Anda di halaman 1dari 20

HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE MADINAH

Mata Kuliah :Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu :Bapak. Rahmat Hasbi

Kelompok 3
1. Angga Pramana : 2251030263
2. Mia Rahayu : 2251030077
3. Ikhlima Nur Sholeha : 2251030100
4. Shalshabila Fitria Rhamadani :2251030112

KELAS C ANGKATAN 2022


JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat
dan karunia-Nya kepada kita sehingga makalah dengan judul “DAKWAH
RASULULLAH PERIODE MADINAH” dapat diselesaikan tepat waktu.
Makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah SEJARAH PERADABAN ISLAM.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa dapat memahami lebih dalam
tentang materi tersebut. Makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan kerjasama
dari kelompok kami dan bimbingan dosen pengampu, Untuk itu kami ucapkan banyak terima
kasih.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupun penyusunannya, sebagaimana kata pepatah “tak ada
gading yang tak retak” kesempurnaan hanyalah milik Allah swt.
Akhirnya perlu kami sampaikan bahwa makalah ini selalu terbuka untuk menerima
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari dosen,
rekan-rekan mahasiswa maupun yang membaca makalah ini. Terima kasih.

Bandar Lampung, 8 maret 2023

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG............................................................................ 1

B. RUMUSAN MASALAH....................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian hijrah dan tujuan Rasulullah hijrah........................................ 1

B. Dakwah Rasulullah periode Madinah...................................................... 4

C. Strategi dakwah Nabi Muhammad periode Madinah.............................. 6

D. Halang rintang Dakwah Nabi Muhammad ……………………………. 10

E. Faktor hijrah Nabi Muhammad ………………………………………… 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................................. 16

B. Saran........................................................................................................ 16

Daftar Pusaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan Islam, terutama di sekitar Mekah masih
diwarnai dengan penyembahan berhala sebagai Tuhan, yang dikenal dengan
istilah paganisme. Selain menyembah berhala, di kalangan bangsa Arab ada pula yang
menyembah agama Masehi (Nasrani), agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran, dan
Syam. Di samping itu agama Yahudi yang dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran di Yaman
dan Madinah, serta agama Majusi (Mazdaisme), yaitu agama orang-orang Persia.
Demikianlah keadaan bangsa Arab menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW. yang
membawa Islam di tengah-tengah bangsa Arab. Masa itu biasa disebut dengan zaman
Jahiliah, masa kegelapan dan kebodohan dalam hal agama, bukan dalam hal lain seperti
ekonomi dan sastra karena dalam dua hal yang terakhir ini bangsa Arab mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Di lingkungan inilah Nabi Muhammad SAW. dilahirkan,
disinilah beliau memulai untuk menegakkan tonggak ajaran agama Islam, di tengah-tengah
lingkungan yang sudah bobrok dan penuh kemaksiatan. Meskipun diwarnai dengan berbagai
rintangan yang terus mendera. Namun, beliau tetap teguh dalam menyebarkan agama baru,
yakni agama Islam kepada masyarakat Arab ketika itu.
Fase kenabian Nabi Muhammad SAW. dimulai ketika beliau bertahanus atau menyepi
di gua hira, sebagai imbas dari keprihatinan beliau melihat keadaan bangsa Arab yang
menyembah berhala. Di tempat inilah beliau menerima wahyu yang pertama kali, yaitu Al-
‘Alaq ayat 1-5, maka Nabi Muhammad SAW. telah di angkat menjadi Nabi, utusan Allah.
Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW. belum diperintahkan untuk menyeru kepada umatnya,
namun setelah turun wahyu yang kedua, yaitu surah Al-Muddatstsir ayat 1-7, Nabi
Muhammad SAW. di angkat menjadi Rasul yang harus berdakwah

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari hijrah serta apa yang menjadi tujuan Rasulullah SAW beserta
umat Islam berhijrah?
2. Bagaimana dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah?
3. Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW pada periode
Madinah?
4. Halang rintangan dakwah Nabi Muhammad SAW?
5. Faktor hijrah Nabi Muhammad SAW?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hijrah dan Tujuan Rasulullah SAW Beserta Umat Islam Berhijrah
Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam. Pertama
hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT. untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang diperintahkan Allah SWT dan diridhai-Nya.
Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu
umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan, sehingga tidak memiliki
kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu
berpindah ke negeri Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan
beribadah.
Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat Islam, yakni
berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah,
bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M.
Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah ke Yastrib adalah:

 Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafir
Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di Mekah
untuk berhijrah ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum
Quraisy dengan maksud untuk membunuhnya.
 Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah,
sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT,
untuk menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam).

