Anda di halaman 1dari 18

1.

PENDAHULUAN
Percaya kepada adanya kehidupan akhirat merupakan rukun iman yang kelima.
Beriman kepada hari akhir sesudah beriman kepada Allah Swt. menunjukkan bahwa beriman
kepada adanya kehidupan di akhirat merupakan hal yang amat penting. Al-Qur’an telah
merambahkan dimensi baru terhadap studi mengenai fenomena jagad raya dan membentuk
pikiran manusia melakukan terobosan terhadap batas penghalang dari alam materi. Al-Qur’an
membimbing manusia kepada Allah dan keagungan alam semesta yang amat luas dan
mengajak manusia untuk menyelidikinya, mengungkap keajaiban dan keghaiban, serta
berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah ruah untuk kesejahteraan hidup.
Oleh karena itu al-Qur’an membawa manusia terhadap Allah SWT melalui ciptaan-
Nya dan realitas kongkret yang terdapat di bumi dan di langit. Inilah sesungguhnya yang
terdapat pada ilmu pengetahuan yang mana mengadakan observasi lalu menarik hukum-
hukum alam berdasarkan observasi dan eksperimen. Dengan demikian ilmu pengetahuan
dapat mengetahui tentang segala hal yang telah diciptakan oleh Allah melalui observasi yang
teliti dan terdapat hukum-hukum yang mengatur gejala alam dan Al-Qur’an menunjukkan
kepada realitas intelektual yang maha besar, yaitu Allah Swt, lewat ciptaan-Nya.

1
2. Pengertian Akhirat
Secara bahasa berasal dari kata Al-Akhirah yang berarti Akhir. Adapun secara
istilahnya sendiri adalah ruang abadi yang menjadi rumah yang terakhir yang akan kita tuju
setelah alam dunia. Akhirat juga sebagai tempat dimana semua perbuatan manusia itu akan
dibalas.

3. Akhir Zaman Dunia Menuju Akhirat


Akhir Zaman Dunia Menuju Akhirat adalah suatu peristiwa di mana alam semesta
beserta isinya hancur luluh yang membunuh semua makhluk di dalamnya tanpa terkecuali.
Hari kiamat ditandai dengan bunyi terompet Sangkakala oleh Malaikan Israfil atas perintah
dari Allah Swt. Setelah semua makhuk yang hidup mati maka Allah Swt. akan kembali
memerintahkan Malaikat Israfil untuk meniup terompet untuk yang kedua kali guna
membangunkan orang semua yang telah mati untuk bangkit kembali mulai dari manusia
pertama zaman Nabi Adam hingga manusia yang terakhir saat kiamat tiba untuk
melaksanakan hari pembalasan Tanda-tanda kiamat kecil terbagi menjadi dua: Pertama,
kejadian sudah muncul dan sudah selesai; seperti diutusnya Rasulullah Saw., terbunuhnya
Utsman bin ‘Affan Ra., terjadinya fitnah besar antara dua kelompok orang beriman. Kedua,
kejadiannya sudah muncul tetapi belum selesai bahkan semakin bertambah; seperti tersia-
siakannya amanah, terangkatnya ilmu, merebaknya perzina’an dan pembunuhan, banyaknya
wanita dan lain-lain:

1. Diutusnya Rasulullah Saw dan Jabir Ra. berkata, ”Adalah Rasulullah Saw. jika beliau
khutbah memerah matanya, suaranya keras, dan penuh dengan semangat seperti
panglima perang, beliau bersabda, ‘(Hati-hatilah) dengan pagi dan sore kalian.’ Beliau
melanjutkan, ‘Aku diutus dan hari Kiamat seperti ini.’ Rasulullah saw. mengibaratkan
seperti dua jarinya antara telunjuk dan jari tengah. (HR. Muslim).
2. Disia-siakannya amanat Jabir Ra. berkata, tatkala Nabi Saw. berada dalam suatu
majelis sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan
berkata, “Kapan terjadi Kiamat?” Rasulullah saw. terus melanjutkan pembicaraannya.
Sebagian sahabat berkata, “Rasulullah Saw. mendengar apa yang ditanyakan tetapi
tidak menyukai apa yang ditanyakannya.” Berkata sebagian yang lain, “Rasul Saw.
tidak mendengar.” Setelah Rasulullah saw. menyelesaikan perkataannya, beliau
bertanya, “Mana yang bertanya tentang Kiamat?” Berkata lelaki Badui itu, ”Saya,
wahai Rasulullah Saw.” Rasulullah Saw. Berkata, “Jika amanah disia-siakan, maka
tunggulah kiamat.” Bertanya, “Bagaimana menyia-nyiakannya?” Rasulullah Saw.
Menjawab, “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah
kiamat.” (HR. Bukhari).
3. Kaum Papa menjadi kaya Rasulullah Saw. ditanya oleh Jibril tentang tanda-tanda
kiamat, lalu beliau menjawab, “Seorang budak melahirkan majikannya, dan engkau
melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang, dan miskin, penggembala
binatang berlomba-lomba saling tinggi dalam bangunan.” (HR. Muslim).
4. Sungai Eufrat berubah menjadi emas dari Abu Hurairah Ra. bahwa Rasulullah Saw.
bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sampai Sungai Eufrat menghasilkan gunung

