir untuk (membunuh)  orang beriman.

‫ وان ذمة هللا واحدة يحيد عليهم اد ناهم وان المؤمنين يعضهم موالي بعض دون الناس‬.١٥

Pasal 15
Jaminan Allah satu. Jaminan (perlindungan) diberikan oleh mereka yang
dekat. Sesungguhnya mukminin itu saling membantu, tidak bergantung kepada
golongan lain.

‫ وانه من تبعنا من يهود فان له النصر واالسوة غير مظلومين وال متناصر عليهم‬.١٦

Pasal 16
Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan
santunan, sepanjang (mukminin) tidak terdzalimi dan ditentang olehnya.

‫ وان سلم المؤمنين واحدة ال يسالم مؤمن دون مؤمن في قتال في سبيل هللا اال على سواء وعدل‬.١٧
‫بينهم‬

Pasal 17

26
Perdamaian mukminin adalah satu. Seorang mukmin tidak boleh membuat
perdamaian tanpa ikut serta mukmin lainnya di dalam suatu peperangan di
jalan Allah, kecuali atas dasar kesamaan dan keadilan di antara mereka.

‫ وان كل غازية غزت معنا يعقب بعضها بعضا‬.١٨

Pasal 18
Setiap pasukan yang berperang bersama kita harus bahu-membahu satu sama
lain.

‫ وان المؤمنين يبئ بعضهم على بعض بـمانال دماءهم فىسبيل هللا وان المؤمنين والمتقين على‬.١٩
‫احسن هدى واقومه‬

Pasal 19
Orang-orang mukmin itu membalas pembunuh mukmin lainnya dalam
peperangan di jalan Allah. Orang-orang beriman dan bertakwa berada pada
petunjuk yang terbaik dan lurus.

‫ وانه اليجير مشرك ماال لقر يش والنفسا واليحول دونه على مؤمن‬.٢٠

Pasal 20
Orang musyrik (Yatsrib) dilarang melindungi harta dan jiwa orang (musyrik)
Quraisy, dan tidak boleh bercampur tangan melawan orang beriman.

‫ وانه من اعتبط مؤمنا قتال عن بينة فان¯¯ه قودب¯¯ه اال ان يرض¯ى ولي المقت¯¯ول وان المؤم¯نين علي¯¯ه‬.٢١
‫كافة واليحل لهم االقيام عليه‬

Pasal 21
Barang siapa yang membunuh orang beriman dan cukup bukti atas
perbuatannya, harus dihukum bunuh, kecuali wali terbunuh rela (menerima
diat). Segenap orang beriman harus bersatu dalam menghukumnya.

‫ وانه ال يحل لمؤمن أقر بما فى هذه الصحيفة وآمن باهلل واليوم اآلخر ان ينصر محدثا وال يـؤوية‬.٢٢
‫وانه من نصره او آواه فان عليه لعنة هللا وغضبه يوم القيامة واليـؤخذ منه صرف والعدل‬

Pasal 22
Tidak dibenarkan orang mukmin yang mengakui piagam ini, percaya pada
Allah dan Hari Akhir, untuk membantu pembunuh dan memberi tempat
kediaman kepadanya. Siapa yang memberi bantuan dan menyediakan tempat
tinggal bagi pelanggar itu, akan mendapat kutukan dari Allah pada hari
kiamat, dan tidak diterima dari padanya penyesalan dan tebusan.

‫ وانكم مهما اختلفتم فيه من شيئ فان مرده الى هللا عزوجل والى محمد صلى هللا عليه وسلم‬.٢٣

Pasal 23

27
Apabila kamu berselisih tentang sesuatu, penyelesaiannya menurut
(ketentuan) Allah Azza Wa Jalla dan (keputusan) Muhammad Saw.

‫ وان اليهود ينفقون مع المؤمنين ماد اموا محاربين‬.٢٤

Pasal 24
Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan.

