Anda di halaman 1dari 25

KONSEP AQIDAH DALAM ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Agama 1

Dosen Pengampu

Eva Iryani, S.Pd.I., M.PdI

Disusun Oleh : Kelompok 1

Nidia Siski Nurfadilah A1A223006


Epa Azizatun Ningsih A1A223010
Tri Alfaizah A1A223013
Rubiati A1A223019
Ridho Mico Septian A1A223023
Anggi Dwi Rahmawati A1A223025
Siti Nazwa Natania A1A223055
Risma Amelia A1A223056
Radit Rachmandani A1A223074
Yunita Putri Gusmaini A1A223082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Konsep Aqidah
Dalam Islam ”. Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Eva Iryani, S.Pd.I., M.PdI Selaku dosen mata kuliah Agama 1yang sudah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka


menambah pengetahuan juga wawasan menyangkut mempersiapkan sebuah
proposal penelitian. Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Mudah-mudahan makalah
sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca.
Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang
berkenan.

Jambi, September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I .........................................................................
1.1 Latar Belakang ....................................................
1.2 Rumusan Masalah ................................................
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................

BAB II .......................................................................
2.1 Aqidah ..................................................................
2.2 Ruang Lingkup Aqidah ........................................
2.3 Sumber Aqidah .....................................................
2.4 Fungsi Aqidah ......................................................
2.5 Prinsip Aqidah ......................................................
2.6 Penerapan Aqidah Dalam Dunia Pendidikan

BAB III ......................................................................


3.1 Kesimpulan ..........................................................
3.2 Saran .....................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aqidah Islam berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan
tentang wujud Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutuinya,
baik dalam zat, sifat-sifat maupun perbuatannya. Aqidah adalah pokok-pokok
keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan kita sebagai manusia wajib
meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang yang beriman
(mu’min).
Akhlak mulia berawal dari aqidah, jika aqidahnya sudah baik maka
dengan sendirinya akhlak mulia akanterbentuk. Iman yang teguh pasti tidak
ada keraguan dalam hatinya dan tidak tercampuri oleh kebimbangan. Beriman
kepada Allah pasti akan melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi
larangannya. Beriman kepada Allah juga harus beriman kepada Malaikat,
Nabi, kitab, hari akhir, qada dan qadar Allah.
Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam diri
seseorang secara dogmatis, sebab proses keimanan harus disertai dalil-dalil
aqli. Akan tetapi, karena akal manusia terbatas maka tidak semua hal yang
harus diimani dapat diindra dan dijangkau oleh akal manusia
Para ulama sepakat bahwa dalil-dalil aqli yang haq dapat menghasilkan
keyakinan dan keimanan yang kokoh. Sedangkan dalil-dalil naqli yang dapat
memberikan keimanan yang diharapkan hanyalah dalil-dalil yang qath’i.
Makalah kecil ini menampilkan beberapa bahasan yang bisa membantu siapa
saja yang ingin memahami aqidah..

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan aqidah?
2. Apa saja ruang lingkup aqidah?
3. Apa sumber dan fungsi aqidah?
4. Apa Prinsip Aqidah?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan Pengertian Aqidah
2. Menjelaskan tentang ruang lingkup aqidah
3. Menjelaskan Sumber dan fungsi aqidah
4. Menjelaskan Prinsip aqidah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aqidah
2.1.1 Definisi Aqidah
Secara bahasa (etimologi), aqidah diambil dari kata al-aqdu yang
berarti asy-syaddu ( pengikatan ), ar-babtu (ikatan ), al-itsaaqu ( mengikat ),
ats-tsubut ( penetapan ), al-ihkam ( penguatan )
Akidah atau Aqidah adalah intisari atau pokok dalam agama Islam,
yang mana intinya adalah menegaskan bahwa Allah satu-satunya tuhan dan
satu-satunya yang berhak disembah atau diibadahi, menegaskan bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah yang harus diteladani oleh seorang muslim,
serta mengetahui, meyakini, dan mengamalkan rukun Islam dan rukun Iman.
Aqidah juga bermakna ilmu yang mengajarkan manusia mengenai
kepercayaan yang pasti, wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Al-
Qur’an mengajarkan aqidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan
keyakinan terhadap Allah SWT yang satu, yang tidak pernah tidur dan tidak
beranak pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun
iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut
sebagai orang orang kafir.
Secara istilah ( terminologi ) yang umum, aqidah adalah iman yang
teguh dan pasti yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang
meyakininya Ada definisi lain yaitu, aqidah adalah perkara yang wajib
dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram karenanya. sehingga suatu
kenyataan yang teguh dan kokoh yang tidak tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan. Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu
keraguan apapun pada orang yang meyakininya dan harus sesuai dengan
kenyataanya
Maka Aqidah Islamiyah adalah keimanan yang pasti kepada Allah
SWT dengan melaksanakan kwajiban bertauhid kepadaNya, beriman
kepada para MalaikatNya, Rasul-RasulNya, Hari Kiamat, dan Taqdir yang
baik dan yang buruk. Dan mengimani pula seluruh apa apa yang telah shahih
tentang prinsip prinsip agama (ushuluddin)
Dari definisi di atas, baik definisi secara etimologi atau definisi secara
terminologi maka bisa ditarik kesimpulan bahwa aqidah itu bersifat harus
mengikat, pasti, kokoh, kuat, teguh, yakin. Begitu juga aqidah pantang untuk
ragu, hanya sekedar berprasangka. Harus yakin seyakin yakinya jika tidak
sampai tingkat keyakinan yang kokoh maka bukanlah aqidah. Dinamakan
aqidah karena orang tersebut mengikat hatinya dengan hal tersebut. Maka
sudah selayaknya seorang muslim untuk mempelajari mana aqidah yang
shahih dan mana yang bathil. Karena jika keyakinanya di atas keyakinan
yang salah atau aqidah yang salah maka hal itu juga akan membawa
kehancuran di dunia ataupun di akherat.