2
emas, manusia berebutan tentangnya. Dan setiap 100 terbunuh 99 orang. Dan setiap
orang dari mereka berkata, ”Barangkali akulah yang selamat.” (Muttafaqun ‘alaihi).
5. Baitul Maqdis dikuasai umat Islam ”Ada enam dari tanda-tanda kiamat: kematianku
(Rasulullah Saw.), dibukanya Baitul Maqdis, seorang lelaki diberi 1000 dinar, tapi dia
membencinya, fitnah yang panasnya masuk pada setiap rumah muslim, kematian
menjemput manusia seperti kematian pada kambing dan khianatnya bangsa Romawi,
sampai 80 poin, dan setiap poin 12.000.” (HR. Ahmad dan At-Tabrani dari Muadz).
6. Banyak terjadi pembunuhan dari Abu Hurairah Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda,
“Tiada akan terjadi kiamat, sehingga banyak terjadi haraj. Sahabat bertanya apa itu
haraj, ya Rasulullah?” Rasulullah Saw. Menjawab, “Haraj adalah pembunuhan.” (HR.
Muslim).
7. Munculnya kaum Khawarij dari Ali Kwh. berkata, saya mendengar Rasulullah Saw.
bersabda, “Akan keluar di akhir zaman kelompok orang yang masih muda, bodoh,
mereka mengatakan sesuatu dari firman Allah. Keimanan mereka hanya sampai di
tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari
busurnya. Di mana saja kamu jumpai, maka bunuhlah mereka. Siapa yang
membunuhnya akan mendapat pahala di hari Kiamat.” (HR. Bukhari).
8. Banyak pembela kezhaliman “Di akhir zaman banyak polisi di pagi hari melakukan
sesuatu yang dimurkai Allah, dan di sore hari melakukan sesuatu yang dibenci Allah.
Hati-hatilah engkau jangan sampai menjadi teman mereka.” (HR. At-Tabrani).
9. Perang antara Yahudi dan Umat Islam dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw.
bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum Muslimin berperang dengan
Yahudi. Maka kaum muslimin membunuh mereka sampai ada seorang Yahudi
bersembunyi di belakang batu-batuan dan pohon-pohonan. Dan berkatalah batu dan
pohon, ‘Wahai muslim, wahai hamba Allah, ini Yahudi di belakangku, kemari dan
bunuhlah ia.’ Kecuali pohon Gharqad karena ia adalah pohon Yahudi.” (HR. Muslim).
10. Menebarnya berbagai Fitnah Dari Abu Hurairah Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda,
“Tidak akan terjadi kiamat, sampai dominannya fitnah, banyaknya dusta dan
berdekatannya pasar.” (HR Ahmad).
11. Sedikitnya ilmu dijelaskan dalam hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Ra.
beliau berkata, Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: ‘Sesungguhnya Allah tidak
mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan
mewafatkan para ulama, sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang alim, maka manusia
akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya,
kemudian mereka akan memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi
menyesatkan orang lain. (HR. Bukhari).
12. Merebaknya perzinaan dari Abu Malik Asy’ari Ra. bahwasanya dia mendengar Nabi
Saw. bersabda: Akan ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan zina dan
sutera”. (HR. Muslim).
13. Banyaknya kaum Hawa dari Kaum Adam perbandingannya 1 : 50 dari Anas bin Malik
Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda. “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat
adalah ilmu diangkat, banyaknya kebodohan, banyaknya perzinaan, banyaknya orang
yang minum khamr, sedikit kaum lelaki dan banyak kaum wanita, sampai pada 50
wanita hanya ada satu lelaki.” (HR Bukhari).

3
14. Bermewah-mewah dalam membangun masjid dari Anas Ra. bahwa Rasulullah saw.
bersabda, “Diantara tanda kiamat adalah bahwa manusia saling membanggakan dalam
keindahan masjid.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Ibnu Hibban).
15. Menyebarnya riba dan harta haram dari Abu Hurairah Ra. berkata, Rasulullah Saw.
bersabda, “Akan datang pada manusia suatu waktu, setiap orang tanpa kecuali akan
makan riba, orang yang tidak makan langsung, pasti terkena debu-debunya.” (HR.
Imam Abu Dawud, Imam Ibnu Majah dan Imam Al-Baihaqi).

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang pada manusia
suatu saat di mana seseorang tidak peduli dari mana hartanya didapat, apakah dari yang halal
atau yang haram.” (HR. Ahmad dan Bukhari). Sedangkan tanda tanda yang memasuki masa
sangat dekat adalah pada berubahnya fenomena alam sebagaimana Sabda Rasulullah Saw
“Sesungguhnya kiamat itu tidak akan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda :
1). Asap
2). Dajjal
3). Binatang melata di bumi
4). Terbitnya matahari sebelah barat
5). Turunnya Nabi Isa A.S
6). Keluarnya Yakjuj dan Makjuj
7). Gerhana di timur
8). Gerhana di barat
9). Gerhana di jazirah Arab
10). Keluarnya api dari kota Yaman menghalau manusia ke tempat pengiringan
mereka.

4. Dua Belas Barisan di Akhirat


` Suatu ketika, Muadz bin Jabbal Ra. menghadap Rasulullah Saw. dan bertanya: "Wahai
Rasulullah, tolong uraikan kepadaku mengenai firman Allah Swt. yang berbunyi:
ً ‫الصو ِر فَتَْأتُونَ َأ ْف َو‬
‫اجا‬ ُّ ‫يَ ْو َم يُ ْنفَ ُخ فِي‬
Yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-
kelompok. (QS. An-Naba : 18).
Mendengar pertanyaan itu, baginda menangis dan basah pakaian dengan air mata. Lalu
menjawab: "Wahai Muadz, engkau telah bertanya kepadaku, perkara yang amat besar, bahwa
umatku akan digiring, dikumpulkan berbaris-baris." Maka dinyatakan apakah 12 barisan
tersebut:

 Barisan Pertama
Digiring dari kubur dengan tidak bertangan dan berkaki. Keadaan mereka ini
dijelaskan melalui satu seruan dari sisi Allah Yang Maha Pengasih: "Mereka itu adalah
orang-orang yang sewaktu hidupnya menyakiti hati tetangganya, maka demikianlah
balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka."
 Barisan Kedua

4
Digiring dari kubur berbentuk babi hutan. Datanglah suara dari sisi Yang Maha
Pengasih: "Mereka itu adalah orang yang sewaktu hidupnya meringan-ringankan sholat,maka
inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka."
 Barisan Ketiga
Mereka berbentuk keledai, sedangkan perut mereka penuh dengan ular dan kala
jengking. "Mereka itu adalah orang yang enggan membayar zakat, maka inilah balasannya
dan tempat kembali mereka adalah neraka."
 Barisan Keempat
Digiring dari kubur dengan keadaan darah seperti air pancuran keluar dari mulut
mereka. "Mereka itu adalah orang yang berdusta di dalam jual beli, maka inilah balasannya
dan tempat kembali mereka adalah neraka."
 Barisan Kelima
Digiring dari kubur dengan bau busuk dari bangkai. Ketika itu Allah SWT
menurunkan angin sehingga bau busuk itu mengganggu ketenteraman di Padang Mahsyar.
"Mereka itu adalah orang yang menyembunyikan perlakuan durhaka takut diketahui oleh
manusia tetapi tidak pula merasa takut kepada Allah SWT, maka inilah balasannya dan
tempat kembali mereka adalah neraka."
 Barisan Keenam
Digiring dari kubur dengan keadaan kepala mereka terputus dari badan. "Mereka
adalah orang yang menjadi saksi palsu, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka
adalah neraka."
 Barisan Ketujuh
Digiring dari kubur tanpa mempunyai lidah tetapi dari mulut mereka mengalir keluar
nanah dan darah. "Mereka itu adalah orang yang enggan memberi kesaksian di atas
kebenaran, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka."
 Barisan Kedelapan
Digiring dari kubur dalam keadaan terbalik dengan kepala ke bawah dan kaki ke atas.
"Mereka adalah orang yang berbuat zina, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka
adalah neraka."
 Barisan Kesembilan
Digiring dari kubur dengan berwajah hitam gelap dan bermata biru sementara dalam
diri mereka penuh dengan api gemuruh. "Mereka itu adalah orang yang makan harta anak
yatim dengan cara yang tidak sebenarnya, maka inilah balasannya dan tempat kembali
mereka adalah neraka."
 Barisan Kesepuluh
Digiring dari kubur mereka dalam keadaan tubuh mereka penuh dengan penyakit
sopak dan kusta. "Mereka adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya, maka inilah
balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka."
 Barisan Kesebelas
Digiring dari kubur mereka dengan berkeadaan buta mata-kepala, gigi mereka
memanjang seperti tanduk lembu jantan, bibir mereka melebar sampai ke dada dan lidah
mereka terjulur memanjang sampai ke perut mereka dan keluar beraneka kotoran. "Mereka

