Anda di halaman 1dari 17

Mata Kuliah: Dosen Pengampu:

Sejarah Peradaban Islam Dra. Ellya Roza, M.Hum

SEJARAH PERADABAN MASYARAKAT ARAB DAN MUSLIM


KETIKA NABI MUHAMMAD SAW DI MADINAH

TIM PENULIS:
Kelas: V B
Kelompok: 5
1. Deliza Andriani
2. Nurhafiza Juhasmi

PENDIDIKAN GURU MI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul sejarah
peradaban masyarakat arab dan muslim ketika nabi muhammad saw di Madinah pada
mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Kami berharap dengan adanya makalah ini
dapat menambah wawasan bagi kita semua tentang sejarah peradaban masyarakat
arab dan muslim ketika nabi muhammad saw di Madinah. Kami juga berterimakasih
kepada Ibu Dra. Ellya Roza, M.Hum selaku dosen pembimbing kami dalam mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah memberi tugas makalah ini kepada kami.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami minta maaf jika ada
kesalahan dalam penulisan makalah ini dan kami sangat mengharapakan masukan,
kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami sendiri dan pihak lain yang membacanya.

Pekanbaru, 15 Oktober 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Rasulullah Membangun Masyarakat Baru.....................................3
B. Perjanjian Dengan Pihak Yahudi...................................................9
C. Harta Rampasan Perang...............................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................12
B. Saran.............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sejarah, pereradaban islam tidak dapat dipisahkan dari sejarah
seorang rasulullah Muhammad SAW. Perjalanan kehidupannya adalah sejarah
sebuah sejarah kepemimpinan yang sangat penting bagi umat islam. Sejarah
perkembangan masyarakat arab dalam kenyataan tidak pernah lepas dari
sejarah perkembangan islam. Bangsa arab adalah suatu bangsa yang diasuh
dan dibesarkan islam, dan juga islam didukung dan berkembang luaskan oleh
bangsa arab.
Dengan jelas sejarah menunjukkan bahwa kemajuan bangsa arab
sampai menjadi bangsa besar, kuat dan bersatu adalah berkat kesetiaan dan
keikhlasannya terhadap islam. Demikian pula islam cepat tersiarluas ke
penjuru dunia. Persoalan yang dihadapi Nabi ketika di Madinah jauh lebih
komplek di banding ketika di Mekkah. Di madinah umat islam sudah
berkembang pesat dan harus hidup berdampingan dengan sesama pemeluk
agama lain. Oleh karena itu, nabi juga memberikan pendidikan urusan-urusan
muamalah atau tentang kehidupan bermasyarakat dan berpolitik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah
pembuatan makalah ini adalah:
1. Bagaimana Rasulullah membangun masyarakat baru?
2. Bagaimana perjanjian dengan pihak yahudi?
3. Bagaimana harta rampasan perang?

1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan batasan masalah
tersebut maka tujuan penulisan pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan Rasulullah membangun masyarakat baru
2. Untuk mendeskripsikan perjanjian dengan pihak yahudi
3. Untuk mendeskripsikan harta rampasan perang

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Rasulullah Membangun Masyarakat Baru


Rasulullah memerintahkan seluruh pengikutnya Hijrah ke Madinah,
tak tersisa seorang mukmin pun berada di Mekkah kecuali Rasulullah SAW,
Abu Bakar, Ali bin Abu Thalib, dan beberapa orang yang memang
diperintahkan untuk tetap di Mekkah sampai ada perintah dari Allah SWT.
Pada suatu ketika Jibril turun kepada beliau membawa wahyu dari
Allah, seraya mengabarkan persekongkolan Quraisy yang hendak membunuh
Rasulullah dan bahwa Allah telah mengizinkan beliau untuk pergi serta
menetapkan waktu hijrah.
Singkat cerita, setelah beliau dan rombongan memasuki Madinah,
beliau disambut penduduk Madinah dengan gembira dari kalangan Anshar.
Mereka berharap agar Rasulullah singgah di rumah-rumah mereka.1
Peristiwa hijrah Rasulullah Saw dari Mekkah ke Madinah merupakan
kehendak dan perintah Allah Swt dengan tujuan agar penyebaran agama islam
yang dilakukan oleh Rasulullah Saw menjadi lebih pesat lagi. Selama 13
tahun Rasulullah berdakwa ajaran Islam di mekkah, Nabi Muhammad telah
banyak mengalami pertentangan dan permusuhan. Namun Madinah
merupakan kota yang penduduknya lebih mudah menerima ajaran Rasulullah
dari pada penduduk Mekkah. Masyarakat Madinah menyambut kedatangan
Nabi Muhammmad dengan suka cita, orang-orang Madinah berbondong-
bondong memeluk Islam. Oleh karena itu islam lebih cepat berkembang di
madinah.2

