Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERISTIWA ISRA’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah: Sirah Nabawiyah

Dosen Pengampu : Dr. H. Mustopa Halmar, M. Ag.

Disusun oleh Kelompok 6

Niken Ayu Khoirun Nisa’ 2103016015


Ami Nur Rizky 2103016032
Khalimatus Sa’adiyah 2103016035
Ulfatu Asyifah 2103016050

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2022
PERISTIWA ISRA’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW

A. Latar Belakang
Allah SWT telah mengIsra’kan (memperjalankan diwaktu malam hari) Nabi
Muhammad SAW dari Masjidil Haram (di Makkah) ke Masjidil Aqsha (di Palestina).
Dahulunya orang biasa berjalan kaki dari satu tempat ketempat, ataupun menaiki kuda,
keledai, unta dan sebagainya. Perjalanan dari Makkah ke Palestina mengambil masa lebih
kurang 40 hari. Ini adalah suatu perjalanan yang jauh, tetapi dengan kuasa Allah
telah dilakukan dalam masa yang singkat, hanya dalam beberapa jam saja.
Oleh karena itu mereka yang tidak beriman seperti Abu Jahal dan pengikut-pengikutnya
menggunakan peristiwa ini untuk menjatuhkan nama baik Nabi Muhammad SAW dengan
menuduh Nabi Muhammad SAW seorang pendusta dan berbagai tuduhan keji lainnya.
Mereka yang beriman dapat menerimanya karenaia merupakan salah satu tanda dari
kekuasaan Allah SWT yang telah pernah diberikan kepada Rasul-rasulnya.
Dalam peristiwa ini, di samping nabi melihat tentang kebesaran-kebesaran Allah,
juga diperlihatkannya surga beserta panoramanya dan peristiwa-peristiwa yang lain yang
menakjubkan. Semua amatlah penting untuk dijadikan sebagai referensi renungan di
tengah gelombang kehidupan yang semakin runyam dan begitu dahsyat. Dan hal yang
paling utama ialah diturunkanlah sholat lima waktu yang InsyaAllah masih kita jalankan
sampai sekarang ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW?
2. Bagaimana proses terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW?
3. Bagaimana makna edukatif dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad
SAW.
2. Untuk mengetahui proses terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
3. Untuk mengetahui makna edukatif dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad
SAW.

1
D. PEMBAHASAN
1. Latar Belakang Peristiwa Isra’ Mi’raj
Memasuki tahun kesepuluh kenabian, pelindung yang selalu melindungi Nabi
SAW, dari duka lara, dari aneka rintangan yang menghadang kelangsungan dakwah,
dari serangan-serangan kaum kafir Mekah, kini orang itu harus telah memasuki lanjut
usia yang membuatnya tidak sekuat dulu lagi. Pada bulan Rajab, tahun kesepuluh
kenabian, paman yang menjamin hidup dan melindungi dakwah Nabi SAW itu
menghembuskan nafas terakhirnya. Tak terkira besarnya perlindungan yang
dicurahkan Abu Thalib terhadap Nabi SAW. Belum sembuh duka kehilangan paman
kesatrianya, satu bulan lima hari kemudian istri yang mencintai dan dicintai
Rasulullah, Sayyidah Khadijah meninggal dunia tepat pada bulan Ramadhan Tahun
kesepuluh kenabian.
Wafatnya dua orang istimewa ini mempunyai pengaruh cukup besar dalam
perjalanan dakwah Rasulullah SAW. Kepergian khadijah sebagai penghibur jiwa,
pelipur lara, dan tempat Rasulullah menumpahkan luapan romantismenya adalah
pukulan berat bagi beliau. Sementara wafatnya Abu Thalib sebagai penolong,
pelindung, dan orang yang selama ini dengan mati-matian membela Rasulullah, telah
membuka jendela baru bagi orang-orang kafir Quraisy untuk kembali mengancam dan
melakukan serangan terhadap beliau.
Perjuangan dan perlindungan yang dicurahkan Abu Thalib semasa hidupnya
kepada Rasulullah memang bisa memudahkan dan memperluas ruang gerak beliau
dalam menyebarkan dakwah di tengah-tengah kaum jahiliyyah. Namun sepeninggal
paman kesatrianya itu, Rasulullah merasa bahwa pintu dakwahnya seolah telah
tertutup. Kini, tak seorang pun yang rela mendengarkan seruan Rasulullah, melainkan
semuanya hanya menghina dan mencela. Peliknya jalan dakwah Nabi Muhammad
SAW semakin terasa di mana sebelum Abu Thalib wafat, Nabi Muhammad SAW tidak
pernah merasakan penghinaan semacam itu, kini harus beliau alami.1
Lengkap sudah duka derita yang dialami Nabi Muhammad SAW dalam Tahun
Kesedihan. Aneka penghinaan dan penindasan yang dilancarkan kaum Quraisy kepada
Nabi Muhammad SAW. Maka ketika mendengar Nabi Muhammad gelisah, Allah
langsung bangkit, dan pada sebuah malam tanggal 27 rajab, mewahyukan kepada jibril