‫ وان يهود بني عوف امة مع المؤمنين لليه¯¯ود دينهم وللمس¯لمين دينهم م¯واليهم وانفس¯¯هم اال من‬.٢٥
‫ظلم واثم فانه ال يـوتخ اال نفسه واهل بيته‬

Pasal 25
Kaum Yahudi dari Bani ‘Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum
Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga
(kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali
bagi yang Dzalim dan jahat. Hal demikian akan merusak diri dan keluarga.

‫ وان ليهود بنى النجار مثل ماليهود بنى عوف‬.٢٦

Pasal 26
Kaum Yahudi Banu Najjar diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

‫ وان ليهود بنى الحرث مثل ماليهود بنى عوف‬.٢٧

Pasal 27
Kaum Yahudi Banu Hars diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

‫ وان ليهود بنى ساعدة مثل ماليهود بنى عوف‬.٢٨

Pasal 28
Kaum Yahudi Banu Sa’idah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

‫ وان ليهود بنى جشم مثل ماليهود بنى عوف‬.٢٩

Pasal 29
Kaum Yahudi Banu Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

‫ وان ليهود بنى االوس مثل ماليهود بنى عوف‬.٣٠

Pasal 30
Kaum Yahudi Banu Al-‘Aws diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

‫ وان ليهود بنى ثعلبة مثل ماليهود بنى عوف االمن ظلم واثم فانه ال يوتخ االنفسه واهل بيته‬.٣١

Pasal 31
Kaum Yahudi Banu Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
28
‫ وان جفنه بطن ثعلبه كأ نفسهم‬.٣٢

Pasal 32
Kaum Yahudi Banu Jafnah dari Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi
Banu ‘ Awf.

‫ وان لبنى الشطيبة مثل ماليهود بنى عوف وان البر دون االثم‬.٣٣

Pasal 33
Kaum Yahudi Banu Syutaibah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

‫ وان موالي ثعلبه كأنفسهم‬.٣٤

Pasal 34
Sekutu-sekutu Sa’labah diperlakukan sama seperti mereka (Banu Sa’labah).

‫ وان بطانة يهود كأنفسهم‬.٣٥

Pasal 35
Kerabat Yahudi (di luar kota Madinah) sama seperti mereka (Yahudi).

‫ وانه ال يخرج احدمنهم اال باذن محمد صلىاهلل عليه وسلم وانه ال ينحج¯¯رعلى ث¯¯ار ج¯¯رح وان¯¯ه من‬.٣٦
‫فتك فبنفسه فتك واهل بيته اال من ظلم وان هللا على ابرهذا‬

Pasal 36
Tidak seorang pun dibenarkan (untuk berperang), kecuali seizin Muhammad
Saw. Ia tidak boleh dihalangi  (menuntut pembalasan) luka (yang dibuat orang
lain). Siapa berbuat jahat (membunuh), maka balasan kejahatan itu akan
menimpa diri dan keluarganya, kecuali ia teraniaya. Sesunggunya Allah
sangat membenarkan ketentuan ini.

‫ وان على اليه¯¯¯ود نفقتهم وعلى المس¯¯¯لمين نفقتهم وان بينهم النص¯¯¯رعلى من ح¯¯¯ارب اه¯¯¯ل ه¯¯¯ذه‬.٣٧
‫الصحيفة وان بينهم النصح والنصيحة والبر دون االثم وانه لم يأثم امرؤ بـحليفه وان النصر للمظلوم‬

Pasal 37
Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya dan bagi mauk muslimin ada
kewajiban biaya. Mereka (Yahudi dan muslimin) bantu membantu dalam
menghadapi musuh piagam ini. Mereka saling memberi saran dan nasehat.
Memenuhi janji lawan dari khianat. Seseorang tidak menanggung hukuman
akibat (kesalahan) sekutunya. Pembelaan diberikan kepada pihak yang
teraniaya.