1
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2016), hlm. 22.
2
Wandi, Sejarah Peradaban Islam, (Klaten: Lakeisha, 2020), hlm. 16.

3
Pada periode di Madinah diawali dengan sejumlah penduduk Yastrib
datang ke Mekkah untuk berhaji, mereka terdiri dari suku Aus dan Khazraj
yang masuk Islam dalam tiga golongan:
1. Pada tahun ke-10 kenabian, Hal ini berawal dari pertikaian antara suku
Aus dan Khazraj, dimana mereka mendambakan perdamaian.
2. Pada tahun ke 12 kenabian. Delegasi Yastrib (10 orang suku Khazraj, 2
orang Aus serta seorang wanita) menemui Nabi disebuah tempat yang
dinamakan Aqabah dan melakukan ikrar kesetiaan yang dinamakan
Aqabah pertama, yaitu yang berisi Mereka akan berjanji tidak akan
menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan
membunuh anak-anak, tidak akan memfitnah dan tidak akan mendurhakai
Nabi Muhammad saw. Ketika mereka kembali ke Yastrib, Nabi mengutus
Mus’ab ibn Umair untuk mengajarkan Islam diantara mereka.
3. Pada tahun ke-13 (622), jama’ah haji Yastrib berjumlah 73 orang, atas
nama penduduk Yastrib mereka meminta Nabi untuk pindah ke Yastrib,
mereka berjanji untuk membela Nabi. Kemudian juga mengadakan
perjanjian yang dinamakan perjanjian Bai'ah Aqabah ll, yaitu mereka
berjanji akan membela Nabi baik dengan jiwa maupun raga, dan
mengangkat sebagai pemimpinya. Sebagian dari mereka menginginkan
agar Nabi hijrah ke Yatrib agar membantu mendamaikan suku-suku yang
sering bertikai.3
Peta demografis madinah saat itu adalah sebagai berikut, kaum
muslimin yang terdiri dari muhajirin dan anshar, anggota suku Aus dan
Khazraj yang masih berada pada tingkat nominal muslim, bahkan ada yang
secara rahasia memusuhi rasulullah, anggota suku Aus dan Khazraj yang