2.1.2 Objek Kajian Ilmu Aqidah


Aqidah dilihat dari sudut sebagai ilmu, sesuai dengan konsep Ahlus
Sunnah wal Jama’ah, meliputi topik-topik: Tauhid iman, Islam, masalah
ghaibiyat (hal-hal ghaib), kenabian, taqdir, berita-berita (tentang hal-hal
yang telah lalu dan yang akan datang. pent), dasar-dasar hukum yang qath’i
(pasti), seluruh dasar-dasar agama dan keyakinan; dan termasuk pula
sanggahan terhadap Ahlul Ahwa’ wal Bida’, semua aliran dan sekte yang
menyempal lagi menyesatkan serta sikap terhadap mereka.
Disiplin ilmu Aqidah ini mempunyai nama lain yang sepadan
dengannya, dan nama-nama tersebut berbeda antara Ahlus Sunnah dan non
Ahlus Sunnah. Di antara nama-namanya menurut ulama Ahlus Sunnah
adalah:
1. ‘Aqidah (I’tiqad dan ‘Aqa’id). Maka sering kita dengar ungkapan:
Aqidah kaum salaf, Aqidah Ahlul Atsar.
2. Tauhid karena pembahasannya berkisar seputar tauhid atau
pengesaan Allah di dalam Uluhiyah, Rububiyah dan Asma’ serta
Sifat-Nya. Jadi, Tauhid merupakan kajian ilmu aqidah yang paling
mulia dan merupakan esensinya. Maka dari itulah ilmu ini disebut
ilmu Tauhid menurut salaf.
3. As-Sunnah, as-Sunnah artinya jalan. Aqidah Salaf disebut As-
Sunnah karena para penganutnya mengikuti jalan yang ditempuh
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya di
dalam masalah aqidah.
4. Ushuluddin dan Ushuluddiyanah. Ushul artinya rukun-rukun Iman,
rukun-rukun Islam dan masalah-masalah yang qath’i serta hal-hal
yang telah menjadi kesepakatan para tokoh ulama.
5. Al-Fiqh al-Akbar. Ini sinonim Ushuluddin, kebalikan dari al-Fiqh
al-Ashghar yang merupakan kumpulan hukum ijtihadi.
6. Asy-Syari’ah. Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah
ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya berupa
jalan-jalan petunjuk, terutama yang paling pokok adalah Ushuluddin
(masalah-masalah aqidah).
2.1.3 Karakteristik Aqidah Islam
Aqidah Islamiyah memiliki banyak sekali karakteristik, kekhasan dan
keistimewaan. Berikut diantara lima karakteristik aqidah islamiyah yang
paling mendasar dan paling penting, yaitu:
1. Aqidah islamiyah adalah aqidah ghaibiyah
Aqidah Islam itu didominasi oleh keimanan kepada yang ghaib.
Allah swt. berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 3 yang artinya:
"(Orang-orang muttaqin yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib,
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka". Makna istilah ghaib dalam keimanan
Islam disini bukanlah "ghaib" versi dunia dukun dan paranormal, yang
dibatasi pada keghaiban alam jin. Namun yang dimaksud adalah istilah
ghaib menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, yang meliputi semua yang ada
di balik alam nyata, yang tidak bisa ditangkap oleh kemampuan alami
indra manusia, dan bahkan tidak mampu dijangkau oleh penalaran akal
dan logikanya. Sebagaimana keghaiban Allah seperti tentang Dzat-Nya,
Asma-Nya, Sifat-Nya, dan juga keghaiban rukun iman sepert keghaiban
alam malaikat, keghaiban takdir Allah, dan keghaiban hari akhir.
2. Aqidah islamiyah adalah aqidah tauqifiyah
Dalam beraqidah dan memahami aqidah Islam, kita wajib
membatasi diri pada batas-batas ketetapan yang ada dalam Al-Qur'an dan
As-Sunnah yang shahih. Oleh karena itu, kita tidak dibenarkan
mengedepankan peran penalaran akal dan logika dalam beraqidah dan
memahami aqidah Islam. Karena sebagaimana yang telah ditegaskan
bahwa pada dasarnya aqidah Islam adalah aqidah ghaibiyah yang tidak
terjangkau oleh kemampuan akal dan logika manusia. Sehingga tindakan
takalluf (memaksakan diri) dengan mengedepankan peran logika dalam
masalah aqidah merupakan tindakan bodoh yang merusak akal,
membingungkan pikiran dan menyesatkan jalan keimanan.
3. Aqidah islamiyah adalah aqidah syamilah
Aqidah syamilah merupakan aqidah yang lengkap, sempurna,
menyeluruh, komprehensif dan integral. Aqidah ini meliputi keseluruhan
pokok-pokok, prinsip-prinsip dan rukun-rukun keimanan dengan segala
konsekuensinya, sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
sama lain. Aqidah syamilah juga mencakup seluruh bentuk dan sifat
hubungan setiap makhluk, khususnya manusia dengan Allah Sang Khalik,
hubungan manusia dengan seluruh makhluk, dan hubungan antar sesama
makhluk seluruhnya, serta mencakup seluruh keadaan di alam kehidupan
dunia, alam kematian barzah, dan alam kehidupan akhirat.
4. Aqidah islamiyah adalah aqidah tauhidiyah
Aqidah tauhidiyah merupakan aqidah ketauhidan kepada Allah.
Dimana esensi dan inti utama aqidah serta keimanan di dalam ajaran
Islam adalah sikap ketauhidan seorang mukmin kepada Allah
swt. Risalah atau misi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah
untuk mengajak kaum muslimin kepada keimanan yang mentauhidkan
Allah Ta'ala, dengan kalimat tauhid yang sakral dan lebih dikenal dengan
nama kalimat tahlil: La ilaha illallah. Hal ini menyebabkan permusuhan
dan peperangan dengan beragam bentuk dan macamnya yang dilancarkan
oleh kaum musyrikin Quraisy dan yang lainnya terhadap Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan dakwahnya, bukanlah karena beliau
membawa risalah yang berisi ajakan mengimani dan mempercayai
adanya Allah dzat yang menciptakan, memiliki, menguasai dan mengatur
alam ini. Namun yang mereka benci, tolak dan musuhi adalah seruan
dakwah tauhid dengan bukti kewajiban ibadah hanya kepada Allah
semata, dan dengan kalimat yang sangat mereka takuti, yaitu: La ilaha
illallah.
5. Aqidah Islamiyah adalah aqidah furqaniyah
Aqidah furqaniyah merupakan aqidah pembeda (furqan) secara jelas
dan tegas antara kebenaran (al-haq) dan kebatilan (al-bathil). Setiap
muslim yang beraqidah Islam wajib memiliki kejelasan dan ketegasan
dalam sikap wala' (mencintai, memihak, mendukung, menolong,
membela, memperjuangkan dan memenangkan) terhadap prinsip-prinsip
kebenaran. Setiap muslim juga wajib mempunyai kejelasan dan ketegasan
dalam sikap bara' (membenci, mengingkari, menjauhi, memusuhi,
menentang dan mengalahkan) terhadap segala bentuk kebatilan. Sikap
wala' wal bara' merupakan substansi dan konsekuensi dari keimanan
tauhid dalam aqidah Islam. Oleh karena itu, tidak ada sikap netral dalam
konsep aqidah Islam.

