KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji kami panjatkan kepada allah SWT berkat ridha dan
inayahnya kami dapat menyusun makalah sejarah peradaban islam yang
berjudul KETELADANAN RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH. Taklupa
salawat serta salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW,keluargannya,dan sahabatnya.
Sebagai seorang muslim patut dan sepantasnya kita mengetahui sejarah Nabi
kita semua. Yang kita jadikan panutan dalam kehidupan sehari-hari. Namun
pertanyaannya apakah kita mengetahui siapa rasulullah itu? Bagaimana sejarah
hidupnya?. Bagaimana mau mencontohnya kalau tidak mengetahuinya.
Maka daripada itu, dalam makalah ini sistem dakwah yang digunakan ketika di
Madinah. Kami berharap makalah ini bisa bermaanfaat bagi kita semua. Sebagai
pengingat dan sebagai bahan kajian bagi kita semua.
Tentu dalam penulisan ini tidak kami kupas secara komprehenship dikarenakan
keterbatasan kami semua. Tentu juga tidak akan lepas dari kesalahan penulisan.
Mohon krtik dan sarannya untuk kemajuan dan perbaikan kami semua.
Penulis
(…………………………………
)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
........ I
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
............ II
BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................................
........ 1
1.1.Latar Belakang ................................................................................................
............... 2
1.2.Rumusan Masalah ..........................................................................................
................ 2
1.3.Tujuan pembahasan .......................................................................................
................. 2
1.4.Manfaat dan kegunaan pembahasan
BAB II : PEMBAHASAN
2.1. SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH
2.1.1 Arti Hijrah dan Tujuan Rasulullah SAW dan Umat Islam Berhijrah
2.1.2 Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
2.1.3 Dakwah Islamiah Keluar Jazirah Arabiah
2.2. STRATEGI DAKWA RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH
BAB III : PENUTUP
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1. Arti Hijrah dan Tujuan Rasulullah SAW dan Umat Islam Berhijrah
Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat
Islam. Pertama hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan
dimurkai Allah SWT untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang
disuruh Allah SWT dan diridai-Nya.
Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam),
karena di negeri itu umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan
kekerasan, sehingga tidak memiliki kebebasan dalam berdakwah dan beribadah.
Kemudian umat Islam di negeri kafir itu, berpindah ke negeri Islam agar
memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan beribadah.
Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan
umat Islam, yakni berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal
tahun pertama hijrah, bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M.
Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri kafir)
ke Yastrib (negeri Islam) adalah:
ü Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan
kaum kafri Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan
rumahnya di Mekah untuk berhijrah ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah
dikepung oleh kaum Quraisy dengan maksud untuk membunuhnya.
ü Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta
beribadah, sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di
jalan Allah SWT, untuk menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam). (lihat
dan pelajari Q.S. An-Nahl, 16: 41-42)
Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negar
yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha
menyiarkan dan memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para
penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga keluar Jazirah Arabia, maka bangsa
Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan mereka akan tersaingi.
Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk menumpas
dan menghancurkan umat Islam dan agamanya.
Untuk menghadapi tekad bangsa Romawi Persia tersebut, Rasulullah SAW dan
para pengikutnya tidak tinggal diam sehingga terjadi peperangan antara umat
Islam dan bangsa Romawi, yaitu:
1. Perang pertama Perang Mut’ah pada tahun 8 H, di dekat desa Mut’ah,
bagian utara jazirah Arabia.
2. Perang kedua perang Tabuk pada tahun 9 H di kota Tabuk, bagian utara
Jazirah Arabia.
Sedangkan Persia selalu mengadakan penyerangan kepada wilayah kekuasaan
umat islam.
