Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PROSES PENERIMAAN WAHYU PERTAMA DAN DIANGKATNYA


MUHAMMAD SAW SEBAGAI NABI DAN RASUL ALLAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sirah Nabawiyah PAI 3B

Dosen Pengampu: Dr. H. Mustopa, M.Ag.

Disusun oleh:

kelompok 4

Ichi Hana Dian Nurmala Azizah (2103016004)


Putri Aulia Salma (2103016014)
Ana Kharisma Rizki Mahfudoh (2103016020)
Ikrimah Dwi Noviyasari (2103016044)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2022
PROSES PENERIMAAN WAHYU PERTAMA DAN DIANGKATNYA
MUHAMMAD SAW SEBAGAI NABI DAN RASUL ALLAH

A. Latar Belakang
Menurut Bahasa wahyu dapat diartikan sebagai isyarat yang cepat (termasuk
bisikan dalam hati dan ilham), surat, tulisan, dan segala sesuatu yang disampaikan
kepada orang lain untuk diketahui. Sedangkan menurut istilah, wahyu adalah
pengetahuan yang didapat seseorang di dalam dirinya serta diyakininya bahwa
pengetahuan itu datang dari Allah SWT, baik dengan perantaraan, maupun tanpa
perantaraan, baik dengan pendengaran, maupun selain pendengaran.
Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang mulia sebagai pembawa rahmat
bagi seluruh alam semesta. Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga merupakan nabi
terakhir dan penutup para nabi yang membawa cahaya kebenaran untuk seluruh umat
manusia dan penyempurna ajaran-ajaran para nabi terdahulu. Sebelum menerima wahyu
pertama dari Allah, Nabi Muhammad SAW sudah melakukan persiapan, yaitu dalam
tahap (tahannuts) yang beliau lakukan di Gua Hira yang berlangsung selama beberapa
hari bahkan minggu. Pada usia 40 tahun Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai Nabi
dan Rasulullah ditandai dengan turunnya surat Al-Alaq ayat 1-5 di Gua Hira. Ketika
wahyu pertama turun kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira kemudian beliau turun
dari Gunung Nur dan membacakan wahyu pertama dari hafalannya kepada Siti Khadijah
ra.

B. Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang penerimaan wahyu pertama?
2. Bagaimana proses penerimaan wahyu pertama?
3. Bagaimana proses diangkatnya Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul Allah?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan latar belakang penerimaan wahyu pertama.
2. Untuk menjelaskan proses penerimaan wahyu pertama.
3. Untuk menjelaskan proses diangkatnya Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul
Allah.

1
D. Pembahasan
1. Latar Belakang Penerimaan Wahyu Pertama
Permulaan turunnya wahyu yang dialami Rasulullah Saw. adalah berawal dari
mimpi yang wajar. Setiap kali beliau memimpikan sesuatu, pasti menjadi kenyataan
bagaikan sinar fajar. Ada yang mengistilahkan mimpi itu sebagai mimpi yang benar
(baik). Pada waktu itu, Jibril datang kepada nabi secara tiba-tiba, padahal beliau tidak
pernah melihat Jibril sebelumnya. Maka bisa jadi beliau dihantui rasa takut yang amat
sangat sehingga menyebabkan beliau tidak mampu menerima sesuatu yang dibawa
Jibril. Oleh karena itu, Allah menurunkan wahyu pertama kalinya kepada nabi pada
saat beliau sedang tidur dengan tujuan agar nabi terlatih dan terbiasa untuk menerima
wahyu-wahyu berikutnya.
Beberapa riwayat sepakat menyatakan bahwa wahyu yang pertama kali turun
adalah melalui mimpi yang benar dan baik, kemudian disempurnakan di alam
sadarnya. Ia terlihat jelas sebagaimana yang terlihat dalam mimpinya. Semua terukir
dan terpatri di hati dan akal fikirannya tanpa sedikit pun terabaikan. Aisyah yang
termasuk wanita cerdas di kalangan penduduk Arab menggambarkan bahwa turunnya
wahyu kepada nabi sangat jelas dan nyata bagaikan semburan sinar pagi yang
menyibak gelapnya malam.1
Pada saat Nabi Muhammad SAW menginjak usia 40 tahun, beliau lebih suka
menyendiri, beliau sering pergi ke Gua Hira dan menghabiskan waktu-waktunya
untuk beribadah di sana. Gua Hira menjadi tempat strategis beliau untuk beribadah,
sehingga praktis, segala hiruk pikuk kehidupan duniawi dan perhelatan dengan
manusia menjadi terputus. Di sana beliau dengan leluasa melemparkan pandangannya
hingga jauh ke depan. Baliau melihat gunung-gunung disekitarnya seakan-akan
bersujud dan tunduk pada keagungan Allah SWT. serta hamparan langit yang bersih
membuat beliau terpesona.