5
adalah orang yang minum arak, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah
neraka."
 Barisan Kedua Belas
Mereka digiring dari kubur dengan wajah yang bersinar-sinar laksana bulan purnama.
Mereka melalui titian sirat seperti kilat. Maka, datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha
Pengasih memaklumkan: "Mereka adalah orang yang beramal saleh dan banyak berbuat baik.
Mereka menjauhi perbuatan durhaka, mereka memelihara sholat lima waktu,ketika
meninggal dunia keadaan mereka sudah bertaubat, maka inilah balasannya dan tempat
kembali mereka adalah syurga, mendapat ampunan, kasih sayang dan keredhaan Allah Yang
Maha Pengasih."

5. Akhirat Dalam Perspektif Al-Qur’an


Selama ini setiap orang memahami akhirat sebagai suatu kehidupan setelah seseorang
meninggal dunia, yaitu berupa hari pembalasan tentang amal yang telah dilakukan selama ia
hidup didunia apakah ia masuk surga atau neraka tergantung amalan yang dilakukan. Tidak
salah memang jika diartikan demikian, tetapi hanya akan membuat kita selalu hidup dalam
imajinasi belaka dan terus berharap sesuatu yang abstrak.
Berbeda jika akhirat kita pahami sebagai program jangka panjang yang harus kita
persiapkan di dunia ini pasti kita akan lebih memiliki motivasi hidup yang luar biasa. Karena
sesungguhnya Qur’an turun untuk menjawab semua permasalahan manusia di dunia ini,
mengenai kehidupan setelah seseorang meninggal adalah urusan Allah Swt. Kita tidak bisa
menerka apa yang akan terjadi nanti setelah manusia meninggal dunia karena sejak zaman
Adam sampai saat ini atau bahkan sampai kapanpun orang yang telah meninggal dunia tidak
akan bisa kembali kedunia serta menceritakan kejadian yang telah dialaminya.
Disadari atau tidak, dari 24 jam usia kita dalam sehari, hanya beberapa persen saja
yang kita gunakan untuk persiapan akhirat. Selebihnya pasti terbuang sia-sia oleh kegiatan
yang hanya berkutat dalam urusan duniawi. Coba kita ingat nikmat Allah yang tak terhingga,
setiap saat mengalir dalam tubuh kita. Detak jantung yang tidak pernah berhenti, kedipan
mata yang tak terhitung berapa kali dalam seharian penuh dan selalu kita nikmati. Kita
sengaja selalu melupakan hal itu tetapi sering mudah berterima kasih kepada seorang yang
berjasa kepada kita sementara kepada Allah yang selalu memanjakan kita dengan nikmat-
nikmatNya, kita sering kali memalingkan ingatan.
Orang-orang bijak mengatakan bahwa dunia ini hanyalah keperluan, ibarat WC dalam
sebuah rumah, dibangun semata sebagai keperluan. Karenanya siapapun dari penghuni
rumah itu akan mendatangi WC jika perlu saja, setelah itu ditinggalkan. Sungguh sangat
aneh bila ada seorang yang diam di WC sepanjang hari dan menjadikannya sebagai tujuan
utama dari dibangunnya rumah itu. Begitu juga sebenarnya sangat tidak wajar bila manusia
sibuk mengurus dunia setiap waktu dan menjadikannya sebagai tujuan hidup, sementara
akhirat dilupakan. Kita hanya mementingkan keperluan akhirat saja tanpa memedulikan
kepentingan dunia, hanya sibuk beribadah dan tidak memperhatikan keadaan lingkungan di
sekitarnya.
Setiap orang takut akan siksa neraka yang konon memiliki panas yang sangat dahsyat,
maka dari itu mereka selalu bersiap diri untuk itu semua yaitu dengan melakukan ibadah.
Tetapi tidak sedikit pula orang yang dengan remeh tidak peduli pada dirinya sendiri misalnya

6
merokok, mengkonsumsi makanan atau minuman yang berbahaya bagi tubuh. Mereka
berpikir akhirat itu nanti setelah kita meninggal, tanpa sadar mereka melupakan sesuatu yang
akan dan pasti terjadi yaitu siksa di alam nyata yaitu berupa penyakit.

‫َوآخَ رُونَ ُمرْ َجوْ نَ َأِل ْم ِر هَّللا ِ ِإ َّما يُ َع ِّذبُهُ ْم َوِإ َّما يَتُوبُ َعلَ ْي ِه ْم ۗ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬

Dan ada (pula) orang-orang lain yang ditangguhkan sampai ada keputusan Allah
adakalanya Allah akan mengadzab mereka dan adakalanya Allah akan menerima tobat
mereka. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. At-Taubah[9]: 106).

Maksudnya adalah ketika masa lalu seseorang merokok kemudian dia bertobat (tidak
merokok lagi sampai kapanpun) maka di masa yang akan datang ia terbebas dari penyakit
atau kalaupun ada mungkin hanya sedikit saja.

َّ ُ‫س ّمًى ۚ ِإنَّ َأ َج َل هَّللا ِ ِإ َذا َجا َء اَل ي‬


َ‫َؤخ ُر ۖ لَ ْو ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬ َ ‫َؤخ ْر ُك ْم ِإلَ ٰى َأ َج ٍل ُم‬
ِّ ُ‫يَ ْغفِ ْر لَ ُك ْم ِمنْ ُذنُوبِ ُك ْم َوي‬

Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu


sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang
tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui". (QS. Nuh[71] : 4).

Balasan di masa depan bisa berubah tergantung perbuatan kita pada saat ini, akan
tetapi ketika masa depan sudah datang kita tidak bisa menolaknya dan kita tidak bisa kembali
ke masa lalu karena balasan kita sudah sangat jelas yaitu sesuai dengan perbuatan kita.