‫ وان اليهود ينفقون مع المؤمنين مادا موا محاربين‬.٣٨

Pasal 38

29
Kaum Yahudi memikul bersama mukiminin selama dalam peperangan.

‫ وان يثرب حرام جوفهاالهل¯ هذه الصحيفة‬.٣٩

Pasal 39
Sesungguhnya Yatsrib itu tanahnya haram (suci) bagi warga piagam ini.

‫ وان الجار كالنفس غير مضار والاثم‬.٤٠

Pasal 40
Orang yang mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri penjamin,
sepanjang tidak bertindak merugikan dan tidak khianat.

‫ وانه ال تجارحرمة اال باذن اهلها‬.٤١

Pasal 41
Tidak boleh jaminan diberikan kecuali seizin ahlinya.

‫ وانه ما كان بين اهل هذه الصحيفة من حدث واش¯¯تجار يخ¯¯اف فس¯¯اده ف¯ان م¯¯رده الى هللا عزوج¯ل‬.٤٢
‫والى محمد صلىاهلل عليه وسلم وان هللا على اتقى ما فى هذه الصحيفة وابره‬

Pasal 42
Bila terjadi suatu persitiwa atau perselisihan di antara pendukung piagam ini,
yang dikhawatirkan menimbulkan bahaya, diserahkan penyelesaiannya
menurut (ketentuan) Allah Azza Wa Jalla, dan (keputusan) Muhammad Saw.
Sesungguhnya Allah paling memelihara dan memandang baik isi piagam ini.

‫ وانه التجار قريش وال من نصرها‬.٤٣

Pasal 43
Sungguh tidak ada perlindungan bagi Quraisy (Mekkah) dan juga bagi
pendukung mereka.

‫ وان بينهم النصر على من دهم يثرب‬.٤٤

Pasal 44
Mereka (pendukung piagam) bahu-membahu dalam menghadapi penyerang
kota Yatsrib.

‫ واذا دعوا الى صلح يصالحونه (ويلبسونه) فانهم يصالحونه ويلبس¯¯ونه وانهم اذا دع¯¯وا الى مث¯¯ل‬.٤٥
‫ذلك فانه لهم علىالمؤمنين اال من حارب فى الدين على كل اناس حصتهم من جابنهم الذى قبلهم‬

Pasal 45
Apabila mereka (pendukung piagam) diajak berdamai dan mereka (pihak
lawan) memenuhi perdamaian serta melaksankan perdamaian itu, maka
perdamaian itu harus dipatuhi. Jika mereka diajak berdamai seperti itu, kaum
30
mukminin wajib memenuhi ajakan dan melaksanakan perdamaian itu, kecuali
terhadap orang yang menyerang agama. Setiap orang wajib melaksanakan
(kewajiban) masing-masing sesuai tugasnya.

‫ وان يهود االوس مواليهم وانفسهم على مثل ماالهل هذه الصحيفة مع البر الحس¯¯ن من اه¯¯ل ه¯¯ذه‬.٤٦
‫الصحيفة وان البر دون االثم‬

Pasal 46
Kaum Yahudi Al-‘Aws, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan kewajiban
seperti kelompok lain pendukung piagam ini, dengan perlakuan yang baik dan
penuh dari semua pendukung piagam ini. Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan)
itu berbeda dari kejahatan (pengkhianatan). Setiap orang bertanggung jawab
atas perbuatannya. Sesungguhnya Allah paling membenarkan dan
memandang baik isi piagam ini.

‫ وال يكسب كاسب االعلى نفسه وان هللا على اص¯¯دق فى ه¯¯ذه الص¯¯حيفة واب¯¯ره وان¯¯ه ال يح¯¯ول ه¯¯ذا‬.٤٧
‫ وانه من خرج آمن ومن قعد آمن بالمدينة اال من ظلم واثم وان هللا جار لمن ب¯¯ر‬.‫الكتاب دون ظالم وآثم‬
‫واتقى ومحمد رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬

Pasal 47
Sesungguhnya piagam ini tidak membela orang Dzalim dan khianat. Orang
yang keluar (bepergian) aman, dan orang berada di Madinah aman, kecuali
orang yang zalim dan khianat. Allah adalah penjamin orang yang berbuat
baik dan takwa. Dan Muhammad Rasulullah Saw.

