Anda di halaman 1dari 8

Pengertian hari kiamat 

Dalam Islam adalah peristiwa akhir dari seluruh kehidupan dengan hancurnya seluruh alam semesta
beserta makhluk yang hidup di dalamnya. Tidak ada satupun makhluk yang tahu atau meramalkan
kapan hari kiamat akan terjadi. Hal ini sebagaimana telah tercantum dalam surat Al-Araf ayat 187
sebagai berikut:

Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah,


“Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang
dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi
makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.” Mereka
bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya
pengetahuan tentang (hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
(QS. Al-Araf: 187).

Peristiwa hari kiamat wajib untuk umat muslim imani. Sebab, iman kepada hari kiamat merupakan
rukun iman ke-5. Dengan mengimani akan datangnya hari kiamat, umat muslim seharusnya
menghindari segala perilaku yang dilarang oleh Allah SWT dan memperbanyak amalan baik untuk
mendapatkan pahala serta menghapus dosa yang pernah dilakukan.

Bagi seorang muslim, percaya terhadap hari kiamat merupakan rukun iman kelima yang wajib untuk
diyakini. Begitu juga dengan kiamat sugra.

Sesungguhnya hari Kiamat pasti akan datang. Tidak ada keraguan tentangnya, tetapi kebanyakan
manusia tidak beriman. (Q.S. Al-Mu’Min (40):59).

Meskipun datangnya hari kiamat hanya Allah SWT yang mengetahui, namun tanda-tandanya sudah
diajarkan dalam Islam dan menjadi perhatian sebagaimana firman-Nya yang artinya:

Pengertian Kiamat Sugra


Kiamat Sugra adalah berakhirnya sebagian kehidupan yang ada di dunia yang biasa disebut dengan
kiamat kecil. Kiamat sugra dapat didefinisikan sebagai bencana alam hingga kematian yang menimpa
seseorang.

Dalam hadist Rasulullah SAW menjelaskan tentang kiamat sugra yang berbunyi sebagai berikut.

“Jika salah seorang dari kalian meninggal dunia, maka kursinya diperlihatkan kepadanya pada saat
pagi-sore hari. Jika ia termasuk ahli surga, maka ia akan melihat jelas gambaran dirinya sebagai ahli
neraka. Dikatakan kepadanya, “Ini kursimu hingga Allah membangkitkanmu pada hari Kiamat”. (HR.
Bukhari).

Allah berfirman :

“Tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat [yaitu] kedatangannya kepada mereka
dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka Apakah faedahnya bagi
mereka kesadaran mereka itu apabila kiamat sudah datang?”. (QS. Muhammad: 18)

Berikut tanda-tanda kiamat sugra atau kiamat kecil :


1. Terjadinya banyak bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain
sebagainya yang menyebabkan banyak korban jiwa
2. Kematian seseorang
3. Tersebarnya kebodohan
4. Maraknya kejahatan, perjudian, perzinaan dan pembunuhan
5. Meningkatnya korupsi
6. Banyak anak yang lahir di luar pernikahan
7. Banyak terjadi kerusakan alam
8. Hilangnya ilmu pengetahuan
9. Bulan sabit terlihat besar
10. Pria menyerupai wanita dan sebaliknya
12. Negara Arab menjadi padang rumput & sungai
13. Manusia mewarnai rambut di kepalanya dengan warna hitam agar terlihat muda
14. Orang fasik bertambah banyak
15. Umat Islam bergaya hidup mewah
16. Waktu terasa semakin singkat
17. Berlomba-lomba membangun pencakar langit

Pengertian Kiamat Kubra


Kiamat kubra atau kiamat besar merupakan kematian atau kehancuran yang ada di alam semesta.
Sedangkan dalam buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, kiamat kubra adalah kiamat
besar atau kiamat yang sebeneranya. Yakni saat seluruh alam semestera dan isinya hancur sehingga
tidak ada makhluk hidup yang mampu bertahan hidup kecuali Allah SWT, Yang Maha Kekal.

Kiamat ini terjadi setelah Malaikat Israfil meniup sangkakala pertama. Saat hal tersebut terjadi, maka
makhluk hidup akan mengalami kematian. Tanda-tanda Kiamat Kubra Kiamat besar tidak diketahui
waktu kedatangannya.