2.2 Ruang Lingkup Aqidah


‘Aqidah jika dilihat dari sudut pandang sebagai ilmu sesuai konsep
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah meliputi topik – topik : Tauhid, iman, islam,
Masalah ghaibiyyat, kenabian, takdir, berita- berita, dasar dasar hukum yang
qath’i, seluruh dasar-dasar agama dan keyakinan.
1) Keimanan
Iman artinya percaya dalam bahasa arab ‫أمان‬ yang dapat
diterjamahkan aman atau percaya. Menurut arti bahasa, iman adalah
tashdiq (membenarkan dalam hati ). Orang beriman takan menyerah dalam
melakukan usaha apapun, Karena yakin bahwa segala perbuatannya
senantiasa diawasi oleh Allah S.W.T dan yakin serta tawakal apapun dari
hasil usahanya akan dicatat sebagai bagian dari kebaikannya kelak.
Diantaranya adalah 6 rukun iman yaitu:
a. Iman Kepada Allah SWT.
Artinya ialah mengakui, mempercayai, atau meyakini bahwa Allah
itu ada, dan bersifat dengan segala sifat yang baik dan maha suci dari
segala sifat yang buruk.Cara mengimani Allah ialah beribadah
kepada-Nya dengan tulus dan ikhlas.Memang sudah menjadi dasar
keimanan seseorang muslim, bahwa ia harus menyakini dengan
sepenuh hati bahwa Allah itu ada. Kepercayaan yang demekian
merupakan prinsip pokok ajaran islam.
b. Iman Kepada Malaikat.
Iman kepada malaikat artinya percaya terhadap malaikat-malaikat
Allah. adanya malaikat yang menjadi perantara antara Allah dengan
rasul-rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada rasul-rasul-Nya.
c. Iman Kepada Kitab-Kitab Suci.
Kitab-kitab suci itu memuat wahyu Allah. Dimana sebelumnya ada
beberapa kitab yang turun sebelum Al-Qur’an. Al- Qur’an ialah
penutup dari ktab-kitab sebelumnya sebagai
penyermpurna.Mengimani kitab-kitab suci dengan melakukan
segala yang diperintahkan oleh Allah melalui Al-Qur’an sebagai
pedoman hidup di dunia.
d. Iman Kepada Rasul.
Dapat dimengerti bahwa iman kepada Allah lalu beriman kepada
Rasul-Nya ialah awal dari sebuah iman. Maka dapat dikatakan
kurangnya kesempurnaan beriman jika hanya beriman kepada Allah
namun tidak juga beriman kepada Rasul.
e. Iman Kepada Hari Akhir.
Hari akhir / hari kiamat ialah hari pembalasan dimana manusia
dihukum sesuai amal perbuatannya selama didunia. Menunjukkan
akan terjadinya pada hari kebnagkitan sesudah setelah alam semesta
ini musnah diganti kehidupan akhirat.Beriman kepada hari akhir
dengan meyakini bahwa datangnya hari kiamat itu pasti sebagai
pengingat manusia dalam perbuatannya selama didunia pasti akan
dibalas di akhirat nanti.
f. Iman Kepada Qadha dan Qadhar
Beriman kepada takdir merupakan salah satu syarat manusia
dikatakan muslim. Keyakinan terhadap takdir akan mendatangkan
ketentraman batinnya yang tidak akan dipermainkan oleh
kehidupan.
2) Tauhid.
Ilmu yang membahas segala kepercayaan dengan menggunakan
dalil yang meyakinkan yang pembahasannya mengenai mengesakan
Allah SWT.Tauhid berperan penting agar dalam mempelajari agama
terhindardari aqidah – aqidah yang menyesatkan Qadlab – Qadhar apapun
yang telah ditakdirkan pada kita wajiblah kita menerima itu ridho dan
ikhlas yang merupakan sebagian iman dari kita.
3) Sumber – Sumber Hukum Aqidah.
Al- Qur’an merupakan sumber aqidah karena ayat-ayat Al-
qur’an menerangkan tentang tauhid dan juga aqidah.Rujukan dalam
memahami Al-qur’an adalah teks Al-qur’an maupun hadits yang
menjelaskan dan juga arti yang benar dalam bahasa arab. Jika hal itu
benar, maka tidak dapat dipertentangkan dari segi bahasa.
4) Keislaman (Rukun Islam).
a) Syahadat,
Bermakna mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati
lalu mengamalkannya melalui perbuatan.Denganmengucapkan saja
dengan hal sumpah palsu saja bisa merusak aqidah. Karena syahadat
bukan hanya ucapan, Jika kita meyakininya dengan hati dan
mengamalkannya. Karena syahadat merupakan peneguh dalam hati
b) Shalat 5 Waktu.
Tetapi iman kepada Allah, tidak cukup hanya sekedar meyakini saja.
Namun juga, dengan merealisasikannya dengan shalat 5 waktu.Shalat
adalah tiang agama dimana wujud realisasi kita meyakini aqidah islamiah
dalam agama untuk beribadah kepada Allah SWT. Shalat 5 waktu
merupakan hal wajib dilaksanakan sebagai tiang agama.
c) Zakat.
Allah telah memerintahkan setiap muslim yang memilki harta
mencapai nisab untuk mengeluarkan zakat hartanya setiap tahun. Sebagai
wujud realisasi beriman kepada Allah dengan membagi rezeki dari Allah
kepada yang membutuhkan dengan mecerminkan aqidah islamiah.
d) Puasa.
Agar Al-Qur’an senantiasa dimuliakan Allah memfardlukan puasa
bagi ummat muslim menjadikan suatu rukun asasi agama islam.Dengan
Jelas Allah menerangkan bahwa puasa itu cabang dari iman dan suatu
rukun dari rukun – rukun islam. Puasa ialah kepunyaan Allah, hanya
karena Allah yang tahu amal puasa kita. Puasa juga merupakan wujud dari
aqidah islamiah dalam mempercayai ke-Esaan Allah dengan melakukan
ibadah puasa.
e) Haji.
Haji menurut bahasa berarti bermaksud / menuju. Sedangkan
menurut syara’ adalah suatu amal ibadah yang dilakukan dengan sengaja
mengunjungi tempat yang suci di Makkah dengan maksud beribadah
secara ikhlas dengan mengharap ridha Allah SWT dengan syarat – syarat
tertentu oleh syari’at islam.Haji juga merupakan wujud dari meyakini
adanya Allah dengan beribadah kepada-Nya.
f) Kenabian.
Yang dimaksud kenabian disini ialah perlunya sebagai umat muslim
mengetahui nabinya. Mengutip Syeikh Malawi yaitu:
“Cukuplah dalam iman dengan setiap dari para Rasul itu bahwa
eandanya si mukallaf ditanya perihal risalahnya, dia mengakui dengannya.
Maka tidaklah wajib bahwa mukallaf itu harus menerangkan mereka secara
tafshil berdasarkan hafalan”.
Dapat dikatakan bahwa umat muslim perlu mengetahui para Nabi
Allah yang banyak disebut dalam Al- Qur’an dan juga mengimaninnya.
g) Masalah Ghaib.
Memelihara akal yaitu dengan tidak memikirkan suatu perkara
diluar batas kemampuan dalam perkara aqidah. Dimana para salaf
memahami diluar batas tentang perkara ghaib Dengan memahami nash –
nash tentang perkara diluar jangkauan dengan beriman kepada-
Nya.Perkara ghaib menurut aqidah salaf adalah ridha, Karena segala
apapun yang diciptakan adalah kuasa Allah. Akal tidak boleh ikut campur
dalam masalah – masalah ghaib dalam bidang aqidah. Karena jika
menggunakan akal akan menimbulkan kekeliruan yang tidak didasari oleh
kitabullah Maka dari itu siapa yang memahami Kitabullah dengan
seksama, pasti akan mendapatkan banyak ayat yang mendorong akal
manusia untuk berfikir.Jika tidak berpedoman dengan wahyu Allah, akal
itu pasti salah. Karena akal ia terbatas dengan kemampuannya.
2.3 Sumber Aqidah
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Artinya apa saja
yang disampaikan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan oleh Rasulullah dalam
Sunnahnya wajib diimani (diyakini dan diamalkan). Akal pikiran tidaklah
menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang
terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba –kalau diperlukan –
membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan Al-Qur’an dan
Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal
sangat terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan mampu menggapai
sesuatu yang tidak terbatas. Misalkan, saat ditanya, kekal (sesuatu yang tidak
terbatas) itu sampai kapan?, maka akal tidak akan mampu menjawabnya
karena akal itu terbatas.
Aqidah itu mempunyai sifat keyakinan dan kepastian sehingga tidak
mungkin ada peluang bagi seseorang untuk meragukannya. Dan untuk
mencapai tingkat keyakinan ini, aqidah Islam wajiblah bersumber pada dua
warisan tersebut (Al-Qur’an Hadits) yang tidak ada keraguan sedikit pun
padanya. Dan akal bukanlah bagian dari sumber yang tidak ada keraguan
padanya.
Dengan kata lain, untuk menjadi sumber aqidah, maka asal dan
indikasinya haruslah pasti dan meyakinkan, tidak mengandung sedikut pun
keraguan. Jika kita memandang Al-Qur’an dari segi wurud, maka ia adalah
pasti lagi meyakinkan karena telah ditulis selagi Rasulullah masih hidup dan
juga dihafal serta sejumlah besar sehabat yang mustahil mereka sepakat
berdusta untuk memalsukannya. Dan juga karena itu, tidak pernah timbul
perselisihan tentang kesahihan Al-Qur’an di kalangan umat Islam sejak
dahulu hingga sekarang.
Pada hakikatnya, iman yang dalam hati itu atau aqidah ibarat nur atau
cahaya yang menerangi hati dan sangat diperlukan oleh manusia dalam
kehidupannya di dunia. Tanpa cahaya itu hati sangat gelap, sehingga akan
sangat mudah orang tergelincir dalam lembah maksiat. Ibarat orang yang
berjalan pada waktu malam tanpa lampu atau cahaya, ia akan sangat mudah
terperosok ke dalam lobang atau jurang. Demikianlah peranan iman yang
merupakan bangunan bawah/fondasi utama dari kepribadian yang kukuh dan
selalu mengawal serta membuat hati agar selalu baik dan bersih, sehingga
dapat memberi bimbingan bagi manusia ke arah kehidupan yang tenteram dan
bahagia.
2.4 Fungsi Aqidah
Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin
tinggi bangunan yang akan didirikan harus semaikn kokh pula fondasi yang
dibuat. Kalau fondasi lemah bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada
bangunan tanpa fondasi.
Kalau ajaran islam kita bagi dalam sistematika Aqidah Ibadah Akhlak
dan Mu’amalat, atau Aqidah Syari’ah dan Akhlak, atau Iman Islam dan Ihsan,
maka ketiga/keempat aspek tersebut tidak bisa dipisahkan sama sekali. Satu
sama lain saling terkait. Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti
akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan
bermu’amalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah
swt. Kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Misalnya orang nonmuslim
memberi beras kepada seorang yang miskin, amal ibadah orang itu nilainya
NOL di hadapan Allah, Allah tidak menerima ibadahnya karena orang itu
tidak punya landasan aqidah.
Bisa saja merekayasa untuk terhindar dari kewajiban formal,
misalnya zakat, tapi dia tidak akan bisa menghindar dari aqidah. Misalnya,
aqidah mewajibkan orang percaya bahwa Tuhan itu Cuma satu yaitu Allah,
orang yang menuhankan Allah dan sesuatu yang lain (uang) maka akan
kelihatan nanti, tidak dapat ditutup-tutupi, tidak bisa direkayasa. Entah dari
bicaranya yang seolah-olah uang telah membantu, tanpa uang dia tidak akan
bisa hidup, atau dari perilakunya yang satu minggu sekali datang ke pohon
besar dan berdoa disitu.
Itulah mengapa Rasulullah SAW selam periode 13 tahun Mekah
memusatkan dakwahnya untuk membangun aqidah yang benar dan kokoh.
Jika bangunan islam dengan mudah di periode Madinah. Dalam dunia
nyatapun ternyata modal untuk membangun sebuah bangunan itu lebih besar
di pondasi Jadi aqidah bekerja sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa
ruh/aqidah maka syari’at/ jasad kita tidak ada kegunaannya apa-apa.