1
Tim Forum Kajian Ilmiah Kasyaf, Rihlah Semesta Bersama Jibril A.S Menguak Perjalanan Isra
Mikraj Nabi Muhammad SAW, (Lirboyo: Lirboyo Press, 2017), hlm. 73-75

2
untuk menjemput Nabi Muhammad SAW menghadap ke Hadapan-Nya melaksanakan
sebuah perjalanan agung melintasi semesta, menembus lapisan-lapisan langit yang tak
pernah dialami oleh satu pun makhluk di alam dunia, sebelum kemudian menghadap,
bersimpuh, dan bermunajat secara langsung memandang Allah SWT.2
Di sela kesedihan yang mendalam, Allah SWT berkenan memberinya
“hiburan” spiritual melalui Isra Mi’raj.3 Isra’ dan Mi’raj terdiri dari dua kata yaitu Isra’
dan Mi’raj. Isra’ berarti berangkatnya Rasulullah saw oleh tuhannya pada suatu malam
dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsha (Palestina). Sedangkan Mi’raj
adalah berangkatnya Rasulullah saw dari Masjidil Aqsha naik kelangit tujuh lapis ke
Sidratul Muntaha dan akhirnya ke Mustawa.4
Setelah kembali dari Isra’ Mi’raj, Rasulullah SAW langsung menyampaikan
perintah shalat yang baru saja diterima kepada umatnya. Beliau merasa cemas akan
sikap kaumnya. Apakah mereka akan bisa menerima kebenaran peristiwa yang
dialaminya. Sementara kejadian yang dialaminya memang sangat luar biasa, beliau
berpikir bagaimana menyampaikan berita itu kepada umatnya. Tetapi Rasulullah akan
tetap menyampaikan peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut meskipun berat tantangan yang
akan dihadapinya. Ketika beliau menceritakan peristiwa Isra’ Mi’raj dihadapan orang-
orang Quraisy. Kebanyakan penduduk Quraisy tidak percaya akan kebenaran peristiwa
Isra’ Mi’raj bahkan mereka banyak yang menganggap Rasulullah SAW telah gila.
Dalam kondisi seperti ini, Abu Bakar datang membesarkan hati Rasulullah SAW, ia
membenarkan dan mempercayai semua cerita Rasulullah SAW.5
2. Proses Terjadinya Peristiwa Isra’ Mi’raj
Ketika nabi sedang berada di tahap dakwah Islam yang terjal, terjadilah
peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Ada sejumlah pendapat berbeda tentang waktu terjadinya
Isra’ dan Mi’raj antara lain:
a. Isra’ terjadi pada tahun ketika Allah memuliakan beliau dengan nubuwah. Ini
adalah pendapat ath-Thabari.