3
Abrari Syaudi, dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), hlm.
5-6.

4
masih menganut paganisme, orang-orang yahudi yang terbagi dalam tiga
suku utama yaitu Banu Qainuqa, Banu Nadhir, dan Banu Quraizha.4
Penduduk Madinah yang terdiri dari kaum Muhajirin, Anshar, dan
nonmuslim tersebut, merupakan sebuah keberagaman yang ada pada masa
lalu dan sudah menjadi suatu hal yang tidak bisa lagi dipungkuri
eksistensinya. Tapi bukan hal itu yang akan digaris bawahi, yang terpenting
adalah jiwa sosialis masyarakat madinah sangat tinggi. Ini terbukti dari
persaudaraan yang tinggi dan sangat kokoh. Tidak ditemukan konflik karena
masalah perbedaan. Kalaupun ada masalah itu dengan cepat segara
terselesaikan, karena nabi sangat bijak dalam hal itu dan sangat hati-hati
terhadap peletakan sebuah nilai kemasyarakatan.
Nabi berhasil membentuk sistem yang luar biasa bagus. Masyarakat
Madinah merasa bahwa dirinya itu satu. Maka dari itu, apabilah ada satu yang
sakit maka yang lain turut merasakan. Hal ini lebih khusus lagi pada umat
Muslim sendiri, di mana sudah menjadi kewajiban di setiap Muslim
sebagaimana dalam riwayat Nabi seringkali memerintahkannya. Ada beberapa
terdisi yang yang perlu digaris bawahi yaitu, Silaturahim yang membudaya,
Gotongroyong sering diadakan demi kepentingan bersama, Kepedulian yang
tinggi, mengunjungi orang yang sedang sakit atau yang terkena musibah.
1. Aspek Politik dan Pemerintahan
Selain menjadi pemimpin agama Islam, Nabi Muhammad juga
menjadi pemimpin pemerintahan. Kalau sekarang beliau selayaknya
sebagai presiden. Nabi terkenal dengan kebijaksanaannya dalam
menjalankan roda pemerintahan. Kepentingan umum lebih dikedepankan
dari kepentingan-kepentingan yang lain.
Adapun sistem pemerintahan yang digunakan Nabi yaitu sistem
musyawarah dan demokrasi dan yang terpenting adalah perkara
diputuskan dengan seadil-adilnya. Sehingga Golongan yang berbeda
4
Kartika Sari, Sejarah Peradaban Islam, (Bangka Belitung: Shiddiq Press, 2015), hlm. 26.

5
merasa tenang karena tidak ada diskriminasi. Mereka bisa hidup
berdampingan tanpa ada permusushan dengan yang lain. Keberagaman
yang ada tidak menjadi persoalan, justru mengkokohkan solidaritas di
antara mereka.
Memang pada kebijakan politik yang pertama oleh Nabi adalah
bagaimana menghapus prinsip kesukuan dan mempererat persatuan. Nabi
benar-benar mencurahkan perhatiannya untuk masyarakat, sehingga
berhasil mendamaikan antar suku Auz dan Khazraj. Perlu diketahui ada
beberapa strategi yang dilakukan Rasulullah, dalam rangka memperkokoh
masyarakat dan negara baru yang telah terbentuk. Adapun strategi yang
dilakukan adalah sebagai berikut:5
a. Pembangunan Masjid Nabawi
Dikisahkan bahwa unta tunggangan Rasulullah berhenti
disuatu tempat maka Rasulullah memerintahkan agar di tempat itu
dibangun sebuah masjid. Rasulullah ikut serta dalam pembangunan
masjid tersebut. Beliau mengangkat dan memindahkan batu-batu
masjid itu dengan tangannya sendiri. Saat itu, kiblat dihadapkan ke
Baitul Maqdis. Tiang masjid terbuat dari batang kurma, sedangkan
atapnya dibuat dari pelepah daun kurma. Adapun kamar-kamar istri
beliau dibuat di samping masjid. Tatkala pembangunan selesai,
Rasulullah memasuki pernikahan dengan Aisyah pada bulan Syawal.
Sejak saat itulah, Yastrib dikenal dengan Madinatur Rasul atau
Madinah Al-Munawwarah.
Kaum muslimin melakukan berbagai aktivitasnya di dalam
masjid ini, baik beribadah, belajar, memutuskan perkara mereka,
berjual beli maupun perayaan-perayaan. Tempat ini menjadi factor
yang mempersatukan mereka.6
b. Kemiliteran
5
1 Jasman, “Sejarah Peradaban Islam”, Jurnal At-Tadabbur Vol 7, hlm. 107-108.