Pada taun keenam hijriah Rasulullah SAW dan para pengikutnya umat Islam
penduduk
Madinah yang berjumlah 1.000 orang berangkat menuu Mekah untuk melakukan
umrah. Agar kaum kafir Quraisy tidak menduga bahwa kedatangan kaum
muslimin ke Mekah itu untuk memerangi mereka maka jauh sebelum mendekati
kota Mekah umat islam sudah menggunakan pakaian ihram, tidak membawa
alat-alat perang, kecuali pedang dalam sarungnya, sekadar untuk menjaga diri di
perjalanan.
Rombongan kaum Muslimin tiba di suatu tempat yang bernama “Al
Hudaibiyah”, yang letaknya beberapa kilometer dari kota Mekah, dengan maksud
selain untuk beristirahat, juga untuk melihat situasi. Sebenarnya saat itu
termasuk bulan yang disucikan oleh bangsa Arab sebelum Islam. Mereka
dilarang melakukan peperrangan di dalamnya. Namun dalam kenyataannya,
kaum kafir Quraisy telah menempatkan sejumlah bala tentara yang cukup besar
di perbatasan kota Mekah, siap untuk melakukan peperangan.
Membaca situasi yang demikianlah, Rasulullah SAW mengutus saudara
Utsman bin Affan memasuki kota Mekah untuk menemui pimpinan kaum kafir
Quraisy dan menjelaskan kepadanya, bahwa kedatangan mereka ke Mekah
bukan untuk berperang, tetapi semata-mata untuk melakukan ibadah umrah.
Namun kaum kafir Quraisy bersikeras tidak mengizinkan kaum Muslimin
memasuki kota Mekah, dengan alasan akan menjatuhkan kewibawaan kaum
kafir Quraisy pada pandangan bangsa Arab.
Sahabat utsman di tahan oleh kaum kafir Quraisy, bahkan tersiar kabar
bahwa beliau telah di bunuh. Menyikapi kabar tersebut kaum Muslimin telah
bersepakat mengadakan sumpah “sumpah setia” (bai’at), untuk berperang
melawan kafir Quraisy, sampai meraih kemenangan. Sumpah setia itu di sebut
“Baiatur Ridwan”.
Untunglah di saat-saat penting seperti itu sahabat Utsman bin Affan muncul,
membawa berita akan di adakannya perundingan antara kaum kafir
Quraisydengan kaum Muslimin. Maka terjadilah perundingan antara delegasi
kaum kafir Quraisy yang dipimpin oleh Suhail Ibnu Umar dan delegasi umat Islam
yang di pimpin oleh Nabi Muhammad SAW.
Perundingan tersebut melahirkan kesepakatan antara dua belah pihak, dan
melahirkan sebuah perjanjian, yang di kenal dalam sejarah sebagai Perjanjian
Hudaibiyah (Sulhul Hudaibiyah).
Isi perjanjian tersebut sebagai berikut :
1. Selama sepuluh tahun diberlakukan gencatan senjata antara kaum Quraisy
penduduk Mekah dan umat Islam penuduk Madinah.
2. Orang Islam dari kaum Quraisy yang datang kepada umat Islam, tanpa
seizin walinya hendaklah ditolak oleh umat Islam.
3. Kaum Quraisy, tidak akan menolak orang-orang Islam yang kembali dan
bergabung degan mereka.
4. Tiap kabilah yang ingin masuk dalam persekutuan dengan kaum Quraisy,
atau dengan kaum Muslimin dibolehkan dan tidak akan mendapat rintangan.
5. Kaum Muslimin tidak jadi mengerjakan umrah saat itu, mereka harus
kembali ke Madinah, dan boleh mengerjakan umrah di tahun berikutnya, dengan
persyaratan:
· Kaum Muslimin memasuki kota Mekah setelah penduduknya untuk
sementara keluar dari kota Mekah.
· Kaum Muslimin memasuki kota Mekah, tidak boleh membawa senjata.
· Kaum Muslimin tidak boleh berada di dalam kota Mekah lebih dari tiga
hari-tiga malam.