Rencana hijrah Rasulullah diawali karena adanya perjanjian antara Nabi Muhammad
SAW. dengan orang-orang Yatsrib yaitu suku Aus dan Khazraj saat di Mekkah yang
terdengar sampai ke kaum Quraisy hingga Kaum Quraisy pun merencanakan untuk
membunuh Nabi Muhammad SAW.
Pembunuhan itu direncanakan melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh
seorang pemudanya yang terkuat. Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi SAW.,
sehingga Ia merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta
mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta.
Sementara Ali bin Abi Thalib diminta untuk menggantikan Nabi SAW. menempati tempat
tidurnya agar kaum Quraisy mengira bahwa Nabi SAW masih tidur.
Pada malam hari yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi SAW. keluar dari
rumahnya tanpa diketahui oleh para pengepung dari kalangan kaum Quraisy. Nabi SAW.

2
menemui Abu Bakar yang telah siap menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah menuju
sebuah Gua Tsur, kira-kira 3 mil sebelah selatan Kota Mekah. Mereka bersembunyi di gua itu
selama 3 hari 3 malam menunggu keadaan aman.
Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai menurun karena mengira Nabi
SAW sudah sampai di Yatsrib, keluarlah Nabi SAW dan Abu Bakar dari persembunyiannya.
Pada waktu itu Abdullah bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan
membawa 2 ekor unta yang memang telah dipersiapkan sebelumnya. Berangkatlah Nabi
SAW. bersama Abu Bakar menuju Yatsrib menyusuri pantai Laut Merah, suatu jalan yang
tidak pernah ditempuh orang.
Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba di Quba, sebuah desa yang
jaraknya 5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka beristirahat selama beberapa hari. Mereka
menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi SAW membangun
sebuah masjid yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang
dibangun Nabi SAW sebagai pusat peribadatan.
Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi SAW. Sementara itu penduduk
Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Menurut perhitungan mereka, berdasarkan
perhitungan yang lazim ditempuh orang, seharusnya Nabi SAW sudah tiba di Yatsrib. Oleh
sebab itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi, memandang ke arah Quba, menantikan
dan menyongsong kedatangan Nabi SAW dan rombongan.
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka mengelu-
elukan kedatangan Nabi SAW. Mereka berbaris di sepanjang jalan dan menyanyikan lagu
Thala’ al-Badru, yang isinya:
“Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wadâ’i (celah-celah bukit). Kami wajib
bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi, Wahai orang yang diutus kepada
kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati. Setiap orang ingin agar Nabi
SAW. singgah dan menginap di rumahnya.”
Tetapi Nabi SAW hanya berkata,
“Aku akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak hatinya.”
Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di
depan rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih rumah Abu
Ayyub sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi SAW tinggal di
rumah Abu Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong-royong membangun rumah
untuknya.
Sejak saat itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatun Nabi (kota nabi). Orang sering
pula menyebutnyaMadinatul al-Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah
sinar Islam memancar ke seluruh dunia.

3
B. Dakwah Rasulullah SAW. Periode Madinah
Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin
penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode
Makkah, pada periode Madinah, Islam, merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang
berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad
mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.
Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan
kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis merupakan kepala Negara.
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni
dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya
Rasulullah SAW, tanggal 12 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain
ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran
Islam yang terkandung dalam 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapun ajaran
Islam periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang
yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Anshar. Juga orang-orang yang
belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota
Madinah yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk
seluruh umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.”(QS. Al-Anbiyaa’, 21:107)

Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam (umat
Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di
Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah
SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan
sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam
bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-
ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa
beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji,
menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan
kemauan dan kesadaran sendiri. Namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak

4
bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam
dan juga berusaha melenyapkan agama Islam dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu
seperti kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu
mereka.
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam
surah Al-Hajj ayat 39 dan Al-Baqarah ayat 190, maka kemudian Rasulullah SAW dan para
sahabatnya menyusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak
dapat dihindarkan lagi.
Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa
menolong mereka itu” (Q.S. Al-Hajj, 22:39).

Artinya:“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)


janganlah kamu melampaui batas, Karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas.” (QS. Al-Baqarah, 2:190
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya
itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan perang, tetapi
bertujuan untuk:

 Membela diri dan kehormatan umat Islam.


 Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak
menganutnya.
 Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan
Romawi.

Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negara
yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan
memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga
keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan
mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk
menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa
Romawi dan Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para pengikutnya tidak tinggal diam
sehingga terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu diantaranya perang
Mut’ah, perang Tabuk, perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq, perjanjian Hudaibiyah,
perang Hunain.
Tujuan Nabi Muhammad hijrah ke Madinah adalah:
 Melaksanakan perintah Allah untuk berhijrah.
 Menghindari niat orang Quraisy yang akan membunuhnya.
 Untuk memperluas ajaran Islam

5
 Menghindari intimidasi terhadap kaum muslimin yang dilakukan oleh kaum Quraisy
 Melakukan perbaikan di lingkungan yang korup dan memerangi sistem-sistem politik,
ekonomi dan sosial yang zalim yang saat itu mendominasi masyarakat dunia
 Menyampaikan pesan-pesan kebebasan, kesadaran dan kebahagian manusia ke
segenap hati dan jiwa

C. Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Madinah


Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode
Madinah adalah:

1. Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain
meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu orang
yang berdakwah itu harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.
2. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam
Surah An-Nahl ayat 125.