6
Nabi adalah pemimpin negara tertinggi tentara Muslim. Beliau
turut terjun dalam 26 atau 27 peperangan dalam ekspedisi. Bahkan
Nabi sendiri yang memimpin beberapa peperangan yang besar
misalnya, perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq, perang
Hunayn dan dalam penaklukkan kota Makkah. Adapun peperangan
ekspedisi yang lebih kecil pimpinan diserahkan kepada para komandan
yang ditunujuk oleh Nabi.
Di kala itu, peraturan kemiliteran belum dikenal. Akan tetapi
moralitas dan kedisiplinan yang tinggi membuat mereka tertata di
bawah satu komando yaitu Nabi. Ketika ingin menghadapi peperangan
Nabi kerapkali mengundang para sahabat (Tokoh-tokoh) untuk
berdiskusi mengenai hal tersebut.
Dalam perkembangannnya pasukan kemiliteran umat Islam
makin meningkat. Pada awalnya pasukan umat Islam hanya berjumlah
313 pejuang. Hingga pada perang terakhir di Uhud, pasukan umat
Islam sudah mencapai 30.00 pejuang. Para pejuang tersebut memiliki
keahlian yang cukup baik dan disiplin yang tinggi.
c. Dakwah
Pada periode Madinah Nabi memiliki sedikit kemudahan
dalam mengenalkan Islam. Itu dikarenakan masih banyak penduduk
Madinah yang menganut agama samawi. Dapat kita lihat ketika Nabi
memasuki Madinah, beliau mendapat penyambutan yang luar biasa
dari masyarakat. Ada beberapa strategi dakwah yang dilakukan oleh
Nabi, yaitu Membina masyarakat Islam melalui pertalian
persaudaraan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar,
Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam, Meletakkan
dasar-dasar politik ekonomi dan sosial untuk masyarakat Islam.

6
Muhammad Yamin. 2017. “Peradaban Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw”. Ihya al-
Arabiyah. Vol. 3, No. 1, http://jurnal.uinsu.ac.id. 15 Oktober 2020.

7
Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat
dan pemerintahan Islam dapat mewujudkan nagari “ Baldatun
Thayyibatun Warabbun Ghafur “ dan Madinah disebut “ Madinatul
Munawwarah”. Dari sistem yang telah diterapkan Nabi tersebut,
hampir tidak mendapat penolakan dari masyarakat Madinah, karena
nilai-nilai yang diletakkan Nabi bersifat universal, walau pada
hakikatnya nilai-nilai tersebut termaktub dalam Islam. Contohnya
berbuat adil, saling menolong, larangan curang dalam berdagang, dan
lai-lain.
Perkembangan Islam juga tidak terlepas dari peranan moral
Nabi yang begitu mulia dan sangat bijak dalam memutuskan sebuah
perkara. Sehingga tidak sedikit kasus yang telah diselesaikan. Bahkan
ketika ada perselisihan antar suku, Nabi selalu mendapat undangan
untuk memberikan jalan keluar.7
2. Aspek Sosial
Dalam negara islam yang baru dibangun itu, Nabi meletakkan
dasar-dasarnya untuk menata kehidupan sosial, pertama dikukuhkannya
ikatan persaudaraan (ukhuwah islamiyah) antara golongan Anshar dan
muhajirin, dan mempersatukan suku Auz dan Khazraj.
Nabi Muhammad Saw merumuskan piagam yang berlaku bagi
seluruh penduduk Yastrib, baik orang Muslim maupun non Muslim.
Piagam inilah yang disebut sebagai undang-undang dasar negara islam
yang pertama.
a. Setiap kelompok mempunyai pribadi keagaaman dan politik. Adalah
hak kelompok, menghukum orang yang membuat kerusakan dan
memberi keamanan kepada orang yang patuh.

7
Ahmad Choirul Rofiq, Sejarah Islam Periode Klasik, (Malang: Penerbit Gunung Samudera,
2017), hlm. 76-77.

8
b. Kebebasan beragama terjamin buat semua warga negara. Adalah
kewajiban penduduk madinah, baik kaum muslimin ataupun bangsa
yahudi, untuk saling membantu, baik secara moril atau materil.
c. Rasulullah adalah kepala negara bagi penduduk Madinah.8
Pada periode madinah islam merupakan kekuatan politik. Ajaran islam
yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi
Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai pemimpin
agama, tetapi juga sebagai pemimpin negara.9