2.1.3. Dakwah Islamiah Keluar Jazirah Arabiah
Rasulullah SAW menyeru umat manusia di luar Jazirah Arab agar memeluk
agama Islam, dengan jalan mengirim utusan untuk menyampaikan surat dakwah
Rasulullah SAW kepada para penguasa atau para pembesar mereka.
Para penguasa atau para pembesar negar yang dikirimi surat dakwah
Rasulullah SAW itu seperti:
1. Heraclius, Kaisar Romawi Timur.
Yang menerima surat dakwah Rasulullah, melalui utusannya Dihijah bin Khalifah.
Heraclius tidak menerima seruan dakwah Rasulullah itu, karena tidak mendapat
persetujuan dari para pembesar negara dan para pendeta. Namun surat dakwah
itu dibalasnya dengan tutur kata sopan, di samping mengirimkan hadiah untuk
Rasulullah SAW.
2. Muqauqis, Gubernur Romawi di Mesir.
Rasulullah SAW mengirim surat dakwah kepada Muqauqis melalui utusannya
yang bernama Hatib. Setelah surat itu dibaca Muqauqis belum bisa menerima
seruan untuk masuk Islam, namun dia menyampaikan surat balasan kepada
Rasulullah SAW dan mengirim hadiah-hadiah berupa seorang budak wanita,
kuda, keledai, dan pakaian-pakaian.
3. Syahinsyah, Kaisar Persia.
Syahinsyah adalah penguasa yang lalim dan sombong. Karena
kesombongannya surat dakwah Rasulullah SAW itu dirobek-robeknya.
Mengetahui surat dakwah itu dirobek-robek, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa
Syahinsyah yang sombong itu akan dibunuh oleh anaknya sendiri pada malam
Selasa tanggal 10 Jumadil Awal tahun ke-7 hijriah. Apa yang diucapkan
Rasulullah SAW ternyata sesuai dengan kenyataan. Syahinsyah dibunuh oleh
anaknya sendiri Asy-Syirwaih karena kelalimannya.
Kemudian surat dakwah Rasulullah SAW dikirimkan pula kepada An-Najasyi
(Raja Ethiophi), Al-Munzir bin Sawi (Raja Bahrain), Hudzah bin Ali (Raja
Yamamah), dan Al-Haris (Gubernur Romawi di Syam). Di antara. Penguasa-
penguasa tersebut yang menerima seruan dakwah Rasulullah SAW, hanyalah
Al-Munzir bin Sawi penguasa Bahrain yang menyatakan masuk Islam dan
mengajak para pembesar negara dan rakyatnya agar masuk Islam.
Mengenai fungsi atau peranan masjid pada masa Rasulullah SAW adalah
sebagai berikut:
1. Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah,
dan akhlak
2. Masjid merupakan saran ibadah, khususnya salat lima waktu, salat Jumat,
salat Tarawih, salat Idul Fitri, dan Idul Adha.
3. Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang
bersumber kepada Al-Qur;an dan Hadis
4. Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan
sesama Muslim (ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan
5. Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai
tempat penampungan zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada
yang berhak menerimanya, terutama para fakir miskin dan anak-anak yatim
terlantar.
6. Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tmpat
pengobatan para penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang menderita
luka akibat perang melawan orang-orang kafir. Sejarah mencata adanya seorang
perawat wanita terkenal pada masa Rasulullah SAW yang bernama “Rafidah”
Rasulullah SAW menjadikan masjid sebagai tempat bermusyawarah dengan
para sahabatnya. Masalah-masalah yang dimusyawarahkan antara lain: usaha-
usaha untuk memajukan Islam, dan strategi peperangan melawan musuh-musuh
Islam agar memperoleh kemenangan.