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl, 16: 125)

1.Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya sesuai dengan petunjuk
Allah SWT dalam Surah Ali Imran, 3: 104.
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran, 3: 104)
2.Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata, bukan dengan untuk
memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi.
Umat Islam dalam melaksanakan tugas dakwahnya, selain harus menerapkan pokok-
pokok pikiran yang dijadikan sebagai strategi dakwah Rasulullah SAW, juga hendaknya
meneladani strategi Rasulullah SAW dalam membentuk masyarakat Islam atau masyarakat
madani di Madinah.
Masyarakat Islam atau masyarakat madani adalah masyarakat yang menerapkan ajaran Islam
pada seluruh aspek kehidupan, sehingga terwujud kehidupan bermasyarakat yang baldatun
tayyibatun wa rabbun ghafur, yakni masyarakat yang baik, aman, tenteram, damai, adil, dan
makmur di bawah naungan ridha Allah SWT dan ampunan-Nya.

Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam mewujudkan masyarakat Islam seperti tersebut adalah:
1.Membangun Masjid

6
Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah ialah Masjid
Quba, yang berjarak ± 5 km, sebelah barat daya Madinah. Masjid Quba dibangun pada
tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20 September 622 M).
Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu, beliau mengunjungi
Masjid Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan dakwah Islam.
Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya adalah
Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong-royong oleh kaum Muhajirin
dan Ansar, yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan
peletakan batu kedua, ketiga, keempat dan kelima dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka
yakni: Abu Bakar r.a., Umar bin Khatab r.a., Utsman bin Affan r.a. dan Ali bin Abu Thalib
r.a.
Mengenai fungsi atau peranan masjid pada masa Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:

1. Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah, dan akhlak.
2. Masjid merupakan sarana ibadah, khususnya shalat lima waktu, shalat Jumat, shalat
Tarawih, shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
3. Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang bersumber
kepada Al-Qur’an dan Hadis.
4. Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan sesama
Muslim (ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan.
5. Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai tempat
penampungan zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada yang berhak
menerimanya, terutama para fakir miskin dan anak-anak yatim terlantar.
6. Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tempat pengobatan
para penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang menderita luka akibat perang
melawan orang-orang kafir.

2. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Ansar


Muhajirin adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk Mekah yang berhijrah ke
Madinah. Ansar adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk asli Madinah yang
memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin.
Rasulullah SAW bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin Khatab tentang
mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansar, sehingga terwujud persatuan yang tangguh.
Hasil musyawarah memutuskan agar setiap orang Muhajirin mencari dan mengangkat
seorang dari kalangan Ansar menjadi saudaranya senasab (seketurunan), dengan niat ikhlas
karena Allah SWT. Demikian juga sebaliknya orang Ansar.
Rasulullah SAW memberi contoh dengan mengajak Ali bin Abi Thalib sebagai saudaranya.
Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dicontoh oleh seluruh sahabat misalnya:

7
 Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan Islam yang
pemberani bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya, yang
kemudian dijadikan anak angkat Rasulullah SAW.
 Abu Bakar ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid.
 Umar bin Khattab bersaudara denga Itban bin Malik al-Khazraji (Ansar).
 Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi (Ansar).

Demikianlah seterusnya setiap orang Muhajirin dan orang Ansar, termasuk Muhajirin
setelah hijrahnya Rasulullah SAW, dipersaudarakan secara sepasang- sepasang, layaknya
seperti saudara senasab.
Persaudaraan secara sepasang–sepasang seperti tersebut, ternyata membuahkan hasil
sesama Muhajirin dan Ansar terjalin hubungan persaudaraan yang lebih baik. Mereka saling
mencintai, saling menyayangi, hormat-menghormati, dan tolong-menolong dalam kebaikan
dan ketakwaan.
Kaum Ansar dengan ikhlas memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin berupa
tempat tinggal, sandang-pangan, dan lain-lain yang diperlukan. Namun kaum Muhajirin tidak
diam berpangku tangan, mereka berusaha sekuat tenaga untuk mencari nafkah agar dapat
hidup mandiri. Misalnya, Abdurrahman bin Auf menjadi pedagang, Abu Bakar, Umar bin
Khattab dan Ali bin Abu Thalib menjadi petani kurma.
Kaum Muhajirin yang belum mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian oleh
Rasulullah SAW ditempatkan di bagian Masjid Nabawi yang beratap yang disebut Suffa dan
mereka dinamakan Ahlus Suffa(penghuni Suffa). Kebutuhan-kebutuhan mereka dicukupi oleh
kaum Muhajirin dan kaum Ansar secara bergotong-royong. Kegiatan Ahlus Suffa itu antara
lain mempelajari dan menghafal Al-Qur’an dan Hadis, kemudian diajarkannya kepada yang
lain. Sedangkan apabila terjadi perang antara kaum Muslimin dengan kaum kafir, mereka ikut
berperang.
3.Perjanjian dengan masyarakat Yahudi Madinah
Pada waktu Rasulullah SAW menetap di Madinah, penduduknya terdiri dari tiga
golongan, yaitu umat Islam, umat Yahudi (Bani Qainuqa, Bani Nazir dan Bani Quraizah) dan
orang-orang Arab yang belum masuk Islam. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan,
Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. Sebuah piagam yang
menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu komunitas dikeluarkan.
Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan.
Kemerdekaan beragama dijamin dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban
mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar.
Piagam ini mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah yang muslim atau bukan
Muslim. Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil,