6. Indikasi Akhirat

 Kekal

Kehidupan akhirat kekal karena merupakan fase akhir dari kehidupan di dunia
ini. Akhir perjalanan hidup seorang manusia jika namanya harum di masyarakat di
akhir hidupnya maka ia akan selamanya dikenal baik akan tetapi sebaliknya jika
namanya dikenang buruk oleh masyarakat maka selamanya ia akan dikenang buruk.

 Lawan dari dunia


Seperti halnya ciptaan Allah yang lain yaitu berpasang-pasangan maka akhirat
dapat dipahami lawan dari dunia. Jika dunia dipahami sebagai program jangka pendek
maka akhirat adalah program jangka panjang dan jika dunia di pahami sebagai materi
maka akhirat adalah spiritual.
 Sebuah penantian atau tujuan
Akhirat adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh setiap orang karena kita
dapat merasakan balasan setiap perbuatan yang pernah kita lakukan pada masa lalu.
Bisa juga disebut sebagai cita-cita dan impian setiap orang.
 Hanya untuk para muttaqin
Qur’an sering mengungkap akhirat adalah tempat untuk orang-orang yang
bertaqwa yaitu orang yang memiliki konsep yang bersumber dari Qur’an itu sendiri.
 Balasan (kausalitas)

7
Akhirat adalah suatu bentuk balasan apa yang kita lakukan di alam ini.
Dampak baik atau buruknya tergantung perbuatan kita. Setiap orang pasti
merasakannya karena merupakan sunatullah yang akan di terima oleh setiap mahluk.

7. Kapan datangnya
Kapan terjadi akhirat hanya Allah yang tahu tetapi paling tidak ada tandanya yaitu
salah satunya kematian seseorang. Setiap orang dituntut untuk untuk mempersiapkan segala
sesuatunya untuk menghadapi akhirat. Apa yang kita dapat diakhirat sesuai dengan prilaku
atau amalan kita selama hidup di dunia yang fana ini. Qur’an dan sunah Rasulullah tidak
membicarakan sedikit pun tentang masa kedatangan akhirat. Bahkan secara tegas dalam
berbagai ayat dinyatakan tidak seorang pun mengetahui kapan kehadirannya.

‫ ِإلَ ٰى َربِّكَ ُمنتَ َه ٰى َهٓا‬,‫ فِي َم َأنتَ ِمن ِذ ْك َر ٰى َهٓا‬,‫ساهَا‬


َ ‫سا َع ِة َأيَّانَ ُم ْر‬
َّ ‫سَألُونَ َك َع ِن ال‬
ْ َ‫ي‬
(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit,
kapankah terjadinya? Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada
Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya) (QS. An-Nāzi’āt[79]: 42-44)

Untuk menghadapi kehidupan akhirat maka kita harus mempersiapkannya dengan


bertakwa sebenar-benarnya takwa kepada Allah dan beribadah secara maksimal sesuai dengan
yang tertera dalam Qur’an dan tuntunan Rasulullah. Akhirat merupakan konsekuensi logis
yang akan dirasakan setiap manusia tergantung perbuatannya serta kondisi masa depan
seseorang yang masih hidup di dunia, kekal sifatnya yakni berupa balasan apa yang pernah
dilakukan saat ini atau pada masa lampau.

Terjadinya akhirat hanya diketahui Allah sedangkan manusia hanya wajib


mempersiapkannya. Seseorang harus jeli memilih hal yang tepat bagi masa depannya karena
segala sesuatunya tergantung apa yang ia kerjakan saat ini. Setiap yang dilakukan makhluk
pasti memiliki hubungan yang erat, yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain

8. Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Berkaitan Tentang Akhirat

 QS. Al – A’la ayat 16-17


)17( ‫) َواآْل ِخ َرةُ َخ ْي ٌر َوَأ ْبقَى‬16( ‫بَ ْل تُْؤ ثِرُونَ ا ْل َحيَاةَ ال ُّد ْنيَا‬
Namun, kamu (orang-orang) mengutamakan kehidupan dunia [16]. Padahal
kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal [17]

Penafsiran:
Allah Swt. berfirman: ‫“ بَ~~ ْل تُ~~ْؤ ثِ ُر ْونَ ا ْل َحيَ~~وةَ ال~~ ُّد ْنيَا‬Namun, kalian (orang-orang kafir) memilih
kehidupan duniawi.” Kata ‫ َب~~~ ْل‬ berfungsi sebagai idrâb, yakni memalingkan dari kalimat
sebelumnya. Artinya, kalian tidak melakukan tindakan yang dapat mengantarkan mereka pada
kesuksesan itu. Namun sebaliknya, justru  َ‫تُْؤ ثِ ُر ْون‬ dengan kehidupan dunia. Menurut Imam Al-

8
Jazairi juga memaknainya: Kalian lebih mendahulukan dan mengutamakan kehidupan dunia
daripada akhirat. Pilihan tersebut jelas salah. Sebab, kehidupan akhirat jauh lebih baik dan
abadi. Perhatikan firman Allah SWT selanjutnya: ‫ َواأْل ِخ َرةُ َخ ْي ٌر َّواَ ْبقَى‬ “Padahal kehidupan akhirat
adalah lebih baik dan lebih kekal.” 1
َ
Menurut Tafsir Al-Qurthubi, kata ‫خ ْي~~~~ ٌر‬ berarti namanya afdhal (lebih utama),
sedangkan ‫اَ ْبقَى‬ berarti adwamu min ad-Dun-yâ (lebih kekal daripada dunia). Semua telah
maklum, kehidupan dunia merupakan kehidupan fana.2 Ketika manusia dibangkitkan di
akhirat kelak, manusia merasakan singkatnya hidup di dunia ini. Demikian singkatnya hingga
menurut mereka hidup di dunia itu hanya sehari atau setengah hari hanya sesore atau sepagi
hari atau bahkan hanya sesaat saja di sing hari. Dalam hadist yang diriwayatkan Muslim dan
At-Tirmidzi, Rasulullah Saw. mengumpamakan kehidupan dunia dibandingkan dengan
akhirat seperti jari telunjuk yang dicelupkan di laut; air yang melekat di jari itulah kenikmatan
dunia.
Yang lebih baik dan lebih kekal itu bisa dimaknai pahalanya sebagaimana dijelaskan
Dalam Tafsir Ibnu Katsir. Menurutnya, maksud ayat ini adalah pahala Allah di akhirat lebih
baik dan lebih kekal. Kehidupun dunia itu rendah dan fana, sementara akhirat mulia dan
langgeng. Bagaimana mungkin orang yang berakal lebih memilih yang fana daripada yang
kekal; mementingkan apa yang segera hilang daripada kehidupan yang kekal dan langgeng?
Oleh karena itu, ayat ini memberikan dorongan kepada manusia agar lebih memilih
dan mengutamakan akhirat daripada dunia. Menurut penulis, hal yang demikian sejalan
dengan pendapat akal yang sehat dan petunjuk syara’.
Yakni pahala Allah di negeri akhirat lebih baik dan lebih kekal daripada kesenangan
dunia. Karena sesungguhnya dunia itu pasti akan fana dalam waktu yang singkat, sedangkan
kehidupan akhirat mulia lagi kekal. Maka bagaimana orang yang berakal bisa lebih memilih
hal yang fana atas hal yang kekal, dan lebih mementingkan hal yang cepat lenyapnya serta
berpaling dari memperhatikan negeri yang kekal dan pahala yang kekal di akhirat.3