2
Tim Forum Kajian Ilmiah Kasyaf, Rihlah Semesta Bersama Jibril A.S Menguak Perjalanan Isra
Mikraj Nabi Muhammad SAW, Lirboyo: Lirboyo Press, 2017), hlm. 82
3
Nurul Maarif, Samudra Keteladanan Muhammad, (Jakarta: PT Pustaka Alvabet, 2017), hlm. 71
4
Muhammad Julijanto, Membangun Keberagaman Mencerahkan dan Mensejahterakan,
(Deepublish, 2015) hlm. 330
5
Kementerian Agama Republik Indonesia, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Kementerian
Agama Republik Indonesia, 2014, hlm. 67-68

3
b. Isra’ terjadi lima tahun setelah beliau diutus sebagai rasul. Pendapat ini didukung
oleh an-Nawawi dan al-Qurthubi.
c. Isra’ terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian. Ini adalah pendapat al-
Allamah al-Manshurfuri.
d. Isra’ terjadi enam belas bulan sebelum hijrah, yaitu Ramadhan tahun ke-12
kenabian.
e. Isra’ terjadi setahun dua bulan sebelum hijrah, yaitu pada bulan Muharram tahun
ke-13 kenabian.
f. Isra’ terjadi setahun sebelum hijrah, yaitu pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ke-13
kenabian.6
Menyangkut perjalanan Mi’raj, Bukhari dan Muslim, meriwayatkan bahwa:
a. Sebelum berangkat, Nabi saw. dibedah dan dicuci hati beliau agar dipenuhi dengan
iman.
b. Disiapkan untuk perjalanan beliau satu kendaraan yang lebih kecil daripada kuda
dan lebih besar daripada bagal yang dinamai Buraq. Langkahnya sejauh matanya
memandang.
c. Beliau diantar oleh Malaikat Jibril dengan kendaraan itu dari langit pertama hingga
langit ketujuh. Di setiap langit beliau bertemu dengan nabi/utusan Allah sampai ke
Sidrah al Muntaha.7
Menurut pendapat yang sahih, Ibnul Qayyim berpendapat bahwa Rasulullah
diperjalankan pada waktu malam dengan jasad beliau, dari Masjidil Haram ke Baitul
Maqdis dengan mengendarai Buraq, ditemani Malaikat Jibril. Beliau turun di Baitul
Maqdis lalu shalat berjamaah sebagai imam bersama para nabi. Sementara itu, Buraq
ditambatkan di pintu Masjidil Aqsha. Selanjutnya, beliau melakukan Mi’raj bersama
Malaikat Jibril pada malam itu juga dari Baitul Maqdis ke langit dunia. Sesampainya
di sana, Malaikat Jibril meminta agar pintu langit dunia dibuka. Pintu langit dunia pun
terbuka. Rasulullah berhadapan dengan Nabi Adam, bapak manusia. Beliau
mengucapkan salam kepadanya. Adam menyambut Rasulullah dan menjawab salam
beliau, kemudian membenarkan nubuwah beliau. Di langit dunia ini, Allah
memperlihatkan ruh para syuhada di sebelah kanan beliau, dan ruh orang-orang yang

6
Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq al-Makhtum: Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Qisthi
Press, 2014), hlm. 175.
7
M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam sorotan Al-Qur’an dan
Hadits-Hadits Shahih, ( Jakarta: Lentera Hati, 2011), hlm. 446.