Tanda-tanda Kiamat Kubra Menurut Ulama Fiqih Al Banjari


1. Kemunculan Imam Mahdi
Saat mendekati hari akhir kelak, semua umat muslim berada di bawah pimpinan Imam Mahdi. Ia
hidup selama 7 atau 8 tahun lamanya sebagaimana diriwayatkan dalam salah satu hadits Rasulullah
SAW, ia bersabda,

Artinya: "Imam Mahdi akan keluar di akhir umatku. Allah akan menurunkan hujan, akan
menumbuhkan tanaman di muka bumi, harta akan dibagi secara merata. Binatang ternak akan
semakin banyak, begitu juga umat akan bertambah besar. Imam Mahdi hidup selama 7 atau 8
tahun." (HR Al Hakim).

Pasukan Imam Mahdi ini nantinya akan terkepung oleh pasukan Dajjal di dalam Bayt al Maqdis. Di
sinilah, Imam Mahdi berdoa kepada Allah SWT untuk memohon pertolongan.

2. Munculnya Dajjal
Kemunculan Dajjal menurut Al Banjari dalam keterangan hadits, disetarakan sebagai penipu, orang
yang suka menunjukkan peristiwa luar biasa dengan tangannya, dan nabi palsu yang menyesatkan
manusia. Bahkan, Dajjal ini mengaku dirinya sebagai Tuhan semesta alam.

Kabar kemunculan Dajjal sebagai tanda kiamat disebut dalam sabda Rasulullah SAW,
Artinya: "Tidak ada satu pun mahluk sejak Adam diciptakan hingga terjadinya kiamat yang fitnahnya
lebih besar dari Dajjal." (HR Muslim).

Setelah berhasil mengajak banyak manusia untuk menjadi pengikutnya, Dajjal dan pasukannya pun
mengepung pasukan muslim Imam Mahdi. Namun keterangan hadits menyebut, Dajjal akhirnya
berhasil dikalahkan setelah Imam Mahdi mendapat bantuan dari Nabi Isa untuk membunuhnya.

Al Banjari menjelaskan, hingga saat ini Dajjal masih terbelenggu dengan 70 rantai di Yaman. Tidak
diketahui pasti kapan dan siapa yang merantainya. Namun, yang pasti adalah rantai tersebut akan
terbuka atas izin Allah SWT pada suatu saat nanti.

3. Turunnya Nabi Isa AS


Atas jawaban Allah SWT untuk doa yang dipanjatkan oleh Imam Mahdi, Nabi Isa AS pun turun ke
bumi untuk membantunya. Hal ini diungkap dalam surat An Nisa ayat 159 yang berbunyi,

Artinya: "Tidak ada seorang pun di antara Ahli Kitab yang tidak beriman kepadanya (Isa) menjelang
kematiannya. Dan pada hari Kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi mereka."

Menurut Al Banjari, Nabi ISA akan turun dari langit keempat bersama dengan 70 ribu malaikat.
Melalui informasi dari hadits, Nabi Isa dan para malaikat turun untuk membunuh Dajjal untuk
menciptakan keamanan di bumi, sekaligus menjadi pemimpin yang menghidupkan kembali syariat
Nabi Muhammad SAW di tengah masyarakat.

4. Munculnya Ya'juj dan Ma'juj


Setelah Dajjal terbunuh pada peristiwa sebelumnya, bumi kembali menjadi tempat yang aman dan
sentosa hingga muncul Ya'juj dan Ma'juj atau kelompok perusak bumi sebagai tanda-tanda kiamat
selanjutnya. Hal ini dijelaskan dalam surat Al Anbiya ayat 96,

Artinya: "Hingga apabila (tembok) Yakjuj dan Makjuj dibukakan dan mereka turun dengan cepat dari
seluruh tempat yang tinggi."

Menurut Al Banjari, Ya'juj dan Ma'juj akan datang mengepung Nabi Isa, Imam Mahdi, dan umat
muslim lainnya yang berada di Bukit Thur. Namun, atas izin Allah SWT, Nabi Isa dan Imam Mahdi
dapat mengalahkan pasukan Ya'juj dan Ma'juj tersebut.