)‫ البن هشام (أبى محمد عب¯¯د المـلك‬133-119 ‫ الجزء الـثانى ص‬.‫م‬.‫مقتطف من كتاب سيرة النبي ص‬
.‫ هـ‬214 ‫المتوفى سنة‬
Dikutip dari kitab Siratun-Nabi Saw., juz II, halaman 119-133, karya Ibnu
Hisyam (Abu Muhammad Abdul malik) wafat tahun 214 H.24
D. Sariyyah Saif Al-Bahr
Sariyyah di bawah pimpinan Hamzah bin Abdul Mithalib yang diutus
ke Saif Al-Bahr, termasuk wilayah Al-‘Aish, terjadi pada bulan Ramadhan 1
H. Hamzah memimpin 30 prajurit penunggang kuda (kavaleri) yang semuanya
berasal dari kaum Muhajirin dan tidak ada satupun yang berasal dari kaum
Anshar. Mereka bertemu dengan kafilah Abu Jahal ibn Hisyam yang terdiri
dari 300 orang Makkah. Namun Majdi bin Amr Al-Juhni telah mendamaikan
kaum Muslimin wal Muslimat dan kaum Musyrikin Wal Musyrikat serta juga
menghalangi terjadinya konfrontasi (permusuhan/pertentangan) kedua belah
pihak sehingga masing-masing pulang tanpa terjadi pertempuran. Sebagian
ulama telah mengatakan bahwa panji perang yang dibawa oleh kelompok ini
adalah panji perang pertama yang dalam sejarah Islam.25

24
Muhyidin, Mumu. Sirah Nabawiyyah, (Pondok Kebon Jambu Al-Islamy dan Al-Jadid Kebon Melati,
Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, 2016), Hlm. 70.
25
Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyyah, jilid 1, (Bekasi: PT. Darul Falah, 2011) hal. 105.

31
E. Sariyyah Ubaidah bin Al-Harits
Sariyyah di bawah pimpinan Ubaidah bin Harist bin Abdul Muthalib
bin Abdi Manaf bin Qushay yang diutus ke Celah Marrah (Bathnu Rabigh)
pada bulan Syawal 1 H. Ubaidah memimpin 60 orang atau 80 orang personil
kaum Muhajirin dan tidak menyertakan 1 personilpun bagi kaum Anshar.
Ubaidah bin Harits beserta pasukannya keluar dari Madinah hingga tiba di
mata air Hijaz di bawah Tsaniyatul Marah. Di sana, Ubaidah dan pasukannya
bertemu dengan banyak sekali orang-orang Quraisy berpapasan dengan kafilah
Abu Sufyan bin Harb bersama 200 orang temannya, namun perang tidak
meledak diantara mereka.
Kedua pihak sempat saling melempar anak panah, tetapi tidak sampai
terjadi pertempuran jarak dekat, meski kedua belah pihak sudah menyiapkan
barisan formasi tempur. Sa’ad bin Abi Waqash yang melemparkan anak panah
kala itu, dianggap sebagai panah pertama yang dilepaskan dalam sejarah Islam.
Ibnu Ishaq yang merupakan penulis Sirah Nabawiyah pertama berpendapat
bahwa panji perang yang dibawa oleh Ubaidah bin Harist inilah yang
merupakan panji perang Islam yang pertama.26

F. Sariyyah Sa’d bin Abi Waqqash


Sariyyah yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqash yang diutus ke Al-
Kharar pada bulan Dzulqa’dah 1 H. Sa’ad memimpin 8 orang Muhajirin untuk
memblokade kafilah dagang Quraisy. Ketika Sariyyah itu tiba di Al-Kharar,
ternyata kabilah Quraisy sudah lewat sehari sebelumnya, sehingga mereka
kembali pulang ke Madinah tanpa mendapatkan perlawanan apapun.27