4
celaka di sebelah kiri beliau. Dari langit pertama, Malaikat Jibril membawa Rasulullah
naik ke langit kedua. Jibril meminta agar pintu langit kedua dibuka. Di sana terlihat
Nabi Yahya bin Zakariya dan Nabi Isa bin Maryam. Beliau menemui dan
mengucapkan salam kepada keduanya. Nabi Yahya dan Nabi Isa menjawab salam,
menyambut kedatangan dan membenarkan nubuwah beliau.
Dari langit kedua, Malaikat Jibril membawa Rasulullah melanjutkan ke langit
ketiga. Di sana beliau melihat Nabi Yusuf. Rasulullah mengucapkan salam kepadanya.
Nabi Yusuf menjawab salam, menyambut kehadiran, lalu membenarkan nubuwah
beliau. Selanjutnya, Malaikat Jibril membawa Rasulullah naik terus ke langit keempat.
Di sana ada Nabi Idris. Beliau mengucapkan salam kepadanya. Nabi Idris menyambut
kedatangan beliau dan membenarkan nubuwah beliau. Dari langit keempat, Malaikat
Jibril membawa Rasulullah ke langit kelima. Di sana beliau melihat Nabi Harun bin
Imran. Beliau mengucapkan salam kepadanya. Harun pun menyambut kedatangan dan
membenarkan nubuwah beliau. Kemudian Malaikat Jibril membawa Rasulullah naik
ke langit keenam. Di sana beliau bertemu dengan Nabi Musa bin Imran. Beliau
mengucapkan salam kepadanya. Musa pun menyambut dan membenarkan nubuwah
beliau. Ketika Rasulullah hendak meninggalkan langit keenam, Musa menangis. Maka
beliau bertanya, "Apa yang membuatmu menangis?" Musa menjawab, "Aku menangis
karena ada seorang nabi yang diutus sepeninggalku, dan umatnya yang masuk surga
lebih banyak daripada umatku."
Dari langit keenam, Malaikat Jibril membawa Rasulullah naik ke langit
ketujuh. Di sana beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim. Lalu Rasulullah mengucapkan
salam. Ibrahim menyambut kedatangan dan membenarkan nubuwah beliau.
Selanjutnya, Rasulullah dibawa naik lagi ke Sidratul Muntaha, lalu ke Baitul Ma’mur.
Dari sini, Rasulullah dibawa naik lagi untuk bertemu dengan Allah yang Maha Besar.
Beliau bertemu langsung dengan-Nya tanpa jarak. Allah lalu mewahyukan kepada
Rasulullah apa yang Dia kehendaki dan menurunkan perintah shalat fardhu lima puluh
waktu. Setelah itu, Rasulullah Turun hingga bertemu lagi dengan Nabi Musa.
Nabi Musa bertanya, “Apa yang Allah perintahkan kepadamu?”
Rasulullah menjawab, “Shalat lima puluh waktu.”
“Umatmu takkan sanggup melakukannya,” kata Nabi Musa. “Temui lagi
Tuhanmu Dan mintakanlah keringanan bagi umatmu kepada-Nya.”
Rasulullah berpaling ke arah Malaikat Jibril, seakan minta pendapat. Malaikat
Jibril berkata, “Silakan saja, kalau Engkau memang menghendaki.” Malaikat Jibril

5
kembali membawa Rasulullah naik untuk menghadap Dzat yang Mahakuasa dan
Mahatinggi yang bersinggasana di Arsy. Allah memberikan pengurangan sebanyak
sepuluh waktu dari lima puluh waktu shalat fardhu kepada Rasulullah. Rasulullah
turun lagi dan berjumpa dengan Nabi Musa. Beliau menyampaikan pengurangan
sepuluh waktu yang diberikan Allah bagi umat beliau. Namun, Nabi Musa berkata,
“Kembalilah kepada Tuhanmu. Mintalah keringanan lagi.” Rasulullah pun mondar-
mandir antara Nabi Musa dan Allah, hingga akhirnya Allah mengurangi kewajiban
shalat fardhu lima puluh waktu menjadi lima waktu. Nabi Musa masih saja mendesak
Rasulullah untuk kembali menghadap Allah dan minta keringanan. Rasulullah pun
berkata, “Aku malu kepada Tuhanku. Aku sudah ridha dan menerima perintah-Nya
ini.” Tidak lama setelah beliau meninggalkan tempat Nabi Musa, terdengar suara
menyerukan, “Engkau telah menerima perintah-Ku, dan Aku sudah memberi hamba-
hamba-Ku keringanan.”8
Ibnu Qayyim menyebutkan perbedaan pendapat tentang bagaimana Rasulullah
melihat Allah, kemudian menyebutkan pendapat Ibnu Taimiyah mengenai masalah ini.
Pada intinya, Rasulullah melihat Allah dengan mata telanjang. Namun, pendapat ini
tidak ada yang menguatkan dari satu sahabat pun. Sedangkan pendapat yang dikutip
dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah melihat Allah dengan mata telanjang maupun
dengan mata hati itu tidaklah kontradiktif. Firman Allah dalam surah an-Najm:

‫ث ُ َّم دنا فتدلّٰى‬


“Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi.”(QS. An-Najm: 8)
Ayat ini tidak mengisahkan peristiwa Isra Mi’raj. Dalam ayat ini, yang
“mendekat” dan “bertambah dekat lagi” adalah Malaikat Jibril. Pendapat ini
dikemukakan oleh Aisyah dan Ibnu Mas’ud. Konteks ayatnya pun menunjukkan hal
ini dengan jelas. Sedangkan dalam hadis tentang Isra’ jelas sekali disebutkan bahwa
yang “mendekat” dan “bertambah dekat lagi” adalah Allah. Bisa ditafsirkan bahwa
Rasulullah melihat Jibril dalam wujud aslinya sekali lagi di Sidratul Muntaha. Dengan
demikian, beliau melihat Jibril dalam wujud aslinya sebanyak dua kali, pertama di
bumi, dan kedua di Sidratul Muntaha.
Peristiwa pembelahan dada juga terjadi pada kali ini. Dalam perjalanan Isra’
dan Mi’raj ini banyak peristiwa yang terjadi di dalamnya. Beliau ditawari susu dan

8
Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq al-Makhtum: Sirah Nabawiyah, hlm. 176-178

6
khamr, beliau memilih susu, lalu dikatakan kepada beliau "Engkau telah dianugerahi
fitrah atau engkau telah mendapat fitrah. Jika engkau mengambil khamr, berarti
engkau menyesatkan umatmu.” Beliau juga melihat empat sungai di surga. Dua sungai
yang tampak dan dua sungai yang tidak tampak. Dua sungai yang tampak itu adalah
Nil dan Eufrat. Sedangkan dua sungai yang tidak tampak adalah sungai Sihun dan
Jihun. Dengan kata lain, risalah beliau akan menempati daerah yang subur antara Nil
dan Eufrat, yang penduduknya akan menjadi pengemban Islam, dari satu generasi ke
generasi lain.
Beliau juga melihat malaikat penjaga neraka, yang tidak pernah tersenyum dan
di wajahnya tidak ada kegembiraan dan keceriaan. Beliau juga melihat surga dan
neraka. Beliau melihat orang-orang yang mengambil harta anak yatim secara
sewenang-wenang, yang mempunyai bibir seperti bibir unta. Mereka mengambil
sepotong api neraka langsung dengan bibirnya itu, lalu api itu keluar lagi dari
duburnya. Beliau melihat orang-orang suka mengambil riba. Mereka mempunyai perut
yang besar, sehingga tidak beranjak dari tempatnya karena perutnya yang membesar
itu. Para pengikut Fir'aun melewati mereka tatkala digiring ke neraka, lalu mereka
melemparkan orang-orang yang mengambil riba ini ke neraka.
Beliau melihat para pezina yang membawa daging berminyak yang baik di
tangannya dan di sebelahnya ada daging jelek dan busuk. Mereka mengambil daging
yang busuk itu dan membiarkan daging yang baik. Beliau melihat para wanita yang
suka memasuki tempat tinggal kaum laki-laki yang bukan anak-anaknya. Beliau
melihat para wanita itu digantung pada payudaranya. Beliau melihat kafilah dari
penduduk Makkah dalam kepergian dan kepulangannya. Beliau menunjukkan seekor
onta milik mereka yang terlepas, dan beliau juga meminum air mereka di bejana yang
tertutup selagi mereka sedang tidur, lalu meninggalkan bejana itu tetap dalam keadaan
tertutup. Ini merupakan bukti kebenaran pernyataan beliau yang disampaikan esok
harinya setelah malam Isra’.
Ibnul Qayyim berkata, "Esok harinya tatkala Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
sallam berada di tengah kaumnya, beliau mengabarkan apa yang diperlihatkan Allah,
berupa tanda-tanda kekuasaan-Nya yang agung. Mereka pun semakin menjadi-jadi
dalam mendustakan dan mengejek beliau. Mereka meminta agar beliau menyebutkan
ciri-ciri Baitul-Maqdis. Maka Allah menampakkannya, sehingga beliau bisa
melihatnya secara langsung. Seketika itu beliau mengabarkan kepada mereka tanda-
tanda kekuasaan Nya, dan mereka tidak bisa memberi bantahan sedikit pun. Beliau