8
membangun serta digrandungi oleh musuh-musuh Islam. Piagam ini dikenal dengan sebutan
Piagam Madinah.
Menurut Ibnu Hisyam, Rasulullah SAW membuat perjanjian dengan penduduk Madinah non-
Islam dan tertuang dalam Piagam Madinah. Piagam Madinah itu antara lain berisi:

1. Setiap golongan dari ketiga golongan penduduk Madinah memiliki hak pribadi,
keagamaan dan politik. Sehubungan dengan itu setiap golongan penduduk Madinah
berhak menjatuhkan hukuman kepada orang yang membuat kerusakan dan memberi
keamanan kepada orang yang mematuhi peraturan.
2. Setiap individu penduduk Madinah mendapat jaminan kebebasan beragama.
3. Seluruh penduduk kota Madinah yang terdiri dari kaum Muslimin, kaum Yahudi dan
orang-orang Arab yang belum masuk Islam sesama mereka hendaknya saling
membantu dalam bidang moril dan materiil. Apabila Madinah diserang musuh, maka
seluruh penduduk Madinah harus bantu-membantu dalam mempertahankan kota
Madinah.
4. Rasulullah SAW adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah. Segala perkara dan
perselisihan besar yang terjadi di Madinah harus diajukan kepada Rasulullah SAW
untuk diadili sebagaimana mestinya.

3.Pembangunan pranata sosial dan pemerintahan.


Pada saat Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, masyarakatnya terbagi menjadi
berbagai kelompok besar, yaitu kelompok Muhajirin dan kelompok Anshar, Yahudi, Nasrani,
dan penyembah berhala. Pada awalnya, mereka semua menerima kedatangan Nabi dan umat
Islam. Namun setelah masyarakat muslim berkembang menjadi besar dan berkuasa, mereka
mulai menaruh rasa dendam dan tidak suka.
Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, Nabi saw mencoba menata sistem sosial
agar mereka dapat hidup damai dan tenteram. Untuk kalangan umat Islam, Nabi saw telah
mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar. Sementara untuk kalangan non muslim,
mereka diikat dengan peraturan yang dirancang Nabi dan umat Islam yang tertuang di dalam
Piagam Madinah.
Pada masa Rasulullah, penduduk Madinah mayoritas sudah beragam Islam, sehingga
masyarakat Islam sudah terbentuk, maka adanya pemerintahan Islam merupakan keharusan.
Rasulullah SAW selain sebagai seorang Nabi dan Rasul, juga tampil sebagai seorang Kepala
Negara (khalifah).
Sebagai Kepala Negara, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bagi setiap sistem
politik Islam, yakni musyawarah. Melalui musyawarah, umat Islam dapat mengangkat wakil-
wakil rakyat dan kepala pemerintahan, serta membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati
oleh seluruh rakyatnya. Dengan syarat, peraturan-peraturan itu tidak menyimpang dari
tuntutan Al-Qur’an dan Hadis.

9
D. Halang Rintangan Nabi Muhammad Pada Saat Hijrah Ke Madinah
Nabi Muhammad yang mulanya mendapat perintah Allah berdakwah secara
sembunyi-sembunyi kemudian diperintah oleh Allah untuk berdakwah secara terang-
terangan. Saat Rasulullah berdakwah secara terang-terangan, maka gangguan kaum kafir
Quraisy juga semakin nampak. Orang-orang kafir Quraisy melakukan segala upaya demi
terhentinya dakwah Rasulullah SAW dan padamnya syiar Islam. Namun atas pertolongan
Allah, syiar Islam semakin berkembang dan pemeluk Islam semakin banyak. Janji Allah
tentang Islam dan syiar Islam termaktub dalam Al-Qur’an yang artinya :

“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan)


mereka, sementara Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun
orang-orang yang kafir tidak menyukainya. Dialah Yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan
membawa) petunjuk (al-Quran) dan agama yang benar untuk Dia menangkan atas segala
agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS at-Taubah: 32-33).