2.5 Prinsip Aqidah


a) Iman Kepada Allah
Beriman kepada Allah adalah meyakini dengan penuh kesadaran
bahwa Allah adalah dzat yang paling berhak disembah, karena Dia
menciptakan, membina, mendidik dan menyediakan segala kebutuhan
manusia.
b) Iman Kepada Malaikat
Pengertian iman kepada malaikat adalah mengimani keberadaan
malaikat sebagai makhluk ciptaan Allah Swt., serta mengimani tugas yang
diberikan Allah Swt kepada malaikat.Iman kepada malaikat juga berarti
meyakini bahwa malaikat senantiasa mengawasi perbuatan baik dan buruk
manusia. Dengan begitu, manusia bisa lebih berhati-hati dalam bertindak-
tanduk.Malaikat adalah makhluk gaib, makanya mungkin cukup sulit
untuk percaya sebab wujudnya tak kasat mata. Meski begitu, ada banyak
ayat dalam Al-Quran yang menegaskan keberadaan malaikat. Oleh karena
itu, Muslim wajib mengimaninya
c) Iman Kepada Kitab Suci (Al-Quran)
Iman kepada kitab-kitab Allah swt merupakan rukun iman yang
ketiga, yang memiliki makna percaya dan meyakini bahwa Allah swt
mempunyai kitab yang telah diturunkan kepada para rasul-Nya agar
menjadi pedoman hidup bagi umatnya. Hukum beriman kepada kitab-kitab
Allah swt adalah fardhu’ain yakni kewajiban atau sesuatu yang punya
hukum wajib bagi setiap orang yang beragama Islam. Iman kepada kitab-
kitab Allah swt menjadi landasan bagi agama kita. Karena, dengan
mengimani kitab-kitab Allah, selain percaya akan keagungannya, kita juga
percaya atas semua perintah, larangan, serta ajarannya yang diturunkan
kepada nabi-nabinya. Adapun, cakupan iman kepada kitab Allah swt
meliputi empat perkara. Antara lain:
a. Iman bahwasanya kitab-kitab tersebut turun dari Allah swt.
b. Iman dengan nama-nama yang kita ketahui dari kitab-kitab
tersebut, seperti al-Qur`an yang Allah swt turunkan kepada
Muhammad saw, Taurat kepada Musa a.s, Injil kepada Isa a.s, dan
lain sebagainya.
c. Pembenaran terhadap berita-berita yang shahih, seperti berita-
berita yang ada dalam Al-Qur’an dan kitab-kitab suci sebelumnya
selama kitab-kitab tersebut belum dirubah atau diselewengkan.
d. Pengamalan terhadap apa -apa yang tidak di-nasakh (dibatalkan)
dari kitab-kitab tersebut, menerimanya dan berserah diri
dengannya, baik yang diketahui hikmahnya, maupun yang tidak
diketahui.”
Manusia dikaruniai akal oleh Allah swt agar dapat mengkaji al-Quran
untuk memahami ajaran-ajaran Allah swt sebagai rambu-rambu yang
menunjukkan jalan kebenaran, serta menciptakan tatanan kehidupan dunia
yang baik dan benar. Jadi, dengan adanya kitab-kitab Allah swt ini,
manusia dapat membedakan mana yang benar (haq) dan mana yang salah
(bathil), mana yang bermanfaat dan mana yang mengandung mudarat.
d) Iman Kepada Nabi dan Rasul
Allah mengutus para Nabi dan Rasul untuk membawa kabar gembira
kepada umat manusia, memberi teladan akhlak mulia dan berpegang teguh
terhadap ajaran Allah. Iman kepada rasul memiliki arti meyakini dan
memercayai bahwa Allah SWT mengutus kepada tiap umat seorang dari
kalangan mereka yang menyeru untuk beribadah kepada Allah semata.
Umat Islam diwajibkan beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT karena
termasuk orang yang sempurna (insani kamil), memiliki sifat terjaga dari
segala perbuatan dosa (maksum), serta apa yang disampaikan merupakan
wahyu Allah dan bukan hawa nafsu sendiri. Dalam Quran surat Al An'am
ayat 48 Allah SWT berfirman

َ‫علَ ْي ِه ْم َو ََّل هُ ْم يَ ْحزَ نُ ْون‬ ْ َ ‫س ِليْنَ ا اَِّل ُمبَش ِِريْنَ َو ُم ْنذ ِِري َْۚنَ فَ َم ْن ٰا َمنَ َوا‬
ٌ ‫صلَ َح فَ ََل خ َْو‬
َ ‫ف‬ َ ‫َو َما نُ ْر ِس ُل ْال ُم ْر‬

Artinya: Para rasul yang Kami utus itu adalah untuk memberi kabar
gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa beriman dan mengadakan
perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak
bersedih hati.
Beriman kepada Rasul bisa mendatangkan manfaat. Adapun, buah iman
kepada rasul adalah selamat dunia dan akhirat sesuai firman Allah dalam
Quran surat Al Fath ayat 13

َ َ‫س ْول ِٖه فَ ِاناا ٓ اَ ْعتَدْنَا ل ِْل ٰكف ِِريْن‬


‫س ِعي ًْرا‬ ِ ‫َو َم ْن لا ْم يُؤْ مِ ْۢ ْن بِ ه‬
ُ ‫اّٰلل َو َر‬

Artinya: Dan barangsiapa tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,


maka sesungguhnya Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu
neraka yang menyala-nyalaSifat-sifat yang ada pada diri Nabi dan Rasul
Allah adalah :
• Shiddiq artinya benar. Apa yang disabdakan Nabi adalah benar karena
Nabi tidak berkata-kata kecuali apa yang diwahyukan Allah SWT.
• Amanah aartinya dapat dipercaya. Segala urusan akan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya.
• Fathanah artinya bijaksana dan cerda. Nabi mampumemahami peintah-
perintah Allah dan menghadapi penentangnya dengan bijaksana.
• Tabligh artinya menyampaikan. Nabi menyampaikan kepada umatnya
apa yang diwahyukan Allah kepadanya

e) Iman Kepada Hari Akhir


Beriman kepada hari akhir adalah meyakini bahwa manusia akan
mengalami kesudahan dan meminta pertanggungjawaban dikemudian hari.
Al-Quran selalu menggugah hati dan pikiran manusia dengan
menggambarkan peristiwa-peristiwa hari kiamat, dengan nama-nama yang
unik, misalnya al-zalzalah, al-qariah, an-naba’ dan al-qiyamah. Istilah-
istilah tersebut mencerminkan peristiwa dan keadaan yang bakal dihadapi
manusia pada saat itu.Hari akhir pasti datang dan dialami oleh semua umat
manusia. Allah SWT berfirman dalam surat Al-A'raf ayat 197 mengenai
hari akhir (kiamat) yang tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya
kecuali Allah SWT