G. Sariyyah Abdullah bin Jahsy


Sariyyah di bawah pimpinan Abdullah bin Jahsy Al-Asadi menuju
kawasan Nikhlah (dekat Makkah) pada bulan Rajab 2 H. Rasulullah SAW
mengerahkan Sariyyah yang terdiri atas 8 orang Muhajirin untuk mengintai
kafilah dagang Quraisy. Lantas terjadilah pertempuran antara pasukan
Abdullah bin Jahsy dan pedagang Quraisy yang tiba dari arah Thaif pada akhir
bulan Rajab. Mereka berjalan melewati Hijaz. Pasukan Abdullah itu bimbang
dan kurangnya keyakinan yang dimiliki pasukannya. Tapi mereka kemudian
berhasil membawa harta pampasan perang dari kafilah dagang itu dan
membunuh Amr bin Al-Hadhrami serta menawan dua orang. Dalam Sariyyah
ini Abdullah bin Jahsy bertindak sebagai pimpinan.28

H. Kemungkinan Kumandang Panggilan Sholat Berjama’ah (Adzan)


Ketika Rasulullah Saw. merasa nyaman tinggal di Madinah, saudara-
saudara beliau dari kaum Muhajirin berkumpul dengan beliau dan [ersatuan
kaum Anshar telah tercapai, islam-pun menguat, shalat dijalankan, zakat dan
26
Ibid, hal. 117.
27
Ibid, hal. 111.
28
Ibid, hal. 113.

32
puasa diwajibkan, hudud dilaksanakan, hal-hal yang halal dan hal-hal yang
haram diwajibkan dan islam mendapat tempat di tengah-tengah mereka.
Perkampungan Anshar adalah tempat yang menyediakan bagi kaum Muhajirin
dan beriman. Ketika Rasulullah Saw. tiba di Madinah, kaum muslimin
berkumpul untuk menunaikan shalat, karena waktunya belum tiba tanpa seruan
(Adzan). Oleh Karena itu, Rasulullah Saw. ingin membuat terompet seperti
orang-orang Yahudi, membuat terompet untuk mengajak kaum Muslimin
shalat, namun beliau membatalkannya. Kemudian Nabi memerintahkan
membuat lonceng untuk memanggil kaum Muslimin shalat.
Ketika kaum Muslimin berada dalam kondisi itu, tiba-tiba Abdullah bin
Zaid bin Tsa’labah bin Abdu rabbihi saudara Bani Al-Harits bin Al-khazraj
bermimpi melihat seruan shalat. Ia menghadap kepada Rasulullah saw. dan
berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah, pada malam ini aku bermimpi
melihat seseorang berpakaian hijau berjalan melewatiku dengan membawa
lonceng. Aku bertanya kepadanya, hai hamba Allah apakah engkau berniat
menjual loncengmu? Orang tersebut menjawab, apa yang akan engkau
kerjakan dengan lonceng ini? Aku menjawab, Aku gunakan untuk memanggil
orang kepada shalat. Orang tersebut lalu berkata, maukah engkau tunjukkan
yang lebih baik daripada lonceng ini? Aku berkata apa itu?, orang tersebut
berkata hendaknya engkau berkata:

ْ َ‫ ا‬,(٢x) ُ‫ش َه ُد اَنْ الَ ِإ ٰلهَ ِإاَّل هللا‬


ُ ‫ش َه ُد اَنَّ ُم َح َّمدًا َر‬
,(٢x) ِ‫س ْو ُل هللا‬ ْ ‫ َأ‬,(٢x) ‫هللَا ُ اَ ْكبَ ُر‬،‫هللَا ُ اَ ْكبَ ُر‬

ِ َ‫ َح َّي َعلَى ا ْلفَال‬, (٢x) ‫صالَ ِة‬


.(١x) ُ‫ اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللا‬,(١x) ‫هللَا ُ اَ ْكبَ ُر‬، ‫ هللَا ُ اَ ْكبَ ُر‬,(٢x) ‫ح‬ َّ ‫َح َّي َعلَى ال‬