Diantara usaha-usaha orang-orang kafir Quraisy dalam menghalangi dakwah Nabi SAW dan
tersebarnya dakwah Islam antara lain:

1. Penghinaan, ancaman dan siksaan secara fisik kepada Rasulullah SAW.


Orang-orang kafir Quraisy Makkah menghina Nabi Muhammad dan menyebut beliau
sebagai orang gila, tukang sihir, si anak celaka dan sebagainya sebagai penghinaan kepada
beliau. Abu Jahal melemparkan kotoran unta di atas tubuh Rasulullah kala beliau sedang
bersujud dalam shalat beliau di Masjidil Haram. Sedangkan dalam kesempatan yang lain,
Abu Jahal membuat jebakan lubang yang sangat dalam di depan rumah Rasulullah, namun
jebakan tersebut justru mengenai Abu Jahal sendiri. Dan yang lebih gila lagi ialah keinginan
orang-orang kafir Quraisy untuk membunuh Rasulullah SAW. Kejadian ini terjadi menjelang
hijrah Rasulullah SAW ke Madinah, namun Allah senantiasa melindungi Nabi Muhammad
SAW dari gangguan orang-orang kafir Quraisy.

2. Penghinaan, ancaman dan siksaan terhadap para pengikut Rasulullah SAW


Saat orang-orang kafir gagal dalam membunuh karakter Rasulullah SAW dengan
fitnah, dan mereka juga gagal menghentikan dakwah Rasulullah, mereka mengalihkan
gangguan kepada para pengikut Nabi Muhammad SAW yang berasal dari kalangan budak
dan lemah. Tujuannya agar para pengikut Rasulullah tersebut mau kembali ke barisan kaum
kafir dan menyembah berhala. Namun, “mimpi” mereka hanya berisi pepesan kosong belaka.

10
Diantara para sahabat yang menerima siksaan dari kaum kafir Quraisy ialah sahabat Bilal bin
Rabah yang disiksa dengan ditelentangkan di padang pasir saat siang hari dan dadanya
ditindih dengan batu besar. Sahabat Khabab bin Al-Arat sekujur tubuhnya ditempeli besi
panas. Bahkan sahabat Yasir dan istrinya, Sumayyah menjadi syuhada pertama dalam Islam.

3. Tawaran harta, tahta dan wanita


Orang-orang kafir Quraisy mengutus Utbah bin Rabi’ah menemui Rasulullah
kemudian menawarkan harta sebanyak apapun yang Rasulullah mau lalu menawari
Rasulullah menjadi pemimpin Makkah dan juga menawarkan wanita-wanita tercanti di
seluruh Arab agar Rasulullah menghentikan dakwah beliau. Semua tawaran tersebut ditolak
oleh Rasulullah SAW, karena beliau diutus ke dunia bukanlah untuk mengejar harta, tahta
dan wanita.

4. Membujuk Nabi SAW untuk saling bertukar sesembahan


Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas terkait asbabun nuzul Surat Al Kafirun ini.
Bahwa Walid bin Mughirah, Ash bin Wail, Aswad bin Abdul Muthalib dan Umayyah bin
Khalaf menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka mengatakan, “Wahai
Muhammad, marilah kami menyembah Tuhan yang kamu sembah dan kamu menyembah
Tuhan yang kami sembah. Kita bersama-sama ikut serta dalam perkara ini. Jika ternyata
agamamu lebih baik dari agama kami, kami telah ikut serta dan mengambil keuntungan kami
dalam agamamu. Jika ternyata agama kami lebih baik dari agamamu, kamu telah ikut serta
dan mengambil keuntunganmu dalam agama kami.”

Penawaran seperti itu adalah penawaran yang bodoh dan konyol serta mereka tak mengetahui
hakikat ajaran Islam yang sangat menentang setiap ajaran yang ingin mempersekutukan Allah
dengan sesuatu. Maka Allah pun menurunkan Surat Al Kafirun sebagai jawaban tegas bahwa
Rasulullah berlepas diri dari agama mereka.

5. Membujuk dan memprovokasi Abu Thalib


Orang-orang kafir Quraisy merasa frustasi saat melakukan gangguan kepada Nabi dan
para sahabat beliau yang sangat gigih memegang ajaran Islam. Orang-orang Quraisy
mendekati Abu Thalib yang merupakan paman sekaligus pelindung Nabi Muhammad dalam
berdakwah. Mereka berharap Abu Thalib, yakni orang yang sangat disegani dan dicintai
Rasulullah mau mendukung mereka dalam menghentikan dakwah Nabi Muhammad SAW.
Orang-orang kafir Quraisy membawa seorang pemuda yang gagah dan ganteng untuk

11
ditukarkan dengan Rasulullah. Hal tersebut sangat menyinggung perasaan Abu Thalib dan
menolak tawaran orang-orang kafir Quraisy.