‫ع ِة اَياانَ ُم ْرسٰ ى َه ۗا قُ ْل اِنا َما ع ِْل ُم َها ِع ْندَ َربِ َۚ ْي ََّل يُ َج ِل ْي َها ل َِو ْقتِ َها ٓ اِ اَّل ه َۘ َُو ثَقُلَت فِى‬ َ ‫ع ِن الساا‬ َ َ‫يَسْـَٔلُ ْونَك‬
‫ّٰللا َو ٰلك اِن‬
ِ ‫ع ْن َه ۗا قُ ْل اِنا َما ع ِْل ُم َها ِع ْندَ ه‬ َ ‫ي‬ ٌّ ‫ض ََّل ت َأْتِ ْي ُك ْم ا اَِّل بَ ْغتَةً ۗيَسْـَٔلُ ْونَكَ َكاَناكَ َح ِف‬ َ ْ ‫ت َو‬
ۗ ِ ‫اَّل ْر‬ ِ ‫السامٰ ٰو‬
َ‫اس ََّل يَ ْعلَ ُم ْون‬
ِ ‫اَ ْكثَ َر النا‬.

Artinya: Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat,


"Kapan terjadi?" Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat
itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan
waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi
makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali
secara tiba-tiba." Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau
mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya pengetahuan
tentang (hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui."
Contoh iman kepada hari akhir dengan berdoa agar selamat di
akhirat. Selain itu, juga bertanggung jawab atas setiap perilaku yang
dilakukan di dunia.
Dalam Quran surat Al-Anbiya ayat 104, Allah SWT berfirman
proses terjadinya hari akhir kiamat. Allah SWT akan menggulung gunung
layaknya sebuah lembaran kertas.

ٍ ‫ب َك َما َبدَأْنَا ٓ ا َ او َل خ َْل‬


َ ‫ق نُّ ِع ْيد ُۗه َو ْعدًا‬
َ‫علَ ْين َۗا اِناا ُكناا ٰف ِع ِليْن‬ َ ‫س َم ۤا َء َك‬
ِ ۗ ُ ‫طي ِ الس ِِج ِل ل ِْل ُكت‬ ْ ‫َي ْو َم ن‬
‫َط ِوى ال ا‬