‫ص~لَّى‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ْ‫شةَ قَالَت‬


َ ِ ‫س~و ُل هَّللا‬ ْ ‫ عَنْ َأبِي ِإ‬،‫ َح َّدثَنَا ُذ َويد‬،‫سيْنُ بْنُ ُم َح َّم ٍد‬
َ ‫ عَنْ عَاِئ‬،‫ عَنْ ع ُْر َوة‬،َ‫س َحاق‬ َ ‫ َح َّدثَنَا ُح‬:ُ‫قَا َل اِإْل َما ُم َأ ْح َمد‬
"ُ‫ َولَ َها يَ ْج َم ُع َمنْ اَل َع ْق َل لَه‬،ُ‫ َو َما ُل َمنْ اَل َما َل لَه‬،ُ‫ "ال ُّد ْنيَا دَا ُر َمنْ اَل دا َر لَه‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬

1
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan,Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Volume 13,
(Jakarta:Lentera Hati,2002), hal,298
2
Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, vol. 20 (Riyadh: Dar Alam al-Kutub, 2003), hal.21; as-
Suyuthi, al-Durr al-Mantsûr, vol.15, hal.369.
3
Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, vol.4 (Beirut: Dar al-Fikr, 2000), hal.2020.

9
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad,
telah menceritakan kepada kami Duraid, dari Abu Ishaq, dari Urwah, dari Aisyah yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Dunia ini adalah rumah bagi orang yang
tidak mempunyai rumah, dan harta bagi orang yang tidak mempunyai harta, dan karena
untuk dunialah orang yang tidak berakal menghimpun hartanya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami Abu Hamzah,
dari Ata, dari Urfujah As-Saqafi yang telah mengatakan bahwa ia belajar mengenai firman
Allah Swt. di bawah ini dari Ibnu Mas'ud. Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-
A'la: 1) ketika bacaannya sampai pada firman-Nya: Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih
kehidupan duniawi. (Al-A'la: 16) Maka Ibnu Mas'ud meninggalkan bacaannya, lalu
menghadap kepada murid-muridnya dan berkata, "Kita lebih memilih dunia daripada akhirat."
Kaum yang hadir terdiam, dan Ibnu Mas'ud kembali berkata, "Kita telah memilih dunia,
karena kita melihat perhiasannya, wanita-wanitanya, makanan dan minumannya sedangkan
kepentingan akhirat kita dikesampingkan. Maka berarti kita memilih kehidupan yang segera
ini dan kita tinggalkan kehidupan akhirat kita." Hal ini yang keluar dari Ibnu Mas'ud r.a.
merupakan ungkapan tawadu' (rendah diri)nya, atau barangkali dia hanya mengungkapkan
tentang jenis keduanya semata-mata; hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui.4

‫ب‬ ِ ‫ ع‬،‫ َأ ْخبَ~ َرنِي َع ْم~ ُرو بْنُ َأبِي َع ْم~ ٍرو‬،‫س َما ِعي ُل بْنُ َج ْعفَ~ ٍر‬
ِ ِ‫َن ا ْل ُمطَّل‬ ْ ‫ َح َّدثَنَا ِإ‬،‫ش ِم ُّي‬ ُ ‫ َح َّدثَنَا‬:ُ‫قَا َل اِإْل َما ُم َأ ْح َمد‬
ِ ‫سلَ ْي َمانُ بْنُ دَا ُو َد ا ْل َها‬
‫ب‬َّ ‫ و َمن َأ َح‬،‫ض~ َّر بِآ ِخ َرتِ~ ِه‬
َ ‫ " ِمنْ َأ َح ِّب ُد ْنيَ~~اهُ َأ‬:‫سلَّ َم قَا َل‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ ُ ‫ َأنَّ َر‬:‫ي‬ ْ ‫سى اَأْل‬
ِّ ‫ش َع ِر‬ َ ‫ عَنْ َأبِي ُمو‬،ِ ‫ْب ِن َع ْب ِد هَّللا‬
َ ‫آخ َرتَهُ َأ‬
"‫ فَآثِ ُروا َما يبقَى َعلَى َما يَ ْفنَى‬،ُ‫ض َّر بِ ُد ْنيَاه‬ ِ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud Al-
Hasyimi, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku
Amr ibnu Abu Amr, dari Al-Muttalib ibnu Abdullah, dari Abu Musa Al-Asy'ari, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang mencintai dunianya, berarti merugikan
akhiratnya; dan barang siapa yang mencintai akhiratnya, berarti merugikan dunianya. Maka
utamakanlah apa yang kekal di atas apa yang fana.
 Q. S. Al Qaf ayat 20-22

َ ‫) لَقَ ْد ُك ْنتَ فِي َغ ْفلَ ٍة ِمنْ َه َذا فَ َك‬21( ‫ش ِهي ٌد‬


َ‫ش ْفنَا َع ْنك‬ َ ‫ق َو‬
ٌ ‫ساِئ‬ ٍ ‫) َو َجا َءتْ ُك ُّل نَ ْف‬20( ‫الصو ِر َذلِ َك يَ ْو ُم ا ْل َو ِعي ِد‬
َ ‫س َم َع َها‬ ُّ ‫َونُفِ َخ فِي‬
)22( ‫ص ُر َك ا ْليَ ْو َم َح ِدي ٌد‬ َ َ‫ِغطَا َء َك فَب‬
4
Ibid, h, 2021

10
Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari yang diancamkan [20]. Dan datanglah setiap
orang bersama dengannya (malaikat) penggiring dan (malaikat) saksi [21]. Sungguh, kamu
dahulu lalai tentang (peristiwa) ini, maka Kami singkapkan tutup (yang menutupi) matamu,
sehingga penglihatanmu pada hari ini sangat tajam [22].