B. Perjanjian Dengan Pihak Yahudi


Setelah Islam terpancang di bumi Madinah dan kokoh di negeri itu,
maka Rasulullah mengatur hubungan dengan selain golongan muslim.
Perhatian beliau saat itu terpusat untuk menciptakan keamanan, kebahagian
dan kebaikan bagi semua manusia. Untuk itu beliau menerapkan undang-
undang yang luwes dan penuh tenggang rasa, yang tidak pernah terbayangkan
dalam kehidupan dunia yang selalu dibayangi fanatisme.
Tetangga yang paling dekat dengan orang muslim di Madinah adalah
orang-orang Yahudi. Sekalipun memendam kebencian dan permusuhan
terhadap orang-orang Muslim, namun mereka tidak berani menampakkannya.
Rasulullah menawarkan perjanjian kepada mereka, yang intinya memberikan
kebebasan menjalankan agama dan memutar kekayaan, dan tidak boleh saling
menyerang atau memusuhi.10
Perjanjian ini dikukuhkan sendiri setelah pengukuhan perjanjian di
kalangan orang-orang muslim, di antaranya adalah:

8
Munir Sabarman, Sejarah Kelahiran, Perkembangan, Dan Masa Keemasan Peradaban
Islam, (Sleman: CV Budi Utama, 2015), hlm. 28.
9
Muhammad Lukman, dkk, Juli 2019. “Revolusi Islam Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat
Arab”. Juspi. Vol. 3, No. 1, http://uinsu.ac.id/index.php/juspi/index.
10
Salamah Muhammad Al-Harafi Al-Ballawi, Buku Pintar Sejarah & Peradaban Islam,
(Jakarta: Pustaka AL-Kautsar, 2016), hlm. 450.

9
1. Orang-orang Yahudi adalah satu umat dengan orang-orang Mukmin. Bagi
orang Yahudi agama mereka dan bagi orang Mukmin agama mereka.
2. Orang-orang Yahudi dan Mukmin masing-masing harus menafkahkan
kehidupan mereka.
3. Mereka harus saling bahu-membahu dalam menghadapi musuh yang
hendak membatalkan perjanjian ini.
4. Mereka harus saling menasehati, berbuat baik dan tidak boleh berbuat
jahat.
5. Perjanjian ini tidak boleh dilanggar kecuali memang dia orang yang
zhalim dan jahat.
Dengan disahkannya perjanjian ini, maka Madinah dan sekitarnya
seakan-akan merupakan satu negara yang makmur. Pelaksana pemerintahan
dan penguasa mayoritas adalah orang-orang Muslim, sehingga dengan begitu
Madinah benar-benar menjadi ibukota bagi Islam.11

C. Harta Rampasan Perang


Pada saat kafilah dagang kaum Musyrik Mekkah mengadakanm
perjalanan dagang dari Syam ke Mekkah, hal ini diketahui orang-orang
muslim. Ini merupakan kesempatan emas bagi pasukan Madinah untuk
melancarkan pukulan yang telak terhadap orang-orang Musyrik, pukulan
dalam bidang politik, ekonomi dan militer.
Kafilah dagang itu sendiri membawa harta kekayaan penduduk
Mekkah, yang jumlahnya sangat melimpah, yaitu sebanyak 1000 ekor onta,
yang membawa harta benda milik mereka, yang nilainya tidak kurang dari
5000 dinar emas. Sementara yang mengawalnya tidak lebih dari empat puluh
orang.
Harta rampasan perang ini didapat pada saat terjadinya perang Badar
yang tak terhindarkan lagi pada saat orang muslim Madinah hendak
11
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2016), hlm. 24.

10
merampas harta kafilah dagang ini. Harta rampasan inilah modal kekayaan
orang-orang muslim di Madinah. Harta rampasan ini dibagi-bagikan kepada
penduduk Madinah, dan pada saat ini pula turun ayat yang mewajibkan puasa
dan membayar zakat, sehingga orang-orang muslim yang miskin di Madinah
dapat terbantu karena syari’ah yang ditetapkan Allah.
Setelah Islam berhasil dan diterima penduduk Madinah melalui
peristiwa Baiat aqabah pertama dan kedua, Islam mulai memancangkan
tonggak negara di tengah padang pasir yang bergelombang kekufuran dan
kebodohan. Ini merupakan hasil paling besar yang diperoleh Islam semenjak
dakwah dimulai.12