Untuk shalat fajar, sehabis baca’an ‫ح‬ ِ َ‫ َح َّي َعلَى ا ْلفَال‬dikasih satu lafadz
yang berbunyi ‫صالَةُ َخ ْي ٌر ِمنَ النَّ ْو ِم‬
َّ ‫ اَل‬dibaca dua kali. Sedangkan kalau imgin mau
shalat hendaknya engkau baca lafadz seperti ini:

َّ ‫ َح َّي َعلَى ال‬,ِ‫س ْو ُل هللا‬


‫صاَل ِة‬ ْ َ‫ ا‬,ُ‫ش َه ُد اَنْ اَل ِإ ٰلهَ ِإاَّل هللا‬
ُ ‫ش َه ُد اَنَّ ُم َح َّمدًا َر‬ ْ ‫ َأ‬,‫هللَا ُ اَ ْكبَ ُر‬، ‫هللَا ُ اَ ْكبَ ُر‬,

ُ‫ اَل ِإ ٰلهَ ِإالَّهللا‬,‫هللَا ُ اَ ْكبَ ُر‬، ‫ هللَا ُ اَ ْكبَ ُر‬,ُ‫صاَل ة‬ ِ ‫قَ ْد قَا َم‬، ُ‫صاَل ة‬
َّ ‫ت ال‬ ِ ‫ قَ ْد قَا َم‬,‫ح‬
َّ ‫ت ال‬ ِ ‫ح َّي َعلَى ا ْلفَاَل‬.
َ

Setelah Abdullah bin Zaid menceritakan mimpinya kepada Rasulullah


Saw. Beliau kemudian bersabda: “Sesungguhnya itu mimpi yang benar Insya
Allah. Berdirilah engkau bersama Bilal, kemudian ucapkan lafadz tersebut
kepada Bilal. Hendaklah Bilal beradzan dengan adzan tersebut, maka Umar bin
Khathab yang sedang berada di rumahnya mendengar adzan tersebut. Ia segera
pergi menghadap Rasulullah Saw. dengan menyeret kainnya. Ia kemudian
berkata “Wahai Rasulullah, demi dzat yang mengutusmu dengan membawa
kebenaran, sungguh aku bermimpi melihat seperti yang dilihat Abdullah bin
Zaid dalam mimpinya. Rasulullah Saw. bersabda: “Segala puji bagi Allah atas
hal ini.” Ibnu Ishaq berkata bahwa hadits di atas disampaikan kepadaku oleh
Muhammad bin Ibrahim bin Al-Harst dari Muhammad bin Abdullah bin Zaid
bin Tsa’labah bin Abdu Rabbihi dari ayahnya.

33
Ibnu Hisyam berkata bahwa Ibnu Juraik menyebutkan bahwa dari
Atha’ berkata kepadaku bahwa aku mendengar Umair Al-Laitsi berkata:
“Rasulullah Saw. bermusyawarah dengan para sahabat tentang lonceng untuk
memanggil kaum Muslimin kepada shalat. Ketika Umar bin Khathab ingin
membeli dua kayu untuk membuat lonceng, tiba-tiba ia bermimpi dalam
tidurnya. Dalam mimpinya, Umar bin Khathab mendapat pesan. Hendaknya
kalian tidak menjadikan lonceng sebagai cara untuk memanggil manusia
kepada shalat, namun hendaklah kalian adzan untuk shalat.’ Kemudian Umar
bin Khathab mengahadap Rasulullah Saw. untuk menceritakan mimpinya
kepada beliau. Sebelum itu, Rasulullah Saw. telah mendapatkan wahyu tentang
adzan. Kekagetan Umar bin Khathab belum hilang, tiba-tiba Bilal
mengumandangkan adzan. Rasulullah Saw. bersabda ketika Umar bin Khathab
menceritakan mimpinya, hal ini telah didahului wahyu.”
Ibnu Ishaq berkata bahwa Muhammad bin Ja’far bin Az-Zubair berkata
kepadaku dari Urwah bin Az-Zubair dari seorang wanita dari Bani An-Najjar
yang berkata: “Rumahku adalah rumah yang paling panjang di sekitar masjid
dan Bilal biasa mengumandangkan adzan shubuh di masjid pada setiap pagi.
Pada waktu sebelum shubuh (waktu sahur), Bilal datang lalu duduk di depan
rumah menunggu datangnya shubuh. Jika waktu shubuh telah tiba, ia
membentangkan badannya, kemudian ia berdoa: Ya Allah, sesungguhnya aku
memujimu, dan meminta pertolonganmu agar orang-orang Quraisy tidak
mengalahkan agamamu”. Setelah itu, Bilal mengumandangkan adzan. Demi
Allah, aku tidak pernah melihat Bilal meninggalkan do’anya tersebut.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah berbagai mengalami proses dakwahnya Nabi Muhammad saw.
beliau menyatakan untuk hijrah ke Madinah pada tanggal 22 September 622

