Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Hubungan Iman, Islam, dan Ihsan

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Tauhid dan Ilmu Kalam
Dosen Pengampu : Khoirunnisa, M.Ag.

Nama Kelompok
Ana Khoirun Nisa 2251030148
Melyn Anggraini 2251030076
Reza Alam Bone 2251030237

KELAS C ANGKATAN 2022


JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2022/2023

i
Kata Pengantar

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas

rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan hasil makalah mata kuliah

Tauhid dan Ilmu Kalam dosen Pengampu Khoirunnisa, M.Ag. yang telah membimbing

dan membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini. Ucapan terimakasih juga

kami sampaikan kepada teman teman sekelompok yang telah membantu baik secara

moral maupun material sehingga makalah ini dapat terwujud. Kami berharap agar

makalah ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa khususnya dan pembaca pada umumnya,

sebagai salah satu sumber informasi dan bahan pembelajaran tentang materi Hubungan

Iman, Islam dan Ihsan. Dalam hal ini kami selaku penyusun menyadari masih banyak

kesulitan dan kendala dalam membuat makalah ini. Untuk itu kami meminta maaf atas

segala keterbatasan kami dalam menyelesaikan makalah ini. Segala kritik dan saran

yang membangun senantiasa kami harapkan demi peningkatan makalah ini.

Bandar Lampung, 07 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

C. Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

A. Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan ........................................................... 3

B. Posisi Iman, Islam, dan Ihsan ................................................................... 11

C. Hubungan Antara Iman, Islam, dan Ihsan ................................................ 12

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 15

A. Kesimpulan .............................................................................................. 15

B. Saran ......................................................................................................... 16

Daftar Pustaka .................................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Iman sebagai landasan islam dan ihsan, islam sebagai bentuk manifestasi iman
dan ihsan, sedangkan ihsan mengusahakan agar keimanan dan keislaman yang
sempurna. Secara lahiriyah orang tidak dapat dikatakan islam manakala tidak
mengucapkan syahadat, ibadah shalat, zakat, berpuasa Ramadhan, dan menunaikan haji
yang merupakan pelaksanaan ihsan secara lahiriyah atau kesempurnaan islam itu sama
sekali tidak berarti, jika tidak di landasi iman (Tashdiq) dan islam (membaca syahadat)
ibadah shalat, zakat, puasa, haji dan lain-lain akan menjadi berarti manakala ada iman
dan islam, karena syarat ihsan secara lahiriyah harus dengan iman dan islam, meskipun
sahnya iman dan islam itu tidak harus dengan ihsan.
Islam adalah agama paling sempurna, agama yang menuntun kehidupan
pemeluknya secara rinci dan jelas. Karena islam datang untuk meluruskan agama-
agama terdahulu yang diajarkan oleh Rasul-rasul sebelumnya yang telah di sampaikan
dan menjadi pelengkap ajaran-ajaran rasul sebelumnya. Islam adalah pembenaran,
Islam menuntun hidup manusia pada kebaikan dalam segala aspek kehidupan, tetapi
banyak manusia yang tidak mengetahui dan menyadarinya.
Dalam ayat al-Qur’an telah dijelaskan kepada kita bahwa agama yang paling baik
disisnya adalah agama islam dalam surat Ali’Imran ayat 19 telah di jelaskan, Allah
Subhanallahu Wa Ta’ala berfirman :
ِ ‫ّللا ا‬
‫اْلس ااَلم‬ ِ ٰ ‫الديانا ِع اندا‬
ِ ‫اِن‬

“Sesungguhnya agama disisi Allah ialah islam”

Dalam agama islam memiliki tiga tingkatan yaitu : Islam, Iman, dan Ihsan.
Tiap-tiap tingkatan memiliki rukun-rukun yang membangunnya. Jika islam dan iman
disebut secara bersamaan, maka yang dimaksud islam adalah amalan-amalan yang
tampak dan mempunyai lima rukun. Sedangkan yang dimaksud iman adalah amal-amal
batin yang memiliki enam rukun. Dan jika keduanya berdiri sendiri-sendiri, maka
masing-masing menyandang makna hukumnya tersendiri.

1
Ihsan berarti berbuat baik orang yang berbuat ihsan disebut muhsin berarti orang
yang berbuat baik. Setiap perbuatan yang baik yang Nampak pada sikap jiwa, dan
perilaku yang sesuai atau dilandaskan pada Aqidah dan syariat islam disebut ihsan.
Dengan demikian akhlah dan ihsan adalah dua perantara yang berada pada suatu
system yang lebih besar yang disebut akhlakul karimah. Iman, Islam dan Ihsan
memiliki makna masing-masing dan saling bersangkut paut karena memiliki kesamaan
diantaranya, yang dimana ketiga pilar tersebut adalah cara ulama untuk menuju
kehidupan yang Bahagia di dunia maupun di akhirat.