Ibadah yang beliau lakukan bisa sampai beberapa malam. Manakala perbekalan
mulai menipis, beliau pulang ke rumah untuk mengambil perbekalan lagi. Hingga
pada akhirnya kebenaran pun datang menghampirinya dan kala itu beliau masih di
dalam Gua Hira.2 Malaikat Jibril menjumpai nabi sembari berkata, “Bacalah” beliau

1
Ali Muhammad Ash-Shallabi. Sejarah Lengkap Rasulullah Saw. Jilid 1. (Jakarta selatan: Pustaka Al-
Kautsar, 2012), hlm. 116.
2
Ali Muhammad Ash-Shallabi. Sejarah Lengkap Rasulullah Saw. hlm. 114.

2
menjawab “Aku tidak bisa membaca”. Lalu Jibril mendekati nabi dan mendekapnya
dengan erat sampai beliau merasakan sesak yang amat sangat. Kemudian Jibril
melepaskan beliau dan berkata “Bacalah” nabi menjawab “Aku tidak bisa membaca”.
Lalu Jibril mendekapnya lagi dengan erat sampai beliau merasakan sesak yang amat
sangat. Kemudian Jibril melepaskan nabi dan berkata “Bacalah” nabi pun menjawab,
“Aku tidak bisa membaca” untuk ketiga kalinya. Jibril mendekati nabi dan
mendekapnya. Setelah itu, Jibril melepaskan nabi sembari membaca surat Al-Alaq
ayat 1-5. Kemudian nabi mengulangi bacaannya dengan hati yang bergemetar. Setelah
itu, beliau pulang menemui istrinya (Khadijah) dan menceritakan semua kejadian
yang dialaminya tadi.
2. Proses Penerimaan Wahyu Pertama
Malaikat Jibril turun membawa wahyu pertama saat Nabi Muhammad SAW
genap berusia 40 tahun, suatu awal kematangan dan ada yang berpendapat bahwa usia
inilah para rasul diangkat menjadi rasul.3 Sebelum turun wahyu pertama, Nabi
Muhammad SAW mengalami tanda-tanda akan turunya wahyu pertama. Tanda-tanda
yang dialami Nabi Muhammad SAW sebelum turunya wahyu adalah nabi mengalami
kekuatan batiniyah yang belum pernah dialami sebelumnya, nabi juga sering
mengalami mimpi. Dari mimpi-mimpi tersebut membuat nabi sering menyendiri di
gua hiro. Selama di gua hiro Khadijah selalu membawakan bekal untuk nabi, hingga
saat wahyu pertama turun nabi di datangi oleh malaikat Jibril. Malaikat Jibril berkata
kepada nabi “bacalah”, nabi pun menjawab “saya tidak bisa membaca”. Kemudian
nabi pun menceritakan kepada Jibril tentang semua yang nabi alami sebelum nabi
berkhalwat di dalam gua hiro. kemudian Jibril pun meraih dan mendekap nabi lalu ia
berkata “bacalah” dan nabi pun menjawab “saya tidak mampu membaca” lalu Jibril
pun kembali mendekap tubuh nabi dan berkata “bacalah” nabi pun menjawab “saya
tidak bisa membaca” hingga ketiga kalinya Jibril mendekap nabi dan berkata “bacalah
dengan menyebut Tuhan (Allah) yang menciptakan, Dia yang telah membentuk
manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang
mengajarkan manusia dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak ia ketahui”. Perkataan ini disebutkan dalam firman Allah pada surah Al-
Alaq: 1-5 yang berbunyi:

3
Syaikh Muhammad Ali Al-Harakan. Sirah Nabawiyah ( Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar, 2012)
hlm. 61-63

3
َ ُّ‫ق اِ ْق َرْأ َو َرب‬
‫ك ااْل َ ْك َر ۙ ُم الَّ ِذيْ عَلَّ َم بِ ْالقَلَ ۙ ِم‬ ٍ ۚ َ‫ق ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬ َ ۚ َ‫ك الَّ ِذيْ َخل‬
َ َ‫ق خَ ل‬ َ ِّ‫اِ ْق َرْأ بِاس ِْم َرب‬
‫َعلَّ َم ااْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ۗ ْم‬
Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Mahamulia, yang mengajar (manusia) dengan pena. beliau mengajarkan manusia apa
yang tidak diketahuinya. (Q.S Al- Alaq: 1-5).
Kemudian Nabi Muhammad SAW pulang membawa bacaan dengan hati yang
kacau. Nabi pulang untuk menemui Khadijah binti Khuwalid r.a dan berkata “selimuti
aku”. Maka nabi diselimuti hingga kegelisahannya sirna. Nabi Muhammad SAW
memberitahu Khadijah tentang kejadian itu dan berkata, “saya sungguh
mengkhawatirkan diriku.” Khadijah menukas, “Sama sekali tidak. Demi Allah,
selamanya Allah tidak akan menghinakanmu. kamu selalu menjalin kekerabatan,
memikul beban, menolong orang yang tidak punya, memuliakan tamu, dan membantu
pihak yang benar.” Selanjutnya, Khadijah mengantarkan beliau kepada sepupunya,
Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza. Beliau adalah penganut Nasrani pada
zaman jahiliah. dia telah mencatat Alkitab dalam bahasa Ibrani, lalu mencatat banyak
Injil dalam bahasa Ibrani. Usianya sudah lanjut dan matanya telah buta.

Para ulama berbeda pendapat tentang jarak waktu antara wahyu pertama dan
wahyu berikutnya. Ada yang berpendapat tiga tahun ada pula yang berpendapat
kurang dari itu. Pendapat yang lebih kuat adalah yang diriwayatkan Al-Baihaqi bahwa
lamanya masa itu adalah enam bulan. Kemudianm Al-Bukhari meriwayatkan dari
Jabir bin Abdullah yang bercerita tentang masa tidak turunnya wahyu. Beliau
menuturkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “ketika berjalan, tiba-tiba aku
mendengar suara berasal langit. Maka, aku melihat ke atas. Ternyata itu merupakan
malaikat yang pernah datang menemuiku di gua. Dia duduk di atas kursi antara langit
dan bumi. aku merasa takut sehingga aku bergegas kembali. aku berkata, "Selimut aku
. Selimuti aku. Lantas Allah Azza wa Jalla menurunkan firman, “Hai orang yang
berselimut,” hingga firman-Nya, ‘dan perbuatan dosa (menyembah berhala)
tinggalkanlah.’ Sejak itu, wahyu diturunkan secara sambung-menyambung.”4