5. Kehancuran Kakbah
Setelah Ya'juj dan Ma'juj terkalahkan, rangkaian selanjutnya adalah kemunculan tentara Habasyah.
Tentara Habasyah ini adalah seorang yang berbangsa Habsyi dan memiliki dua kaki yang kecil.
Mereka memiliki misi untuk meruntuhkan Kakbah.

Mengutip kitab 'Ajaib al-Malakut, Al Banjari menceritakan tentara Habasyi muncul untuk
meruntuhkan Kakbah agar umat muslim tidak dapat lagi menunaikan ibadah haji. Hal itu sesuai
dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri RA,

Artinya: "Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum Kakbah ini tidak lagi didatangi orang untuk
menunaikan ibadah haji." (HR Hakim dan Abu Ya'la).

Pada peristiwa melawan tentara Habasyi di Bait al Maqdis inilah, Nabi Isa diceritakan wafat. Dengan
wafatnya Nabi Isa, tentara Habasyi akhirnya dapat meruntuhkan Kakbah. Namun, kebenaran dari
peristiwa ini masih menjadi rahasia Allah SWT yang tidak dapat diketahui oleh siapa pun hingga
waktunya tiba.
6. Matahari terbit dari Barat dan munculnya binatang melata
Setelah runtuhnya Kakbah, Al Banjari menyebut di sinilah waktu kehancuran dan ketidakseimbangan
alam dimulai. Hingga timbul kejadian luar biasa yakni matahari terbit dari arah barat dan keluarnya
binatang melata (dabbah al ardl) yang dapat berbicara dengan manusia.

Dari Abdullah bin Amr, dia berkata, dia hapal sabda Rasulullah yang menyebutkan,

"Sesungguhnya pertanda yang pertama-tama muncul (menjelang Kiamat) ialah terbitnya matahari
dari Barat dan munculnya binatang melata menemui manusia pada waktu Dhuha. Mana saja dari
keduanya yang lebih dulu terjadi, maka tidak lama sesudah itu yang lainnya pun segera terjadi." (HR
Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Al Banjari mengatakan, semua tobat dari hambaNya tidak akan diterima lagi setelah matahari
muncul dari arah Barat. Kemudian, kemunculan binatang melata ini diyakini akan dimulai dari
Masjidil Haram.

Terkait bentuk binatang melata, Al Banjari menyebutkan fenomena tidak biasa di mana binatang
tersebut memiliki wajah menyerupai laki-laki, bermata babi, bertelinga gajah, bertanduk seperti
kambing, berleher burung, dan berdada harimau.

Bahkan, mereka dapat berbicara dengan manusia seperti yang diungkap dalam surat An Naml ayat
82,

Artinya: "Dan apabila perkataan (ketentuan masa kehancuran alam) telah berlaku atas mereka, Kami
keluarkan makhluk bergerak yang bernyawa (dabbah) dari bumi yang akan mengatakan kepada
mereka bahwa manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami."

Banyak hikmah yang bisa dipetik setelah memahami tanda-tanda kiamat kubra di atas. Salah satunya
mendorong diri untuk mencari bekal sebanyak-banyaknya demi kehidupan di akhirat.
Pengertian Ikhlas

Ikhlas adalah ruh dari suatu amal perbuatan. Apabila amal perbuatan yang kita lakukan tidak disertai
dengan rasa ikhlas, maka hal itu bagaikan jasad sebuah tubuh yang tidak memiliki ruh. Seperti halnya
hikmah yang disampaikan oleh Ibnu Athaillah As-Sakandari.

Tak hanya itu saja, akhlakul karimah yang berupa ikhlas adalah buah dari Ihsan yaitu suatu keyakinan
seseorang bahwa yang kita lakukan diketahui dan dilihat oleh Allah SWT.
Jika diartikan secara bahasa, makna Ikhlas memiliki arti membersihkan (jernih, bersih, suci dari
pencemaran, suci dari campuran, baik itu berupa materi ataupun tidak). Selain itu, ikhlas juga bisa
diartikan secara istilah, dimana artinya adalah membersihkan hati agar menuju kepada Allah SWT
saja. Dengan kata lain, dalam melakukan ibadah, hati kita tidak boleh menuju kepada selain Allah
SWT.