34
M. Beliau ingin menyelamatkan mereka kaum-kaumnya dari pertentangan dan
perlawanan kaum kafir Quraisy.
Ketika sudah tiba di Madinah beliau hal yang pertama dilakukan adalah
mendirikan masjid, mempersatukan dan mempersaudarakan antara kaum
Muhajirin dan kaum Anshar, tak hanya itu beliau juga mendirikan
perekonomian serta perdagangan dalam islam sehingga menjadi pusat
perdagangan pada masa itu.
Dari semua peristiwa yang terjadi di Madinah belia lalu mendirikan
sitem pemerintahan yang disebut Piagam Madinah. Beliau tidak membedakan
baik orang kafir, maupun muslim dibolehkan untuk tinggal di Madinah.
Dari berbagai peristiwa tersebut itu, Rasulullah mengutus 3 orang
diantaranya itu adalah Sa’ad bin Abi Waqash, Abdullah bin Jahsy, Hamzah bin
Abdul Muthalib, dan Ubaidah bin Al-Harits untuk pergi ke sebuah daerah-
daerah tertentu sebelum memastikan perang Badar dimulai.
Tak lupa itu sejarah adzan yang pertama kali dikumandangkan itu
adalah di Madinah, yang mengumandangkan itu adalah Bilal bin Ra’bah. Dan
lafadz adzan itu sendiri berasal dari mimpi sahabat Umar bin Khathab dan
Abdullah bin Zaid.

B. Saran
Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat ini
kurang sempurna, isinya kurang bagus. Kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya karena kami semua ini masih belajar dan kurang tahu tentang ilmu
pengetahuan. Kami harap para pembaca memakluminya. Dan hanya Allah
Swt. yang maha benar serta maha mengetahui. Kami akhiri sekian dan terima
kasih. Wallahu ‘Alam

DAFTAR PUSTAKA

 Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam, CV Pustaka Setia : Bandung, 2008.


 Al-Mubarakfury, Shafiyyurrahman. Sirah Nabawiyah, (terjemahan dari kitab
Ar-Rahiqul Makhtum, Bahtsun Fis-Sirah An-Nabawiyah Ala Shahibiha
Afdhalish Shalati Was-Salam), Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2008.

35
 Fathan, Abu. Kumpulan Peta Siroh Nabi Muhammad Saw., Asadudin Press,
2006.
 Haikal, Husein. Sejarah Hidup Muhammad, (terjemahan dari kitab Hayat
Muhammad), Jakarta: PT Mitra Kejayaan Indonesia, 2013.
 Muhyidin, Mumu. Sirah Nabawiyyah, Pondok Kebon Jambu Al-Islamy dan
Al-Jadid Kebon Melati, Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, 2016.
 Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyyah, jilid 1, Bekasi: PT. Darul Falah, 2011.

36

Anda mungkin juga menyukai