4
Said Ramadhan Al-Buty. The Great Episode Of Muhammad ( Jakarta selatan : Darul fkr, 2015) hal
93-95

4
Macam-macam cara Nabi Muhammad SAW menerima wahyu diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Melalaui mimpi yang sahih. Mimpi ini adalah wahyu pertama yang diterima oleh
nabi sebelum nabi menerima wahyu berupa Al-Qur’an. Wahyu dalam bentuk
mimpi ini bahkan tidak hanya dialami pada awal-awal kenabian, tetapi setelah
beliau diangkat menjadi rasul. Hal ini telah dijelaskan pada firman Allah pada
surah Al-Fath(48) ayat 27.
2. Malaikat Jibril mengembuskan (menghujam) wahyu ke dalam jiwa Nabi
Muhammad SAW. Sedangkan nabi sendiri tidak melihat malaikat Jibril. Hal ini
sebagaimana dinyatakan dalam salah satu sabda Nabi Muhammad SAW
“Sesungguhnya Ruhul Qudus itu telah menancapkan ke dalam jiwaku
bahwasannya nafsu itu tidak akan putus-putusnya sampai terpenuhi rezeki yang
dikehendakinya Maka bertakwalah kamu kepada Allah dan berlaku baiklah kamu
dalam menuntut rezeki itu, dan janganlah kamu jadikan beban untuk menuntutnya
dengan cara maksiat kepada Allah, karena sesungguhnya apa yang ada di sisi
Allah itu tidak dapat dituntut kecuali dengan taat kepada-Nya." (H.R. Ibn Majah)
3. Wahyu datang kepada nabi bagaikan gemercingnya suara lonceng atau suara
lebah yang amat keras.
4. Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari malaikat Jibril yang menjelma
menjadi manusia.
5. Malaikat Jibril mendatangi nabi dalam bentuk wujud rupa yang asli.5

3. Proses Diangkatnya Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul Allah


Nabi Muhammad SAW berusia 40 tahun, dimana suatu awal kematangan, ada
yang berpendapat bahwa pada usia inilah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi
rasul, mulai tampak tanda-tanda pada usianya yaitu tanda-tanda nubuwah yang ada
dari balik kehidupan diri dari beliau. Di antara tanda-tanda tersebut yaitu mimpi yang
hakiki. Selama enam bulan beliau bermimpi, mimpi tersebut menyerupai fajar subuh
yang menyingsing. Akhirnya pada bulan Ramadhan pada tahun ketiga dari masa
pengasingan di Gua Hira’. Allah berkehendak untuk melimpahkan rahmat-Nya
kepada penghuni bumi, memuliakan beliau dengan nubuwah dan menurunkan Jibril
kepada beliau sambil membawa ayat-ayat Al-Qur’an. Para ulama sepakat bahwa

5
Gunawan Heri. Deden Suparman. Ulumul Qur’an (Bandung: Arfino Jaya 2015). hal 38-39

5
peristiwa tersebut terjadi pada hari Senin, malam tanggal 21 dari bulan Ramadhan,
atau bertepatan dengan tanggal 10 Agustus 610 M. Usia beliau saat itu genap 40 tahun
lebih 6 bulan 12 hari menurut perhitunggan Hijriah, atau 39 tahun lebih 3 bulan 20
hari menurut perhitunggan Syamsiyah.6

Aisyah r.a. menuturkan bahwa wahyu pertama kali turun kepada Nabi
Muhammad SAW sebelum menjadi nabi adalah mimpi beliau yang selalu menjadi
kenyataan. Segala sesuatu yang beliau lihat di dalam mimpi tersebut yaitu selalu
menjadi kenyataan. Segala sesuatu yang dilihat di dalam mimpi pasti terjadi, seperti
fajar yang pasti datang. Tanda kenabian yang lain yaitu kebiasaan beliau yang suka
menyendiri di dalam Gua Hira’ untuk beribadah selama beberapa malam. Disebutkan
bahwa beliau tak lupa untuk membawa bekal secukupnya. Begitulah yang beliau
jalani hingga Allah menurunkan wahyu-Nya yang pertama di gua Hira’. Adapun
tanda-tanda kenabian yang lain, diriwayatkan Rasulullah pernah bersabda,
“sesungguhnya aku kenal dengan sebuah batu di Mekkah yang selalu memberi salam
kepadaku sebelum aku diutus menjadi nabi, bahkan hingga sekarang aku masih
mengenalnya.”7