6. Menghasut Masyarakat Makkah


Orang-orang kafir Quraisy berusaha menghalangi orang-orang Makkah yang ingin
mendengarkan dakwah Nabi SAW, bahkan mengancam membunuh mereka. Namun hal itu
tak menyurutkan keinginan masyarakat Makkah untuk mendengar dakwah Nabi SAW walau
dengan sembunyi-sembunyi.

7. Mengasingkan dan memboikot Bani Hasyim dan Bani Muthallib


Saat orang-orang kafir Quraisy telah mengalami kebuntuan dalam menghentikan
dakwah Nabi SAW dengan ancaman, mereka mulai melakukan pengasingan dan
pemboikotan. Mereka bersepakat membuat surat pengumuman yang ditempel di Ka’bah yang
berisi tentang larangan untuk melakukan jual-beli, pernikahan dan tolong menolong dengan
Nabi Muhammad, keluarga serta para pengikut beliau. Diriwayatkan, yang menulis
penyataan itu ialah Manshûr bin ‘Ikrimah yang didoakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam agar celaka sehingga sebagian jemarinya lumpuh. Ada juga yang mengatakan bahwa
penulisnya ialah Nadhr bin Hârits, ada yang mengatakan Thalhah bin Abu Thalhah, dan ada
pula yang mengatakan Bagiid bin ‘Amir bin Hasyim bin Abdud-Daar.
Pemboikotan ini berlangsung selama 3 tahun dan berakhir dengan robeknya surat
pengumuman itu karena di makan rayap kecuali tulisan yang terdapat lafazh nama Allah
Azza wa Jalla. Dampak dari pemboikotan ini ialah kelaparan yang sangat dialami oleh kaum
muslim. Bahkan tak lama setelah pemboikotan dan pengasingan dicabut, Khadijah istri Nabi
SAW dan Abu Thalib paman Nabi SAW wafat karena selain usia yang telah tua, juga
beratnya beban yang ditanggung saat pemboikotan.

8. Mempengaruhi pemimpin negara-negara tetangganuntuk menolak Islam dan kaum


muslimin
Saat Makkah dirasa sudah taka man bagi kaum muslimin, maka sebagian kaum
muslimin yang dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib saudara Ali bin Abi Thalib melakukan
perjalanan hijrah ke Negeri Habasyah yang saat itu dipimpin oleh Raja Negus/Najasyi yang
beragama Nasrani. Di negeri Habasyah kaum muslimin mendapatkan ketenangan dan
perlindungan dari raja yang adil tersebut. Kaum kafir Quraisy merasa sangat marah atas
perhatian yang diberikan kepada kaum muslimin. Mereka segera mengutus Amr bin Ash dan
Abdullah bin Abi Rabiah ke Habasyah untuk menjemput kaum muslimin pulang ke Makkah
dan kembali mendapatkan siksaan dari kaum kafir Quraisy.

12
Mereka menghasut Raja Najasyi dengan berbagai fitnah, namun karena Raja Najasyi selain
adil dan bijaksana, beliau juga sangat alim sehingga segala fitnah yang dilancarkan Amr bin
Ash dan Abdullah bin Abi Rabiah tak membuat Raja Najasyi terpengaruh dan tetap memberi
perlindungan kepada kaum muslim selama yang kaum muslim inginkan.

Tantangan dan rintangan yang diterima kaum muslim di zaman Nabi sebenarnya tidak
berbeda jauh dengan yang dialami kaum muslim di zaman ini. Sehingga layaklah jika kita
belajar kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dalam menghadapi setiap ujian. Dan
akhirnya, marilah kita kembalikan segala hasil dari setiap usaha kita sebagai kaum muslim
kepada Allah SWT dan senantiasa berdoa agar dimudahkan segala urusan kita. Aamiin.

E. Faktor Nabi Hijrah Ke Madinah


Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah menjadi peristiwa besar bagi
umat Islam. Kisah itu punya makna mendalam bagi muslimin dunia. Peristiwa itu kemudian
menjadi awal tahun kalender Islam dan diperingati hingga sekarang. Sebelum hijrah ke
Madinah, Nabi Muhammad telah berdakwah menyebarkan Islam di Mekah. Semula, Nabi
berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Syiar Islam kemudian dilakukan dengan terang-
terangan.

Kaum kafir Quraisy yang sejak semula memusuhi Nabi semakin gencar melakukan
desakan. Intimidasi terjadi setiap waktu. Namun, saat Nabi perlu dukungan, datanglah masa
sulit. Sang istri, Siti Khadijah, wafat. Padahal Siti Khadijah menjadi salah satu motivator bagi
Nabi dalam menyebarkan Islam.