7
mengabarkan tentang kafilah dagang mereka tatkala kepergian dan kepulangannya,
tentang seekor unta milik mereka yang terlepas dari rombongan. Setelah kafilah itu
tiba, maka apa yang disampaikan beliau itu cocok dengan keadaan sebenarnya. Namun
semua rentetan kejadian ini justru membuat mereka semakin lari menjauhkan diri, dan
orang-orang yang zalim tidak menghendaki kecuali kekufuran.” 9
3. Makna Edukatif dalam Peristiwa Isra’ Mi’raj
Tidak bisa dipungkiri bahwa nilai yang terpenting dari peristiwa Isra’ Mi’raj
ini adalah mencakup nilai-nilai edukatif dan pembelajaran jiwa bagi diri Rasulullah
Muhammad SAW. sehingga beliau benar-benar memiliki kesiapan mental dalam
menghadapi segala bentuk penghinaan yang diterimanya dari orang-orang kafir dan
musuh Islam dalam menjalankan tugas kenabiannya. Dengan pembelajran jiwa yang
terkandung dalam Isra’ dan Mi’raj tersebut, Rasulullah bisa berdiri kokoh dan tidak
mampu digoyahkan oleh usaha provokasi, ancaman, cercaan, maupun tipu daya dari
orang-orang kafir, sehingga Rasulullah bisa menjalankan tugas kenabiannya yang
istiqomah.10
Ahmad Sya’laby mengatakan, “Nilai edukatif yang terkandung dalam Isra’ dan
Mi’raj adalah telah dibentangkan kepada Rasulullah kesempatan untuk melihat alam
yang sangat besar”. Dengan begitu, Rasulullah akan memahami bahwa sebenarnya
Makkah adalah sangat kecil, begitu juga dengan penduduknya serta para
penentangnya. Rasulullah pun menjadi lebih paham, apalah arti sebuah Makkah
dibandingkan dengan meluasnya jagad raya ini. Dan apalah arti kekuatan, kekuasaan
Sang Pencipta alam, yang telah memperjalankan dirinya dalam Isra’ dan Mi’raj.
Ahmad Sya’laby juga mengatakan bahwa nilai edukatif dari perjalanan agung ini
adalah untuk mengetahui siapa sebenarnya pengikut Nabi SAW. yang setia dan kokoh
imannya, demikian pula siapa yang pura-pura beriman, sedang dalam hati terpendam
kemunafikan. Nabi merasa perlu mengetahui masalah ini, karena tugas kenabian
setelah hijrah adalah sangat berat, penuh dengan jihad dan peperangan, serta

9
Syaikh Shafiyyur Rahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
1997), hlm.194-195.
10
Abu Majdi Haraki, Misteri Isra’ dan Mi’raj, (Yogyakarta: Diva Press, 2007), cet. ke-7. hlm.
299