Artinya: (Ingatlah) pada hari langit Kami gulung seperti menggulung


lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan
pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. (Suatu) janji yang pasti
Kami tepati; sungguh, Kami akan melaksanakannya.
f) Iman Kepada Qada dan Qadar
Qada secara bahasa memiliki arti keputusan atau ketetapan. Secara
konsep, Qada memiliki makna suatu ketetapan atau keputusan Allah SWT
yang sudah ditetapkan sejak zaman azali, yaitu zaman ketika segala sesuatu
belum tercipta. Manusia sejak zaman azali sudah ditentukan jenis kelamin,
kebahagiaan, rezeki serta ajal.Sedangkan qadar dalam arti bahasa memiliki
arti sebagai ukuran atau pertimbangan. Secara konsep, qadar berarti suatu
ketetapan Allah berdasarkan ukuran pada setiap diri umat manusia sesuai
kehendak-Nya pada zaman azali.
Perbedaan dari kedua konsep di atas adalah qada berperan sebagai
ketetapan pada seorang manusia untuk menjadi apa seseorang itu kelak.
Sedangkan qadar merupakan perwujudan realisasi Allah atas qada seorang
manusia sesuai dengan kehendak-Nya.
Hakikatnya, qada dan qadar manusia telah ditentukan oleh Allah
SWT. Namun meskipun, Allah memberi kesempatan kepada hamba-
hambaNya untuk berikhtiar dan memaksimalkan potensi yang telah Allah
anugerahkan dan menjadi penentu takdirnya sendiri.
Sebagaimana yang telah tercantum pada kitab suci Alquran, bahwasannya
tak ada yang bisa mengubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yang
merubahnya.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian iman
kepada Qada dan Qadar adalah mempercayai dan meyakini terhadap segala
ketentuan hidup yang telah dibentuk oleh Allah SWT dengan selalu
berikhtiar, optimis, dan tawakkal.
Iman kepada qada dan qadar artinya percaya dan yakin dengan
sepenuh hati bahwa Allah telah menentukan tentang segala sesuatu bagi
makhluknya.Para ulama kalam membagi takdir menjadi dua macam yaitu
takdir mualaq adalah takdir yang berkaitan dengan ikhtiar (usaha) manusia
misalnya : orang miskin menjadi kaya karena kerja kerasnya Dan takdir
mubram adalah takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat
diubah-ubah, misalnya : kematian, kelahiran, dan jenis kelamin.
2.6 Penerapan Aqidah Dalam Dunia Pendidikan
Aqidah memiliki peranan penting dalam mendidik siswa, ruang
lingkup aqidah yang dapat membentuk akhlak mulia akan mengantarkan
manusia Indonesia sebagai manusia yang mumpuni dalam segala aspek
kehidupan. Ruang lingkup dari aqidah yaitu: Ilahiyat, nubuwat, ruhaniyat, dan
sam’iyyat Dari ruang lingkup aqidah yang dijadikan rujukankan terbentuknya
manusia berakhlakul karimah, berarti manusia dapat menghindari akhlak
tercela sebagai manifestasi dari ajaran-ajaran aqidah Islam.
Pendidikan aqidah akhlak mempunyai arti dan peranan penting dalam
membentuk tingkah laku siswa seutuhnya. Sebab dengan pendidikan aqidah
akhlak ini siswa tidak diarahkan kepada pencapaian kebahagiaan hidup di
dunia saja, tetapi juga untuk kebahagiaan hidup di akhirat. Dengan pendidikan
aqidah akhlak siswa diarahkan mencapai keseimbangan antara kemajuan
lahiriah dan batiniah, keselarasan hubungan antara manusia dalam lingkup
sosial masyarakat dan lingkungannya juga hubungan manusia dengan
Tuhannya. Dan dengan pendidikan aqidah akhlak pula siswa akan memiliki
derajat yang tinggi yang melebihi makhluk lainnya. Pada akhirnya dapat
dikatakan bahwa pelaksanaan pendidikan aqidah akhlak dapat dipandang
sebagai suatu wadah untuk membina dan membentuk tingkah laku siswa
dalam mengembangkan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) serta
pembiasaan (psikomotorik).
Pembentukan perilaku keagamaan berawal dari keluarga dan perlu
dilakukan sejak dini, keluarga sebagai tempat belajar pertama anak. Antara
aqidah akhlak dan perilaku keagamaan akan berdampak pada berbagai hal,
tergantung pada ke arah mana aqidah akhlak itu mendasari aktifitas seseorang.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kedudukan aqidah akhlak sebagai