Alasan (Sebab-sebab) Nabi Muhammad SAW Hijrah ke Madinah – Hijrah tidak saja
memiliki arti untuk mengesampingkan kepentingan seseorang, mengorbankan segala harta
benda dan menyelamatkan jiwanya saja, akan tetapi harus disertai dengan adanya kesadaran
bahwa dirinya juga telah dihalalkan dan terampas, bisa jadi binasa di pangkal perjalanan atau
di penghujungnya.Ada faktor-faktor penting yang menyebabkan Rasulullah terdorong untuk
Hijrah dari Makkah ke Madinah, yakni sebagai berikut :

1. Siksaan Kaum Quraisy kepada Umat Islam semakin Berat

Selama 13 tahun Rasulullah hidup di Kota Mekkah, beliau dan para pengikutnya
seringkali mengalami cobaan yang besar dan siksaan yang begitu pedih. Di samping itu, hak
kemerdekaan juga dirampas, mereka diusir dan harta benda milik mereka disita.

2. Wafatnya Istri dan Paman Nabi

Setelah Khadijah, Istri Rasulullah Meninggal dunia, umat Islam semakin bertambah
kesedihannya. Tak lama berselang, Paman Rasulullah yakni Abu Thalib juga wafat.
Wafatnya Abu Thalib ini menyebabkan Nabi Muhammad kehilangan pelindung yang

13
senantiasa melindungi dirinya dari berbagai bentuk ancaman.
Kepergian dari Abu Thalib memberikan peluang kepada Kaum Kafir Quraisy untuk
melakukan tindakan yang menjadi-jadi kepada Nabi Muhammad dan para pengikutnya.
Kaum Quraisy semakin gila melancarkan intimidasi kepada kaum Muslimin.

3. Adanya Bai’at dari Umat Islam di Madinah

Tahun 621 Masehi, datanglah 13 orang yakni penduduk Madinah yang menemui
Rasulullah di Bukit Aqaba. Mereka berikrar untuk memeluk Agaa Islam. Peristiwa ini disebut
dengan Bai’at Aqabah I.
Di tahun 622 Masehi, datang lagi sebanyak 73 orang dari Madinah ke Mekah yang terdiri dari
Suku Aus dan Suku Khazraj yang pada awalnya memang mereka datang untuk melakukan
Ibadah Haji, akan tetapi kemudian menjumpai Rasulullah dan mengajak beliau agar behijrah
ke Madinah. Mereka berjanji untuk membela dan mempertahankan Rasulullah dan
pengikutnya serta melindungi keluarganya seperti mereka melindungi anak dan istri mereka
sendiri. Peristiwa ini dinamakan Bai’at Aqabah II.

4. Pemboikotan dari Kaum Quraisy

Faktor lainnya yang mendorong Rasulullah untuk berhijrah dari Kota Mekah ke Madinah
yakni adanya pemboikotan yang dilakukan oleh Kaum Kafir Quraisy kepada Rasulullah dan
para pengikutnya (Bani Hasyim dan Bani Muthallib). Pemboikotan yang dilakukan kepada
mereka adalah diantaranya :

 Melarang setiap perdagangan dan bisnis dengan pendukung Nabi Muhammad SAW.
 Tidak ada seorangpun yang berhak mengadakan ikatan perkawinan dengan orang
muslim.
 Melarang keras untuk bergaul dengan kaum muslim.
 Musuh Nabi Muhammad harus didukung dalam berbagai keadaan bagaimanapun.
Sebab-Sebab Nabi Muhammad SAW Hijrah dari Mekkah ke Madinah Yatsrib adalah
tempat yang paling dekat. Sebelum diangkat menjadi nabi, beliau telah mempunyai hubungan
baik dengan penduduk kota tersebut. Hubungan itu berupa ikatan persaudaraan karena kakek
Nabi, Abdul Mutholib beristerikan orang Yatsrib. Di samping itu, ayahnya dimakamkan di
sana. Penduduk Yatsrib sudah dikenal Nabi karena kelembutan budi pekerti dan sifat-sifatnya
yang baik. Bagi diri Nabi sendiri, hijrah merupakan keharusan selain karena perintah Allah
swt.
Reaksi Kaum Quraisy terhadap Hijrah Nabi Muhammad ke Madinah Ketika Kafir
Quraisy mengetahui adanya perjanjian antara nabi dan orang-orang yasrib, mereka semakin
keras menyiksa Umat Islam. Hal ini membuat nabi segera memerintahkan umat Islam untuk
hijrah ke Yasrib.Dalam waktu dua bulan, hampir semua umat Islam kurang lebih 150 orang,
telah meninggalkan kota Makkah. Hanya Ali dan Abu Bakar tetap tinggal di Makkah
bersama nabi.Selain itu, Mereka merasa bahwa hijrah ke Madinah membuat umat Islam
semakin bertambah banyak dan berkembang di tempat hijrahnya dan setiap waktu menjadi
ancaman serius bagi mereka dan perdagangan mereka.Karena itu, mereka memutuskan sikap