8
pengorbanan yang tidak saja harta benda, tenaga, namun juga nyawa, demi
menegakkan agama Islam.11
Nilai-nilai berikutnya yang dapat kita ambil adalah oleh-oleh yang di bawa
Nabi SAW. ketika Isra’ Mi’raj yaitu shalat. Shalat adalah satu-satunya perintah Allah
yang langsung (tanpa perantara) oleh Nabi. Oleh karena itu shalat menempati posisi
yang paling penting dalam ajaran Islam. Untuk itulah, Nabi SAW mengajarkan kepada
umatnya agar meneladaninya dalam bentuk ibadah shalat. Sebelum shalat seseorang
harus bersuci, tidak sekedar thaharah dengan air atau debu, tetapi lebih kepada upaya
untuk takhalli, menyingkirkan hal-hal negatif yang ada di dalam diri kita. Dimulainya
shalat diawali dengan takbir mengagungkan DzatNya. Di dalamnya sudah tak ada lagi
waktu yang terbuang percuma karena seluruhnya berisi puji-pujian dan doa yang
mengalir di sepanjang tarikan dan hembusan nafas kita. Kemudian diakhiri dengan
menebarkan salam kepada seluruh makhluk Tuhan semesta alam.12
Pada peristiwa Isra’ Mi’raj ini, juga banyak pelajaran yang mengandung nilai
budi pekerti yang luhur dan dapat dicontoh oleh umat Nabi Muhammd SAW. Diantara
nilai-nilai pendidikan yang dapat diambil dari peristiwa ini adalah: Pendidikan politik.
Yaitu pergantian pemimpin peradaban yang dikuasai Bani Isra’il yang sudah tidak
pantas untuk memimpin karena mereka para perusak dan sudah tidak memiliki
keimanan kepada Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Perpolilitikan yang ada
harus dikuasai oleh orang yang berhak, artinya pendidikan harus bisa menciptakan para
pemimpin yang amanah, jujur dan memiliki keimanan yang kuat terhadap Allah SWT.
Pemimpin yang memiliki karakter seperti itu akan sangat didambakan oleh masyarakat
serta mampu menciptakan kesejahteraan di dunia sebagaimana tujuan diutusnya
manusia ke bumi adalah sebagai khalifah (wakil) Allah yang bertujuan menjaga,
memelihara dan menciptakan kesejahteraan di dunia. Selain pendidikan politik,
pendidikan sosial juga harus benar-benar diperhatiakan karena manusia adalah
makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Oleh karana itu
banyak hal yang harus kita perhatikan, diantaranya kita harus pintar berinteraksi sosial.
Yaitu interaksi yang dapat menciptakan hubungan yang harmonis dengan sesama.
Caranya dengan menjaga etika, adab, dan sopan santun. Hal-hal tersebut telah

11
Ahmad Sya’laby, Mauû’ah al-Târîkh al-Islâm wa al-Hadhrah al-Islâmiyah, (Kairo: Maktabah
al-Nahdhah al-Mishriyah, 1984 M), cet. XI, Jilid I, hal. 242
12
Hari Nugroho, Buletin al-Rasikh, Jum’at, 19 Rajab 1431 H/ 2 Juli 2010. No. 509, Tahun
XV/2

9
dicontohkan pada peristiwa Isra Mi’raj dan dapat kita terapkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Apalagi seorang pendidik ia harus memberi contoh tauladan yang baik
kepada peserta didik. Berkaitan dengan pendidikan spiritual, peristiwa Isra’ Mi’raj
sangat erat hubungannya dengan permasalahan ruhiyah. Oleh karena itu Allah SWT
menyiapkan ruhiyah Rasulullah SAW. dengan memberinya berbagai ujian dan cobaan
sebelum Isra’ Mi’raj. Ujian dan cobaan itu pada hakikatnya adalah tarbiyah
(pendidikan) langsung dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW. sebagai pembawa
Risalah Islam. Setelah berbagai macam ujian dan cobaan tersebut kemudian Allah
memberikan penghargaan dan penghormatan karena beliau telah sukses melewatinya.
Penghargaan tersebut berupa peristiwa terpenting dalam sejarah Islam yaitu mukjizat
kedua setelah alquran. Peristiwa penting tersebut adalah Isra’ Mi’raj yang tidak pernah
diberikan kepada manusia sehebat dan semulia apapun.13

E. KESIMPULAN
1. Latar Belakang Peristiwa Isra’ Mi’raj
Aneka penghinaan dan penindasan yang dilancarkan kaum Quraisy kepada Nabi
Muhammad SAW. Maka ketika mendengar Nabi Muhammad gelisah, Allah
langsung bangkit, dan pada sebuah malam tanggal 27 rajab, mewahyukan kepada
jibril untuk menjemput Nabi Muhammad SAW menghadap ke Hadapan-Nya
melaksanakan sebuah perjalanan agung melintasi semesta, menembus lapisan-
lapisan langit yang tak pernah dialami oleh satu pun makhluk di alam dunia, sebelum
kemudian menghadap, bersimpuh, dan bermunajat secara langsung memandang
Allah SWT. Di sela kesedihan yang mendalam, Allah SWT berkenan memberinya
“hiburan” spiritual melalui Isra Mi’raj.
2. Proses Terjadinya Peristiwa Isra’ Mi’raj
a. Sebelum berangkat, Nabi saw. dibedah dan dicuci hati beliau agar dipenuhi
dengan iman.
b. Disiapkan untuk perjalanan beliau satu kendaraan yang lebih kecil daripada kuda
dan lebih besar daripada bagal yang dinamai Buraq. Langkahnya sejauh matanya
memandang.