Kemudian pengertian ikhlas menurut Ali Al Dagog yaitu menutupi segala sesuatu dari pandangan
makhluk lain. Biasanya, orang yang memiliki hati yang ikhlas disebut sebagai seorang Mukhlis yaitu
seseorang yang ikhlas dan tidak mempunyai sifat riya. Sementara menurut Fudhail Bin Iyadh, ikhlas
adalah beramal hanya semata-mata karena Allah SWT. Apabila seseorang beramal karena untuk
menarik perhatian manusia, maka orang tersebut termasuk orang yang riya. Sedangkan orang yang
beramal karena manusia disebut syirik. Sementara posisi ikhlas berada di antara riya dan syirik.
Lalu, ikhlas menurut Imam Nawawi yaitu:

Ikhlas adalah membersihkan seluruh panca indranya secara lahir dan batin dari budi pekerti yang
tercela. Beramal adalah salah satu pembuktian makhluk kepada Allah SWT, bahwa mereka adalah
seorang hamba yang patuh kepada Sang Pencipta yang sudah memberikan amanat dan rahmat yang
luar biasa. Dimana amal yang dilakukan ditujukan sebagai suatu pembuktian ketaatan mereka
kepada Allah SWT. Sehingga harus dilakukan dengan hati yang bersih dan murni. Jadi apa yang kita
amalkan dan apa yang kita lakukan benar-benar hanya karena Allah SWT dan bebas dari
kemunafikan yaitu riya atau syirik.
Hal tersebut sejalan dengan salah satu ayat yang ada di dalam Al Qur’an di QS. Al Mulk ayat 2:
Artinya:

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.

Pengertian Ikhlas Menurut Para Ahli

Berikut ini adalah beberapa pengertian ikhlas menurut para ulama sesuai dengan versinya masing-
masing.

1. Pengertian Ikhlas Menurut Muhammad Abduh


Menurut Muhammad Abduh, pengertian ikhlas adalah ikhlas beragama semata-mata hanya untuk
Allah SWT. Dengan selalu berharap kepadaNya dan tidak pernah mengakui kesamaanNya dengan
makhluk apa saja dan bukan dengan tujuan tertentu. Seperti halnya menghindarkan diri dari
malapetaka atau untuk memperoleh keuntungan dan tidak mengangkat selain dari Allah SWT
sebagai Sang Pelindung.

2. Pengertian Ikhlas Menurut Muhammad al-Ghazali


Pengertian ikhlas menurut Al-Ghazali yaitu melakukan amal kebaikan dengan tujuan semata-mata
karena Allah SWT.
3. Pengertian Ikhlas Menurut Imam Al-Qusyairi
Pengertian ikhlas menurut Imam Al-Qusyairi di dalam kitabnya yang berjudul Risalatul Qusyairiyah
(1990: 183) yaitu ikhlas adalah bermaksud menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya sesembahan.

4. Pengertian Ikhlas Menurut Hamka


Pengertian ikhlas menurut Hamka (1983: 95) yaitu 
Pengertian ikhlas menurut Hamka (1983: 95) yaitu ikhlas memiliki makna bersih dan tidak ada
campuran. Ibarat emas, ikhlas adalah emas yang tulen, tidak ada campuran perak sedikit pun.
Pekerjaan yang bersih pada sesuatu itu berarti ikhlas.

5. Pengertian Ikhlas Menurut Syekh Ibnu Atha’illah


Pengertian ikhlas menurut Syekh ibnu Atha’illah (2012: 14) mengungkapkan bahwa arti dari kata
ikhlas yaitu melakukan amal ibadah semata-mata ditujukan kepada Allah SWT sebagai satu-satunya
zat yang mempunyai hamba. Di dalam hal itu dikenal dengan adanya berbagai tingkatan, yang mana
sesuai dengan taufiq yang diberikan oleh Allah Ta’ala pada seorang hamba.

6. Pengertian Ikhlas Menurut Ali Mahmud


Pengertian ikhlas menurut Ali Mahmud (1994: 25) adalah meninggalkan amal karena manusia adalah
makhluk yang riya, beramal karena manusia adalah perbuatan syirik, tapi jika Allah SWT
menyelamatkanmu dari keduanya itu artinya ikhlas.