Penafsiran:

Pada ayat-ayat sebelumnya, Al-Qur’an menjelaskan tentang anggapan orang-orang


kafir yang menyatakan bahwa kebangkitan untuk memperoleh balasan tidaklah mungkin
terjadi, maka Allah membantah anggapan mereka dengan membuktikan kekuasaannya-Nya
dan ilmu-Nya. Kemudian Allah memberitahukan pula kepada mereka bahwa mereka akan
mendapatkan kebenaran ketika datang maut dikala terjadinya hari kiamat.5

‫الص ْو ِر ذلِ َك يَ ْو ُم ا ْل َو ِع ْي ِد‬


ُّ ‫َونُفِ َخ فِى‬
Dan setelah tiba masa kebangkitan, ditiuplah oleh malaikat Israfil sangkakala untuk
membangkitkan manusia dari kubur. Itulah hari ancaman serta hari terpenuhinya janji.
Ayat ini menyifati hari peniupan sangkakala dengan hari terlaksananya ancaman, dan
hari terpenuhinya janji. Ketika Allah Swt telah memberi izin untk menetapkan kematian atas
semua makhluk, dan menetapkan batas akhir bagi segala urusan dunia, maka Dia akan
memerintahkan malaikat Israfil untuk meniup sangkakala. Pada saat malaikat israfil meniup
sangkakala itu, maka matilah segala yang hidup (baik yang di langit maupun yang di bumi),
kecuali yang memang dikehendaki oleh-Nya, kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi,
maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).
Namun, menurut Tafsir Al-Maraghi yang paling terpenting dan yang wajib diyakini
oleh setiap muslim adalah bahwa ada waktu yang telah ditentukan oleh Allah SWT_yang
tidak satu makhluk pun mengetahui kapan datangnya_dimana manusia akan dibangkitkan
untuk mempertanggungjawabkan amal masing-masing, lalu menerima balasan dan
ganjarannya.
}ٌ‫ش ِهيد‬
َ ‫ق َو‬
ٌ ‫ساِئ‬ ٍ ‫{ َو َجا َءتْ ُك ُّل نَ ْف‬
َ ‫س َم َع َها‬
Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat, penggiring dan
seorang malaikat penyaksi. (Qaf: 21)
Yakni malaikat yang menggiringnya ke padang mahsyar dan malaikat yang menjadi
saksi terhadap semua amal perbuatan yang telah dilakukannya. Demikianlah makna lahiriah
ayat dan dipilih oleh Ibnu Jarir.

5
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung; Syaamil Cipta Media, 2005), Hal.519

11
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan melalui Ismail ibnu Abu Khalid, dari Yahya ibnu
Rafi' maula Saqif yang mengatakan bahwa Usman ibnu Affan Ra. berkhotbah, lalu membaca
ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang
malaikat, penggiring dan seorang malaikat penyaksi. (Qaf: 21) Lalu Usman Ra. mengatakan
bahwa malaikat penggiring yang menggiringnya menghadap kepada Allah dan malaikat
penyaksi yang menyaksikan semua amal perbuatannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh
Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid.6
Mutarrif telah meriwayatkan dari Abu Ja'far Maula Asyja' ,dari Abu Hurairah Ra.
yang mengatakan bahwa yang menggiringnya adalah malaikat, sedangkan yang menjadi
saksinya adalah amal perbuatannya. Hal yang semisal telah dikatakan oleh Ad-Dahhak dan
As-Saddi.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas Ra. bahwa yang menggiring adalah
malaikat, sedangkan yang menjadi saksi adalah dirinya sendiri; ia bersaksi terhadap dirinya
sendiri. Hal yang sama dikatakan oleh Ad-Dahhak Ibnu Muzahim.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan tiga pendapat sehubungan dengan makna yang
dimaksud oleh firman Allah Swt.:
َ ‫لَقَ ْد ُك ْنتَ فِ ْي َغ ْفلَ ٍة ِمنْ ه َذا فَ َك‬
َ َ‫ش ْفنَا َع ْنكَ ِغطَآ َء َك فَب‬
‫ص ُر َك ا ْليَ ْو َم َح ِد ْي ٌد‬
Ketika kematian menjemput seseorang, dikatakan kepadanya: Demi Allah, sungguh,
kamu ketika hidup di dunia dahulu berada dalam keadaan lalai tentang (peristiwa) yang
sedang kamu lihat ini, maka sekarang Kami singkapkan tutup (yang menutupi) matamu,
sehingga penglihatanmu pada hari ini sangat tajam. Dengan demikian kamu benar-benar
yakin.
Akan tampak oleh manusia segala sesuatu yang tidak tampak olehnya dalam
kehidupan dunia, ketika segala kesibukan dunia itu telah lepas dari mereka, maka akan
tampak olehnya seluruh perbuatannya, sehingga ia tidak melihat satu keburukan pun,
melainkan ia akan merasakan penyesalan yang amat sangat, karena keburukannya itulah yang
menyeretnya tenggelam kedalam neraka. Pada saat itulah dikatakan kepada mereka; “wakafa
binafsika al-yauma hasiba” (cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab
terhadapmu.)
Allah SWT menjadikan kelalaian bagai tutup yang menutupi seluruh jasad manusia
atau sebagai selaput yang menutupi kedua mata manusia, sehingga ia tidak dapat melihat
suatu apapun. Maka apabila hari kiamat terjadi, sadarlah manusia dan hilanglah kelalaian

6
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV. Toha Putra), hal.269

12
yang menutupi dirinya sehingga ia dapat melihat kebenaran yang dahulu ia tidak dapat
melihatnya. 7
Ayat ini menunjukkan bahwa kelak di hari Kemudian akan nampak hakikat-hakikat
yang tersembunyi dalam kehidupan dunia ini. Kalau di dunia seseorang belum melihat
malaikat, maka disana ia akan dapat melihatnya. Kalau disini banyak yang menduga sebab-
sebab lahiriah adalah faktor yang menghasilkan sesuatu, maka disana ia akan menyadari
bahwa secara penuh bahwa Allah adalah penyebab semua sebab.
ِ ‫) َو َما اَل تُ ْب‬38( َ‫صرُون‬
)39( َ‫صرُون‬ ِ ‫فَاَل ُأ ْق‬
ِ ‫س ُم بِ َما تُ ْب‬
“Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan apa yang kamu tidak lihat.” (QS.
al-Haqqah:38-39).
 QS. An – Nisa Ayat 76

َّ ‫ت فَقاتِلُوا َأ ْولِيا َء ال‬


َّ‫ش ْيطا ِن ِإن‬ ِ ‫يل الطَّا ُغو‬ َ ‫سبِي ِل هَّللا ِ َوالَّ ِذينَ َكفَ ُروا يُقاتِلُونَ فِي‬
ِ ِ ‫سب‬ َ ‫الَّ ِذينَ آ َمنُوا يُقاتِلُونَ فِي‬
ً ‫ض ِعيفا‬ َّ ‫َك ْي َد ال‬
َ َ‫ش ْيطا ِن كان‬
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir
berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena
sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.