B. Rumusan Masalah
Apa pengertian Iman, Islam, dan Ihsan ?
Bagaimana posisi Iman, Islam, dan Ihsan ?
Apa hubungan antara Iman, Islam, dan Ihsan ?

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini yaitu mengetahui apa pengertian dari Iman, Islam
dan Ihsan, posisi Iman, Islam, dan ihsan, Serta mengetahui hubungan antara Iman,
Islam, dan Ihsan. Dengan berdasarkan buku maupun jurnal yang membahas tentang
Iman, Islam, dan Ihsan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan


1. Iman
Secara etimologis, kata “al-iman” berasal dari kata “aamana – yu’minu
– iimaanan, fahuwa mu’minun” artinya percaya. “Amina – ya’manu –amnan,
amanan, wa amaanan” (aman dan damai), “wa amanatan” (amanat atau titipan),
dan sebagainya. Percaya adalah suatu pengakuan atau keyakinan seseorang
terhadap sesuatu. Ia mengakui dan meyakini suatu kebenaran itu secara benar,
artinya meyakini bahwa sesuatu itu sebagai kebenaran yang harus diyakini dan
tidak diragukan kebenarannya. Adapun mengakui sesuatu itu salah, artinya
mengakui dan meyakini bahwa sesuatu itu memang merupakan kesalahan yang
harus diyakini, dan diakui sebagai kesalahan yang benar-benar salah.1
Iman adalah percaya dengan yakin atas sesuatu. Dalam Bahasa inggris
disebut Faith (kepercayaan). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI)
iman artinya kepercayaan (yang berkenaan dengan agama). Keyakinan dan
kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab, dan sebagainya. Beriman artinya
mempunyai iman ketetapan hati, mempunyai keyakinan dan kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.2
Tanpa kepercayaan, manusia tidak mungkin hidup.ia akan dihantui 0leh
keraguan yang mematikan. Misalnya, oramg tidak yakin atau tidak percaya
pada sesuatu maka ia akan diliputi keraguan; dan keraguan itu menyebabkan
hidupnya tidak aman dan tidak tenang3. Beriman berarti mengharap Rahmat
(kasih sayang) Allah SWT. Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu

1
Drs. Taufik Rahman, M.Ag., Tauhid Ilmu Kalam, hlm. 29
2
Ansharullah, S.Ag, M.Fil.I, TAUHID Sebuah Pengantar, (Lembaga Pemberdayaan Kualitas Ummat),
hlm.10
3
Op.Cit. Drs. Taufik Rahman, M.Ag., hlm,29

3
mengharapkan Rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.(Q.S. Al-Baqarah/2:218)4
Ada dua resiko yang akan dihadapi setiap orang yang memiliki
kepercayaan terhadap sesuatu :
1.) Kebahagiaan dan keberuntungan, apabila orang meyakini dan percaya pada
suatu, kemudian suatu yang diyakini dan dipercaya itu sesuai dengan
keyakinannya atau antara keyakinan dan kenyataan itu bersesuaian. Dengan
demikian, orang itu akan mendapat keberuntungan atau kebahagiaan.
Misalnya, seseorang percaya pada suatu minuman dalam botol. Ia percaya
dan yakin minuman itu manis. Karena orang itu sangat haus dan
memerlukan minuman, dengan keyakinan dan kepercayaan, diminumlah
minuman dalam botol tersebut. Setelah diminum, ternyata air tersebut manis
dan menyegarkan. Maka ia mendapat kebahagiaan dan keberuntungan. Hal
ini karena dengan minuman itu, ia sebelumnya merasa kehausan dan lemah
menjadi segar dan sehat Kembali.
2.) Kerugian dan kehancuran. Sebaliknya, jika seseorang meyakini dan percaya
kepada sesuatu, setelah dibuktikan ia tidak sesuai dengan keyakinan dan
kepercayaan, ia akan rugi dan hancur. Contohnya, seseorang percaya pada
suatu makanan ia pecaya dan yakin bahwa makanan itu nikmat dan lezat.
Karena lapar, dimakanlah makanan yang di angan nikmat dan lezat itu.
Setelah dimakan, ternyata makanan itu beracun. Dengan kata lain, antara
keyakinan dan kepercayaannya terhadap makanan itu tidak sesuai dengan
kenyataan maka rugi dan hancurlah orang itu. Sebab, setelah makanan
makan tersebut ia akan binasa.5
Firman Allah di dalam Q.S. Asy-Syura, [42]: 52 menyatakan:

‫اْل اي امان او ٰل ِك ان اج اع ال ٰنه‬ ‫او اك ٰذلِكا ا ا او اح ايناا اِلاياكا ر او ًحا ِم ان ا ا ام ِرناا اما ك انتا تاد ِار ا‬
ِ ‫ي اما اال ِك ٰتب او اْل ا‬
‫ص اراط ُّم استا ِقيام‬ِ ‫ي ا ِٰلى‬‫ي ِبه ام ان نش ۤااء ِم ان ِع ابا ِدناا اواِنكا لاتا اه ِد ا‬ ‫ن او ًرا ن اه ِد ا‬
Artinya:

4
Al-Baqarah(2) :218
5
Op.Cit. Drs. Taufik Rahman, M.Ag. hlm.30

4
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur’an)
dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah kitab (Al-
Qur’an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur’an itu cahaya, dengan itu
Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.
Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus.”
(Q.S. Asy-Syura [42]:52)6

Menurut ayat tersebut, al-iman adalah nur. Nur memiliki pengertian yang sangat
luas, dan bisa berarti cahaya atau sinar yang menerangi setiap kegelapan. Dengan
pengertian iman seperti ini, seseorang dapat membedakan setiap yang dilihatnya dan
yang dirasakannya., atau bahkan yang dipikirkannya. Dia dapat membedakan yang
benar dan salah, antara yang berguna dan yang merugikan, antara yang haram dan yang
halal, antara yang diperintah oleh Allah dan yang dilarang. Ia merupakan pembeda
yang amat jelas dan terang sehingga tidak ada lagi keraguan. Nur atau Iman mampu
membuka tabir yang selama ini terselubung oleh kegelapan yang amat hitam kelam.
Dengan adanya iman, jelaslah apa yang ia butuhkan dalam hidup ini, yaitu berpegang
teguh dengan kebenaran mutlak yang diyakini dan diimaninya.7

Menurut ulama ilmu tauhid, iman didefinisikan sebagai “Suatu keyakinan yang
dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota
badan.”

Keyakinan yang dibenarkan dalam hati, artinya iman itu tertanam, sehingga
merupakan penggerak segala apa yang diperbuat oleh lisan dan amal perbuatan anggota
badan. Jadi, iman tidak hanya diucapkan dengan lisan, melainkan dengan tiga
komponen keimanan tersebut, yakni hati, lisan, dan anggota badan harus secara
serentak mengamalkan keimanan sesuai dengan fungsi masing-masing.8

2. Islam
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala
kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam untuk mengatur

6
Asy-Syura(42) :52
7
Op.Cit. Drs. Taufik Rahman, M.Ag. Hlm.32
8
Ibid. Hlm.33

5
hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dan dengan
sesamanya.9
Nama islam mempunyai perbedaan yang luar biasa dengan agama
lainnya. Kata Islam tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari
golongan manusia atau dari suatu negri. Hikmah tertinggi dari itu ialah karena
islam adalah agama wahyu dari Allah SWT.10
Kata islam adalah nama yang diberikan oleh Tuhan sendiri, banyak
ayat-ayat al-Qur’an yang menyebutkan antara lain :
ٰ ‫اْلس ااَل ِم ِد اينًا فالا ان يُّ اقبا ال ِم انه اوه او فِى ا‬
‫اْل ِخ ارةِ ِمنا اال ٰخس ِِريانا‬ ِ ‫غي اار ا‬
‫او ام ان ي ابت ِاغ ا‬
“Barang siapa yang mencari agama selain islam, tidak akan di terima dari
padanya dan Dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (Qs
Ali’Imran : 85).11

Kata “Islam” berasal dari kata Aslama, artinya berserah diri. Agama
yang benar menurut Allah adalah Islam. Ia tidak hanya berarti kedamaian,
keselamatan, berserah diri kepada Allah, tetapi juga berarti berbuat kebajikan.
Orang-orang yang telah mengakui agama Islam disebut Muslim.12
Menurut etimologi, Islam berasal dari Bahasa arab di ambil dari kata
Salima yang berarti Sentosa. Dari asal kata itu di bentuk kata Aslama yang
artinya memeliharakan dalam keadaan selamat Sentosa, dan berarti juga
menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat. Kata aslama itulah yang menjadi
pokok kata islam, mengandung segala arti yang terkandung dalam arti
pokoknya, Sebab itu orang yang melakukan Aslama atau masuk islam
dinamakan muslim. Berarti orang itu telah menyatakan dirinya telah taat,
menyerahkan diri, dan patuh pada Allah SWT. Dengan melakukan Aslama
selanjutnya orang itu terjamin keselamatannya hidupnya di dunia dan di
akhirat.13