Ciri-Ciri Ikhlas

Ikhlas merupakan kebalikan dari sifat riya. Seperti pembahasan yang sudah dijelaskan di atas. Riya
mempunyai sifat yang berkebalikan dengan ikhlas seperti halnya ambisi untuk menjadi seorang
pemimpin, selalu ingin tampil dengan sempurna, senang dipuji, tidak suka menerima nasehat dari
orang lain, dan lain sebagainya. Ikhlas merupakan pekerjaan hati, dengan begitu tidak mudah untuk
memahami sifat seseorang. Apakah dia ikhlas, riya, sombong ataupun memang berniat baik dan
ikhlas. Dengan begitu, di dalam pembahasan kali ini, penulis akan memberikan ciri-ciri orang yang
memiliki sifat ikhlas namun bukan untuk menilai seseorang tersebut salah atau tidak. Tulisan di
bawah ini bertujuan untuk dijadikan sebagai muhasabah diri saja.
Berikut ini adalah ciri-ciri ikhlas:

1. Tidak Suka Dipuji


Pujian adalah salah satu ujian untuk orang-orang yang melakukan amal perbuatan baik dengan
pujian seseorang dapat terkena penyakit ujub atau sombong. Oleh karena itu, seseorang mukhlis
tidak akan pernah suka dengan pujian yang berasal dari seseorang.

2. Tidak Berambisi Menjadi Pemimpin


Salah satu kelebihan dari seorang pemimpin yaitu dihormati dan disegani oleh banyak orang.
Dengan kepemimpinan, seseorang akan lebih mudah menjadi sombong dan congkak. Namun,
berbeda dengan orang yang mempunyai sifat ini, mereka akan tenang dan diam serta tidak akan
mencalonkan dirinya sendiri untuk menjadi seorang pemimpin. Misalnya saja dengan mencalonkan
diri menjadi ketua RT, RW, atau yang lainnya.

3. Mendengarkan Nasehat
Di dalam sebuah pepatah Arab mengungkapkan:

Ambilah hikmah (pelajaran) meski dari mulut binatang.


Orang yang mukhlis akan senantiasa menghargai orang-orang yang menasehatinya.
4. Menganggap Sama Pujian Dan Hinaan
Kewajiban seorang muslim yaitu melakukan perintah Allah SWT dengan baik sebagai salah satu
tanda penghambaan kepada Sang Pencipta. Seringkali, apa yang orang lakukan memperoleh pujian
dan juga hinaan dari orang-orang sekitar. Sementara untuk seorang mukhlis, pujian dan juga hinaan
adalah hal yang sama. Mereka tidak akan memikirkan hal itu, karena yang mereka tahu hanyalah
niat dari orang-orang sekitar.

5. Melupakan Amal Baik


Salah satu ciri ikhlas selanjutnya adalah dengan melupakan amal baik yang sudah dilakukan. Saat
seseorang melakukan amal kebaikan seperti halnya menolong orang lain, biasanya seorang mukhlis
akan lupa dan tidak akan pernah mengingatnya lagi. Dengan begitu, orang yang ikhlas tidak dengan
mudah berbicara atau mengungkit kebaikan yang telah dilakukan sebelumnya.

6. Melupakan Hak Amal Baiknya


Seseorang yang melakukan amal ibadah dengan ikhlas akan melupakan amal yang telah mereka
perbuat. Tak hanya itu saja, mereka juga akan melupakan hak amal baiknya. Saat seseorang
melakukan amal baik, biasanya mereka akan menuntut haknya. Contohnya saja, setelah seseorang
memberikan makanan kepada anak yatim, kemudian mereka mengharap ucapan terima kasih dan
juga doa dari anak-anak tersebut. Sikap seperti itulah yang tidak dapat digolongkan ke dalam sikap
ikhlas. Sebab, masih menuntut hak dari perbuatan baiknya.

Tingkatan Ikhlas

Para ulama tasawuf membedakan akhlak tersebut ke dalam tiga tingkatan, diantaranya:

1. Ikhlas Awam
Di dalam ibadahnya kepada Allah SWT, mereka melandasinya dengan perasaan takut pada siksa
Allah dan masih mengharapkan pahala dunia. Seperti halnya orang yang melakukan sholat dhuha
agar mereka memperoleh pahala dan juga dimudahkan rezekinya. Kemudian orang-orang yang
melakukan sholat tahajud karena ingin dilancarkan urusan dunianya.