landasan berbagai aktifitas seseorang, menentukan baik dan buruknya. Oleh
karena itu, pembentukan perilaku keagamaan yang baik menjadi penting
artinya, yang dilakukan mulai sejak usia dini hingga orang dewasa. Sehingga
antara sekolah dan keluarga harus dapat bekerja sama dalam menjalankan
pendidikan aqidah akhlak, agar tidak mengalami kesulitan atau kendala dalam
membentuk perilaku keagamaan anak. Guru hanya bisa mendampingi anak
pada saat disekolah saja dan sesampainya di rumah, orang tua/keluarga yang
bertanggung jawab
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai
fondasi. Di mana seluruh komponen ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah
merupakan beberapa prinsip keyakinan. Dengan keyakinan itulah seseorang
termotivasi untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agamanya. Karena
sifatnya keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah informasi yang
disampaikan oleh Allah Swt. melalui wahyu kepada nabi-Nya, Muhammad
Saw.
Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada
Al-Qur’an dan Sunnah. Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan
berfikir kepada manusia untuk mengenal adanya Allah dengan
memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa.
Hasil perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati.
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Akal pikiran tidaklah
menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang
terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba –kalau diperlukan –
membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan Al-Qur’an dan
Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal
sangat terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan mampu menggapai
sesuatu yang tidak terbatas.Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan
agama, tanpa ruh/aqidah maka syari’at/jasad kita tidak ada guna apa-apa.

3.2 Saran
Makalah ini tentulah masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
kami sangat membutuhkan kontribusi kritik dan saran dari pembaca agar
dijadikan sebagai intropeksi bagi makalah ini untuk menjadi lebih baik lagi.
Terima kasih kepada pihakpihak yang telah terlibat untuk mendukung dan
membantu agar makalah inidapat terselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Banna, H. (1980). Aqidah Islam. Bandung: Al-Ma'arif.


Ali, M. D. (1998). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Amin, S. M. (2010). Bimbingan dan Koneseling Islam. Jakarta: Amzah.
Andayani, A. M. (2005). Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi.
Bandung: Rosda Karya.
Karim, S. (2001). Fiqih Ushul Fiqih. Bandung: CV Pustaka Setia.
Kholisin. (2008). Akidah Akhlak. Sidoarjo: Media Ilmu.
Irfangi, M. (2017, Mei). Implementasi Metode Kisah dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah. Jurnal
Kependidikan, 5.
Miftahur Rohman, H. (2018). Konsep Tujuan Pendidikan Islam
Perspektif Nilai- nilai Sosial Kultural. Al-Tadzkiyyah Jurnal
Pendidikan Islam, 9.
Mursalim. (2011, Juni). Do'a dalam Perspektif Al-Qur'an. Jurnal Al-
Ulum, 11.
R, G. N. (2017, Desember). Pendidikan Aqidah dalam Perspektif Hadits.
Jurnal Transformatif (Islamic Studies), 1, 50.
Muhammad Izzi, Mengenal Ijma’ Sebagai Dasar Hukum
Agama.https://muslim.or.id/19712-mengenal-ijma- sebagai-
dasar-hukum-agama.html 4, Desember 2018, hal 152
http://anshar-mtk.blogspot.com/2013/03/aqidah-islam.html?m=1
(diakses 10 September 2023 11.34 )
https://mananjumati.wordpress.com/2014/09/13/makalah-konsep-
aqidah-dalam-islam/ (diakses 10 September 2023 11.34 )
https://wawasankeislamanblog.wordpress.com/category/aqidah-islam/
(diakses 10 September 2023 18.37)
https://www.merdeka.com/jateng/pengertian-aqidah-dalam-islam-
pahami-tujuan-dan-cara-menjaganya-kln.html
(diakses 10 September 18.38)

Anda mungkin juga menyukai