9
Hafidz Abdurrahman, Felix y. Siauw, Tim. Islam Rahmatan Lil Alamin, Hlm. 13
10
Drs. Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Pencetakan offset) hlm.56
11
Ali ‘Imran (3) : 85
12
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahny, Hlm. 3
13
Op.Cit. Drs. Nasruddin Razak. Hlm. 56

6
Sesungguhnya islam itu adalah agama sepanjang sejarah manusia.
Agama dari seluruh nabi dan rasul yang pernah diutus oleh allah swt. Pada
bangsa-bangsa kelompok-kelompok manusia. Islam itulah agama bagi Nabi
Adam a.s., Nabi Ibrahim, Nabi Ya’kub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman
dan Nabi Isa a.s.14 Sebagai agama sempurna, Islam datang untuk
menyempurnakan ajaran yang dibawa oleh Nabi-nabi Allah sebelum Nabi
Muhammad.
Islam dalam arti terminology adalah agama yang ajaran-ajarannya
diberikan kepada Allah kepada manusia melalui utusan-Nya (Rasul-rasul).
Dengan demikian Islam adalah agama Allah yang dibawa oleh para Nabi pada
setiap zamannya yang berakhir dengan kenabian Muhammad SAW.15 Ia adalah
Rahmat, hidayat dan petunjuk bagi manusia yang berkelana dalam kehidupan
duniawi, merupakan manifestasi dari sifat Rahman dan rahim Allah.16
Adapun islam dalam kurun sebelum risalah Muhammad Swt. Sifatnya
lokal atau nasional. Ia hanya untuk kepentimgan bangsa dan daerah tertentu,dan
terbatas pula periodenya. Para rasul yang mengajarkan islam itu dilaksana mata-
mata rantai yang sambung-bersambung, tapi mereka dalam satu kesatuan tugas
yaitu tugas ketuhanan (risalah Ilahiyah) membawa pengajaran dan peringatan
kepada manusia. Di samping itu dilengkapi dengan hukum-hukum dan
ketentuan-ketentuan dari tuhan berdasar atas hajat dan kebutuhan bangsa dan
daerah itu. Akhirnya, Ketika islam datang kepangkuan risalah Muhammad
SAW. ia menjadi agama universal agama untuk selurh manusia. Sebab itu
risalah Muhammad SAW. mengumandangkan dakwahnya kepada manusia
yang paling penghabisan di akhir zaman. Kepada islamlah manusia
diperintahkan tuhan untuk berkiblat, bergabung menjadi umat yang perkasa
dibawah suatu komando: “laa ilaaha illallah, Muhammad rasuulullaah”17(Aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah).

14
Ibid. hlm. 57
15
Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag. Pendidikan Agama Islam (FH UII Press:2020) Hlm.55
16
Op.Cit. Drs. Nasruddin Razak . hlm. 59
17
Ibid.

7
Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah Muhammad SAW. Bersabda:
“Islam itu tinggi dan tidak ada sesuatu pun yang lebih tinggi darinya.” Sabda
Rasulullah ini menerangkan pada kita bahwa Islam adalah din yang utuh dan
sempurna. Ia tinggi dan tiada agama yang sanggup melampauinya.18
Jelaslah bahwa Islam sangat berbeda dengan seluruh agama di dunia.
Islam mengajarkan bagaimana caranya menyembah Tuhan dalam hukum-
hukum ibadah, seperti: shalat, puasa, haji, zakat, dan sebagainya. Selain itu
islam juga mengatur pemerintahan dan ekonomi. Semuanya digali dari Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Islam telah utuh dan lengkap sebagaimana firman Allah
dalam Al-Qur’an: “Hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan
telah Aku cukupkan untukmu nikmat-Ku, serta Aku ridhai Islam sebagai agama
bagimu.” (Al-Maidah:3).19

3. Ihsan
Ihsan adalah posisi mulia dan derajat luhur yang tinggi yang dicapai
seorang hamba mukmin ketika ia mencapai kesempurnaan iman dan kesejatian
islam.20Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau
melihat-Nya. Namun apabila engakau tidak mampu melihat-Nya, sesungguhnya
ia melihatmu.21 Seperti hadis Riwayat Muslim sebagai berikut :
َّ‫إِن‬: ‫سل ََّم قَا ََّل‬ َ ‫علَ ْي َِّه َو‬
َ ‫للاه‬
َّ ‫صلى‬ َ َِّ‫س ْو َِّل للا‬ َّْ ‫ع ْن َّهه ع‬
‫َن َر ه‬ َ ‫للاه‬ َّ ‫ي‬ ََّ ‫ْن أَ ْوسَّ َر ِض‬ َِّ ‫َن أَبِي يَ ْعلَى شَداد اب‬ َّْ ‫ع‬
َ‫سنهوا ال ِذِّ ْب َح َّة‬ِ ْ‫سنهوا ا ْل ِقتْلَ َّةَ َوإِذَا ذَبَحْ ت ه َّْم فَأَح‬
ِ ْ‫ فَ ِإذَا قَتَ ْلت ه َّْم فَأَح‬،‫علَى هك َِِّّل ش َْيء‬ َ ْ‫ب اْ ِإلح‬
ََّ ‫س‬
َ ‫ان‬ ََّ َ‫للاَ َكت‬
َّ
]‫رواه مسلم‬. [ ‫ح ذَبِ ْي َحتَ َّهه‬ َ ‫َو ْليه ِحدَّ أَ َح هد هك َّْم‬
َّْ ‫ش ْف َرتَ َّهه ََّو ْليه ِر‬