2. Ikhlas Khawas
Akhlak yang satu ini memiliki motivasi untuk memperoleh pahala dari Allah SWT. Dengan begitu,
orang yang melakukan amal ibadah akan memperoleh sesuatu dari Allah di akhirat nanti seperti
terhindar dari siksa neraka dan masuk ke dalam surganya Allah SWT.

3. Ikhlas Khawas al-Khawas


Ikhlas yang satu ini adalah suatu bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada Allah SWT disertai
dengan kesadaran penuh bahwasannya seorang hamba sudah seharusnya mengabdi kepada Allah
SWT dengan cara melakukan perbuatan dan amal ibadah yang dilakukan karena mencari ridho Allah
dengan sebenar-benarnya. Amal ibadah yang dilakukan oleh orang mukhlis semata-mata hanya
untuk mencari ridho Allah SWT tanpa adanya hasrat untuk mencari perhatian ataupun ketenaran di
hadapan makhluk lain, entah itu berupa pujian ataupun sejenisnya.
Imam Al-Ghazali mengatakan:
Artinya:
”Setiap manusia akan binasa kecuali orang yang berilmu, dan orang yang berilmu akan binasa kecuali
yang beramal (dengan ilmunya), dan orang yang beramal juga binasa kecuali mukhlis (dalam
amalnya). Akan tetapi, orang yang ikhlas juga tetap harus waspada dan berhati-hati dalam beramal.

Unsur-Unsur Ikhlas
Adapun unsur-unsur ikhlas antara lain:
1. Niat
Di dalam Al Quran, Allah SWT telah berfirman: “Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang
menyeru Tuhannya di saat dan petang hari, sedangkan mereka menghendaki keridhaan-Nya (QS 6:
52). Oleh karena itu, niat kita akan menghendaki keridhaan-Nya.

2. Mengikhlaskan Niat
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda kepada Muadz, “Ikhlaskanlah amal, maka sedikit darinya
mencukupimu”.

3. Dapat Dipercaya
Kesempurnaan dari sebuah keikhlasan adalah bisa dipercaya. Dalam hal itu, Allah SWT telah
berfirman di dalam (QS 33:23) yang berbunyi “Orang-orang yang menepati apa yang telah mereka
janjikan kepada Allah” (QS 33: 23) (al Ghozali, 2006: 215).
Pahamilah bahwasannya segala sesuatu tergambar dan dicampuri oleh yang lainnya. Maka saat Ia
suci dari campuran dan bersih dari apapun, niscaya Ia bisa dinamakan sebagai yang bersih atau
khalis. Sementara sesuatu yang dinamakan dengan perbuatan suci dan bersih adalah ikhlas.

Quraish Shihab menjelaskan mengenai pengertian ikhlas dan merelakan.


“Ikhlas itu diambil dari kata khalis yang bisa kita terjemahkan dengan bersih, bersihnya sesuatu yang
didahului oleh sesuatu yang kotor atau tidak sesuai substansinya,”
contoh seperti gelas yang diisi air murni, kalau air tersebut tidak tercampur dengan yang lain dalam
bahasa arab atau dalam bahasa agama dinamai shofi atau suci.
Tetapi kalau sudah bercampur dengan sesuatu, maka sudah tidak suci air tersebut, maka untuk
menjadikan suci apa yang tercampur itu harus dikeluarkan, ketika sesuatu itu keluar, air itu kembali
menjadi bersih.
Maka bisa diartikan, mengeluarkan kotoran untuk membersihkan, itulah yang dinamakan ikhlas.
Bisa juga mempunyai pengertian upaya dalam membersihkan semua dari diri kita, ada hal-hal di
dalam hati kita yang tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah SWT.
“Contoh lagi ya, orang sholat bisa jadi dia melakukan agar ada yang melihat ketika dia sedang
melakukan shalat, kalau mau ikhlas, keluarkan itu semua, mau ada orang atau tidak jika kita ingin
sholat kerjakan saja,”

Ada juga yang menerjemahkan ikhlas itu dengan merelakan, apakah keduanya mempunyai arti


sama?
“Rela itu ya rela saja, dan itu bukan pengertian agama, bisa jadi cuma pengucapan saja, saya rela
cuma dikasih ini saja, saya rela hanya dapat ini dan sebagainya, jadi pengertian ikhlas dan rela ini
berbeda.

Anda mungkin juga menyukai