Penafsiran

Orang-orang yang percaya dan tunduk kepada kebenaran, berperang demi


menegakkan kalimat Allah, keadilan dan kebenaran. Sedangkan orang-orang yang ingkar dan
membangkang, berperang di jalan kezaliman dan kerusakan. Mereka adalah penolong-
penolong setan. Maka dari itu, wahai orang-orang yang beriman, perangilah mereka dan
ketahuilah bahwa sesungguhnya kalian akan menang melawan mereka dengan pertolongan
Allah. Karena, tipu daya setan itu sebenarnya sangat lemah, meskipun dapat mendatangkan
kerusakan amat besar. Kemenangan hanya untuk yang benar.8

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia. menjelaskan Kaum


mukminin yang tulus berperang di jalan Allah untuk menjunjung tinggi kalimat Allah.
Sedangkan orang-orang kafir berperang di jalan sesembahan mereka, maka perangilah kawan-
kawan setan itu. Karena apabila kalian memerangi mereka, niscaya kalian akan dapat
mengalahkan mereka. Sebab, upaya setan itu sangat lemah sehingga tidak menimbulkan efek
yang buruk bagi orang-orang yang bertawakal kepada Allah -Ta'ālā.
7
Abdul Latief Ahmad Asyur, Menyingkap Misteri Alam Akhirat, (T.T: Insan Cemerlang, 2003), Cet I,
hal.11
8
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung; Syaamil Cipta Media, 2005), Hal.540

13
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr.
Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram ِ‫يل هللا‬
ِ ِ ‫سب‬ ۟ ُ‫( ۖ الَّ ِذينَ َءا َمن‬Orang-
َ ‫وا يُ ٰقتِلُونَ فِى‬
orang yang beriman berperang di jalan Allah) Yakni peperangan mereka dengan tujuan
ٰ ۟ ‫( َوالَّ ِذينَ َكفَ ُر‬dan
َ ‫وا يُ ٰقتِلُونَ فِى‬
ِ ‫سبِي ِل الطّ ُغو‬
berperang di jalan Allah, dan bukan dengan tujuan lain. ‫ت‬
orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut) Yakni di jalan setan dan demi memenuhi
godaan-godaannya yang dibisikkan kedalam hati manusia, seperti mencari ketenaran dan
kemenangan dengan kebathilan, menghinakan orang lain, merampas harta orang lain,
membalas dendam dengan cara yang salah, dan berbangga-bangga atas ras dan kelompok.
َ َ‫ش ْي ٰط ِن َكان‬
‫ض ِعيفًا‬ َّ ‫ش ْي ٰط ِن ۖ ِإنَّ َك ْي َد ال‬
َّ ‫( فَ ٰقتِلُ ٓو ۟ا َأ ْولِيَآ َء ال‬sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena
sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah) Yakni tipu daya setan dan orang-orang kafir
yang menikutinya adalah lemah ketika dihadapkan pada pertolongan Allah untuk hamba-
hamba-Nya yang beriman.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar,
mudarris tafsir Universitas Islam Madinah. Dalam satu ayat Allah menyebutkan bahwa
manusia itu lemah, kemudian dalam ayat ini Allah pun menyebutkan tentang tipu daya
َ َ‫ش ْيطَا ِن َكان‬
syaithon juga lemah { ‫ض ِعيفًا‬ َّ ‫ } ِإنَّ َك ْي َد ال‬dan dua makhluq yang lemah ini ketika bertemu
dalam peperangan, lalu setiap dari keduanya tidak memiliki penolong, maka itulah Allah
memeritahkan manusia yang lemah ini untuk mememohon pertolongan kepada tuhan yang
Maha Lembut agar mereka dijauhkan dari tipu daya syaithon yang lemah. Begitu banyak
diantara manusia yang memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan syaithon, tetapi
dalam dirinya ada rasa takut kepada syaithon, dan sifat ini selamanya tidaklah pantas bagi
orang-orang yang senantiasa berada di sisi Al-qur'an, yang merasa bahwasanya dia memohon
perlndugan kepada dan bergantung kepada tuhan semesta alam, dan bahwasanya syaithon itu
berada dalam gengaman Allah, maka tidak semestinya ia menyimpan perasaan ini dalam
dirinya padahal ia mengetahui firman Allah yang menciptakan musuhnya ini : { ‫ش ْيطَا ِن‬
َّ ‫ِإنَّ َك ْي َد ال‬
‫ض ِعيفًا‬
َ َ‫" } َكان‬karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah".
Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr.
Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim
Menjelaskanbahwa Orang-orang yang beriman itu berperang untuk meninggikan kalimat
Allah, yaitu kalimat yang mengandung kebenaran, keadilan, tauhid, dan pertolongan terhadap
agama dan syariat. Sedangkan orang-orang kafir itu berperang di jalan setan dan para
pengikutnya untuk mendapatkan kekuasaan dan kejayaan dengan cara bathil. Maka perangilah
para penolong setan itu wahai orang-orang mukmin. Sesungguhnya tipu muslihat setan
terhadap orang-orang mukmin itu sangat lemah dan kecil, sehingga mudah dihilangkan

14
dengan tekad dan keteguhan orang-orang mukmin. Dalam hal ini terdapat dorongan kekuatan
dalam hato orang-orang mukmin Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili juga
menjelaskan. Hal ini adalah kabar dari Allah bahwasanya kaum Mukmimin berperang di
jalanNya, “dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thagut” yaitu setan, dalam
kandungan hal tersebut ada beberapa faidah, di antaranya, Bahwa seberapa besar keimanan
seorang hamba, maka sebesar itu pula jihadnya di jalan Allah, keikhlasannya dan ketaatannya,
jihad di jalan Allah adalah di antara pengaruh keimanan, tuntutan-tuntutannya dan kebutuhan-
kebutuhannya, sebagaimana perang di jalan thagut itu adalah di antara cabang-cabang
kekufuran dan tuntutan-tuntutannya. ~Bahwasanya orang yang berperang di jalan Allah
seyogyanya dan sebaiknya bersabar dan tegar, yaitu sikap yang tidak dilakukan oleh
selainnya. Apabila wali-wali setan bersabar dan berperang padahal mereka berada di atas
kebatilan, maka ahli kebenaran adalah lebih patut untuk itu, sebagaimana Allah berfirman
tentang makna itu,:

َ‫َواَل تَ ِهنُوا فِي ا ْبتِغَا ِء ْالقَوْ ِم ۖ ِإ ْن تَ ُكونُوا تَْألَ ُمونَ فَِإنَّهُ ْم يَْألَ ُمونَ َك َما تَْألَ ُمونَ ۖ َوتَرْ جُونَ ِمنَ هَّللا ِ َما اَل يَرْ جُونَ ۗ َو َكان‬
‫هَّللا ُ َعلِي ًما َح ِكي ًما‬
Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan
(pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang
tidak mereka harapkan. (An-Nisa:104).
Bahwasanya orang yang berperang di jalan Allah bersandar pada suatu pilar yang
kokoh, yaitu kebenaran dan tawakal kepada Allah, maka seorang yang kuat dan berpilar
kepada yang kokoh dituntut untuk bersabar, teguh, dan bersemangat di mana tidak dituntut
dari orang yang berjuang demi kebatilan yang tidak memiliki hakikat sama sekali dan tidak
memiliki akibat yang baik, karena itulah Allah berfirman, “Sebab itu perangilah kawan-kawan
setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah,” dan tipu daya itu adalah
menempuh cara-cara yang tersembunyi demi membahayakan musuh, dan setan bila pun tipu
dayanya telah banyak dan berbagai macam, namun semua itu sanagtlah lemah yang sama
sekali tidak akan mengalahkan sekecil apa pun kebenaran dan tidak pula terhadap siasat Allah
bagi hamba-hambaNya yang beriman.
Tafsir As-Sa'di/ Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di Makna kata : {‫س ~بِي ِل‬
َ ‫فِي‬
ِ ‫ }الطَّا ُغو‬fii sabiilith thoghut: menolong kesyirikan, menyokong kezaliman dan permusuhan
‫ت‬
serta menyebarkan kerusakan. Makna ayat : Kemudian di ayat yang ketiga. Allah
mengabarkan kepada para hamba-Nya yang beriman secara khusus untuk berjihad melawan

15
َ ‫“ }الَّ ِذينَ آ َمنُوا يُقَاتِلُونَ فِي‬orang-
para musuh Allah dan musuh mereka dengan firman-Nya {ِ‫سبِي ِل هللا‬
orang yang beriman beperang di jalan Allah” karena mereka itu orang-orang yang beriman
ِ ‫س~بِي ِل الطَّا ُغو‬
kepada Allah, janji-Nya dan ancaman-Nya. {‫ت‬ َ ‫“ } َوالَّ ِذينَ َكفَ ُروا يُقَاتِلُونَ ِفي‬dan orang-
orang yang kafir berperang di jalan Thoghut” yaitu kekufuran dan kezaliman karena mereka
tidak beriman kepada Allah dan dengan apa yang ada di sisi-Nya dari berbagai macam
َّ ‫“ }فَقَاتِلُوا َأ ْولِيَا َء ال‬maka
kenikmatan, tidak beriman dengan siksaan dan ancaman Allah {‫ش ْيطَا ِن‬
perangilah setan-setan itu” mereka adalah kaum kafir dan janganlah kalian takut kepada
meraka { َ‫الش~ ْيطَا ِن َك~ان‬
َّ ‫“ }ِإنَّ َك ْي~ َد‬sesungguhnya makar setan” masih {ً ‫}ض~ ِعيفا‬
َ “lemah” dan tidak
kokoh dan setan adalah para wali orang-orang kafir. Sementara pasukan kaum mukminin
adalah para wali Allah.

9. Kesimpulan
Allah SWT memberitahukan kepada kita hamba-hamba-Nya bahwa janganlah lengah
atau tertipu oleh gemerlap hiasan duniawi yang menggiurkan, karena itu tidaklah lain
hanyalah permainan yang sia-sia. Apa yang dihasilkan tidak lain hanyalah hal-hal yang

16
menyenangkan hati saja juga bisa menghabiskan waktu dan pada akhirnya mengantarkan
kepada kelengahan. Maka Allah SWT menyuruh kepada kita supaya tidak berlebihan dalam
perhiasan, bermegah-megah, juga berbangga tentang banyaknya harta dan sukses anak
keturunan diantara manusia, karena itu bisa menimbulkan sifat dengki dan iri hati dan juga
kesombongan yang mengakibatkan persaingan tidak sehat diantara umat manusia.
Diketahui bahwa kehidupan akhirat bersifat kekal dan kenikmatannya tidak akan pernah
sirna, sedangkan kehidupan duniawi bersifat sementara (fana) yang banyak berisi tipu daya
syaitan. Barangsiapa yang lebih cenderung mementingkan kehidupan duniawi dan mencintai
perhiasan duniawi, berarti orang tersebut tidak membenarkan adanya kehidupan akhirat atau
keimanan orang tersebut cuma sebatas ucapannya dan tidak sampai pada hatinya. Dengan
demikian, balasan pahala yang begitu besar sebagaimana dijanjikan oleh sang Khaliq, bagi
orang-orang yang beriman tidak akan sampai kepada orang tersebut.
Adanya kehidupan akhirat dengan berbagai permasalahannya bukanlah termasuk
masalah empiris yang dapat diobservasi, melainkan termasuk masalah yang hanya dapat di
imani berdasarkan informasi yang diberikan oleh Allah SWT. Atas dasar keyakinan ini, maka
untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang kehidupan akhirat harus merujuk kepada
informasi yang diberikan Allah di dalam al-Qur’an.

10. Saran
Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat ini kurang sempurna,
isinya kurang bagus. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena kami semua ini masih
belajar dan kurang tahu tentang ilmu pengetahuan. Kami harap para pembaca memakluminya.
Dan hanya Allah Swt. yang maha benar serta maha mengetahui. Kami akhiri sekian dan
terima kasih. Wallahu ‘Alam

DAFTAR PUSTAKA

17
 Al-Maraghi, Ahmad Musthafa; Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Semarang: CV. Toha
Putra,1993
 Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, vol.20, Riyadh: Dar Alam al-Kutub, 2003
 Asy-Suyuthi, al-Durr al-Mantsûr, vol.15, Kairo: Markaz Hijr, 2003
 Asyur Ahmad, Latief Abdul; Menyingkap Misteri Alam Akhirat Terjemahan Kitab
Hayatuna Ba’d al-Maut, T.tp: Insan Cemerlang, 2003, Cet I
 Depag RI; Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2005
 Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’ân al-‘Azhîm, vol.4Shihab,
 M. Quraish; Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta:
Lentera Hati, 2002

18

Anda mungkin juga menyukai