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peristiwa hijrah Rasulullah Saw dari Mekkah ke Madinah merupakan
kehendak dan perintah Allah Swt dengan tujuan agar penyebaran agama islam
yang dilakukan oleh Rasulullah Saw menjadi lebih pesat lagi. Selama 13

12
Ibid., hlm. 24-25

11
tahun Rasulullah berdakwa ajaran Islam di mekkah, Nabi Muhammad telah
banyak mengalami pertentangan dan permusuhan. Namun Madinah
merupakan kota yang penduduknya lebih mudah menerima ajaran Rasulullah
dari pada penduduk Mekkah. Masyarakat Madinah menyambut kedatangan
Nabi Muhammmad dengan suka cita, orang-orang Madinah berbondong-
bondong memeluk Islam. Oleh karena itu islam lebih cepat berkembang di
madinah.
Perjanjian ini dikukuhkan sendiri setelah pengukuhan perjanjian di
kalangan orang-orang muslim, di antaranya adalah, Orang-orang Yahudi
adalah satu umat dengan orang-orang Mukmin. Bagi orang Yahudi agama
mereka dan bagi orang Mukmin agama mereka, Orang-orang Yahudi dan
Mukmin masing-masing harus menafkahkan kehidupan mereka, Mereka harus
saling bahu-membahu dalam menghadapi musuh yang hendak membatalkan
perjanjian ini, Mereka harus saling menasehati, berbuat baik dan tidak boleh
berbuat jahat, Perjanjian ini tidak boleh dilanggar kecuali memang dia orang
yang zhalim dan jahat.
Dengan disahkannya perjanjian ini, maka Madinah dan sekitarnya
seakan-akan merupakan satu negara yang makmur. Pelaksana pemerintahan
dan penguasa mayoritas adalah orang-orang Muslim, sehingga dengan begitu
Madinah benar-benar menjadi ibukota bagi Islam.
Harta rampasan perang ini didapat pada saat terjadinya perang Badar
yang tak terhindarkan lagi pada saat orang muslim Madinah hendak
merampas harta kafilah dagang ini. Harta rampasan inilah modal kekayaan
orang-orang muslim di Madinah. Harta rampasan ini dibagi-bagikan kepada
penduduk Madinah, dan pada saat ini pula turun ayat yang mewajibkan puasa
dan membayar zakat, sehingga orang-orang muslim yang miskin di Madinah
dapat terbantu karena syari’ah yang ditetapkan Allah.
B. Saran

12
Demikianlah makalah yang telah kelompok kami susun. Kami
berharap makalah ini berguna sebagaimana mestinya dan dapat diterima
dengan baik. Tapi, sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekurangan,
kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga kami
sebagai pemakalah dapat memperbaiki kekurangan dan mempertahankan
kelebihan yang ada pada makalah kami. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Abrari Syaudi, dkk. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Ahmad Choirul Rofiq. 2017. Sejarah Islam Periode Klasik. Malang: Gunung
Samudera
Jasman, “Sejarah Peradaban Islam”, Jurnal At-Tadabbur Vol 7
Kartika Sari. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Bangka Belitung: Shiddiq Press

13
Muhammad Lukman, dkk, Juli 2019. “Revolusi Islam Terhadap Kondisi Sosial
Masyarakat Arab”. Juspi. Vol. 3, No. 1, http://uinsu.ac.id/index.php/juspi/index
15 Oktober 2020
Muhammad Yamin. 2017. “Peradaban Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw”.
Ihya al-Arabiyah. Vol. 3, No. 1, http://jurnal.uinsu.ac.id. 15 Oktober 2020
Munir Subarman. 2015. Sejarah Kelahiran, Perkembangan, Dan Masa Keemasan
Peradaban Islam. Sleman: CV Budi Utama
Salamah Muhammad Al-Harafi Al-Ballawi. 2016. Buku Pintar Sejarah & Peradaban
Islam. Medan: Perdana Publishing
Siti Zubaidah. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Medan: Perdana Publishing
Wandi. 2020. Sejarah Peradaban Islam. Klaten: Lakeisha

14

Anda mungkin juga menyukai