13
Muhammad Hidayat dan Kalam Setia, “Nilai-Nilai Pendidikan pada Peristiwa Isra Mi’raj”,
Fikiran Masyarakat, Vol. 3, No. 2, 2015, hal. 131.

10
c. Rasulullah diperjalankan pada waktu malam dengan jasad beliau, dari Masjidil
Haram ke Baitul Maqdis dengan mengendarai Buraq, ditemani Malaikat Jibril.
Beliau turun di Baitul Maqdis lalu shalat berjamaah sebagai imam bersama para
nabi. Sementara itu, Buraq ditambatkan di pintu Masjidil Aqsha. Selanjutnya,
beliau melakukan Mi’raj bersama Jibril pada malam itu juga dari Baitul Maqdis
ke langit dunia. Lalu beliau diantar ke langit pertama hingga langit ketujuh. Di
setiap langit beliau bertemu dengan nabi/utusan Allah sampai ke Sidrah al
Muntaha.
3. Makna Edukatif dalam Peristiwa Isra’ Mi’raj
Ahmad Sya’laby mengatakan, “Nilai edukatif yang terkandung dalam Isra’ dan
Mi’raj adalah telah dibentangkan kepada Rasulullah kesempatan untuk melihat alam
yang sangat besar”. Nilai-nilai berikutnya yang dapat kita ambil adalah oleh-oleh
yang di bawa Nabi SAW. ketika Isra’ Mi’raj yaitu shalat. Shalat adalah satu-satunya
perintah Allah yang langsung (tanpa perantara) oleh Nabi. Oleh karena itu shalat
menempati posisi yang paling penting dalam ajaran Islam. Pada peristiwa Isra’ Mi’raj
ini, juga banyak pelajaran yang mengandung nilai budi pekerti yang luhur dan dapat
dicontoh oleh umat Nabi Muhammd SAW. Oleh karana itu banyak hal yang harus
kita perhatikan, diantaranya kita harus pintar berinteraksi social. Caranya dengan
menjaga etika, adab, dan sopan santun. Hal-hal tersebut telah dicontohkan pada
peristiwa Isra Mi’raj dan dapat kita terapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman. (2014). Ar-Rahiq al-Makhtum: Sirah Nabawiyah. Jakarta:


Qisthi Press.

Haraki, Abu Majdi. (2007). Misteri Isra’ dan Mi’raj. Yogyakarta: Diva Press. cetakan. ke-7.

Hidayat, Muhammad dan Kalam Setia. (2015). “Nilai-Nilai Pendidikan pada Peristiwa Isra
Mi’raj”, Fikiran Masyarakat.

Julijanto, Muhammad. (2015). Membangun Keberagaman Mencerahkan dan


Mensejahterakan. Yogyakarta: Deepublish

KASYAF, Tim Forum Kajian Ilmiah. (2017). Rihlah Semesta Bersama Jibril: Menguak
Perjalanan Isra Mikraj Nabi Muhammad dari Aspek Hikmah, Nilai Filosofis, Pesan
Simbolis, Sufistik, dan Saintifik. Kediri: Penerbit Lirboyo Press.

Kementerian Agama Republik Indonesia, (2014). Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta:


Kementerian Agama Republik Indonesia.

Maarif, Nurul. (2017). Samudra Keteladanan Muhammad. Jakarta: PT Pustaka Alvabet

Nugroho, Hari. Buletin al-Rasikh, Jum’at, 19 Rajab 1431 H/ 2 Juli 2010. No. 509, Tahun XV/2

Shihab. Muhammad Quraish (2011). Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam sorotan
Al-Qur’an dan Hadits-Hadits Shahih. Jakarta: Lentera Hati.

Sya’laby, Ahmad. (1984). Mauû’ah al-Târîkh al-Islâm wa al-Hadhrah al-Islâmiyah. Kairo:


Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah. cetakan. XI, Jilid I

12

Anda mungkin juga menyukai