Terjemah hadits:
Dari Abu Ya’lasyaddad bin Aus radhiallahuanhu dari Rasulullah
shollallahu’alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah telah menetapkan
perbuatan baik (ihsan) atas segala sesuatu . jika kalian membunuh maka
berlakulah baik dalam hal tersebut. Jika kalian menyembelih berlakulah baik

18
Op.Cit, Hafiz Abdurrahman, Felix y. Siauw, Tim., Hlm.24
19
Ibid. Hlm.25
20
Dr. Muhammad Abdurrahman, M.Ed. Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia, Hlm.277
21
HM. Munawir IHSAN Berbuat Yang Terbaik. Hlm. Cover

8
dalam hal itu, hendaklah kalian mengasah pisaunya dan menyenangkan hewan
sembelihannya. (Riwayat Muslim).22
Penjelasan:
Hadis ini merupakan hadits agung yang mengumpulkan pokok-pokok
agama secara umum. Berlaku baik dalam perbuatan itu adalah yang sesuai
dengan syariat dan akal. Dan ini berkaitan dengan kehidupan si pelaku di dunia
dan di akhiratnya. Yang pertama adalah kebijakan terhadap dirinya, badannya,
keluarganya, saudaranya, miliknya dan orang-orang. Yang kedua adalah iman
yaitu amal kalbu, dan islam, yaitu amal anggota badan.
Sebab di keluarkannya hadits ini adalah untuk mengoreksi perbuatan
kaum jahiliyah yang biasanya berlaku kejam dalam membunuh, yaitu dengan
memotong dengan hidung, tangan dan kaki, dan yang serupa dengan itu dan
mereka dahulu kalau meyembelih mengguanakan pisau tumpul, atau tulang,
atau bambu dan yang serupa dengan itu, yang dapat menyakiti hewan
sembelihan tersebut, Karna itulah Rasulullah SAW. lalu memerintahkan supaya
bersikap lembut dalam segala sesuatu.23

Pelajaran yang terdapat dalam hadits:


1.) Syarat islam yang menurut perbuatan ihsan kepada setiap ,mahluk termasuk
antaranya adalah hewan.
2.) Tidak boleh menyiksa dan merusak tubuh sebagai sasaran dan tujuan, juga
tidak boleh menyayat-nyayat orang yang dihukum qishash
3.) Termasuk ihsan juga berbuat baik juga terhadap hewan ternak dan belas
kasih terhadapnya. Tidak boleh membebaninya diluar kemampuannya serta
tidak menyiksanya saat menyembelihnya.

Seorang mu’min adalah bersaudara, seorang mu’min dengan mu’min


yang lainnya bagaikan satu jiwa. Dia mencintai saudaranya sebagaimana dia
mencintai dirinya sendiri. Seorang muslim tidak boleh saling menyakiti dan

22
Arbain Nawawi dan Majalisus Saniyyah, Mutiara Hadis, di akses dari
https://purbalingga.kemenag.go.id/mutiara-hadits-berbuat-baik-ihsan/ pada jum’at, 10 Maret 2023,
pukul 12.30
23
Ibid.

9
menzhalimi. Seperti Q.S. Al-Hujurat Ayat 12 tentang “Menyakiti saudara sama
dengan menyakiti diri sendiri”24

‫ٰياايُّ اها ال ِذيانا ٰا امنوا اجا تانِب اوا اكثِي ًارا ِمنا الظ ِن اِن با اع ا‬
‫ض الظ ِن اِثام و اْل تا اجسس اوا او اْل يا اغتابا ب اعضك ام‬
‫ّللاا تاواب ر ِحيام‬ ٰ ‫ضا ااي ِحبُّ اا احدك ام اا ان يأاك ال لاحا ام اا ِخ اي ِه ام ايتًا فاك ِار اهتم اوه اواتقوا‬
ٰ ‫ّللاا اِن‬ ً ‫با اع‬
Hai orang-orang yang beriman! jauhilah kebanyakan dari prasangka
(kecurigaan), karena Sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang. [Q.S. Al-Hujurat : 12]25

Siapa Menutupi Aib Orang Lain, Allah Tutupi Aibnya di Akhirat.


Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda :
‫ست ااره اّللا ِفي االدُّ ان ايا او ااْل ِخ ار ِة‬ ‫او ام ان ا‬
‫ ا‬, ‫ست اار م اس ِل ًما‬
“Barang siapa menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di
dunia dan di akhirat.”(H.R. Muslim)

Isi kandungan Hadis tersebut yaitu: Tidak mencari dan


menyebarkan aib orang lain, Menjaga dan mempererat tali
persaudaraan yang baik antar sesama individu, menjauhi faktor-
faktor yang dapat menyebabkan keretakan dan perselisih, serta
perintah untuk saling menjaga kehormatan dan perasaan sesama,
sehingga Allah pun menjaga kehormatan kita kelak di akhirat.26
Dengan hadis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kita
sebagai orang muslim yang beriman harus menjauhi ghibah, dusta
(berkata bohong), berprasangka yang buruk, mencari kesalahan-
kesalahan orang lain dan tidak menyebarluaskan aib sesama. Jagalah
24
Op.Cit, HM. Munawir, Hlm. 179
25
Al-Hujurat Ayat 12
26
Op.Cit HM. Munawir, hlm.181

10
Aib orang lain sebagaimana kita menjaga Aib pribadi.

B. Posisi Iman, Islam, dan Ihsan


Islam, Iman, dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
dengan yang lainnya. Islam adalah satu-satunya agama yang diakui Allah disisi-Nya,
sedangkan Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah islam. Keyakinan
tersebut kemudian di wujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun islam. Sedangkan
pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri
kepada Allah dan barometer tingkat keimamanan dan ketakwaan seorang hamba. Maka
Islam tidak bisa tanpa Iman, dan Iman pun tidak sempurna tanpa Ihsan. Sebaliknya,
Ihsan adalah mustahil tanpa Iman, dan Iman pun tidak akan terwujud tanpa adanya
Islam.27
Menurut Syaikh al-Fasani dalam al-Majalisus Saniyah, perbincangan tentang
Islam yang didahului dengan dua kalimat syahadat karena kedua kalimat tersebut
menghasilkan keimanan bagi yang mengucapkannya. Alasannya karena keimanan
adalah sendi sekaligus pangkal keislaman. Rukun islam yang lain seperti mendirikan
shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, pergi haji ke Baitullah dibangun
atas dasar keimanan. Shalat yang selama ini disebut sebagai tiang agama, tanpa fondasi
keimanan yang kokoh, tiang tersebut tidak akan berdiri kokoh. Nabi Muhammad SAW.
Bersabda : “Islam dibangun atas lima perkara: Persaksian bahwa tiada tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah, Mendirikan Shalat, Menunaikan Zakat, Pergi haji, dan
Puasa di bulan Ramadhan” (H.R. Bukhari dan Muslim).28
Dalam pandangan Syaikh al-Fasani, pengertian ihsan adalah ikhlas atau
beribadah murni karena Allah SWT. Atau dengan kata lain ihsan adalah memperbagus
ibadah. Caranya adalah dengan meninggalkan hawa nafsu. Karena nafsu inilah yang
membuat seseorang terhalangi perasaan dilihat Allah SWT. Ihsan adalah sendi ketiga
dari agama kita, yakni keyakinan (iman), amal perbuatan (islam), hikmah/kebajikan
(ihsan). Kalau agama islam diibaratkan pohon, maka iman itu adalah akarnya, islam itu

27
Iman, Islam, Ihsan, Din, Amal Saleh, hlm.21
28
Syamsul Yakin, Iman, Islam, dan Ihsan, Di akses dari https://www.uinjkt.ac.id/iman-islam-dan-ihsan/
pada tanggal 11 Maret 2023, pukul 13.00

11
batang, dahan, dan rantingnya, sedangkan ihsan adalah buahnya yang membuat
terpesona orang yang melihatnya.29
Kesempurnaan iman teraktualisasi30 dalam keyakinan yang teguh akan
kebenaran masalah-masalah yang disampaikan Rasulullah SAW. Sementara kesejatian
islamnya teraktualisasikan dalam ketulusan dan kemurniannya dalam mengesakan
Allah SWT. Setelah mengikrarkan dua kalimat syahadat: Aku bersaksi tiada Tuhan
selain Allah dan aku bersaksi Muhammad adalah Rasul utusan Allah. Juga
menjalankan shalat yang merupakan tiang agama, menunaikan zakat, puasa Ramadhan,
dan haji ke Baitullah jika mampu.31
Setelah menjalankan semuanya, ia menghayati muraqabah32 Allah dalam
kesendirian dan keramaian, dan menyembah-Nya seolah-olah ia melihat-Nya maka
berarti ia telah naik ke derajat ihsan dalam beribadah. Dalam posisi demikian, ia pun
lebih lanjut akan menjauhi segala bentuk perbuatan keji, dan menghiasi diri dengan
akhlak-akhlak yang mulia.33