Riwayat lain menuturkan bahwa “sebelum diutus menjadi rasul, beliau pernah
didatangi oleh malaikat di dekat sebuah sungai kota Mekkah. Satu dari malaikat itu
berkata kepada satunya, timbanglah ia (Muhammad) dengan seorang manusia”
Malaikat satunya menimbangnya. Ternyata Muhammad lebih berat, oleh karena itu
malaikat terus menambahi jumlah perbandingannya hingga Muhammad ditimbang
dengan seribu umatnya, dan tetap lebih berat. Akhirnya malaikat yang pertamapun
berkata kepada yang kedua. Bahkan seandainya aku yang menimbangnya dengan
seluruh umatnya pun, niscaya ia akan tetap lebih unggul. Setelah itu, satu dari
keduanya berkata kepada yang lain “bedahlah perutnya” malaikat yang kedua pun
membedah perutnya tersebut. Lalu kemudian keduanya mengeluarkan salah satu
bagian tubuh yang bisa ditempati setan, lalu membuangnya. Berikutnya salah satu
malaikat tersebut bertanya lagi, “bersihkanlah lambungnya seperti membersihkan
sebuah wadah.” Maka dibersihkanlah lambung Muhammad. Kemudian, keduanya
meminta kepada Allah agar diturunkan ketentraman kepada mereka masukkan ke
dalam hati Muhammad. Kemudian, salah satu berkata “jahitlah perutnya”. Maka yang
6
Syaikh Shafiyyurrahman Al- Mubarajfuri, Sirah Nabawiyah (Jakarta: Pustaka al-kausar, 2012), hlm
61.
7
Syaikh Shafiyyurrahman Al- Mubarajfuri, Sirah Nabawiyah, hlm 62-65.

6
diperintahkan pun mengerjakannya. Sebelum pagi, keduanya menerangkan sebuah
cup (tanda) di antara kedua pundakknya. Lalu setelah kejadian itu terjadi. Merekapun
meninggalkan Nabi Muhammad SAW.

Riwayat lain pun menjelaskan bahwa “suatu hari Muhammad pergi meninggalkan
rumah Khadijah untuk melakukan suatu pekerjaan. Tak lama kemudian, beliau
Kembali dan mengabarkan kepada Khadijah, bahwa mereka baru saja melihat
perutnya dibelah, dibersihkan, dan disucikan dan kemudian dikembalikan lagi seperti
semula. Khadijah pun berkata, “sungguh demi Allah, itu adalah sesuatu yang baik.
Maka berahagialah.” Suatu ketika nabi Muhammad berkata kepada khadijah,
“sesungguhnya aku baru saja melihat cahaya dan mendengar suatu suara. Aku
khawatr jangan-jangan aku kerasukkan jin.” Mendengar itu Khadijah langsung
menenangkannya. “sekali-kali Allah tidak akan pernah melakukan itu kepadamu,
putra Abdullah.”

Setelah berulang-ulang berkalwat di gua Hira’ dan dalam waktu beberapa bulan,
pada suatu malam di dalam tidur beliau bermimpi melihat cahaya terang seperti
cahaya terang cuaca waktu subuh. Karena itu, beliau gemar berkalwat disana untuk
mengasingkan diri. Pada hakikatnya, beliau mengerjakan itu semua karena sudah
menjadi kehendak Allah, tuhan semesta alam, karena pada saat itulah beliau akan
menerima pengangkatan dan penetapan sebagi nabi dan rasul terakhir. Setelah enam
bulan lamanya beliau berkahlwat di gua Hira’ usia beliau sudah menginjak pada 40
tahun. Maka nabi Muhammad bertanya kepada dirinya sendiri atas apa yang dirinya
sendiri kerjakan selama ini. Sebenarnya Nabi Muhammad SAW khawatir atas apa
yang dirinya kerjakan selama dirinya berada di dalam gua Hira’ kalau-kalau dirinya
tergoda oleh godaan jin sebagaimana kebiasaan orang yang berkhalwat
(menyembunyikan diri) di dalam gua-gua dan tempat-tempat yang sunyi. Sungguhpun
demikian hati nurani beliau pun terdesak dan mendorong juga untuk tetap
berkhalwat.8

Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW sedang tertidur dengan nyenyak
seorang diri di dalam Gua Hira’ tersebut. Nabi Muhammad SAW terkejut atas apa
yang terjadi, beliau didatangi oleh seseorang yang belum pernah ia jumpai dan di
kenalnya, dengan kedatangannya yang sangat mengejutkan dan menakutkan sehingga
8
Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad (Jakarta: Germi Insani, 2001), hal 108-110.

7
membangunkan Nabi Muhammad SAW dari tidurnya, dan seketika itu juga orang itu
berkata dengan suara begitu keras kepada Nabi Muhammad SAW, “Gembiralah, ya
Muhammad, saya Jibril dan engkau adalah rasul Allah kepada umat ini.” Orang
tersebut juga menunjukkan sehelai tulisan, lalu memerintahkan kepada beliau supaya
membaca tulisan itu seraya berkata: “bacalah dengan menyebut Tuhan (Allah) yang
menciptakan, Dia yang telah membentuk manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajarkan manusia dengan perantara
kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak ia ketahui”. Orang tersebut
lalu memegang diri beliau lagi sambil memeluknya sangat keras, sehingga beliau
merasa sangat letih dan nafasnya akan putus, lantas di lepaskannya kembali lalu
berkata lagi, “bacalah dengan menyebut Tuhan (Allah) yang menciptakan, Dia yang
telah membentuk manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, yang mengajarkan manusia dengan perantara kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak ia ketahui”.

Dengan pertolongan dari Allah, seketika itu beliau dapat membaca apa yang telah
dibacakan oleh orang yang belum pernah dikenal dan yang mengaku bernama Jibril
itu. Lantaran kedatangan Jibril yang tiba-tiba mengejutkan Nabi Muhammad SAW
karena menggunakan suara yang sangat keras. Lebih-lebih selama itu Nabi
Muhammad SAW belum pernah mengenalnya, maka Nabi Muhammad SAW
terbangun dengan penuh rasa terkejut, hatinya berdebar-debar, tubuhnya juga gemetar,
karena saat peristiwa itu terjadi nabi Muhammad dipeluk dengan sangat keras.
Akibatnya, Nabi Muhammad SAW ingin melarikan diri waktu itu juga, tetapi tidak
jadi karena tidak ada jalan untuk menyelamatkan diri atau melarikan diri. Oleh sebab
itu, sepeninggalan Jibril dari tempat itu, dengan hati yang sangat takut, perasaan yang
sangat terkejut tubuh amat bergetar dan Nabi Muhammad SAW bertanya-tanya
kepada dirinya. Apakah gerangan yang barusan dilihat dan dialaminya itu, tidaklah itu
satu godaan dan jin dan seitan yang seperti telah dikhawatirkan beberapa hari yang
lalu? Nabi Muhammad SAW menoleh kekanan dan kekiri, tetapi tidak ada seorang
pun yang terlihat. Seluruh badan Nabi Muhammad SAW pun terus gemetar dan dalam
hati beliau ada rasa ketakutan. Barang kali didalam gua yang sempit itu ada apa-apa,
yang akhirnya beliau mencari jalan keluar, keluar dari gua tersebut, dan berjalan
menuruni bukit itu dengan penuh rasa kawatir dan takut.