Rasulullah SAW memberi contoh dengan mengajak Ali bin Abu Thalib sebagai
saudaranya. Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dicontoh oleh seluruh
sahabat misalnya:
ü Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan Islam yang
pemberani bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya, yang
kemudian dijadikan anak angkat Rasulullah SAW
ü Abu Bakar ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid
ü Umar bin Khattab bersaudara denga Itban bin Malik al-Khazraji (Ansar)
ü Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi (Ansar)
Kaum Muhajirin yang belum mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian
oleh Rasulullah SAW ditempatkan di bagian Masjid Nabawi yang beratap yang
disebut Suffa dan mereka dinamakan Ahlus Suffa (penghuni Suffa). Kebutuhan-
kebutuhan mereka dicukupi oleh kaum Muhajirin dan kaum Ansar secara
bergotong-royong. Kegiatan Ahlus Suffa itu anatara lain mempelajari dan
menghafal Al-Qur’an dan Hadis, kemudian diajarkannya kepada yang lain.
Sedangkan apabila terjadi perang anatara kaum Muslimin dengan kaum kafir,
mereka ikut berperang.
3.2. Saran
Dari peristiwa tersebut Sikap dan Perilaku yang mencerminkan penghayatan
terhadap sejarah Rasulullah:
ü Mencintai Rasulullah dengan konsisten dan berkomitmen melaksanakan Al-
Quran dan sunah sebagai bukti merawat dan melestarikan Al-Quran.
ü Gemar membaca buku, termasuk buku sejarah, khususnya sejarah Nabi
Muhammad dan para sahabatnya.
ü Memelihara silaturahmi dan rukun sesama manusia.
ü Senantiasa berjihad di jalan Allah.
ü Menekuni dan mempelajari warisan nabi Muhammad (Al-Quran dan Al Hadist).
ü Merawat dan melestarika tempat ibadah (masjid)
DAFTAR PUSTAKA
Suntiah, ratu dan maslani.2010. sejarah peradaban islam. Bandung : CV. Insan
Mandiri. Chalil, moenawar.2001. kelengkapan tarikh Nabi Muhammad. Jakarta :
Gema insani. Badri, yatim.2006. Sejarah peradaban islam. Jakarta : PT. Raja
Grafindo persada. Muthahari,murtadha.2006. sirah sang nabi jakarta : Al-Huda.
Al-mubarakfury Rahman, Shafiyyursyaikh.2000. Sirah Nabawiyah. Jakarta:
pustaka al-kautsar.
Adapun kata Arrasyidin itu berarti arif dan bijaksana. Jadi Khulafaur Rasyidin
mempunyai arti pemimpim yang bijaksana setelah nabi muhammad wafat. Para
Khulafaur Rasyidin itu adalah pemimpin yang arif dan bijaksana. Mereka itu terdiri dari
para sahabat nabi muhammad SAW yang berkualitas tinggi dan baik adapun sifat-sifat
yang dimiliki Khulafaur Rasyidin sebagai berikut:
c. Berani bertindak
e. Berwibawa
Para sahabat yang disebut Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat orang khalifah
yaitu:
1. Abu bakar Shidik khalifah yang pertama (11 – 13 H = 632 – 634 M)
4. Ali bin Abi Thalib khalifah yang keempat (35 – 40 H = 656 – 661 M)
Abu Bakar, nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafa At-Tammi. Di zaman pra
Islam bernama Abdul Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi menjadi Abdullah. Ia termasuk
salah seorang sahabat yang utama (orang yang paling awal) masuk Islam. GelarAsh-
Shiddiq diperolehnya karena ia dengan segera membenarkan nabi dalam berbagai
pristiwa, terutama Isra’ dan Mi’raj.