C. Hubungan antara Iman, Islam, dan Ihsan


Kata iman secara bahasa adalah pengakuan atau pembenaran pengikraran dalam
hati yang mencakup dua hal konsep iman, islam dan ihsan, mempunyai keterkaitan
antara ketiga konsep tersebut yaitu meyakini apapun yang berhubungan dengan nilai-
nilai tauhid percaya terhadap rukun iman sehingga menimbulkan ketenangan,
kedamaian dan keselamatan dengan menjalankan rukun islam Ketika iman dan islam
nya kokoh maka akan terbentuk akhlakul kerimah dan beribadah dengan sungguh-
sungguh karena apapun yang dilakukan Allah maha melihat.34
Saat ini, Islam yang utuh memang tidak bisa kita lihat, karena kenyataannya
saat ini islam tidak diterapkan secara menyeluruh. Namun bukan berarti islam tidak
layak untuk mengatur seluruh aspek kehidupan. Jika islam di kaji dan dipahami lebih
dalam, tentu akan terlihat bahwa islam adalah satu-satunya agama yang utuh serta
layak untuk diterapkan ditengah-tengah umat manusia. Islam berlandaskan pada akidah

29
Ibid.
30
Teraktualisasi mengacu pada keinginan untuk memenuhi kebutuhan diri.
31
Op.Cit. Dr. Muhammad Abdurrahman, M.Ed., Hlm.277
32
Muraqabah adalah keadaan merasakan kehadiran Allah didalam segala kondisi.
33
Ibid.
34
Muntazam, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2021

12
islam, yakni keimanan kepada Allah SWT., Malaikat, Kitab, Rasul, Hari kiamat, serta
Qadha dan Qadar. Islam sebagai agama mengakui adanya Pencipta alam, manusia, dan
kehidupan. Islam juga mengakui kelemahan dan keterbatasan manusia. Karena itu,
manusia tidak bisa memisahkan diri dengan Allah SWT. Dalam keadaan apapun. Islam
yang dibangun berdasarkan konsep tauhid (pengakuan terhadap satu Tuhan) juga
sangat memuaskan akal. Hanya Allah-lah yang berhak disembah dan Dialah satu-
satunya Tuhan.35
Ibarat bangunan rumah, iman sebagai fondamennya. Islam sebagai tembok dan
bangunan lainnya. Sedangkan ihsan adalah atap. Jadi ketiganya adalah satu kesatuan
dan tidak bisa di pisahkan. Untuk mempelajari Iman, Islam, dan Ihsan; pertama, Iman
dipelajari melalui ilmu Tauhid yang menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan
(Aqidah). Kedua, Islam berupa praktek amal lahiriah disusun dalam ilmu Fiqh, yaitu
ilmu mengenai perbuatan amal lahiriah manusia sebagai hamba Allah. Sedangkan
untuk mempelajari Ihsan sebagai tata cara beribadah adalah bagian dari ilmu (Tasawuf)
melalui thariqah.36
Iman adalah keyakinan dalam hati yang diucapkan oleh lisan dan diwujudkan
dalam amal perbuatan. Keimanan akan membawa orang manusia ke titik penyadaran
diri sebagai hamba Allah yang tunduk dibawah kekuasaan Allah SWT. Ketika
keyakinan sudah tertanam dalam hati, tentu kita akan berusaha untuk menjalani
kehidupan sesuai dengan hukum Allah yang pada akhirnya membawa kearah
kehidupan yang berkualitas. Sedangkan Islam dijabarkan dengan lima rukun Islam
yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji bagi yang mampu. 1.) Syahadat merupakan
kesaksian bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Nabi Muhammad
adalah utusan Allah. 2.) Shalat merupakan bentuk hubungan virtual secara langsung
antara hamba dan sang Khalik. 3.) Zakat adalah wujud kepedulian social terhadap
sesama manusia. 4.) Puasa merupakan ujian melawan hawa nafsu. 5.) Haji adalah ajang
mempererat ukhuwah Islamiyah dengan sesama saudara muslim dari seluruh dunia.37
Lalu ihsan adalah cara bagaimana seharusnya kita beribadah kepada Allah
SWT. Rasulullah mengajarkan agar ibadah kita dilakukan dengan cara seolah-olah saat

35
Op.Cit. Hafidz Abdurrahman, Felix Y. Siauw, Tim,. Hlm. 32
36
NU Online 19, Di akses dari https://www.nu.or.id/daerah/bagai-bangunan-rumah-hubungan-antara-
iman-islam-dan-ihsan-Cx4d5 pada tanggal 11 Maret 2023, pukul 14.18
37
Ibid.