8
Sesudah beliau keluar, dalam hati beliau terus bertanya seorang diri, “siapakah
gerangan yang tadi, yang dengan suara keras memerintahkan supaya membaca,
membaca dengan nama Tuhan engkau yang telah menciptakan: yang telah menjadikan
manusia dari segumpal darah itu?” dalam keadaan yang sedasyat itu, beliau terus
berjalan menuruni bukit tersebut. Dengan perlahan-lahan dan sangat hati-hati. Karena
tubuh masih dalam keadaan gemetar, akhirnya sampailah beliau kebawah dan seketika
itu beliau pulang ke Mekkah, ke rumah Khatijah, istinya yang telah ditinggalnya
selama beberapa bulan.

Demikianlah riwayat pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW


menerima wahyu dari hadirat Allah SWT, yang disampaikan melalui malaikat Jibril.
Pada malam hari itulah, beliau menerima dan penetapan dari hadirat-Nya menjadi
nabi dan rasul-Nya yang terakhir, untuk menyampaikan risalah-Nya kepada segenap
umat manusia dan sebagai rahmat bagi alam semesta ini.

E. Kesimpulan

Dari ke tiga rumusan masalah di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa latar
belakang penerimaan wahyu pertama adalah berawal dari mimpi yang wajar. Setiap
kali beliau memimpikan sesuatu, pasti menjadi kenyataan bagaikan sinar fajar. Ada
yang mengistilahkan mimpi itu sebagai mimpi yang benar (baik). Adapun proses
penerimaan wahyu pertama yakni Nabi Muhammad SAW mengalami tanda-tanda
akan turunya wahyu pertama. Tanda-tanda yang dialami Nabi Muhammad SAW
sebelum turunya wahyu adalah nabi mengalami kekuatan batiniyah yang belum
pernah dialami sebelumnya, nabi juga sering mengalami mimpi. Dari mimpi-mimpi
tersebut membuat nabi sering menyendiri di gua hiro. Selama di gua hiro Khadijah
selalu membawakan bekal untuk nabi, hingga saat wahyu pertama turun nabi di
datangi oleh malaikat Jibril. Malaikat Jibril berkata kepada nabi “bacalah”, nabi pun
menjawab “saya tidak bisa membaca”. Kemudian nabi pun menceritakan kepada Jibril
tentang semua yang nabi alami sebelum nabi berkhalwat di dalam gua hiro. kemudian
Jibril pun meraih dan mendekap nabi lalu ia berkata “bacalah” dan nabi pun
menjawab “saya tidak mampu membaca” lalu Jibril pun kembali mendekap tubuh
nabi dan berkata “bacalah” nabi pun menjawab “saya tidak bisa membaca” hingga
ketiga kalinya Jibril mendekap nabi dan berkata “bacalah dengan menyebut Tuhan
(Allah) yang menciptakan, Dia yang telah membentuk manusia dari segumpal darah.

9
Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajarkan manusia dengan
perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak ia ketahui”.
Demikianlah riwayat pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW menerima
wahyu dari hadirat Allah SWT, yang disampaikan melalui malaikat Jibril. Pada
malam hari itulah, beliau menerima dan penetapan dari hadirat-Nya menjadi nabi dan
rasul-Nya yang terakhir, untuk menyampaikan risalah-Nya kepada segenap umat
manusia dan sebagai rahmat bagi alam semesta ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Buty, Said Ramadhan. (2015). The Great Episode Of Muhammad. Jakarta selatan : Darul fkr.

Al-Harakan, Syaikh Muhammad Ali. (2012). Sirah Nabawiyah. Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar.

Al- Mubarajfuri, Syaikh Shafiyyurrahman. (2012). Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka al-kausar.

Ash-Shallabi, Ali Muhammad. (2012). Sejarah Lengkap Rasulullah Saw. Jilid 1. Jakarta selatan:
Pustaka Al-Kautsar.

Chalil, Moenawar. (2001). Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad. Jakarta: Germi Insani.

Suparman, Deden. Gunawan Heri. (2015). Ulumul Qur’an. Bandung: Arfino Jaya.

11

Anda mungkin juga menyukai