Abu Bakar memangku jabatan khalifah selama dua tahun lebih sedikit, yang
dihabiskannya terutama untuk mengatasi berbagai masalah dalam negeri yang muncul
akibat wafatnya Nabi.[1]
Adapun para gubernur yang menjadi pemimpin di provinsi tersebut adalah Itab bin
Usaid, Amr bin Ash, Utsman bin Abi al-‘Ash, Muhajir bin Abi Umayah, Ziyad bin
Ubaidillah al-Anshari, Abu Musa al Asy’ari, Muadz bin Jabal, Ala’ bin al-Hadrami, syarhabi
bin Hasanah, Yazid bin Abi Sufyan, Khalid bin walid dan lainnya.Diantara tugas para
gubernur adalah mendirikan shalat, menegakkan peradilan, menarik, mengelola dan
membagikan zakat, melaksanakan had, dan mereka memiliki kekuasaan pelaksanaan
dan peradilan secara simultan.[2]
Beberapa saat setelah Abu Bakar wafat, para sahabat langsung mengadakan
musyawarah untuk menentukan khakifah selanjutnya. telah disepakati dengan bulat
oleh umat Islam bahwa Umar bin Khattab yang menjabat sebagai khalifah kedua setelah
Abu Bakar. piagam penetapan itu ditulis sendiri oleh Abu Bakar sebelum wafat.
Setelah pemerintahan 2 tahun 3 bulan 10 hari (11 – 13 / 632 – 634 M),khalifah Abu
Bakar wafat pada tanggal 21 jumadil Akhir tahun 13 H / 22 Agustus 634 Masehi.
Umar bin Khaththab nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin Nufail
keturunan Abdul Uzza Al-Quraisi dari suku Adi; salah satu suku terpandang mulia. Umar
dilahirkan di mekah empat tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ia adalah
seorang berbudi luhur, fasih dan adil serta pemberani.[3]
Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya ialah Utsman bin Affan
bin Abil Ash bin Umayyah dari suku Quraisy. Ia memeluk islam karena ajakan Abu Bakar,
dan menjadi salah seorang sahabat dekat Nabi SAW. Ia sangat kaya tetapi berlaku
sedehana, dan sebagian besar kekayaannya digunakan untuk kepentingan Islam. Ia
mendapat julukan zun nurain, artinya memiliki dua cahaya, karena menikahi dua putri
Nabi SAW secara berurutan setelah yang satu meninggal. Dan Utsman pernah
meriwayatkan hadis kurang lebih 150 hadis. Seperti halnya Umar, Utsman diangkat
menjadi Khalifah melalui proses pemilihan.
a) Pencapian Pada Masa Pemerintahan Utsman.
Pada paroh trakhir masa kekhalifahannya, muncul perasaan tidak puas dan kecewa
di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda
dengan kepemimpinan Umar. Pada tahun 35H/655M, Usman di bunuh oleh kaum
pemberontak yang terdiri dari orang-orang kecewa itu.[8]
b. Bidang Akidah.
c. Bidang Politik.
4. Ali bin Abi Thalib khalifah yang keempat (35 – 40 H = 656 – 661 M).
Khlifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dan menantu Nabi.
Ali adalah putra Abi Thalid bin Abdul Muthalib. Ali adalah seseorang yang memiliki
kelebihan, selain itu ia adalah pemegang kekuasaan. Pribadinya penuh vitalitas dan
energik, perumus kebijakan dengan wawasan yang jauh ke depan. Ia adalah pahlawan
yang gagah berani, penasehat yang bijaksana, penasihat hukum yang ulung dan
pemegang teguh tradisi, seorng sahabat sejati, dan seorang lawan yang dermawan. Ia
telah bekerja keras sampai akhir hayatnya dan merupakan orang kedua yang
berpengaruh setelah Nabi Muhammad.[10]
a) Khalifahan Ali bin Abi Thalib.
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib
sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia
menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya
yang dapat dikatakan setabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para
gubernur yang di angkat oleh Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan
terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan
Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara,
dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan dia antara orang-orang Islam
sebagaimana pernah ditetapkan Umar.
Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. menjalankan sistem pemerintahaan sebagaimana
Khalifah sebelumnya, baik dari segi kepemimpinan ataupun manajemen. Dalam
mengangkat seorang pemimpin, beliau mendelesiasikan wewenang dan kekuasaan atas
wilayah yang dipimpinnya. Seorang memiliki kewenangan penuh untuk mengelola
wilayah yang dikuasainya, namun khalifah tetap melakukan pengawasan terhadap
kinerja pemimpin tersebut. Khalifah senantiasa mengajak pegawainya untuk hidup
Zuhud, berhemat dan sederhana dalam kehidupan, begitu juga untuk selalu
memperhatikan dan berbelas kasihan terhadap kehidupan rakyatnya. Beliau juga
mengjarkan system renumirasi. Selain itu, beliau juga konsisten terhadap kepentingan
masyarakat secara umum.[11]
Khalifah Ali wafat dalam usia 58 tahun, kemudian Hasan bin Ali dinobatkan menjadi
Khalifah yang berkedudukan di Kufah.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat, antara lain
sebagai berikut :
2. Dalam dada para sahabat Nabi SAW tertanam keyakinan yang sangat kuat tentang
kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) keseluruh penjuru dunia.
4. Islam datang kedaerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran,
tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.
5. Bangsa sami di Syiria dan palestina, dan bangasa Hami di Mesir memandang bangsa
Arab lebih dekat daripada bangsa Eropa, Bizantiun, yang merintah mereka.
6. Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan intu membantu
pengusa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.[12]
1. Lembaga Politik.
Pada masa Rasul, sesuai dengan keadaannya, oranisasi negara masih sederhana.
Tetapi ketika masa khalifah Umar, di mana ummat islam sudah terdiri dari macam-
macam bangsa dan urusannya makin meluas, maka disusunlah organisasi negara sebagai
berikut:
Dalam memilih kepala negara berlaku sistem “bai’ah”. Pada masa sekarang
mungkin sama dengan sistem demokrasi. Hanya waktu itu sesuai dengan al-amru syuro
bainahun sebagimana yang digariskan Allah dalam Al-Qur’an.
b. Al-Wazaraat, (Menteri).
Umar bin Khattab mengkat Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Arqom menjadi
sekretaris untuk menjelaskan urusan penting. Usman bin Affan juga mengangkat
Marwan bin Hakam.
2) Admistrasi Negara.
Sesuai dengan kebutuhan, khalifah Umar bin Khatab menyusun administrasi negara
menjadi :
Orang muslim pada masa Rasul dan Abu Bakar semuanya adalah perajurit “ketika perang
a) Negara dibagi menjadi beberapa provinsi yang dipimpin oleh seorang gubernur (amil),
yaitu :
4) Mengembangkan Ilmu
Kelanjutan meluaskan islam ada dua gerakan perpindahan manusia, “orang Arab
Muslim keluar Jaziriah Arab, orang Ajam datang ke jaziriah Arab”. Dua gerakan
perpindahan ini membawa dampak tersendiri, baik positif maupun negatif. Orang Ajam
yang berasal dari luar Jazirah Arab adalah bangsa yang pernah mewarisi kebudayaan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan bangsa Arab. Walaupun nyala api ilmu
pengetahuan mereka hampir padam, namun bekasnya masih nyata. Hal ini terlihat pada
adanya kota-kota tempat perkembangan kebudayaan yunani seperti Iskandariyah,
Antiokia, Harran dan Yunde Sahpur.[13]
Prinsip persamaan di bidang ekonomi ini merupakan dasar masyarakat Islam dan
merupakan suatu jaminan untuk mempertahankan keseimbangan. Ciri utama dan
prinsip jaminan masyarakat dari kebijakan ini dirumuskan sebagai berikut :
e. Jaminan social.
f. Cadangan social.
Prinsip jaminan social telah di mulai dan dijalankan pada mas Khulafah Umar dan
dibentuk pula departemen-departemen lain untuk mendistribusikan uang bantuan dan
sumbangan kepada masyarakat dan lain-lain yang dilakukan untuk tujuan tersebut.
Departemen-departemen yang dibentuk antara lain :