13
ibadah kita berhadapan secara langsung dengan Allah. Cara ibadah ini akan membawa
ibadah kita ke tingkat yang lebih dekat kepada Allah dengan perasaan penuh harap,
takut, khusyu’, ridho dan ikhlas kepada Allah SWt. Jika cara tersebut belum bisa
dilakukan, maka ibadah dilakukan dengan keyakinan bahwa Allah pasti melihat dan
menghetahui semua yang dilakukan. Dengan demikian tentu manusia akan berusaha
menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah.(Imam Kusnin Ahmad/Muiz)38

38
Ibid.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Iman adalah percaya dengan yakin atas sesuatu. Dalam Bahasa inggris disebut
Faith (kepercayaan). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) iman artinya
kepercayaan (yang berkenaan dengan agama). Keyakinan dan kepercayaan kepada
Allah, nabi, kitab, dan sebagainya. Beriman artinya mempunyai iman ketetapan hati,
mempunyai keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut ulama ilmu tauhid, iman didefinisikan sebagai “Suatu keyakinan yang
dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota
badan.”

Menurut etimologi, Islam berasal dari Bahasa arab di ambil dari kata Salima
yang berarti Sentosa. Dari asal kata itu di bentuk kata Aslama yang artinya
memeliharakan dalam keadaan selamat Sentosa, dan berarti juga menyerahkan diri,
tunduk, patuh dan taat. Kata aslama itulah yang menjadi pokok kata islam,
mengandung segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya, Sebab itu orang yang
melakukan Aslama atau masuk islam dinamakan muslim. Berarti orang itu telah
menyatakan dirinya telah taat, menyerahkan diri, dan patuh pada Allah SWT.

Dalam ayat al-Qur’an telah dijelaskan kepada kita bahwa agama yang paling baik
disisnya adalah agama islam dalam surat Ali’Imran ayat 19 telah di jelaskan, Allah
Subhanallahu Wa Ta’ala berfirman :
ِ ‫ّللا ا‬
‫اْلس ااَلم‬ ِ ٰ ‫الديانا ِع اندا‬
ِ ‫اِن‬
“Sesungguhnya agama disisi Allah ialah islam”

Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya.


Namun apabila engakau tidak mampu melihat-Nya, sesungguhnya ia melihatmu. Ihsan
berarti berbuat baik orang yang berbuat ihsan disebut muhsin berarti orang yang
berbuat baik. Setiap perbuatan yang baik yang Nampak pada sikap jiwa, dan perilaku
yang sesuai atau dilandaskan pada Aqidah dan syariat islam disebut ihsan.

15
Islam, Iman, dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
dengan yang lainnya. Islam adalah satu-satunya agama yang diakui Allah disisi-Nya,
sedangkan Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah islam. Keyakinan
tersebut kemudian di wujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun islam. Sedangkan
pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri
kepada Allah.

B. Saran
Dalam makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali terjadi
kekurangan dalam penyusunan makalah ini maka dari itu dibutuhkan saran pembaca
agar ikut peduli dalam mengetahui seksama mempelajari tentang “ Iman, Islam, dan
Ihsan “ Semoga makalah ini bisa menambahkan pengetahuan bagi pembaca.

16
Daftar Pustaka

Drs. Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung : Alma’arif, 1973).

Drs, Taufik Rahman, Tauhid Ilmu Kalam, (Pustaka Setia: 2013).

HM. Munawwir, IHSAN Berbuat Yang Terbaik.

Hafidz Abdurrahman, Felix Y. Siauw, Tim,. Islam Rahmatan Lil Alamin (ALFATIH :
Jakarta Barat, 2018).

Dr. Muhammad Abdurrahman, M.Ed. Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak


Mulia, (Rajawali Pers).

Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung : Remaja


Rosdakarya, 2005).

Syamsul Yakin, Iman, Islam, dan Ihsan, Di akses dari https://www.uinjkt.ac.id/iman-


islam-dan-ihsan/ pada tanggal 11 Maret 2023, pukul 13.00

NU Online 19, Bagai Bangunan Rumah, Hubungan antara Iman, Islam dan Ihsan. Di
akses dari https://www.nu.or.id/daerah/bagai-bangunan-rumah-hubungan-antara-iman-
islam-dan-ihsan-Cx4d5 pada tanggal 11 Maret 2023, pukul 14.18

17

Anda mungkin juga menyukai