14
terhadap Nabi Muhammad saw yang masih berdiam di Mekkah dengan memilih satu diantara
3 (tiga) cara, yaitu:
1. Membiarkan beliau sampai hijrah ke Madinah dengan sendirinya.
2. Memenjarakannya.
3. Membunuhnya.
Pada awalnya mereka memutuskan untuk membiarkan Nabi Muhammad saw hijrah
ke Madinah. Tapi keputusan ini tidak akan dapat memecahkan masalah. Karena kepergian
Nabi Muhammad saw dari Mekkah boleh jadi akan menyiapkan kubu Yatsrib (Madinah)
untuk memerangi mereka. Jika mereka memilih kedua yaitu memenjarakannya, akan memicu
Umat Islam untuk membebaskannya.
Maka mereka memutuskan untuk membunuh Rasulullah saw. Para algojo dipilih
mereka yang berasal dari seluruh suku. Sampai pada suatu malam, para algojo menyerang
rumah Rasulullah dan hendak membunuh beliau saw. Pada saat itulah malaikat pembawa
wahyu turun, mengabarkan rencana kafir Quraisy kepada Rasulullah saw sebagaimana yang
dinyatakan dalam al-Qur’an.
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya-upaya untuk
menangkap dan memenjarakanmu, membunuhmu, atau mengusirmu (dari Mekkah). Mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik
pembalas tipu daya.” (Qs. Al-Anfal [8]:30)
Pada saat itulah, Nabi Muhammad mendapat perintah untuk hijrah. Beliau keluar dari
rumah secara diam-diam. Berbagai usaha kafir Quraisy untuk mencegah Nabi Muhammad
saw hijrah ke Madinah. Pada akhirnya usaha mereka tidak mendapatkan hasil.
Nabi Muhammad saw menjalankan hijrah dengan rencana, sejak persiapan sampai
pelaksanaan. Akhirnya, Nabi Muhammad saw samapai ke Madinah dengan selamat. Setelah
Nabi Muhammad saw meninggalkan Makkah, kafir Quraisy tidak menyiksa keluarganya
karena 2 alasan.Ketika kaum kufar Quraisy mengetahui bahwa nabi Muhammad saw telah
keluar dari Mekkah dan rencana mereka telah gagal, mereka menyeret Ali bin Abi Thalib ke
Masjid al-Haram. Mereka baru membebaskan Imam Ali as setelah menghajarnyaTujuan
kaum kufar Quraisy hanya satu, yaitu membunuh Nabi Muhammad saw. Karena mereka
menganggap bahwa satu-satunya cara memadamkan Islam adalah dengan membunuh nabi
saw. Karena itu, mereka tidak ada urusan dengan orang lain dan mereka tidak mau bentrok
dengan orang lain selain beliau saw. Sedangkan alasan kafir Quraisy tidak menyiksa Umat
Islam setelah Nabi saw hijrah adalah: Mayoritas Umat Islam telah hijrah sebelum Rasulullah
saw. Karena sebab utama rencana pembunuhan Rasulullah saw karena hijrah besar-besaran
yang dilakukan umat Islam ke Madinah dan tersebarnya Islam di kota tersebut.

Islam yang berasal dari Mekkah (Quraisy) memiliki sanak saudara dan kerabat di
Mekkah. Hubungan kekerabatan menjadi penghalang mereka menggangu dan menyakiti
umat Islam. Kafir Quraisy takut terhadap suku dan kabilah seorang Muslim, mereka
menghindar untuk tidak menyakitinya.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan makalah di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa dakwah
Rasulullah SAW periode Madinah itu merupakan dakwah lanjutan yang dilakukan Rasulullah
SAW pada saat beliau hijrah dari kota Mekah ke kota Madinah. Dimana dalam periode
Madinah ini, pengembangan Islam lebih ditekankan pada dasar-dasar pendidikan masyarakat
Islam dan pendidikan sosial kemasyarakatan.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna perbaikan makalah kami dimasa yang akan datang.

16
DAFTAR PUSAKA

https://www.academia.edu/36535649/MAKALAH_FAIZ

https://www.gurusiana.id/read/saifulrokib/article/tantangan-dan-rintangan-dakwah-nabi-saw-di-
makkah-tagur-ke-58-4024300

https://an-nur.ac.id/sebab-nabi-muhammad-melakukan-hijrah-ke-madinah/2/

17

Anda mungkin juga menyukai